Bedah Iskandar Japardi26
Bedah Iskandar Japardi26
OKULOMOTORIUS)
Dr ISKANDAR JAPARDI
Fakultas Kedokteran
Bagian Bedah
Universitas Sumatera Utara
I.
Pendahuluan
N. III bersama dengan N. IV dan N. VI merupakan saraf otak yang
mengatur gerakan bola mata. Ketiga saraf otak ini relatif panjang dari batang
otak menuju orbita. Untuk mengetahui kelainan pada N. III ini harus
diketahui terlebih dahulu anatominya.
II.
Anatomi
N.III mempersarafi lima otot ekstrakuler yaitu M. Levator palpebrae
superior; M rectus superior, M rectus inferior, M recttus medialis dan M.
obliqus interior. Juga mensuplai aliran presinaptik parasimpatetik je ganglion
ciliary yang mengontrol fungsi Nukleus akulomotor pada golongan primata
telah diketahui dengan baik oleh Warwick. Mungkin hal ini juga dapat
diterapkan pada manusia dan secara klinis kelihatannya memang sama. M
levator secara bilateral dipersarafi oleh nukleus kaudal sentralis. M rektus
medialis, M rektus inferior dan obliqus inferior dipersarafi secara ipsilateral. M
rektus superior dipersarafi secara kontralateral dengan dekusasio serabut
serabut yang terjadi pada ujung kaudal adri kompleks ini.
Nukleus viseralis meluas dari ujung rostral kompleks ini
kebagiankaudal. Kebanyakan bagian rostral dari kompleks ini terdiri dari
bagian nukleus sentralis, nukleus medianus anterior (satu pada setiap tempat
dari garis tengah). Bagian dorsal dan kaudal dari kompleks viseral terbagi
atas kolumna kecil yang kemudian terbagi lagi menjadi kolumna medialis dan
kolumna lateralis. Bagian kaudal dari kolumna lateralis terbagi lagi dengan
kebanyakan kolumna lateralis yang meluas kesekeliling nukleus kaudatus
sentralis. Diantara massa dari nukleus motorik somatik ditemukan nukleus
perlia, dimana juga merupakan bagian dari sistim viseral. Aliran viseral secara
total pada proyeksinya adalah ipsilateral.
Komples
okulomotoris
tertutup
oleh
fasikulus
longitudinalis
danletaknya ventral dari substansi kelabu. Fasikulus tumbuh diantara
panjangnya dan luasnya ke ventral untuk keluar dari midrain sebagai serabut
serabut multipel di fossa interpedunkularis. Serabut saraf kemudian berjalan
ke bagian rostral melewati rongga subarahnoid menunda A serebellaris
anteriorsuperior dan A sereblaris posterior dibawah dan diatas untuk
memasuiki dinding lateral dari sinus cavernosus. Serabut pupil melewati
bagian dorsomedial orbitalis superior dan salah satu pada ujung anterior dari
sinus cavernosus atau aspek posterior dari orbit yang terbagi atas divisi
superior dan interior. Oleh karenanya proyeksi lesi dan bagian anatomi yang
berbeda tingkatannya levelnya akan menghasilkan gejala yang juga berbeda.
Pembagian N. III:
1. Devisi Superior :
a. M. rektus superior
b. M levator palpebrae superior
2. Devisi Inferior :
a. M rektus medialis
b. M rektus inferior
c. M obliqus inferior
d. Persarafan parasimpatis ke M sphingter pupillae dan M cillaris
III.
Aneurisma
Penyakit vaskuler )*
Trauma
Sifilis
Neoplasma
Lain-lain
Penyakit misellanous
Rucker
(335 kasus)
No.
%
64
19
63
19
51
15
6
2
35
11
95
28
21
6
Rucker
(274 kasus)
No.
%
50
18
47
17
34
13
0
0
50
18
55
20
38
12
Green et al
(130 kasus)
No.
%
38
13
25
6
14
5
12
4
5
1
33
12
5
1
Kongenital
Aneurisma
Neoplasma
Penyakit Vaskuler
Trauma
Inflamasi
Misellanus
Miller
(30 kasus)
No.
%
13*
43
2
7
3
10
6
4
2#
20
13
7
Harley
(32 kasus)
No.
%
15
47
3
2@
4
3
5$
9
6
13
9
10
Keterangan:
* Termasuk trauma kelahiran
@ Migren oftalmoplegia
# Informasi terbatas
$ Tiga kasus migren oftalmoplegia
Cyclic Oculomotor Paresis
Tiga dari pasien yang diteliti oleh Miller dengan paralise okulomotoris
kongenital berkembang menjadi paralise okulomotoris siklik. Parese okulomotoris
siklik ini adalah kelainan gerakan yang biasanya ditemukan saat lahir. Seorang anak
dengan parese N.III akan mempunyai gerakan spastik otot-otot yang dipersarafi oleh
N.III yang mengikuti gerakan membuka mata, aduksi, miosis dan meningkatnya
akomodasi. Pergerakan ini terjadi pada interval yang reguler, lebih dari 10 hingga 30
detik pada parese N.III total. Oleh sebab itu parese okulomotor siklik adalah istilah
yang tidak cocok karena paralise terjadi sepanjang waktu. Istilah yang lebih baik
dipakai adalah spasma okulomotoris siklik.
Ophtalmoplegic Migraine.
Migraine offtalmoplegia yaitu suatu sindroma yang jarang ditemukan dimana
biasanya onsetnya pada masa anak-anak. Pasien-pasien dengan migrainus
oftalmoplegia biasanya berkembang kelumpuhan saraf otak sebagai fase meredanya
nyeri kepala,meskipun hal itu mungkin terjadinya kapan saja dalam hubungannya
dengan fase-fase nyerinya. Kenyataannya onset dari ptosis pada beberapa pasien ini
merupakan sinyal bahwa nyeri kepalanya sedang akan menghilang. Kelemahan otot
ekstra okuler cenderung akan lebih lama pada tiap episodenya, dan pada beberapa
orang terjadi parese okulomotor yang permanen.
IV.
Pengelolaan
DAFTAR PUSTAKA
1. Burde RM, Savino PJ, Trobe JD. Clinical decision in neuro ophthalmology.
Toronto : Mosby, 1985:p. 178-184
2. Brazis PW. Localization in clinical neurology. 2nd ed. London : Little Brown,
1990;p. 128-148
3. Chusid JG. Correlative neuroanatomy. 12th ed. U.S.: Prentice Hall, 1988:p.
143-151
4. Duus P. Topical diagnosis in neurology. 3rd ed. New York : George Thieme
Verlag, 1983: p.122-126
5. Glaser JS. Neuro ophthalmology. 2nd ed. Philadelphia : Lippincott, 1990: p.
362-402
6. Newman, NM. Neuro ophthalmology a practical test. 1st ed. Norwalk :
Appleton & Lange, 1992: 197-216