Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Termodinamika adalah ilmu tentang energi, yang secara spesifik membahas
tentang hubungan antara energi panas dengan kerja. Energi dapat berubah dari satu
bentuk ke bentuk lain, baik secara alami maupun hasil rekayasa teknologi. Selain itu
energi di alam semesta bersifat kekal, tidak dapat dibangkitkan atau
dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energi dari satu bentuk menjadi
bentuk lain tanpa ada pengurangan atau penambahan. Hal ini erat hubungannya
dengan hukum hukum dasar pada termodinamika. Dalam makalah ini kami akan
membahas tentang hukum 3 termodinamika dan tentang sistem tenaga uap rankine.
Efek magnetokalorik di pakai untuk menurunkan temperatur senyawa
paramagnetikhingga sekitar 0.001 K. Secara prinsip, temperatur yang lebih rendah
lagi dapat dicapai dengan menerapkan efek magnetokalorik berulang-ulang. Jadi
setelah penaikan medan magnetik semula secara isoterm, penurunan medan magnetik
secara adiabat dapat dipakai untuk menyiapkan sejumlah besar bahan pada
temperatur T, yang dapat dipakai sebagai tandon kalor untuk menaikan tandon kalor
secara isoterm ynag berikutnya dari sejumlah bahan yang lebih sedikit dari bahan
semula. Penurunan medan magnetik secara adiabat yang kedua dapat menghasilkan
temperatur yang lebih rendah lagi, T, dan seterusnya. Maka akn tibul pertanyaan
apakah efek magnetokalorik dapat dipakai untuk mendinginkan zat hingga mencapai
nol mutlak.
Pecobaan menunjukan bahwa sifat dasar semua proses pendinginan adalah bahwa
semakin rendah temperatur yang dicapai, semakin sulit menurunkannya.hal yang
sama berlaku juga untuk efek magnetokalorik.dengan persyaratan demikian,
penurunan medan secara adiabat yang tak trhingga banyaknya diperlukan untuk
mencapai temperatur nol mutlak.
Rankine Cycle kadang-kadang dikenal sebagai suatu Daur Carnot praktis ketika suatu
turbin efisien digunakan, T diagram akan mulai untuk menyerupai Daur Carnot.
Perbedaan yang utama adalah bahwa suatu pompa digunakan untuk memberi tekanan
cairan sebagai penganti gas. Ini memerlukan sekitar 100 kali lebih sedikit energy
dibanding yang memampatkan suatu gas di dalam suatu penekan ( seperti di Daur
Carnot)

B. Rumusan Masalah
Maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.

Apa pengertian dan aplikasi hukum ketiga termodinamika ?

2.

Apa dan bagaimana proses siklus Rankine terjadi?

1.

C. Tujuan

Penulisan Makalah ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut :


1.

Memberikan tambahan pengetahuan kepada pembaca tentang Hukum 3


Termodinamika.

2.

Memberikan penjelasan tentang hal hal dasar yang sering dilupakan dalam
Thermodinamika.

3.

Memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang siklus Rankine.


BAB II
PEMBAHASAN
A. HUKUM III TERMODINAMIKA

Efek magnetokalorik di pakai untuk menurunkan temperatur senyawa


paramagnetikhingga sekitar 0.001 K. Secara prinsip, temperatur yang lebih rendah
lagi dapat dicapai dengan menerapkan efek magnetokalorik berulang-ulang. Jadi
setelah penaikan medan magnetik semula secara isoterm, penurunan medan magnetik
secara adiabat dapat dipakai untuk menyiapkan sejumlah besar bahan pada
temperatur T, yang dapat dipakai sebagai tandon kalor untuk menaikan tandon kalor
secara isoterm ynag berikutnya dari sejumlah bahan yang lebih sedikit dari bahan
semula. Penurunan medan magnetik secara adiabat yang kedua dapat menghasilkan
temperatur yang lebih rendah lagi, T, dan seterusnya. Maka akan timbul pertanyaan
apakah efek magnetokalorik dapat dipakai untuk mendinginkan zat hingga mencapai
nol mutlak.
Pecobaan menunjukan bahwa sifat dasar semua proses pendinginan adalah bahwa
semakin rendah temperatur yang dicapai, semakin sulit menurunkannya.hal yang
sama berlaku juga untuk efek magnetokalorik.dengan persyaratan demikian,

penurunan medan secara adiabat yang tak trhingga banyaknya diperlukan untuk
mencapai temperatur nol mutlak. Perampatan dari pengalaman dapat dinyatakan
sebagai berikut :
Temperatur nol mutlak tidak dapat dicapai dengan sederetan prosesyang
banyaknya terhingga.Ini dikenal sebagi ketercapaian temperatur nol mutlak atau
ketaktercapaian hukum ketiga termodinamika. Pernyataan lain dari hukum ketiga
termodinamika adalahhasil percobaan yang menuju ke perhitungan bahwa bagaimana
ST berlaku ketika T mendekati nol. ST ialah perubahan entropi sistem terkondensasi
ketika berlangsung proses isoterm terbuktikan. Percobaansangat memperkuat bahwa
ketika T menurun, ST berkurang jika sistem itu zat cair atau zat padat. Jadi prinsip
berikut dapat di terima:
Perubahan entropi yang berkaitan dengan proses-terbalikan-isotermis-suatu sistemterkondensasi mendekati nol ketika temperaturnya mendekati nol.
Pernyataan tersebut merupakan hukum ketiga termodinamika menurut Nernst-Simon.
Nernst menyatakan bahwa perubahan entropi yang menyertai tiap proses reversibel,
isotermik dari suatu sistem terkondensasi mendekati nol. Perubahan yang dinyatakan
di atas dapat berupa reaksi kimia, perubahan status fisik, atau secara umum tiap
perubahan yang dalam prinsip dapat dilakukan secara reversibel.
Hal ini dikenal sebagai hukun Nernst, yang secara matematika dinyatakan sebagai :
Kemudian, Pada tahun 1911, Planck membuat suatu hipotesis Pada suhu T 0,
bukan hanya beda entropi yg = 0, tetapi entropi setiap zat padat atau cair dalam
keseimbangan dakhir pada suhu nol.
Dapat ditunjukkan secara eksperimen, bahwa bila suhunya mendekati 0 K,
perubahan entropi transisi St menurun.
Persamaan diatas dikenal sebagai hukum ketiga termodinamika.
Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini
menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua
proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini
juga menyatakan bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur
nol absolut bernilai nol.
Hukum ketiga termodinamika menyatakan bahwa perubahan entropi St yang
berkaitan dengan perubahan kimia atau perubahan fisika bahan murni pada T = 0 K
bernilai nol.
Secara intuitif hukum ketiga dapat dipahami dari fakta bahwa pergerakan ionik atau
molekular maupun atomik yang menentukan derajat ketidakteraturan dan dengan
demikian juga besarnya entropi, sama sekali berhenti pada 0 K. Dengan mengingat
hal ini, tidak akan ada perubahan derajat ketidakteraturan dalam perubahan fisika atau
kimia dan oleh karena itu tidak akan ada perubahan entropi.

B. APLIKASI HUKUM KETIGA TERMODINAMIKA


Hukum ketiga termodinamika memungkinkan perhitungan perhitungan entropi
absolut dari zat murni pada tiap temperatur dari panas jenis dan panaa transisi.
Sebagai contoh, suatu benda padat pada temperatur T, akan memeiliki entropi yang
akan dinyatakan oleh :
Suatu benda cair, sebaliknya mempunyai entropi yang dinyatakan oleh :
Penerapan yang mencakup gas menjadi :
Besaran-besaran yang diperlukan untuk evaluasi numerik entropi mencakup panas
jenis. Pengukuran panas jenis zat padat di sekitar titik nol absolut menunjukan
bahwa :
Karena untuk zat padat,maka Debye dan Einstein menurunkan persamaan berikut
untuk panaa jenis zat pasdat :
Dimana a adalah karakteristik yang berbeda untuk setiap zat. Bila suatu zat sederhana
dipanaskan pada tekanan konstan, pertambahan entropi dinyatakan oleh :
Bila persamaan tersebut di integrasikan di antara titik nol absolutdengan temperatur T
dimana s =0 hasilnya adalah :
C. KONSEKUENSI SELANJUTNYA DARI HUKUM TIGA
TERMODINAMIKA
Konsekuensi dari hukum ketiga termodinamika dijabarkan di bawah ini.
Untuk suatu proses temperatur konstan dekat 0K,perubahan entropi dinyatakan oleh :
Karena = 0 pada T = 0 dari hukumtermodinamika ketiga, persamaan menghasilkan :
Tetapi dari persamaan Maxwell. Jadi persamaan menjadi :
Hasil diatas sesuai dengan kenyataan eksperimental. Sebagai contoh, buffington dan
Latimer menemukan bahwa koefisien ekspansi dari beberapa zat padat kristalin
mendekati nol.
Konsekuensi terakhir dari hukum ketiga termodinamika adalah tidak dapat
diperolehnya titik nol absolut. Ditinjau suatu bidang penelitian pada temperatur
rendah, kenyataan eksperimental menunjukan bahwa temperatur yang di peroleh oleh

tiap proses demagenetisasi adaibatik dari temperatur awalnya adalah setengah


temperatur awal proses bersangkutan. Jadi makin rendah temperatur yang dicapai,
makin kurang kemungkinannya untuk didinginkan lebih rendah.
Dengan kata lain diperlukan proses demagnetisasi adiabatik yag tak terbatas
jumlahnya untuk mencapai titik nol absolut.
D. SIKLUS RANKINE
1. PENGERTIAN SIKLUS RANKINE
Siklus Rankine adalah siklus termodinamika yang mengubah panas menjadi kerja.
Panas disuplai secara eksternal pada aliran tertutup, yang biasanya
menggunakan air sebagai fluida yang bergerak. Siklus ini menghasilkan 80% dari
seluruh energi listrik yang dihasilkan di seluruh dunia. Siklus ini dinamai untuk
mengenang ilmuwan Skotlandia, William John Maqcuorn Rankine.
Siklus Rankine adalah model operasi mesin uap panas yang secara umum ditemukan
di pembangkit listrik. Sumber panas yang utama untuk siklus Rankine adalah batu
bara, gas alam, minyak bumi, nuklir, dan panas matahari. Siklus Rankine kadangkadang dikenal sebagai suatu Daur Carnot praktis ketika suatu turbin efisien
digunakan, T diagram akan mulai untuk menyerupai Daur Carnot. Perbedaan yang
utama adalah bahwa suatu pompa digunakan untuk memberi tekanan cairan sebagai
penganti gas. Ini memerlukan sekitar 100 kali lebih sedikit energy dibanding yang
memampatkan suatu gas di dalam suatu penekan ( seperti di Daur Carnot). suatu
siklus thermodynamic mengkonversi panas ke dalam pekerjaan. Panas disediakan
secara eksternal bagi suatu pengulangan tertutup, yang pada umumnya menggunakan
air sebagai cairan. Siklus ini menghasilkan sekitar 80% dari semua tenaga listrik yang
digunakan.
Fluida pada Siklus Rankine mengikuti aliran tertutup dan digunakan secara konstan.
Berbagai jenis fluida dapat digunakan pada siklus ini, namun air dipilih karena
berbagai karakteristik fisika dan kimia, seperti tidak beracun, terdapat dalam jumlah
besar, dan murah.
Dalam siklus Rankine ideal, pompa dan turbin adalah isentropic, yang berarti pompa
dan turbin tidak menghasilkanentropi dan memaksimalkan output kerja. Dalam siklus
Rankine yang sebenarnya, kompresi oleh pompa dan ekspansi dalam turbin tidak
isentropic. Dengan kata lain, proses ini tidak bolak-balik dan entropi meningkat
selama proses. Hal ini meningkatkan tenaga yang dibutuhkan oleh pompa dan
mengurangi energi yang dihasilkan oleh turbin. Secara khusus, efisiensi turbin akan
dibatasi oleh terbentuknya titik-titik air selama ekspansi ke turbin akibat kondensasi.
Titik-titik air ini menyerang turbin, menyebabkan erosi dan korosi, mengurangi usia
turbin dan efisiensi turbin. Cara termudah dalam menangani hal ini adalah dengan
memanaskannya pada temperatur yang sangat tinggi.

Efisiensi termodinamika bisa didapatkan dengan meningkatkan temperatur input dari


siklus. Terdapat beberapa cara dalam meningkatkan efisiensi siklus Rankine.
Siklus Rankine dengan pemanasan ulang. Dalam siklus ini, dua turbin bekerja secara
bergantian. Yang pertama menerima uap dari boiler pada tekanan tinggi. Setelah uap
melalui turbin pertama, uap akan masuk ke boiler dan dipanaskan ulang sebelum
memasuki turbin kedua, yang bertekanan lebih rendah. Manfaat yang bisa didapatkan
diantaranya mencegah uap berkondensasi selama ekspansi yang bisa mengakibatkan
kerusakan turbin, dan meningkatkan efisiensi turbin.
Siklus Rankine regeneratif
Konsepnya hampir sama seperti konsep pemanasan ulang. Yang membedakannya
adalah uap yang telah melewati turbin kedua dan kondenser akan bercampur dengan
sebagian uap yang belum melewati turbin kedua. Pencampuran terjadi dalam tekanan
yang sama dan mengakibatkan pencampuran temperatur. Hal ini akan
mengefisiensikan pemanasan primer.
2.

PROSES SIKLUS RANKINE

Siklus Rankine adalah suatu mesin kalori dengan uap air menggerakkan siklus.
Cairan Aktip yang umum adalah air. Siklus terdiri dari empat proses, setiap siklus
mengubah keadaan fluida (tekanan dan/atau wujud).

Proses 1: Fluida dipompa dari bertekanan rendah ke tekanan tinggi dalam


bentuk cair. Proses ini membutuhkan sedikit input energi.

Proses 2: Fluida cair bertekanan tinggi masuk ke boiler di mana fluida


dipanaskan hingga menjad uap pada tekanan konstan menjadi uap jenuh.
Proses 3: Uap jenuh bergerak menuju turbin, menghasilkan energi listrik. Hal
ini mengurangi temperatur dan tekanan uap, dan mungkin sedikit kondensasi juga
terjadi.

Proses 4: Uap basah memasuki kondenser di mana uap diembunkan dalam


tekanan dan temperatur tetap hingga menjadi cairan jenuh.

Pekerjaan Keluaran siklus ( Turbin uap), W1 dan masukan pekerjaan kepada siklus
(Pompa), W2 adalah:
W1 = m (h1-h2)
W2 = m (h4-h3)
di mana m adalah aliran massa siklus . Panas menyediakan kepada siklus ( ketel uap),
Q1 Dan Panas menolak dari siklus ( pemadat), Q2 adalah:

Q1 = m (h1-h4)
Q2 = m (h2-h3)
kerja keluaran siklus adalah:
W = W1 - W2
Turbine:
- Energi dalam pada tekanan uap tinggi bekerja
- Tekanan menurunkan Pboiler ke Pcondenser
Condensor:
-memadatkan uap air.
-Tekananya tetap.
- Ciptakan ruang hampa atau tekanan rendah pada Pcondenser
- Cairan keluar sebagai SATURATED LIQUID
Pompa ( Feedwater Pompa):
- Tekanan uap air meningkat dari Pcondenser ke Pboiler
- Konsumsi tenaga.
Ketel uap (boiler)
- energi Masuk ke tekanan tinggi memberi air untuk uap air
- tekanan konstat pada tekanan tinggi, Pboiler
Efisiensi yang yang digunakan untuk panas suatu Daur Rankine adalah:

BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini
menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua
proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini
juga menyatakan bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur
nol absolut bernilai nol.
Aplikasi: Kebanyakan logam bisa menjadi superkonduktor pada suhu sangat rendah,
karena tidak banyak keacakan gerakan kinetik dalam skala molekular yang
menggangu aliran elektron.
Siklus Rankine adalah siklus termodinamika yang mengubah panas menjadi kerja.
Terdapat 4 proses dalam siklus Rankine, setiap siklus mengubah keadaan fluida
(tekanan dan/atau wujud).
Proses 1: Fluida dipompa dari bertekanan rendah ke tekanan tinggi dalam bentuk cair.
Proses ini membutuhkan sedikit input energi.
Proses 2: Fluida cair bertekanan tinggi masuk ke boiler di mana fluida dipanaskan
hingga menjad uap pada tekanan konstan menjadi uap jenuh.
Proses 3: Uap jenuh bergerak menuju turbin, menghasilkan energi listrik. Hal ini
mengurangi temperatur dan tekanan uap, dan mungkin sedikit kondensasi juga
terjadi.
Proses 4: Uap basah memasuki kondenser di mana uap diembunkan dalam tekanan
dan temperatur tetap hingga menjadi cairan jenuh.

Anda mungkin juga menyukai