Anda di halaman 1dari 18

TUGAS

KIMIA POLIMER

Disusun Oleh: Ismi Nurakhmawati


NIM: 1113096000019
Jurusan: Kimia
Fakultas: Sains dan Teknologi
Mata Kuliah: Kimia Polimer
Dosen: Mirzan T. Razzak, DR, APU

1. KLASIFIKASI POLIMER
1.

Penggolongan Polimer Berdasarkan Asalnya

a. Polimer alam yaitu polimer yang terdapat di alam. Polimer alam terbentuk karena reaksi
polikondensasi dan polimerisasi sendiri. Polimer alam sukar dicetak sesuai keinginan, mudah
menggembung dan kehilangan kekenyalannya setelah terlalu lama terkena bensin atau minyak, serta
tidak tahan terhadap mikroorganisme. Contohnya:
- Polimer alam yang terbentuk dari reaksi polimerisasi kondensasi adalah protein. Protein terbentuk
dari gabungan asam-asam amino.

- Polimer alam yang terbentuk dari reaksi polimerisasi adisi adalah karet alam/isoprena

Sifat-sifat polimer alam kurang menguntungkan. Contohnya, karet alam kadang-kadang cepat
rusak, tidak elastis, dan berombak. Hal tersebut dapat terjadi karena karet alamtidak tahan terhadap
minyak bensin atau minyak tanah serta lama terbuka di udara. Contoh lain, sutera dan wol merupakan
senyawa protein bahan makanan bakteri, sehingga wol dan sutera cepat rusak. Umumnya polimer
alam mempunyai sifat hidrofilik (suka air), sukar dilebur dan sukar dicetak, sehingga sangat sukar
mengembangkan fungsi polimer alam untuk tujuan-tujuan yang lebih luas dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari.
b. Polimer sintetis yaitu polimer yang sengaja dibuat di pabrik sesuai kebutuhandan tidak terdapat di
alam. Polimer sintetis mudah dicetak sesuai keinginan dan tahan terhadap mikroorganisme.

Tabel 1.1 Beberapa Contoh Polimer Alam


Polimer
Protein
Amilum
Selulosa
Asam Nukleat
Karet Alam

Monomer
Asam Amino
Glukosa
Glukosa
Nukleotida
Isoprena

Polimerasasi
Kondensasi
Kondensasi
Kondensasi
Kondensasi
Adisi

Sumber terdapatnya
Wol / Sutera
Beras, Gandum, Lainnya
Kayu(Tumbuh -tumbuhan)
DNA, RNA
Getah pohon karet

Tabel 1.2 Beberapa Contoh Polimer Sintetis


Polimer
Polietilena
PVC
Polipropilena
Teflon

2.

Monomer
Etena
Vinilklorida
Propena
Tetrafluoroetilena

Polimerasasi
Adisi
Adisi
Adisi
Adisi

Sumber terdapatnya
Plastik
Pelapis lantai, pipa
Tali plastik, botol plastik
Panci anti lengket

Berdasarkan Bentuk Susunan Rantainya

a. Polimer Linier, yaitu polimer yang tersusun dengan unit ulang berikatan satu sama lainnya
membentuk rantai polimer yang panjang.

b. Polimer Bercabang, yaitu polimer yang terbentuk jika beberapa unit ulang membentuk cabang
pada rantai utama.

c. Polimer Berikatan Silang (Cross-linking), yaitu polimer yang terbentuk karena beberapa rantai
polimer saling berikatan satu sama lain pada rantai utamanya. Jika sambungan silang terjadi
ke berbagai arah maka akan terbentuk sambung silang tiga dimensi yang sering disebut polimer
jaringan.

3. Berdasarkan Reaksi Polimerisasi


Peristiwa penggabungan monomer-monomer menjadi polimer disebut polimerisasi. Polimerisasi
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Polimerisasi Adisi
Polimerisasi adisi adalah polimer yang terjadi karena reaksi adisi, yaitu reaksi penambahan molekulmolekul monomer berikatan rangkap atau siklis dan biasanya dengan adanya suatu pemicu berupa
radikal bebas atau ion.

2. Polimerasasi Kondensasi
Polimer yang terjadi karena reaksi kondensasi/reaksi bertahap.Mekanisme reaksi polimer kondensasi
identik dengan reaksi kondensasi senyawa bobot molekul rendah yaitu: reaksi dua gugus aktif dari 2
molekul monomer yang berbeda berinteraksi dengan melepaskan molekul kecil. Atau dapat dikatakan
penggabungan monomer-monomer disertai pelepasanmolekul kecil/sederhana. Polimerasasi ini terjadi
pada monomer yang mempunyai gugus fungsi pada kedua ujungnya. Apabila hasil polimer dan
pereaksi (monomer) berbeda fase, reaksi akan terus berlangsung sampai salah satu pereaksi habis.
Contohnya pembentukan nilon:

4. Berdasarkan Jenis Monomer Penyusunnya

1.

Homopolimer, yakni polimer yang terbentuk dari penggabungan monomer sejenis dengan
unit brulang yang sama. Contohnya : Polietilena, Polipropilena, Teflon

2.

Kopolimer, yakni polimer yang terbentuk dari beberapa jenis monomer yang
berbeda. Contohnya : Nilon 66 dan Dakran. Kopolimer ini dibagi lagi atas empat
kelompok yaitu:
a. Kopolimer acak
Dalam kopolimer acak, sejumlah kesatuan berulang yang berbeda tersusun secara acak
dalam rantai polimer.
b. Kopolimer silang teratur
Dalam kopolimer silang teratur kesatuan berulang yang berbeda berselang - seling secara
teratur dalam rantai polimer.
c. Kopolimer blok
Dalam kopolimer blok kelompok suatu kesatuan berulang berselang - seling dengan
kelompok kesatuan berulang lainnya dalam rantai polimer.
d. Kopolimer cabang/Graft Copolimer
Yaitu kopolimer dengan rantai utama terdiri dari satuan berulang yang sejenis dan rantai
cabang monomer yang sejenis.

5. Berdasarkan Sifatnya terhadap Panas


a. Polimer Termoplas
Polimer termoplas adalah polimer yang melunak jika dipanaskan dan dapat dibentuk
ulang. Contohnya : PVC, Polietilena
b. Polimer Termoset
Polimer termoseting adalah polimer yang tidak melunak jika dipanaskan dan tidak dapat
dibentuk ulang. Contohya : Bakelit ( Plastik yang di gunakan untuk listrik )
Perbedaan antara polimer termoplas dan termoset terletak pada strukturnya. Polimer termoplas
terdiri atas molekul molekul rantai lurus, sedangkan polimer termoset terdiri atas ikatan silang
antar rantai sehingga terbentuk bahan yang keras dan lebih kaku.

2. STRUKTUR POLIMER
Polimer merupakan ilmu pengetahuan yang berkembang secara aplikatif. Kertas, plastik, ban,
serat-serat alamiah, merupakan produk-produk polimer. Polimer merupakan ilmu yang sangat
dinamis. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan pengetahuan yang baik tentang konsep-konsep dasar
polimer, agar dapat memahami dan mengembangkan ilmu polimer.
Berbagai barang yang dibuat dari bahan plastik disebut polimer. Polimer berasal dari bahasa
yunani poly = banyak dan mer = bagian, yang artinya suatu makromolekul yang terdiri dari monomermonomernya. Polimer terdiri dari molekul-molekul besaryang disebut makromolekul. Polimer
merupakan penggabungan sejumlah molekul-molekul kecil/sederhana (monomer) sehingga
menghasilkan satu molekul yang lebih besar (makromolekul).

Tabel 2.1 Struktur Umum dan Nama Polimer

Jumlah yang sangat banyak dari struktur polimer menuntut adanya sistem tata nama. Berikut ini
adalah aturan pemberian nama polimer vinil yang didasarkan atas nama monomer (nama sumber atau
umum), taktisitas dan isomer:

Nama monomer satu kata :


Ditandai dengan melekatkan awalan poli pada nama monomer

Contoh :
Polistirena

Polietilena

Politetrafluoroetilena
(teflon, merk dari du Pont)

Nama monomer lebih dari satu kata atau didahului sebuah huruf atau angka
Nama monomer diletakkan dalam kurung diawali poli
Contoh :
Poli(asam akrilat)

Poli(a-metil stirena)

Poli(1-pentena)

Untuk taktisitas polimer


- diawali huruf i untuk isotaktik atau s (sindiotaktik) sebelum poli
Contoh : i-polistirena (polimer polistirena dengan taktisitas isotaktik)
Untuk isomer struktural dan geometrik
- Ditunjukkan dengan menggunakan awalan cis atau trans dan 1,2- atau 1,4- sebelum poli
Contoh : trans-1,4-poli(1,3-butadiena)

IUPAC merekomendasikan nama polimer diturunkan dari struktur unit dasar, atau unit ulang
konstitusi (CRU singkatan dari constitutional repeating unit) melalui tahapan sebagai berikut :
1.

Pengidentifikasian unit struktural terkecil (CRU)

2.

Sub unit CRU ditetapkan prioritasnya berdasarkan titik pengikatan dan ditulis prioritasnya
menurun dari kiri ke kanan (lihat penulisan nama polistirena)

3.

Substituen-substituen diberi nomor dari kiri ke kanan

4.

Nama CRU (diletakkan dalam kurung biasa) dan diawali dengan poli

Tabel 2.2 Contoh Pemberian Beberapa Nama Polimer Menurutsumber Monomernya Dan IUPAC
Nama Sumber

Nama IUPAC

Polietilena

Poli(metilena)

Politetrafluoroetilena

Poli(difluorometilena)

Polistirena

Poli(1-feniletilena)

Poli(asam akrilat)

Poli(1-karboksilatoetilena)

Poli(a-metilstirena)

Poli(1-metil-1-feniletilena)

Poli(1-pentena)

Poli[1-(1-propil)etilena]

Untuk tata nama polimer non vinil seperti polimer kondensasi umumnya lebih rumit daripada polimer
vinil. Polimer polimer ini biasanya dinamai sesuai denganmonomer mula-mula.
Contoh : nylon, umumnya disebut nylon-6,6 (66 atau 6/6), lebih deskriptif disebut poli(heksametilen
adipamida) yang menunjukkan poliamidasi heksametilendiamin (disebut juga 1,6-heksan diamin)
dengan asam adipat.

Mengikuti rekomendasi IUPAC, kopolimer (polimer yang diturunkan dari lebih satu jenis monomer)
dinamai dengan cara menggabungkan istilah konektif yang ditulis miring antara nama-nama
monomer yang dimasukkan dalam kurung atau antara dua atau lebih nama polimer

Tabel 2.3 Berbagai Jenis Kopolimer


Jenis kopolimer

Konektif

Contoh

Tak dikhususkan

-co-

Poli[stirena-co-(metil metakrilat)]

Statistik

-stat-

Poli(stirena-stat-butadiena)

Random/acak

-ran-

Poli[etilen-ran-(vinil asetat)]

Alternating (bergantian)

-alt-

Poli(stirena-alt-(maleat anhidrida)]

Blok

-blok-

Polistirena-blok-polibutadiena

Graft (cangkok/tempel)

-graft-

Polibutadiena-graft-polistirena

3. TEKNIK POLIMERISASI
Pada dasarnya, ada dua teknik polimerisasi yang dapat digunakan untuk memproduksi
polimer, yaitu teknik homogen dan teknik heterogen. Teknik homogen dapat dilakukan secara
polimerisasi massa dan larutan, sedangkan teknik heterogen dilaksanakan secara emulsi dan suspensi.
1.

Teknik Polimerisasi Homogen

Dalam teknik polimerisasi homogen, terdiri dari 2 sub polimerisasi, yaitu polimerisasi massa dan
polimerisasi larutan.
a.

Polimerisasi Massa

Teknik polimerisasi massa atau yang sering disebut bulk polimerisation adalah teknik yang
bertujuan untuk pembuatan polimer kondensasi, reaksinya bersifat eksotermis dengan viskositas
campuran yang rendah sehingga panas dapat berpindah melalui pengeluaran gelembung. Sistem pada
polimerisasi massa jarang digunakan secara komersil untuk pembuatan polimer visual, kecuali untuk
membuat polimetil metakrilat tuang.
Penentuan bobot molekul polimer dapat dilakukan dengan fraksinasi polimer yakni untuk
memisahkan sampel polimer tertentu ke dalam beberapa golongan bermassa molekul sama.
Umumnya cara yang digunakan dalam fraksinasi didasarkan pada kenyataan bahwa kelarutan polimer
berkurang dengan naiknya massa molekul.

Cara - cara melakukan fraksinasi:


1. Pengendapan bertingkat
Langkah-langkahnya:

Sampel dilarutkan dalam pelarut yang cocok sehingga membentuk larutan yang
berkonsentrasi 0,1 persen.

Kedalam larutan ini ditambahkan bukan pelarut setetes demi setetes sambil diaduk cepat.
Bahan bermassa molekul paling tinggi menjadi tak larut dan segan terpisah.

Tambahkan lagi bukan - pelarut sebagai pengendap untuk mengendapkan polimer bermassa
molekul tertinggi berikutnya.

Tata kerja ini dilakukan berulang - ulang sampai terpisah menjadi beberapa fraksi yang kian
berkurang massa molekulnya.

2. Elusi bertingkat
Langkah-langkahnya:

Polimer diekstraksi dari zat padat kedalam larutan.

Kolom diisi dengan bahan polimer dan diisi sampel, lalu dielusi dengan campuran pelarut dan
bukan pelarut secara bertahap. Jadi polimer yang bermassa molekul rendah keluar dari kolom
pertama kali, diikuti oleh fraksi yang mengandung bahan bermassa molekul lebih besar.

3. Kromatografi Permiasi Gel (KPG)


Cara kerja:

Kolom diisi dengan beberapa bentuk bahan kemasan polimer.

Larutan sampel polimer yang sedang diteliti dilewatkan ke dalam kolom dan dielusi dengan
lebih banyak pelarut.

b.

Polimerisasi Larutan

Contoh dari polimerisasi larutan ialah konversi polivinil asetat menjadi polivinil alcohol ester akrilik.
Polimerisasi monomer vinil, berlangsung dalam larutan untuk memudahkan perpindahan panas dan
control. pada pembuatan polimerisasi monomer vinil, diperlukan pelarut yang benar sehingga tidak
terjadi chain transfer, dan polimer yang akan dihasilkan dapat digunakan dalam larutan.
Karakteristik Polimerisasi Larutan :

Dapat dilakukan untuk polimerisasi vinil dengan pelarut yang sesuai

Keuntungan: panas dapat dipindahkan kepelarut.

Kesukaran: dapat terjadi pemindahan rantai kepelarut

Sukar menghilangkan pelarut

2.

Teknik Polimerisasi Heterogen

Dalam teknik polimerisasi hoterogen, terdiri dari 2 sub polimerisasi, yaitu polimerisasi emulsi
dan polimerisasi suspensi.

Polyethylene membentuk cabang karena proses self-branching. Cabang yang lebih panjang dari metil
tidak dapat masuk ke kisi kristal polyethylene, sehingga polimer padat yang dihasilkan kurang bersifat
kristal (tidak transparan) dan lebih kaku daripada HDPE (0.935-0.96 g cm-3) yang dibuat dengan
reaksi coordination polymerization.
a.

Polimerisasi Emulsi

Polimerisasi jenis ini, dapat menghasilkan polimer dengan laju dan berat molekul yang tinggi.
Sistem pada polimerisasi emulsi merupakan dua fase cairan yang tidak larut, Fase pertama ialah fase
kontinu aqueous, yang merupakan inisiator, sedangkan fase kedua ialah fase diskontinu nonaqueous
yang merupakan bentuk monomer dan polimer. Contoh teknik polimerisasi ini adalah pada pembuatan
karet SBR.
Pada tahun 1998 kebutuhan dunia akan polimer emulsi sebesar 7,4 juta metrik ton dan
diramalkan kebutuhan tersebut pada tahun 2007 akan meningkat menjadi 10,1 juta metrik ton dengan
pertumbuhan per tahun sebesar 3,6% . Salah satu faktor yang menentukan sifat/karakter polimer
emulsi adalah ukuran partikel. Polimer emulsi mengandung partikel dengan diameter berkisar antara
10 sampai dengan 1.500 nm. Pada umumnya ukuran partikel polimer emulsi berkisar antara 100
sampai dengan 250 nm. Ukuran partikel sangat menentukan sifat polimer emulsi seperti sifat aliran
dan kestabilan polimer. Sebagai contoh suatu bahan pelapis dengan ukuran partikel yang kecil akan
memberikan hasil coating yang halus, kekuatan adhesi yang baik, ketahanan terhadap air yang cukup
baik serta kestabilan lateks yang cukup lama. Disamping itu ukuran diameter partikel polimer yang
kecil dapat menyebabkan bahan pelapis akan lebih glossy atau transparan karena partikel-partikel
polimer dari pelapis akan lebih rapat, jadi tidak ada ruang untuk ditempati partikel lain.

Karakteristik Polimerisasi Emulsi :

Ada 2 fasa cair saling bercampur :

Fasa luar = fasa kontinu = medium pendispersi = air


Fasa dalam = fasa terkontinu = medium terdispersi = monomer + polimer

Inisiator berada dalam fsa cair. Partikel monomer polimer = 0,1m

Dispersi cair-cair = emulsi memerlukan stabilisator (emulgator).

Disperse padat-cair = suspensi

Polimerisasi emulsi polimer menghasilkan nilai yang tinggi dengan biaya rendah, ramah
lingkungan proses. Dorongan untuk mengembangkan metode produksi ramah lingkungan untuk
polimer telah mengakibatkan luas dalam pengembangan dan implementasi dari teknik polimerisasi
emulsi. Selain itu, bila dikombinasikan dengan mekanisme polimerisasi novel proses dapat
menimbulkan berbagai produk polimer dengan polimerisasi properties.Emulsion sangat berguna
adalah proses yang kompleks, diatur oleh interaksi dari kedua kimia dan sifat fisik termasuk kinetika
polimerisasi dan stabilitas dispersi. aplikasi industri yang sukses bergantung pada pemahaman dan
pengendalian properti tersebut.

b.

Polimerisasi Suspensi

Teknik pada polimerisasi suspensi berlangsung dalam system aqueous dengan monomer sebagai fase
terdispersi sehingga menghasilkan polimer yang berada fase solid terdispersi. Metode polimerisasi ini
digunakan secara komersil untuk menghasilkan polimer vinil yang keras, contohnya polistirena,
polimetil metaklirat, polivinil klorida serta poliakrilonitril. Contoh teknik polimerisasi suspense
adalah pada proses pembuatan PMMA.
Polimerisasi Suspensi :

Diagram alir polimerisasi suspensi untuk pembuatan methyl methacrylate


Dalam polimerisasi suspensi, monomer + inisiator yang terlarut didispersikan dalam bentuk
tetesan kecil ke dalam air yang mengandung sedikitsuspension agent. Begitu polimerisasi
berlangsung, tetesan monomer berubah menjadi kental dan lengket. Hasil akhir reaksi mengandung
polimer 25-50% yang terdispersi dalam air. Jika polimerisasi sudah selesai, suspensi polimer dialirkan
ke blowdown tank atau stripper untuk memisahkan sisa monomer. Slurry dipompa ke centrifuge atau
filter untuk menyaring, mencuci, dan mengeringkan polimer. Polimer basah (30% air) dikeringkan
dengan udara hangat (66 to 149C) dalam dryer. Polimer kering dikirim ke storage.

Keuntungan polimerisasi suspensi:


1. Penggunaan air sebagai media pertukaran panas lebih ekonomis darpada solven organik.
2. Dengan nilai CP yang besar, pengambilan panas reaksi lebih efektif dan kontrol terhadap
temperatur menjadi lebih mudah.
3. Pemisahan dan penanganan polimer lebih mudah daripada polimerisasi emulsi dan larutan.
4. Produk lebih mudah dimurnikan.
Polimerisasi suspensi paling banyak digunakan untuk memprodukasi resin plastik:
Semua jenis resin termoplastik :

Polystyrene, Polymethyl methacrylate, Polyvinyl chloride,

Polyvinylidene chloride,

Polyvinyl acetate,

Polyethylene, Polypropylene

Komposisi dan kondisi reaksi beberapa sistem polimerisasi suspensi :

4. JENIS MEKANISME POLIMERISASI


Dua jenis utama dari reaksi polimerisasi adalah polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi.
Jenis reaksi yang monomernya mengalami perubahan reaksi tergantung pada strukturnya. Suatu
polimer adisi memiliki atom yang sama seperti monomer dalam unit ulangnya, sedangkan polimer
kondensasi mengandung atom-atom yang lebih sedikit karena terbentuknya produk sampingan selama
berlangsungnya proses polimerisasi.
Polimer Adisi
Reaksi pembentukan teflon dari monomer-monomernya tetrafluoroetilen, disebut reaksi
adisi.Perhatikan Gambar 7 yang menunjukkan bahwa monomer etilena mengandung ikatan rangkap
dua, sedangkan di dalam polietilena tidak terdapat ikatan rangkap dua.

Gambar 7. Monomer etilena mengalami reaksi adisi membentuk polietilena yang digunakan sebagai
tas plastik, pembungkus makanan, dan botol. Pasangan elektron ekstra dari ikatan rangkap dua pada
tiap monomer etilena digunakan untuk membentuk suatu ikatan baru menjadi monomer yang lain
Menurut jenis reaksi adisi ini, monomer-monomer yang mengandung ikatan rangkap dua saling
bergabung, satu monomer masuk ke monomer yang lain, membentuk rantai panjang. Produk yang
dihasilkan dari reaksi polimerisasi adisi mengandung semua atom dari monomer awal.
BerdasarkanGambar 7, yang dimaksud polimerisasi adisi adalah polimer yang terbentuk dari reaksi
polimerisasi disertai dengan pemutusan ikatan rangkap diikuti oleh adisi dari monomermonomernya
yang membentuk ikatan tunggal. Dalam reaksi ini tidak disertai terbentuknya molekul-molekul kecil
seperti H2O atau NH3.
Contoh lain dari polimer adisi diilustrasikan pada Gambar 8. Suatu film plastik yang tipis terbuat dari
monomer etilen dan permen karet dapat dibentuk dari monomer vinil asetat.

Gambar 8. Polietilen dan polivinil asetat adalah contoh polimer yang dibuat melalui polimerisasi
adisi.
Dalam reaksi polimerisasi adisi, umumnya melibatkan reaksi rantai. Mekanisme polimerisasi adisi
dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

Sebagai contoh mekanisme polimerisasi adisi dari pembentukan polietilena


a) Inisiasi, untuk tahap pertama ini dimulai dari penguraian inisiator dan adisi molekul monomer
pada salah satu radikal bebas yang terbentuk. Bila kita nyatakan radikal bebas yang terbentuk dari
inisiator sebagai R, dan molekul monomer dinyatakan dengan CH2 = CH2, maka tahap inisiasi dapat
digambarkan sebagai berikut:

b) Propagasi, dalam tahap ini terjadi reaksi adisi molekul monomer pada radikal monomer yang
terbentuk dalam tahap inisiasi

Bila proses dilanjutkan, akan terbentuk molekul polimer yang besar, dimana ikatan rangkap C= C
dalam monomer etilena akan berubah menjadi ikatan tunggal C C pada polimer polietilena

c) Terminasi, dapat terjadi melalui reaksi antara radikal polimer yang sedang tumbuh dengan
radikal mula-mula yang terbentuk dari inisiator (R) CH2 CH2 + R -> CH2 CH2- R atau antara
radikal polimer yang sedang tumbuh dengan radikal polimer lainnya, sehingga akan membentuk
polimer dengan berat molekul tinggi R-(CH2)n-CH2 + CH2-(CH2)n-R -> R-(CH2)n-CH2CH2(CH2)n-R Beberapa contoh polimer yang terbentuk dari polimerisasi adisi dan reaksinya antara lain.

Polivinil klorida

n CH2 = CHCl [ - CH2 - CHCl - CH2 - CHCl - ]n Vinil klorida polivinil klorida

Poliakrilonitril

n CH2 = CHCN [ - CH2 - CHCN - ]n

Polistirena

Polimer Kondensasi
Polimer kondensasi terjadi dari reaksi antara gugus fungsi pada monomer yang sama atau
monomer yang berbeda. Dalam polimerisasi kondensasi kadang-kadang disertai dengan terbentuknya
molekul kecil seperti H2O, NH3, atau HCl.
Di dalam jenis reaksi polimerisasi yang kedua ini, monomer-monomer bereaksi secara adisi
untuk membentuk rantai. Namun demikian, setiap ikatan baru yang dibentuk akan bersamaan dengan
dihasilkannya suatu molekul kecil biasanya air dari atom-atom monomer. Pada reaksi semacam
ini, tiap monomer harus mempunyai dua gugus fungsional sehingga dapat menambahkan pada tiap
ujung ke unit lainnya dari rantai tersebut. Jenis reaksi polimerisasi ini disebut reaksi kondensasi.
Dalam polimerisasi kondensasi, suatu atom hidrogen dari satu ujung monomer bergabung
dengan gugus-OH dari ujung monomer yang lainnya untuk membentuk air. Reaksi kondensasi yang
digunakan untuk membuat satu jenis nilon ditunjukkan pada Gambar 9 dan Gambar 10.

Gambar 9. Kondensasi terhadap dua monomer yang berbeda yaitu 1,6 diaminoheksana dan asam
adipat yang umum digunakan untuk membuat jenis nylon. Nylon diberi nama menurut jumlah atom
karbon pada setiap unit monomer. Dalam gambar ini, ada enam atom karbon di setiap monomer,
maka jenis nylon ini disebut nylon 66.

Gambar 10. Pembuatan Nylon 66 yang sangat mudah di laboratorium.


Contoh lain dari reaksi polimerisasi kondensasi adalah bakelit yang bersifat keras, dan dracon, yang
digunakan sebagai serat pakaian dan karpet, pendukung pada tape audio dan tape video, dan
kantong plastik.
Monomer yang dapat mengalami reaksi polimerisasi secara kondensasi adalah monomer-monomer
yang mempunyai gugus fungsi, seperti gugus -OH; -COOH; dan NH3.

Anda mungkin juga menyukai