Anda di halaman 1dari 8

Kadar kurkumin dan potensi antioksidan ekstrak etanol rimpang temu putih

(Curcuma zedoaria (Berg) Roscoe.), temu magga (Curcuma mangga Val et Zyp.)
dan temu lawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb).
Ros Sumarny, Ratna Djamil, Afrilia Indira S.
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILA
email : rosaries15@yahoo.com
ABSTRAK
Kurkumin adalah salah satu anggota kelompok senyawa kurkuminoid dan
merupakan senyawa penciri (marker) pada tanaman suku zingiberaceae. Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui kadar kurkumin dalam ekstrak etanol secara
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) -Densitometri dan aktivitas antioksidan ekstrak
etanol dari rimpang temu putih, temu mangga dan temu lawak terhadap 1,1-difenil-2pikrilhidrazil (DPPH). Hasil penapisan fitokimia serbuk rimpang simplisia diperoleh
pada rimpamg temu putih, temu mangga, temu lawak terdapat golongan senyawa
flavonoid, saponin, terpenoid, minyak atsiri. Kadar kurkumin pada ekstrak etanol
rimpang temu putih sebesar 0,10%, temu mangga sebesar 0,19% dan temu lawak
sebesar 0,51%. Hasil uji aktivitas antioksidan dengan metode metode DPPH
diperoleh nilai IC50 dari ekstrak etanol rimpang temu mangga sebesar 233,18 g/mL,
temu putih sebesar 99,19 g/mL, temu lawak sebesar 31,57 g/mL dan vitamin C
sebagai kontrol positif sebesar 4,84 g/mL. Kadar kurkumin dan aktivitas
antioksidan terhadap DPPH paling tinggi diperoleh pada ekstrak etanol rimpang
temu lawak.
Kata Kunci: temu putih, temu mangga, temu lawak, kurkumin, antioksidan
PENDAHULUAN
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan pergeseran pola
makan yang cenderung tidak seimbang maka pola penyakit mulai bergeser dari
penyakit infeksi beralih pada penyakit degeneratif seperti aterosklerosis, penyakit
jantung dan kanker yang kini cenderung menjadi penyebab utama kematian pada
usia produktif (1).
Penyebab utama penyakit degeneratif ini adalah radikal bebas yang berasal dari zat
polutan limbah pabrik, asap rokok atau pola makan yang tidak seimbang. Radikal
bebas adalah senyawa kimia dengan satu atau lebih elektron bebas yang tidak
berpasangan, bersifat sangat reaktif dan tidak stabil; mudah menyerang sel dalam
tubuh. Sistim pertahananan tubuh melalui enzim sulfodimustase oksidase atau
1

katalase akan memutus reaksi berantai dari radikal bebas yang terdapat dalam tubuh.
Pada kondisi patologis, jumlah radikal bebas dalam tubuh meningkat jauh melebihi
antioksidan yang ada sehingga untuk menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan
akibat adanya radikal bebas tersebut diperlukan asupan antioksidan dari luar (2).
Antioksidan telah banyak dikenal, diproduksi dan digunakan dalam berbagai
industri. Senyawa antioksidan yang cukup dikenal adalah Butylatedhydroxytoluene
(BHT) dan Butylatedhydroxyanysole (BHA). Namun beberapa hasil penelitian yang
dilakukan oleh para ilmuwan telah membuktikan bahwa antioksidan sintetis tersebut
mempunyai efek samping yang berpotensi sebagai karsinogenik terhadap efek
reproduksi dan metabolisme. Beberapa antioksidan alami dapat dihasilkan dari
produk alami seperti tanaman rempah, sayuran dan buah. Tanaman rempah dapat
mempunyai daya aktivitas antioksidan lebih tinggi bila dibandingkan dengan buah
dan sayuran (3).
Senyawa kimia kelompok antioksidan seperti polifenol, flavonoid, vitamin C,
vitamin E, betakaroten, kurkumin, katekin dan resveratrol secara alami terdapat
dalam tanaman. Diantara tanaman rempah yang mengandung bahan aktif yang dapat
meredam radikal bebas tersebut adalah tanaman yang termasuk suku Zingiberaceae
yang meliputi temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe), temu mangga
(Curcuma mangga Val et Zyp.) dan temu lawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) (4).
Penelitian ini bertujuan menetapkan kadar kurkumin dalam ekstrak etanol rimpang
temu putih, temu mangga dan temu lawak dan menguji aktivitas antioksidan masingmasing ekstrak terhadap 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH).

METODOLOGI PENELITIAN
Bahan Penelitian
Rimpang temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe), temu mangga (Curcuma
mangga Val et Zyp.), temu lawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) diperoleh dari
Balittro. Bahan yang lain yaitu baku pembanding kurkumin, vitamin C, etanol 96%,
asam sulfat, asam asetat glasial, kloroform, pereaksi Dragendorff, pereaksi Mayer,
pereaksi Stiasny, asam klorida, amil alkohol, NaOH 1 N, eter, amoniak, besi (III)
klorida, petroleum eter, metanol dan DPPH.

Alat
Alat-alat gelas, kertas saring, pipa kapiler 5 L, lempeng silika gel GF254, bejana
kromatografi, Densitometer (Camag TLC Scanner 3), alat maserasi, rotavapor (Merk
Buchi Rotavapor R-200/205), spektrofotometer ultraviolet-cahaya tampak (Shimadzu
UV-1601), timbangan mikro, pipet volum, oven, mikro pipet.
Pembuatan Ekstrak
Sebanyak 350 gram masing serbuk rimpang yang sudah dikeringkan dan dihaluskan
diekstraksi dengan cara dimaserasi pada suhu kamar menggunakan etanol 96%
sebanyak 4 liter. Filtrat hasil maserasi dipekatkan dengan rotavapor pada suhu
50C sampai diperoleh ekstrak kental.
Penapisan Fitokimia
Dilakukan identifikasi golongan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, kuinon, steroid
atau terpenoid, kumarin, minyak atsiri (5).
Penetapan Kadar Kurkumin Secara KLT-Densitometri
Larutan baku pembanding (kontrol positif) adalah larutan kurkumin 200 g/mL.
Larutan uji dibuat dengan menimbang seksama 500 mg dari masing-masing ekstrak
kental etanol rimpang dan dilarutkan dalam 10,0 mL etanol 96%.
Cara penetapan: larutan uji dan larutan baku pembanding masing-masing ditotolkan
sebanyak 15 L pada lempeng silika gel GF254; fase gerak yaitu kloroform-etanol
96%-asam asetat glasial (94:5:1).
Pengujian Aktivitas Antioksidan Terhadap DPPH
Pembuatan larutan 1 mM DPPH
Ditimbang seksama 39,5 mg DPPH (BM 394,32), kemudian dilarutkan dalam 100,0
mL metanol dalam botol berwarna gelap.
Larutan blanko
Dipipet 1,0 mL larutan DPPH 1 mM ke dalam labu tentukur 5-mL ditambahkan
metanol sampai 5,0 mL dan dihomogenkan, kemudian diinkubasi dalam inkubator
pada suhu 37C selama 30 menit. Serapan dibaca larutan ini diukur dengan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 515 nm.

Larutan uji dan vitamin C (kontrol positif)


Ditimbang seksama 5 mg ekstrak masing-masing sampel, dimasukkan ke dalam labu
tentukur 5-mL ditambahkan metanol ad 5,0 mL, dihomogenkan sehingga diperoleh
larutan dengan konsentrasi 1000 g/mL (larutan induk). Ke dalam masing-masing
labu tentukur dari berbagai konsentrasi ditambahkan 1,0 mL larutan DPPH 1 mM dan
metanol sampai volume mencapai 5,0 mL. Setelah dihomogenkan, larutan diinkubasi
dalam pada suhu 37C selama 30 menit, serapan diukur pada 515 nm.
Rumus : %Inhibisi =

Ab As
100%
Ab

Ab = serapan larutan blanko DPPH dalam metanol.


As = sisa serapan DPPH setelah bereaksi dengan sampel
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penapisan Fitokimia
Tabel 1. Hasil penapisan fitokimia.
Golongan senyawa
Alkaloid
Flavonoid
Saponin
Tanin
Kuinon
Steroid &
Terpenoid
Kumarin
Minyak atsiri

Temu putih
++
++
++
Terpenoid
++

Temu mangga
+
++
+
Terpenoid
+

Temu lawak
++
+
++
Terpenoid
+++

Keterangan:
: Reaksi negatif
+ : Reaksi positif, intensitas lemah
++ : Reaksi positif, intensitas kuat
+++ : Reaksi positif, intensitas lebih kuat

Penetapan Kadar Kurkumin Secara KLT-Densitometri


Pemisahan kurkuminoid dilakukan secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan
fase gerak : kloroform-etanol 96%-asam asetat glasial (94:5:1). Diperoleh tiga bercak
berwarna kuning yaitu bercak pertama : hRf 75-79 (kurkumin), bercak kedua : hRf 4347 (demetoksikurkumin) dan bercak ketiga: hRf 30-35 (bisdemetoksikurkumin). Luas
daerah masing-masing bercak diukur dengan densitometer pada panjang gelombang
4

maksimum 426 nm. Dengan membandingkan luas daerah masing-masing bercak


larutan uji dengan luas daerah larutan pembanding (kurkumin) diperoleh kadar
masing-masing ekstrak rimpang seperti yang tertera pada tabel 2. Kadar kurkumin
yang terdapat pada ekstrak etanol rimpang temu lawak paling besar dari kadar
kurkumin yang terdapat pada rimpang temu mangga dan temu putih berdasarkan
pengukuran luas daerah bercak.
Tabel 2. Kadar kurkumin dalam ekstrak etanol.
Ekstrak etanol
Temu putih
Temu mangga
Temu lawak

Kadar kurkumin (%)


0,10 0,0031
0,19 0,0131
0,51 0,0155

Keterangan : setiap penetapan kadar dilakukan tiga kali pengulangan.

Uji Aktivitas Antioksidan Terhadap DPPH


Nilai peredaman (% inhibisi) masing-masing ekstrak etanol rimpang atau vitamin C
diperoleh dari selisih nilai serapan larutan uji (5 tingkatan konsentrasi) terhadap nilai
serapan larutan blanko. Hubungan antara konsentrasi dan persentasi inhibisi dari
masing-masing ekstrak terdapat pada grafik 1,2,3 dan 4.

Gambar 1Aktivitas antioksidan rimpang temu putih

Gambar 3. Aktivitas antioksidan rimpang temu lawak

Gambar 2. Aktivitas antioksidan rimpang temu mangga

Gambar 4. Aktivitas antioksidan vitamin C

Pada penelitian ini diperoleh nilai IC 50 ekstrak etanol rimpang temu putih sebesar
99,19 g/mL, nilai IC50 ekstrak etanol rimpang temu mangga sebesar 233,18 g/mL,
nilai IC50 ekstrak etanol rimpang temu lawak sebesar 31,57 g/mL, nilai IC50 vitamin
C sebesar 4,84 g/mL. Dari ketiga ekstrak etanol tersebut rimpang temu lawak
memiliki aktivitas antioksidan tertinggi sebagai penangkap radikal bebas yang
berbahaya bagi tubuh
SIMPULAN
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada semua serbuk simplisia rimpang temu putih, temu mangga dan temu lawak
terdapat golongan senyawa flavonoid, saponin, terpenoid dan minyak atsiri.
2. Kadar kurkumin paling besar (0,51%) diperoleh pada ekstrak etanol rimpang temu
lawak
3. Nilai IC50 paling besar (31,57 g/mL) diperoleh pada ekstrak etanol rimpang temu
lawak

SARAN
Agar dilakukan penelitian antioksidan secara in-vivo untuk menilai kemampuan
meningkatkan aktivitas enzim sulfodismutase oksidase (SOD) dan kemampuan
mengurangi kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas dengan mengukur kadar
malonil dialdehid (MDA).
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pola penyakit penyebab kematian di
Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan, 2002. hal. 9-27.
2. Halliwel B, Gutteridge JMC, Free radical in biology and medicine 3nd edition.
Oxford: University Press; 1999. hal. 23-31, 105-15.
3. Hernani, Rahardjo M. Tanaman berkhasiat antioksidan. Jakarta: Penebar Swadaya;
2005. hal. 3-20.
4. Windono T, Parfati N. Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe: Kajian pustaka
kandungan kimia dan aktivitas farmakologik. Artocarpus 2002;2(1):1-10.
5. Farnsworth NR. Biological and Phytochemical Screening of Plant. J.Pharm. Sci,
1986: 55(3). hal. 225-6.

Anda mungkin juga menyukai