Generalisasi
Penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan
sejumlah data. Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus
cukup dan dapat mewakili.
Contoh:
Ujian Semester Genap telah selesai dilaksanakan seminggu yang lalu. Kini,
sudah tiba saatnya, untuk para siswa dan siswi SMAN 1 Cikarang Utara, melihat
hasil tes mereka yang sudah mereka kerjakan dengan susah payah. Sejak hari
Sabtu sudah tertempel banyak kertas pengumuman hasil tes di berbagai jendela
kelas agar pada hari Senin siswa dan siswi dapat melihat hasil tes mereka
masing-masing di jendela kelas mereka. Dan betapa mengejutkan, untuk hasil
tes Fisika dan Kimia bagi kelas X. Hanya segelintir orang saja yang lulus dan
mendapatkan nilai di atas KKM. Tengok saja kelas X.10 sebagai contoh. Hanya 5
orang yang lulus tes dan tidak mengikuti remedial. Sementara 35 siswa lainnya
harus mengikuti tes ulang Rabu nanti. Ini membuktikan bahwa banyak anak
kelas X.10 yang terancam tidak masuk kelas IPA di kelas XI nanti, begitu juga
dengan kelas X yang lain.
Analogi
Penalaran induktif dengan membandingkan dua hal yang banyak persamaannya.
Berdasarkan persamaan kedua hal tersebut, Anda dapat menarik kesimpulan.
Contoh:
Banyak pepatah mengatakan bahwa hidup itu sama dengan halnya sebuah
roda. Roda yang selalu berputar, di salah satu bagiannya terkadang berada di
atas dan terkadang berada di bawah. Begitu juga dengan halnya hidup. Hidup
seseorang tidak selamanya selalu berada di bagian atas dan terus menerus
berada di masa jayanya. Terkadang ada saatnya untuk orang tersebut jatuh dan
berada di bawah bersama masalah-masalah kehidupan yang menimpanya. Oleh
karena itu, untuk orang-orang yang kini sedang dalam masa-masa bahagianya,
jangan lahpernah lupakan, bahwa suatu saat nanti bisa saja kebahagiaan itu
lenyap dan tergantikan oleh kesedihan yang memilukan.
Paragraf Hubungan Sebab Akibat
Paragraf yang dimulai dengan mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebab,
dan sampai pada simpulan yang menjadi akibat.
Contoh:
Pemerintahan Jerman sekitar tahun 1914 sampai 1921 begitu lemah. Jerman
kalah pada Perang Dunia I dan menyebabkan kehilangan sebagian wilayahnya
serta seluruh tanah perkebunan karena perjanjian Versailles. Pada tahun 1921,
Sekutu melalui rapat di London, menetukan pampasan perang bagi Jerman
untuk menjelaskan suatu kejadian atau fenomena yang berasal dari efek suatu tindakan lain. Pendekatan ini
meyakini bahwa setiap hal yang terjadi pasti disebabkan oleh sesuatu lain yang terjadi sebelumnya. Demikian
juga dengan paragraf sebab akibat yang mempunyai pola pengembangan yang sama.
2.
3.
Sebab-Akibat
Pola ini menggambarkan sebab sebab dulu baru setelah itu menampilkan akibat akibat yang akan timbul. Pola
ini tidak hanya selalu terpaku dengan susunan semua sebab kemudian semua akibat. Namun terkadang juga
ditemukan pola pengembanga bergantian yaitu sebab 1 akibat 1, sebab 2 akibat 2, sebab 3 akibat 3 dan
seterusnya hingga selesai.
2.
Akibat-Sebab
Hampir sama dengan penjelasan diatas, yang membedakan hanyalah yang terlebih dahulu dipaparkan ialah
akibat baru diikuti dengan sebab sebab nya.
3.
Akibat-Akibat
Jenis yang terakhir adalah akibat-akibat. Memang bukan sebuah paragraf yang lazin ditemukan, namun jenis
paragraf seperti ini memang ada dan boleh ditampilkan. Terkadang jenis ini ditulis dengan tujuan sebagai
penguat sisi akibatnya saja sedangkan sebabnya hanya menjadi sedikit pelengkap. Jenis ini akan sedikit
mempunyai ciri seperti paragraf deskriptif.
Contoh Paragraf Sebab Akibat
Penumpukan sampah kian hari tidak bisa diatasi. Ditambahkan dengan kebiasaan warga membuang sampah
secara sembarang yang semakin memperburuk keadaan. Pemerintahpun terkesan tidak sigap mengambil
tindakan mengatasi problematika bersama ini. Dan hasilnya, banjir tiap tahun merupakan menu wajib di ibukota.
Banyak rumah yang terendam. Dan juga alur perekonomian pun perlahan mati suri.