Anda di halaman 1dari 6

1.

Apa penyebab jantungnya berdebar-debar?


Jawab :
Terpaparnya seseorng oleh peristiwa yang traumatik akan menimbulkan
respon takut sehingga otak dengan sendirinya akan menimbulkan respon takut
sehingga otak dengan sendirinya akan menilai kondisi keberbahayaan peristiwa yang
dialami. Dalam hal ini amigdala merupakan batang otak yang sangat berpern besar.
Amigdala akan mengaktivasi beberpa neurotrnsmitter serta bahan-bahan
neurokimiawi di otak jika ssorang mengahpi peristiwa traumatik. Amigdala dengan
segera akan bereaksi dgn dgn mmberikan stimulus berupa tanda darurat kepada :
a. Sistem saraf simpatis (katekolamin)
b. Sistem saraf parasimpatis
c. Aksis hipotalamus-hipofisis-kelenjar adrenal.
Akibat perngsangan pada sistem saraf simpatis segera setelah mengalami
peristiwa traumatik, maka akan terjadi peningkatan denyut jantung dan tekanan
darah. Kondisi ini disebut sebagai reaksi fight or flight reaction

2.

Bagaimana perubahan perilaku sebelum dan sesudah kejadian kebakaran?


Jawab :
Sebelum kejadian pasien sangat patuh atau penurut kepada orang tuanya
dan juga rajin ibadah, pada saat di rawat di rumah sakit pasien pendiam, jika sakit itu
datang pasien hnya bisa menangis,stelah kejadian pasien jadi mudah marah, tidak
percaya diri.

8. Bagaimana adaptasi fungsionalnya?


Jawab : adaptasi seblum kejadian bnyak mempunyai teman disekolahnya,
maupun di lingkungan rumahnya tinggal. Setelah kejadian pasien masih tidak
percaya diri karena malu dengan bekas luka yang ada pada tubuhnya, pada saat itu
luka bakrnya blm 100 % smbuh, pasien butuh wktu untuk beradaptasi kepda temantemannya dan juga temannya di lingkungan rumahnya.

10. Apa diagnosis multi aksialnya?


Jawab : AXIS I : Gangguan stres pasca taruma
AXIS II : tidak ada
AXIS III : Vulnus combution 70%
AXIS IV : masalah berkaitan dengan lingkungan sosial

AXIS V : GAF SCALE 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas
ringan dalm fungsi secara umum masih baik)
11. Apa management pada kasus ini?
Jawab :
Psikofarmaka : pemberian anti depresan golongan SSRI (penghambat selektiv dari
ambilan serotonin/SSRI) seperti fluoxetin 10-60 mg/hari, setralin 50-200 mg/hari
atau fluvoxamine 50-300 mg/hari. Anti depresan lain juga dapat digunakan seperti
Amiltriptilin 50-300 mg/hari dan juga imipramin 50-300 mg/har.
Non-Psikofarmaka : psikoterapi yang diberian untuk pasien dengan gangguan stres
pasca trauma adalah psikoterapi kognitif perilaku. Berbagai teknik untuk meredakan
kecemasan seperti relaksasi, teknik-teknik pernapasan serta mengontrol pikiran perlu
dilatih.

Cognitive-Behavioral therapies
Trauma-focused cognitive-behavioral therapies (TF-CBT) memberikan kemampuan
mengatur stress dalam persiapan menghadapi paparan dan intervensi yang
bertujuan agar pasien mampu mengatasi trauma. Cohen et al. menggambarkan
komponen TF-CBT dengan akronim PRACTICE:
psychoeducation, mendidik anak dan orang tua tentang jenis kejadian traumatik
yang dialami anak, berapa banyak anak yang mengalaminya, apa penyebabnya,
dan bagaimana pendekatan terapinya,
parenting skills, kemampuan mengasuh anak yang baik juga harus digunakan,
seperti memujinya, perhatian positif, selektif, istirahat dan contigency
reinforcement procedures,
relaxation skills, mengatur nafas, relaksasi otot, dan aktivitas lain yang
mengembalikan kondisi
affective modulation skill, mengidentifikasi perasaan, memunculkan gambaran
positif terhadap diri sendiri, pemecahan masalah, dan kemampuan sosial.
cognitive coping and processing, mengenali hubungan antara berbagai pemikiran,
perasaan dan kebiasaan yang ada dalam dirinya.
trauma narrative, menceritakan pengalaman traumatik anak, memperbaiki
distorsi kognitif dari pengalaman ini dan menempatkan pengalaman ini dalam
konteks keseluruhan hidup si anak.
in vivo mastery of trauma reminder, melatih paparan terhadap stimuli yang
ditakuti.
conjoint child parent sessions, sesi bersama dengan orang tua dan anggota
keluarga lainnya, dan

enhancing future safety and development, melatih kewaspadaan terhadap


kemungkinan terjadinya trauma berikutnya dan kembali ke tahap pertumbuhan
dan perkembangan yang normal.

12. Bagaimana psikodinamika pada kasus ini?


Jawab : model psikodimanika ini menjelaskan bahwa gangguan stres pasca
trauma terjadi oleh karena reaktivitas dari konflik-konflik psikologis yang belum
terselesaikan di masa lampau. Dengan adanya peristiwa traumatik yang dialami
maka konflik-konflik psikologis yang belum diselesaikan itu akan teraktivasi
kembali.
13. Apakah stres kebakaran ada hubungannya dengan penyakitnya?
Jawab: iya, karena sebelum kejadian kebakaran berlangsung, pasien merupakan anak
yang periang, mudah bergaul, dan tidak terdapat halusinasi apapun. Penyakit tersebut
didapatkannya sesudah trauma yang hampir membuat pasien meninggal akibat luka
bakarnya yang mencapai 70%.

14. Apakah riwayat dari gangguan jiwa ibunya lalu mempengaruhi kondisi penyakit
anaknya?

Penatalaksanaan
Rekomendasi 4. Perencanaan tata laksana harus mempertimbangkan pendekatan
yang menyeluruh dan derajat gangguan gejala PTSD (MS).
Terapi harus mencakup edukasi kepada anak dan orang tua, konsultasi dengan guru di
sekolah, dan dokter umum yang merawatnya serta psikoterapi yang fokus pada trauma,
seperti terapi kognitif behavioral, psikoterapi psikodinamik, dan atau terapi keluarga.
farmakoterapi juga dapat dipertimbangkan.
Rekomendasi 5. Gangguan kejiwaan yang menyertai (komorbid) juga harus
ditangani (MS)
Rekomendasi 6. Psikoterapi yang fokus pada trauma (trauma-focused
psychotherapy) harus dipertimbangkan sebagai terapi lini pertama untuk anak dan
remaja dengan PTSD (MS).
Psikoterapi yang fokus pada trauma, secara spesifik mencari pengalaman trauma anak
cukup baik untuk mengatasi gejala PTSD.

Cognitive-Behavioral therapies
Trauma-focused cognitive-behavioral therapies (TF-CBT) memberikan kemampuan
mengatur stress dalam persiapan menghadapi paparan dan intervensi yang bertujuan agar
pasien mampu mengatasi trauma. Cohen et al. menggambarkan komponen TF-CBT
dengan akronim PRACTICE:

psychoeducation, mendidik anak dan orang tua tentang jenis kejadian traumatik

yang dialami anak, berapa banyak anak yang mengalaminya, apa penyebabnya, dan
bagaimana pendekatan terapinya,
parenting skills, kemampuan mengasuh anak yang baik juga harus digunakan,

seperti memujinya, perhatian positif, selektif, istirahat dan contigency reinforcement


procedures,
relaxation skills, mengatur nafas, relaksasi otot, dan aktivitas lain yang

mengembalikan kondisi
affective modulation skill, mengidentifikasi perasaan, memunculkan gambaran

positif terhadap diri sendiri, pemecahan masalah, dan kemampuan sosial.


cognitive coping and processing, mengenali hubungan antara berbagai pemikiran,

perasaan dan kebiasaan yang ada dalam dirinya.


trauma narrative, menceritakan pengalaman traumatik anak, memperbaiki

distorsi kognitif dari pengalaman ini dan menempatkan pengalaman ini dalam konteks
keseluruhan hidup si anak.
in vivo mastery of trauma reminder, melatih paparan terhadap stimuli yang

ditakuti.
conjoint child parent sessions, sesi bersama dengan orang tua dan anggota

keluarga lainnya, dan


enhancing future safety and development, melatih kewaspadaan terhadap
kemungkinan terjadinya trauma berikutnya dan kembali ke tahap pertumbuhan dan
perkembangan yang normal.

Psychodynamic trauma-focused psychotherapies


Terapi ini bertujuan meningkatkan koherensi personal, perkembangan yang sehat dan
resolusi gejala traumatik.
Rekomendasi 7. SSRI dapat dipertimbangkan sebagai terapi anak dan remaja
dengan PTSD (OP).
Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) terbukti dapat digunakan pada dewasa
dengan PTSD, dan hanya satu-satunya obat yang terbukti efektif menurunkan gejala
PTSD pada dewasa. Tetapi ada perbedaan pada anak-anak. Riwayat pemberian
antidepresan pada anak, dimana efek yang dihasilkan ternyata adalah efek plasebo. Bukti
awal menunjukkan bahwa SSRI dapat berguna, tetapi ada penemuan lain yang
menunjukkan beberapa risiko pemberian SSRI pada anak, di antaranya meningkatkan
aktivitas anak (rewel, kurang tidur, kurang perhatian), sedangkan pada anak dengan
PTSD tipehyperarousal, inilah gejala yang muncul, maka SSRI mungkin tidak optimal
untuk anak-anak ini.

Rekomendasi 8. Pengobatan selain SSRI dapat dipertimbangkan untuk anak dan


dewasa dengan PTSD (OP).
Rekomendasi 9. Perencanaan terapi dapat mempertimbangkan kemampuan
akomodasi sekolah (CG).
Anak-anak dengan PTSD mungkin memiliki gangguan secara akademik. Anak-anak yang
mengalami gangguan ini mungkin juga membutuhkan akomodasi untuk sekolahnya,
termasuk pindah ke sekolah alternatif jika penyebab PTSDnya ada hubungannya dengan
sekolah, misalnya kekerasan di sekolah.
Rekomendasi 10. Menggunakan restrictive rebirthing therapy dan teknik lain yang
membatasi pemberian makanan dan minuman tidak disarankan (NE)
Beberapa jenis terapi menggunakan teknik yang mencakup pembatasan pemberian
makanan dan minuman. Tidak ada bukti yang kuat tentang keefektifan terapi ini, alih-alih
pada beberapa kasus justru menyebabkan cedera berat atau kematian.

Anda mungkin juga menyukai