Anda di halaman 1dari 4

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Penggunaan cahaya pada perikanan tangkap telah banyak digunakan sebagai
atraktor ikan yang bersifat fototaksis positif dalam operasi penangkapan. Penggunaan
cahaya lampu tersebut dimaksudkan untuk mengumpulkan ikan target tangkapan
pada area penangkapan (catchable area) sehingga hasil tangkapannya menjadi
meningkat. Menurut Wiyono (2006) dalam Notanubun (2010), pemanfaatan lampu
sebagai alat bantu penangkapan ikan telah berkembang secara cepat sejak ditemukan
lampu listrik. Sebagian besar nelayan beranggapan bahwa semakin besar intensitas
cahaya yang digunakan maka akan memperbanyak hasil tangkapannya sehingga tidak
jarang nelayan menggunakan lampu yang relatif banyak jumlahnya dengan intensitas
yang tinggi dalam operasi penangkapannya. Anggapan tersebut tidak benar, karena
masing-masing ikan mempunyai respon terhadap besarnya intensitas cahaya yang
berbeda-beda.
Ikan Teri (Stelopherus sp) merupakan salah satu jenis tangkapan utama pada
alat tangkap bagan. Respon retina mata ikan teri (Stolephorus sp) terhadap intensitas
cahaya yang berbeda dilakukan dengan pengamatan respon

retinomotor melalui

pengamatan proses adaptasi cahaya (light adaptation process) pada kondisi alami
dilakukan melalui pengamatan posisi sel kon (cone cell) dan pigmen. Ikan teri
memiliki sifat fototaxis positif, yaitu ikan teri cenderung akan bergerak ke arah

sumber cahaya. Sifat ikan teri tersebut dapat dimanfaatkan untuk efektifitas
penangkapan.
Menurut Gunarso (1985), ada jenis ikan yang bersifat fototaxis positif, yaitu
bahwa ikan akan bergerak ke arah sumber cahaya karena rasa tertariknya, sebaliknya
beberapa jenis ikan bersifat fototaxis negatif yang memberikan respon dan tindakan
yang sebaliknya dengan yang bersifat fototaxis positif. Karena adanya sifat fototaxis
positif ini, maka ada beberapa jenis ikan ekonomis penting yang dapat dipikat dengan
cahaya buatan pada malam hari. Bagi beberapa ikan bahwa adanya cahaya juga
merupakan indikasi adanya makanan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ikan
yang dalam keadaan lapar akan lebih mudah terpikat oleh adanya cahaya daripada
ikan yang dalam keadaan tidak lapar. Bahkan adakalanya ikan-ikan tersebut akan
muncul ke permukaan, ke arah cahaya dengan tiba-tiba walaupun mungkin setelah
selang beberapa menit ikan akan menyebar dan meninggalkan tempat tersebut.
Respon ikan muda terhadap rangsangan cahaya adalah lebih besar daripada respon
ikan dewasa dan setiap jenis ikan mempunyai intensitas cahaya optimum dalam
melakukan aktifitasnya.
Penelitian mengenai tingkah laku dan respon retinomotor ikan-ikan pelagis
pada bagan informasinya sangat kurang, sementara data tersebut sangat penting
untuk mengetahui lama waktu pencahayaan selama operasi penangkapan ikan. Bila
dihubungkan dengan lama waktu pengangkatan jaring pada bagan, dimana nelayan
mengangkat jaring pada saat melihat ikan berkumpul di bawah lampu dan pada waktu
itu lama penyinaran cahaya terlalu singkat, atau baru sebentar ikan datang berkumpul
disekitar lampu, dapat menyebabkan kurang efektifnya proses penangkapan. Hal ini

disebabkan karena ikan belum nyaman berada di bawah lampu atau berada di atas
jaring. Begitupun bila terlalu lama penyinaran lampu pada kelompok ikan akan
menyebabkan ikan-ikan mengalami kejenuhan berada di bawah cahaya lampu, hal ini
dikarenakan adanya respon maksimum terhadap rangsangan cahaya yang diberikan.
Dari uraian tersebut di atas, pada ikan teri (Stolephorus sp) masih diperlukan
penelitian pada skala laboratorium, untuk mengetahui tingkah lakunya dan berapa
lama pencahayaan yang diberikan pada ikan teri baru teradaptasi cahaya secara
sempurna. Menurut Notanubun (2010), studi terhadap besarnya nilai intensitas cahaya
yang mampu menarik ikan pada setiap jenis ikan perlu dilakukan. Hal ini penting,
selain agar ikan target tepat berada dalam area penangkapan, juga untuk menghindari
pengurasan ikan tangkapan dan pemborosan biaya penangkapan. Sebab tidak jarang,
dalam operasi penangkapan ikan dengan alat bantu cahaya ikan-ikan yang belum
layak ditangkap (belum memijah) atau bahkan masih juvenil ikut tertangkap sebagai
hasil tangkapan ikan sampingan, bila ini dilakukan terus-menerus, maka kerusakan
sumberdaya ikan tinggal menunggu waktunya.

1.2. Pendekatan dan Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang di jelaskan diatas ada beberapa permasalahan,
yaitu sebagai berikut:
1 Bagaimana tingkat adaptasi mata ikan teri (Stelopherus sp) terhadap cahaya lampu
2

LED (Light Emitting Diode) dengan intensitas cahaya yang berbeda.


Bagaimana pola tingkah laku Ikan Teri (Stelopherus sp) berdasarkan fisiologi dan
histologi penglihatan.
1.3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Menganalisis berapa lama pencahayaan yang diberikan pada ikan teri (Stelopherus

sp) baru beradaptasi cahaya secara sempurna.


Mengetahui pola tingkah laku ikan teri berdasarkan fisiologi dan histologi
penglihatan dalam kaitan untuk pengembangan alat tangkap agar efektif, efisien,
dan ramah lingkungan.
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Hasil penelitian dapat dijadikan dasar untuk mengetahui pola tingkah laku ikan

berdasarkan fisiologi dan histologi penglihatan dalam merespon alat tangkap yang
dapat digunakan dalam menentukan startegi penangkapan serta kaitan untuk
pengembangan alat tangkap agar efektif, efisien, dan ramah lingkungan.
1.4. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Awal Maret Akhir Oktober 2015,
pengambilan sampel dilakuakan di Peraiaran Jepara analisis data histologi organ
penglihatan ikan dilakukan di Laboratorium Fishing Gear Material, FPIK UNDIP dan
data respon ikan terhadap intensitas cahaya lampu LED (Light Emitting Diode) yang

berbeda pada skala laboratorium dilakukan di Laboratorium Pengembangan Wilayah


Pantai (LPWP) FPIK-UNDIP di Jepara.

Skema Pendekatan Masalah

Anda mungkin juga menyukai