Anda di halaman 1dari 7

ppsdmd.bpsdm.dephub.go.

id
http://ppsdmd.bpsdm.dephub.go.id/8-bagaimanakah-kriteria-pembuatan-fasilitas-pejalan-kaki-di-daerah-saudara/

Bagaimanakah kriteria pembuatan fasilitas pejalan kaki sesuai


dengan peraturan? #8
8.1 Definisi fasilitas pejalan kaki
Pada beberapa daerah yang mempunyai aktivitas yang tinggi seperti pada jalan-jalan pusat perkotaan dan pasar,
maka suatu pertimbangan harus diberikan untuk melarang kendaraan-kendaraan memasuki daerah tersebut dan
membuat suatu daerah khusus pejalan kaki.
Fasilitas pejalan kaki merupakan semua bangunan yang disediakan untuk pejalan kaki sehingga dapat
meningkatkan kelancaran, keamanan dan kenyamanan pejalan kaki
Fasilitas pejalan kaki dapat dipasang dengan kriteria sebagai berikut:
8.1.1
Fasilitas pejalan kaki harus dipasang pada lokasi-lokasi dimana pemasangan fasilitas tersebut
memberikan manfaat yang maksimal, baik dari segi keamanan, kenyamanan atuapun kelancaran perjalanan bagi
pemakainya
8.1.2
Tingkat kepadatan pejalan kaki, atau jumlah konflik dengan kendaraan dan jumlah kecelakaan harus
digunakan sebagai faktor dasar dalam pemilihan fasilitas pejalan kaki yang memadai
8.1.3

Pada lokasi-lokasi/kawasan yang terdapat sarana dan prasarana umum

8.1.4
Fasilitas pejalan kaki dapat ditempatkan disepanjang jalan atau pada suatu kawasan yang akan
mengakibatkan pertumbuhan pejalan kaki dan biasanya diikuti oleh peningkatan arus lalu lintas serta memenuhi
syarat-syarat atau ketentuan-ketentuan untuk pembuatan fasilitas tersebut. Tempat-tempat tersebut antara lain:
Daerah-daerah industri
Pusat perbelanjaan
Pusat perkantoran
Sekolah
Terminal bus
Perumahan
Pusat hiburan
8.1.5

Fasilitas pejalan kaki yang formal terdiri dari beberapa jenis sebagai berikut:

8.1.5.1

Jalur pejalan kaki yang terdiri dari:

8.1.5.1.1

Trotoar

8.1.5.1.2

Penyeberangan, meliputi:

8.1.5.1.2.1

Jembatan penyeberangan

8.1.5.1.2.2

Zebra cross

8.1.5.1.2.3

Pelican crossing

8.1.5.1.2.4

Terowongan

8.1.5.1.3

Non Trotoar

8.1.5.2

Pelengkap Jalur Pejalan kaki yang terdiri dari:

8.1.5.2.1

Lapak Tunggu

8.1.5.2.2

Rambu

8.1.5.2.3

Marka

8.1.5.2.4

Lampu Lalu Lintas

8.1.5.2.5

Bangunan Pelengkap

8.1.6

Permasalahan pergerakan pejalan kaki dapat dibagi menjadi pergerakan-pergerakan, yaitu:

Menyusuri jalan (trotoar)

Memotong jalan pada ruas jalan (zebra cross)


Memotong jalan di persimpangan (jembatan penyeberangan
orang)
8.2

Pengumpulan data

Data untuk analisis fasilitas pejalan kaki dapat diperoleh melalui


survei jumlah pejalan kaki yang menyeberang maupun yang
menyusuri serta survei jumlah arus kendaraan yang melewati suatu
ruas tertentu
8.3

Analisis Data

8.3.1

Pergerakan menyusuri jalan

Perlu tidaknya trotoar dapat diidentifikasikan oleh:


Volume para pejalan kaki yang berjalan
Volume arus lalu lintas pada ruas jalan
Tingkat kecelakaan
Permintaan masyarakat
Standar perencanaan trotoar
Lebar trotoar berdasarkan kelas jalan menurut Standar
Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan 1992 adalah
sebagai berikut
Tabel lebar minimum trotoar

Klasifikasi rencana
Tipe II

Kelas I

Standar Minimum (m)

Lebar minimum pengecualian (m)

3,0

1,5

Kelas 2

3,0

1,5

Kelas 3

1,5

1,0

Catatan: (menurut Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan 1992)


Tipe-I, Kelas-I: Adalah jalan dengan standard tertinggi dalam melayani lalu lintas cepat antar regional atau antar
kota dengan pengaturan jalan masuk secara penuh.
Tipe-I, Kelas-II: adalah jalan dengan standard tertinggi dalam melayani lalu lintas cepat antar regional atau di
dalam melayani lalu lintas cepat agar regional atau di dalam kota-kota metropolitan dengan sebagian atau tanpa
pengaturan jalan masuk
Tipe-II, kelas-I: standard tertinggi bagi jalan-jalan dengan 4 lane atau lebih, memberikan pelayanan angkutan
cepat bagi angkutan antar kota atau dalam kota, dengan kontrol
Tipe-II, Kelas II: standard tertinggi bagi jalan-jalan dengan 2 atau 4 lane dalam melayani angkutan cepat antar
kota dan dalam kota, terutama untuk persimpangan tanpa lampu LL
Tipe-II, Kelas-III: standard menengah bagi jalan dengan 2 jalur untuk melayani angkutan dalam distrik dengan
kecepatan sedang, untuk persimpangan tanpa lampu lalu lintas
Tipe-II, kelas-IV: standard terendah bagi jalan satu arah yang melayani hubungan jalan-jalan lingkungan MHT
Lebar minimum digunakan hanya pada jembatan dengan bentang 50 meter atau lebih atau pada daerah
trowongan dengan volume lalu lintas pejalan kaki 300-500 orang per 12 jam
Sedangkan lebar trotoar berdasarkan lokasi menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 65 Tahun 1993
adalah sebagai berikut:
Tabel Lebar trotoar minimum menurut lokasi
No.

Lokasi

Jalan di daerah perkotaan atau kaki lima wilayah perkantoran utama

4 meter

Wilayah industri

3 meter

a. Pada jalan primer

3 meter

b. Pada jalan akses

2 meter

Lebar Minimum (m)

Wilayah pemukiman
a. Pada jalan primer

2,75 meter

b. Pada jala akses

2 meter

Sumber: Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 65 Tahun 1993


Bila jumlah pejalan kaki yang melalui suatu jalan tinggi, maka lebar trotoar yang dianjurkan menurut Keputusan
Menteri Perhubungan No. KM 65 Tahun 1993 adalah sebagai berikut:
Tabel Lebar Trotoar Minimum menurut Jumlah Pejalan Kaki
No.

Jumlah pejalan kaki /detik/meter

Lebar minimum (meter)

6 orang

2,3-5,0

3 orang

1,5-2,3

2 orang

0,9-1,5

1 orang

0,6-0,9

Sumber: Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 65 Tahun 1993


Trotoar seharusnya didesain sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi penderita cacat yang memakai
kursi roda untuk dapat menggunakannya, yaitu dengan memberikan kelandaian pada setiap akses maupun di
persimpangan.
Jalur pejalan kaki
Menurut Pedoman Perencanaan Fasilitas Jalur Pejalan kaki pada Jalan Umum yang disusun Direktorat Jenderal
Bina Marga (1999), lebar efektif minimum ruang pejalan kaki adalah 60cm ditambah 15cm untuk bergoyang
tanpa membawa barang, sehingga kebutuhan total minimum untuk 2 orang pejalan kaki yang bergandengan atau
2 orang pejalan kaki yang berpapasan tanpa bersinggungan adalah 150cm. Dalam pedoman tersebut juga
disyaratkan untuk mendapatkan lebar minimum jalur pejalan kaki pada kondisi ideal maka dapt dipakai rumus di
bawah ini:
Keterangan:
W= lebar jalur pejalan kaki (meter)
P

= volume pejalan kaki (orang/menit/meter)

Permukaan jalur pejalan kaki harus rata dan memiliki kemiringan melintang 2-3% supaya tidak terjadi genangan
air. Kemiringan memanjang dapat disesuaikan dengan kemiringan jalan, yakni maksimal 7%.
3.3.2

Pergerakan menyeberang jalan pada ruas

Dari sudut pandang keselamatan, maka penyeberangan sebidang sebaiknya dihindari pada jalan-jalan arteri
primer kecepatan tinggi, yaitu bila kecepatan pendekatan pada daerah penyeberangan lebih dari 60 km/jam.
Jika fasilitas pejalan kaki diperlukan, maka pertimbangan rangking/hirarki fasilitas yang diberikan adalah sebagai
berikut ini:
Pulau pelindung
Zebra cross
Penyeberangan dengan lampu pengatur (pelican crossing)
Jembatan penyeberangan atau terowongan bawah tanah (jika arus lalu lintas menerus sangat tinggi atau
pada jalan bebas hambatan)
Metoda umum untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang mungkin terjadi adalah melalui
pengukuran konflik kendaraan/pejalan kaki, yaitu seperti yang digunakan di Inggris dengan menghitung:
PV
Keterangan:
P = volume pejalan kaki yang menyeberang pada panjang 100-150 meter
V = volume kendaraan setiap jam 2 arah pada jalan 2 arah yang tidak dibagi (tidak ada median)
Survei-survei harus dilakukan minimum untuk 6 jam pada periode jam sibuk, dihitung untuk masing-masing jalan,

dan 4 nilai tertinggi PV rata-rata.


Kriteria untuk zebra cross, pelican crossing dan penyeberangan sebidang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel Kriteria Jenis Penyeberangan
PV

(orang/jam)

(kend./jam)

? 10?

Rekomendasi Awal

Tidak perlu penyeberangan

> 10?

50-1100

300-500

Zebra Cross

> 2 x 10?

50-1100

400-750

Zebra Cross dengan pemisah

> 10?

50-1100

> 500

Pelican Crossing

> 10?

> 1100

> 300

Pelican Crossing

> 2 x 10?

50-1100

> 750

Pelican Crossing dengan pemisah

> 2 x 10?

> 1100

> 400

Pelican Crossing dengan pemisah

3.3.3

Pergerakan memotong jalan di persimpangan

Pada saat merencanakan suatu simpang, terutama simpang bersinyal, harus dipertimbangkan fasilitas untuk
pejalan kaki yang memotong simpang.

Suatu fase sinyal tersendiri untuk pejalan kaki dapat diterapkan pada simpang bersinyal, jika:
Arus pejalan kaki yang menyeberang lebih besar dari 500 orang/jam
Lalu lintas yang membelok ke setiap kaki simpang mempunyai waktu antara (headway) rata-rata kurang
dari 5 detik dan terjadi konflik dengan arus pejalan kaki yang besarnya lebih besar dari 150 orang/jam.

3.4

Contoh kasus

Hasil survei pejalan kaki pada suatu daerah didapatkan data sbb:

Nama Ruas Jalan

Volume pejalan kaki Volume kendaraan


yang menyeberang

(kend./jam)

(orang/jam)
Jl. RA Martadinata

60

600

Jl. RA Kartini

50

100

Jl. Sudirman

55

200

100

300

Jl. Adi Sumarmo

Jl. Adi Sucipto

90

500

Jl. Budi Utomo

70

450

Jl. Ki Hajar Dewantoro

75

100

Berdasarkan data hasil survei di atas maka dapat ditentukan jenis fasilitas pejalan kaki yang harus dipasang
dengan analisis perhitungan sbb:

Nama Ruas Jalan

PV

PV

Jl. RA Martadinata

60

600 36000

Jl. RA Kartini

50

100

5000

0.25 x 10?

Jl. Sudirman

55

200

11000

1.21 x 10?

100 300 30000

9 x 10?

Jl. Adi Sumarmo

12.96 x 10?

Jl. Adi Sucipto

90

500 45000

20.25 x 10?

Jl. Budi Utomo

70

450 31500

9.92 x 10?

Jl. Ki Hajar Dewantoro

75

100

0.56 x 10?

7500

Berdasarkan perhitungan PV, maka diperoleh 4 PV tertinggi yaitu pada ruas Jl. RA Martadinata, Jl. Adi
Sumarmo, Jl. Adi Sucipto, dan Jl. Budi Utomo, sehingga diperoleh rata-rata PV = 13.03 x 10? dengan P = 80
orang/jam dan V = 462 kend./jam. Berdasarkan Kriteria Jenis Penyeberangan pada Tabel 4, maka rekomendasi
untuk fasilitas pejalan kaki yang harus dipasang adalah zebra cross dengan pemisah

Anda mungkin juga menyukai