Anda di halaman 1dari 38

PENGUKURAN SOUNDING DAN KONFIGURASI WENNERSCHLUMBERGER

(Laporan Praktikum Eksplorasi Geolistrik)

Oleh
Egi Ramdhani
1315051018

LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015

Judul Percobaan

: Pengukuran Sounding dan Konfigurasi WennerSchlumberger

Tanggal Percobaan

: 18 April 2015

Tempat Percobaan

: Area Universitas Lampung

Nama

: Egi Ramdhani

NPM

: 1315051018

Fakultas

: Teknik

Jurusan

: Teknik Geofisika

Kelompok

: III (Tiga)

Bandar Lampung, 18 April 2015


Mengetahui,
Asisten,

Ferry Anggriawan
NPM. 1215051023

PENGUKURAN SOUNDING KONFIGURASI WENNERSCHLUMBERGER


Oleh
Egi Ramdhani
ABSTRAK
Geolistrik, merupakan salah satu metode yang digunakan dalam eksplorasi
geofisika terutama dalam penentuan keberadaan air tanah bawah permukaan
(eksplorasi air tanah). Adapun fungsi lainnya adalah untuk eksplorasi batubara,
emas, bijih besi, mangan dan chromites. Metode ini menggunakan prinsip
penginjeksian arus listrik DC dibawah permukaan untuk mendapatkan data bawah
permukaan bumi tentunya dengan menggunakan sifat-sifat kelistrikan batuan.
Adapun tata letak penempatan batang elektroda dalam survei geolistrik terbagi
menjadi tujuh konfigurasi elektroda. Latar belakang dari praktikum iniadalah
sesuai tujuan agar mahasiswa mampu menggunakan konfigurasi elektroda
schlumberger. Adapun tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah agar
dapat memahami, menggunakan serta mengaplikasikan konfigurasi elektroda
schlumberger, dan agar dapat menganalisis data yang diperoleh. Pada praktikum
mengambilan data 1D ini kami menggunakan konfigurasi elektroda schlumberger
dengan pengaturan spasi elektroda arus dan potensial yang telah ditentukan
sebelumnya. Bentangan line yang kami buat adalah 200 meter dengan lokasi base
berada ditengah bentangan. Alat yang dipakai pada pengambilan data ini adalan
Naniura Resistivitymeter yang menampilkan nilai I dan V pada hasil yang didapat.
Cara menggunakannya cukup mudah yakni cukup menancapkan elektroda arus
dan potensial di lokasi yang telah ditentukan spasinya dan tangan lupa untuk
dihubungkan ke alat dengan kabel. Lalu, alat diaktifkan dan mengatur I agar
menunjukan angka 0.0 menggunakan tombol khusus. Setelah itu, tekan tombol
start sampai nilai I stabil dan ditekan tombol hold untuk menahan nilai P.
Dilakukan dua kali perhitungan pada titik yang sama agar dijadikan patokan nilai
pengukuran pertama jika terjadi kesalahan pengamatan atau kesalahan alat.
Setelah didapatkan nilai arus I dan potensialnya (V) maka dilakukan perhitungan
Rho, menggunakan nilai faktor geometri (K) yang juga telah diketahui
sebelumnya. Dengan menggunakan konfigurasi schlumberger ini maka digunakan
metode sounding dan didapatkan data bawah permukaan untuk dioleh dengan
software khusus dan diinterpretasi.

ii

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................. i
ABSTRAK............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
I.

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang............................................................................... 1
I.2 Tujuan Percobaan.......................................................................... 2

II.

TINJAUAN PUSTAKA
II.1Daerah Pengamatan....................................................................... 3
II.2Peta dan Posisi Daerah Pengamatan.............................................. 4
II.3Geomorfologi, Litologi, Fisiografi dan Stratigrafi........................ 4

III.

TEORI DASAR

IV.

METODOLOGI PRAKTIKUM
IV.1......................................................................................................W
aktu dan Tempat Praktikum...........................................................9
IV.2......................................................................................................Al
at Praktikum...................................................................................9
IV.3......................................................................................................Pe
ngambilan Data Praktikum............................................................11
IV.4......................................................................................................Pe
ngolahan Data Praktikum..............................................................11
IV.5......................................................................................................Di
agram Alir Praktikum....................................................................12

V.

HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

iii

V.1 Data Praktikum..............................................................................13


V.2 Pembahasan...................................................................................17
VI.

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

iii

LAMPIRAN

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.2.1 Peta dan Posisi Daerah Pengamatan........................................... 4
Gambar 3.1 Konfigurasi Geolistrik Schlumberger............................................ 8
Gambar 4.2.1 Laptop......................................................................................... 9
Gambar 4.2.2 Alat Tulis..................................................................................... 9
Gambar 4.2.3 Kertas.......................................................................................... 10
Gambar 4.2.4 Milimeter Block.......................................................................... 10
Gambar 4.2.5 Naniura Resistivitymeter............................................................. 10
Gambar 4.2.6 Baterai DC.................................................................................. 10
Gambar 4.2.7 Kabel........................................................................................... 11
Gambar 4.2.8 Elektroda Arus dan Potensial...................................................... 11
Gambar 5.2.1 Line Pengukuran 7 Kelompok.................................................... 20

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 5.1.1 Data Resistivity Sabtu 180415 Belakang TG.................................. 13
Tabel 5.1.2 Data Resistivity Sabtu 180415 Belakang Puskom........................... 13
Tabel 5.1.3 Data Resistivity Minggu 190415 Depan Agroekoteknologi FP...... 14
Tabel 5.1.4 Data Resistivity Minggu 190415 Depan Kantin FP........................ 14
Tabel 5.1.5 Data Resistivity Minggu 190415 Samping Lapangan Bola Unila... 15
Tabel 5.1.6 Data Resistivity Sabtu 250415 Depan Graha Mahasiswa............... 16
Tabel 5.1.7 Data Resistivity Sabtu 250415 Jalan Fakultas Kedokteran............. 16

vi

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Metode resistivity atau geolistrik tahanan jenis merupakan salah satu metode
yang digunakan dalam eksplorasi geofisika terutama dalam penentuan
keberadaan air tanah bawah permukaan (eksplorasi air tanah). Adapun fungsi
lainnya adalah untuk eksplorasi batubara, emas, bijih besi, mangan dan
chromites. Metode ini menggunakan penginjeksian arus listrik dibawah
permukaan untuk mendapatkan data bawah permukaan bumi tentunya dengan
menggunakan sifat-sifat kelistrikan batuan. Istilah lain dalam penyebutan
metode geolistrik ini adalah metode electrical resistivity. Metode resistivity
ini bekerja dengan menginjeksikan arus Direct Current (DC) atau arus searah
kedalam permukaan bumi dengan elektroda arus dan akan didapatkan beda
potensialnya sebagai besaran fisis yang dicari. Selanjutnya, mengukur voltase
(beda tegangan) yang ditimbulkan di dalam bumi. Arus Listrik dan Tegangan
disusun dalam sebuah susunan garis linier yang biasa disebut dengan
konfigurasi elektroda. Salah satu teknik akuisisi adalag teknik sounding,
yakni pengukuran resistivitas di suatu titik tetap, kearah kedalaman (z),
berarti jarak elektroda arus dibuat semakin besar (daya tembus semakin
dalam). Survey ini bertujuan untuk mengetahui harga resistivitas sebagai
fungsi kedalaman (z) dengan posisi (x,y) tetap (Zaenudin, 2015). Konfigurasi
Schlumberger merupakan metoda favorit yang banyak digunakan untuk
mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan dengan biaya
survei yang relatif murah. Dilakukan dengan pemindahan elektroda arus yang
lalu ditambah dengan penambahan jarak elektroda potensial dan dicatat nilai
arus dan potensialnya. Data kemudian diolah menggunakan software khusus
geolistrik.

I.2 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan percobaan pada praktikum kali ini adalah :
1. Mampu memahami Konfigurasi Schlumberger.
2. Dapat

memahami

keunggulan

dan

kelemahan

dari

Konfigurasi

Schlumberger.
3. Dapat melakukan pengukuran dan pengambilan data (akusisi data) dengan
konfigurasi elektroda Schlumberger.
4. Dapat menghitung nilai resistivity, dan dapat menggambarkan kurva
matching sederhana pada kertas millimeter block.
5. Dapat menganalisa data hasil pengukuran di lapangan (sudah sesuai atau
belum dengan yang diharapkan).
.

II.TINJAUAN PUSTAKA

II.1

Daerah Pengamatan

Berdasarkan pada peta topografi, wilayah Provinsi Lampung dapat


digolongkan menjadi satuan morfologi dataran rendah, dataran tinggi,
perbukitan bergelombang dan morfologi pegunungan. Morfologi pegunungan
dan dataran tinggi menempati wilayah tengah, morfologi perbukitan
bergelombang menempati wilayah barat dan timur di kaki pegunungan
sedangkan dataran rendah menempati wilayah pantai. Kondisi geologi
wilayah Provinsi Lampung dikelompokkan menjadi tiga satuan batuan, yaitu :
kelompok batuan pratersier, kelompok batuan tersier dan kelompok batuan
kuarter. Kelompok batuan pratersier terdiri dari batuan malihan sekis, kuarsit
dan genies. Disamping itu mengandung batuan serpih gampingan, batu
lempung, batu pasir bersisipan dengan rijang, batu gamping dan basal; juga
terdapat batuan terobosan berupa granit, granodiorit dan diorit kuarsa. Batuan
tersier terdiri dari tufa, batu pasir tufaan, breksi tufaan serta lava andesitbasalt. Batuan kuarter terdiri dari kerikil, pasir lanau dan endapan volkanik
klastika tufaan. Kondisi geologi di wilayah tengah, yang dilintasi oleh zona
Sesar Sumatera, ditempati oleh satuan batuan berumur tersier terdiri dari
batuan volkanik yang umumnya sudah terkonsolidasi dengan baik. Satuan
batuan ini telah mengalami perlipatan yang sangat kuat di beberapa tempat
mencerminkan pola kekar yang rapat dan intensif. Satuan batuan kuarter
terdiri dari lava andesit, breksi lahar, tufa sisipan lempung, endapan volkanik
muda yang belum terkonsolidasi dengan baik. Kelompok batuan lain yang
berumur holosen terdiri dari endapan sungai, rawa dan pantai. Tektonik di
wilayah ini berada pada zona sesar, yaitu dengan adanya kenampakan berupa
depresi yang diakibatkan karena adanya pergeseran sesar. Di beberapa tempat

ditemukan pola struktur yang berarah hampir utara-selatan. Struktur regional


yang terdapat di daerah ini adalah perlipatan, sesar, kekar dan kelurusan yang
mempunyai arah baratlaut-tenggara. Sesar Sumatera merupakan sesar besar
yang

memotong daerah tengah, yang masih aktif. Struktur kekar yang

Berkembang di daerah ini adalah kekar gerus (shear fracture), kekar tarik
(gash fracture) dan kekar kolom (setting joint) ( Prawiradisastra, 2013).

II.2

Peta dan Posisi Daerah Pengamatan

Berikut ini merupakan pete posisi daerah pengamatan yang diambil

Area Pengukuran

Gambar 2.2.1 Peta dan posisi daerah pengamatan


Secara geografis, daerah penelitian terletak di tenggara pulau sumatera yang
berbatasan dengan provinsi sumatera selatan dan provinsi bengkulu di bagian
utara, samudera hindia di bagian barat, laut jawa di bagian timur dan selat
sunda di bagian selatan (Rishartati, 2008).

II.3

Geomorfologi,

Litologi,

Fisiografi

dan

Stratigrafi
Struktur regional yang terdapat di daerah ini adalah perlipatan, sesar, kekar
dan kelurusan yang mempunyai arah baratlaut-tenggara. Sesar Sumatera
merupakan sesar besar yang memotong daerah tengah, yang masih aktif

(Prawiradisastra, 2013). Formasi daerah ini merupakan batuan formasi


Lampung (QT1) yakni tuf riolit dasit dan vulkanokastika tufan. Marupakan

struktur terpilah buruk yang sering memperlihatkan struktur silang-siung


yang umumnya bersusun dasit. Formasi memiliki ketebalan 200m dan
tersebar di bagian timur dan timur laut teluk lampung (Rishartati, 2008).
Litologi penyusun daerah ini dimulai dari kelompok batuan pra tersier yang
terdiri dari kelompok gunung kasih, komplek sulan, formasi mananga,
kelompok batuan tersier: formasi satu, formasi campang, formasi tarahan,
kelompok batuan kwarter yaitu formasi lampung, formasi kasai, basal
sukadana dan endapan gunung api muda. Dari peta geologi yang disusun oleh
Nishimura, et.al (1985), sumatera bagian selatan dibagi menjadi beberapa
bagian berdasarkan litologinya, yaitu batuan volkanik kuarter melipuyi daerah
sukadana menerus kearah utara, rajabasa, tanjung karang dan kota agung
batuan dasarnya terletak di daerah teluk betung, barat laut dari tanjung karang
(Hidayat dan Naryanto, 1997).

III.

TEORI DASAR

Metode resistivity dikembangkan pada awal 1900-an, tetapi telah menjadi sangat
jauh lebih banyak digunakan sejak tahun 1970-an, karena terutama adanya
ketersediaan komputer untuk memproses dan menganalisis data. Teknik ini
digunakan secara luas dalam mencari sumber air tanah dan juga untuk memantau
jenis pencematan tahah; dalam survei rekayasa untuk mencari rongga subpermukaan, sesar dan fraktur, permafrost, mineshafts, dll.; dan arkeologi untuk
memetakan luas area sisa-sisa pondasi bangunan kuno yang terkubur, dan banyak
aplikasi lainnya. Metode ini juga digunakan secara ekstensif dalam downhole
logging. Resistivity adalah dasar fisik dan diagnostik properti yang dapat
ditentukan dengan berbagai teknik, termasuk induksi elektromagnetik. Bahwa ada
teknik alternatif untuk penentuan properti yang sama sangat berguna karena
beberapa metode yang lebih langsung diterapkan atau lebih praktis dalam
beberapa keadaan dari yang lain. Selain itu, pendekatan yang digunakan untuk
menentukan tahanan listrik mungkin cukup berbeda - misalnya, metode kontak
dengan tanah dibandingkan dengan teknik induksi (Reynolds, 1998).
Besarnya

tahanan

jenis

diukur

dengan

mengalirkan

arus

listrik

dan

memperlakukan lapisan batuan sebagai media penghantar arus. Resistivitas yang


dihasilkan bukanlah nilai sebenarnya, melainkan resistivitas semu. Semakin besar
tingkat resistivitas, maka semakin sukar untuk menghantarkan arus listrik dan
bersifat isolator, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu resistivitas berbanding
terbalik dengan konduktivitas atau daya hantar listrik. Metode resistivitas ini
sering digunakan untuk pendugaan lapisan bawah tanah karena cukup sederhana
dan murah, walaupun jangkauan kedalamannya tidak terlalu dalam, tetapi itu
sudah mencapai target yang diinginkan untuk eksplorasi air tanah (Ardan, 2011).

Semua metode resistivity menggunakan sumber artifisis, yang ditanamkan


kedalam tanah melalui titik elektroda atau sepanjang garis kontak antara elektroda
dan permukaan tanah. Prosedur dari metode ini adalah untuk mengukur beda
potensial antar elektroda yang berbeda di sekitar aliran arus. Karena arus juga
diukur, ini memungkinkan untuk mengukur resistivitas efektif. Dalam hal ini,
metode resistivity lebih unggul setidaknya secara teori. untuk AL1 metode listrik
lainnya, karena hasil kuantitatif yang diperoleh menggunakan sumber
dikendalikan dari dimensi tertentu, seperti dalam metode geofisika lain, potensi
maksimum tahanan tidak pernah mati, Kepala kelemahan adalah sensitivitas yang
tinggi terhadap variasi kecil dalam konduktivitas dekat permukaan; atau biasa
dikenal dengan noise, situasi akan ada di tanah survei magnetik jika satu orang
untuk menggunakan magnetometer dengan sensitivitas dalam kisaran picotesla
(Telford dkk, 2004).
Tahap studi geofisika berupa pemodelan fisis memanfaatkan metode geolistrik
tahanan jenis. Metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang
mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya
di permukaan bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial dan arus listrik
yang terjadi, baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus di dalam bumi. Pada
pemodelan fisis untuk kasus pencarian air tanah digunakan metode Geolistrik
denganalasan bahwa metode ini telah digunakan untuk berbagai keperluan dengan
tingkat keberhasilan yang baik, diantaranya oleh Syukri dan Bijaksana (2000)
mendeteksi dan melihat kondisi fluida di bawah permukaan dan masalah
lingkungan, Grandis dan Yudistira (2000) mengidentifikasi penyebaran polutan
bawah permukaan, Reynold, 1998 mengidentifikasikan distribusi polutan baik
secara spasial maupun temporal, Rustadi dan Zaenudin (2003) mendeteksi dan
memetakan endapan limbah merkuri. Untuk penenentuan kedalaman muka air
tanah telah dilakukan oleh Karyanto dan Dzakwan (2005), Ngadimin dan
Handayani (2001) telah mengaplikasikan metode geolistrik untuk pemantauan
rembesan limbah. Pendugaan potensi tanah longsor dilakukan oleh Gaffar (2009),
penentuan sumber anomali geomagnet (Zubaidah et al. 2005). Coppola et al
(1994) menggunakan metode Geolistrik untuk mengetahui struktur lapisan tanah
untuk perluan pembuatan rel kereta api di Umbria Italia. Penetuan pola sebaran

fluida geothermal (Haerudin et al. 2008). Rolia (2011) menggunakan metode


geolistrik untuk mendeteksi keberadaan air tanah (Supriyadi dkk, 2012).
Metode resistivitas dengan konfigurasi Schlumberger dilakukan dengan cara
mengkondisikan spasi antar elektrode potensial adalah tetap sedangkan spasi antar
elektrode arus berubah secara bertahap (Sheriff, 2002). Pengukuran resistivitas
pada arah vertikal atau Vertical Electrical Sounding (VES) merupakan salah satu
metode geolistrik resistivitas untuk menentukan perubahan resistivitas tanah
terhadap kedalaman yang bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas batuan
di bawah permukaan bumi secara vertikal (Telford, et al., 1990). Metode ini
dilakukan dengan cara memindahkan elektroda dengan jarak tertentu maka akan
diperoleh harga-harga tahanan jenis pada kedalaman yang sesuai dengan jarak
elektroda. Harga tahanan jenis dari hasil perhitungan kemudian diplot terhadap
kedalaman (jarak elektroda) pada kertas loglog yang merupakan kurva
lapangan. Selanjutnya kurva lapangan tersebut diterjemahkan menjadi jenis
batuan dan kedalamannya. Prinsip konfigurasi geolistrik ditunjukkan pada gambar

Gambar 3.1 Konfigurasi geolistrik schlumberger


(Halik dan Widodo, 2008).

IV.

METODOLOGI PRAKTIKUM

IV.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum pengukuran sounding konfigurasi schlumberger ini dilaksanakan
pada :
Waktu

: Sabtu, 18 April 2015

Tempat Praktikum

: Area Universitas Lampung

IV.2 Alat Praktikum


Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut :

Gambar 4.2.1 Laptop

Gambar 4.2.2 Alat Tulis

10

Gambar 4.2.3 Kertas

Gambar 4.2.4 Milimeter Block

Gambar 4.2.5 Naniura Resistivitymeter

Gambar 4.2.6 Baterai DC

11

Gambar 4.2.7 Kabel

Gambar 4.2.8 Elektroda Arus dan Potensial

IV.3 Pengambilan Data Praktikum


Pengambilan data pada praktikum pengukuran sounding konfigurasi
schlumberger ini diambil di beberapa line pengukuran sekitar area universitas
lampung. Seperti line belakang lapangan teknik geofisika, line depan
laboratorium jalan raya, line samping fakultas pertanian, line samping
lapangan bola unila dan line lain yang juga dilakukan pengukuran geolistrik.

4.4 Pengolahan Data Praktikum


Data praktikum diolah setelah didapatkan nilai (I) berupa arus listrik dan beda
potensial (V) dan dihitung nilai resistivity semunya atau rho yang
didasarkan data pengukuran.

12
4.5 Diagram Alir Praktikum
Adapun diagram alir pada praktikum pengukuran sounding konfigurasi
schlumberger kali ini adalah sebagai berikut :

Mulai

Desain Pengukuran

Alat Ukur

Menentukan daerah
survei

Mengindentifikasi
masing-masing
komponen alat ukur
Naniura
Resistivitymeter

Mendesain
pengukuran sesuai
target yang
diinvertigasi

Menjelaskan masingmasing kegunaan dari


komponen instrumen

Menggunakan
konfigurasi elektroda
yang tepat dengan
hasil yang diharapkan

Selesai

V.

HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

V.1 Data Praktikum


Adapun data hasil pengamatan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
Tabel 5.1.1 Data Resistivity Sabtu 180415 Belakang TG
I
FAKTOR GEOMETRI
V(mV)
(mA)
AB/2
MN/2 0,5 m
5 m 10 m
1.5
0.5
6.28
48
0.504 0.504
2.5
0.5
18.8
41
151.5 150.5
4
0.5
49.5
63
98.2
98.7
6
0.5
112.3
25
13.7
13.4
8
0.5 200.3
36
10.2
9.8
10
0.5 313.3
58
9.2
9.2
12
0.5 451.8
62
6.4
6.2
15
0.5 706.1
69
4.3
4.3
15
5
62.8
69
42.5
42.5
20
5
117.8
39
14.7
14.8
25
5
188.5
49
15.1
14.9
30
5
274.9
45
12.2
12.3
40
5
494.8
51
12.13 12.11
50
5
777.5
68
11
11.8
60
5
1123
57
7
7
75
5
1759
21
1.8
1.7
75
10
867.9
21
1.9
1.6
100
10
1555
49
2.8
2.5
Tabel 5.1.2 Data Resistivity Sabtu 180415 Belakang Puskom
FAKTOR GEOMETRI
I
AB/2 MN/
V(mV)
0,5
10
(mA)
5m
2
m
m
1.5
0.5
6.28
35
43.8
43.7
2.5
0.5
18.8
21
108.6
109
4
0.5
49.5
49
143
142.6
6
0.5
112.3
42
55.8
55.5

Rho
0.06594
69.23902
77.35357
60.8666
55.63889
49.69586
45.90871
44.00333
38.68116
44.55256
57.70408
74.83389
117.5878
130.3456
137.9123
146.5833
72.325
84.09694

Rho
7.85
97.4019
144.2571
148.7975

0.5

10

0.5

12

0.5

15
15
20
25
30
40
50
60
75
75
100

0.5
5
5
5
5
5
5
5
5
10
10

200.
3
313.
3
451.
8
706.
1
62.8
117.8
188.5
274.9
494.8
777.5
1123
1759
867.9
1555

38

32.1

32

168.9372

42

25.9

25.1

190.2179

41

16.5

16.4

181.271

42
42
27
34
28
31
21
30
34
32
19

10
102.7
33.5
21.7
10.6
5.4
1.8
1.6
0.9
1.2
0.8

9.4
102.6
33.3
21.5
10.5
5.3
1.8
1.7
0.9
1.7
0.7

163.0755
153.4862
145.723
119.7529
103.5784
85.3929
66.64286
61.765
46.56176
39.32672
61.38158

Tabel 5.1.3 Data Resistivity Minggu 190415 Depan Agroekoteknologi FP


I
faktor geometri
V(mV)
Rho
(mA)
AB/2 MN/2
0.5 m
1.5
2.5
4
6
8
10
12
15
15
20
25
30
40
50
60
75

0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
5
5
5
5
5
5
5
5

5m

6.25
18.8
49.5
112.3
200.3
313.3
451.8
706.1
62.8
117.8
188.5
274.9
494.8
777.5
1123
1759

10m
9.2
57
44
63
46
38
36
53
54
51
46
78
58
47
38
58

70.7
76.9
29.5
32.7
9.9
5.6
3.2
2.2
15.6
7.6
5.3
5.3
0.7
1.5
0.4
0.1

48.029
25.363
33.187
58.289
43.108
46.170
40.16
29.309
18.142
17.554
21.718
18.678
5.971
24.813
11.821
3.032

75
100
125

10
10
10

867.9
1555
2438

58
533
156

48.6
1.7
0.7

Tabel 5.1.4 Data Resistivity Minggu 190415 Depan Kantin FP


faktor geometri
I
AB/2 MN/2
V(mV)
(mA)
0.5 m
5m
10m
1.5
2.5
4
6
8
10
12
15
15
20
25
30
40
50
60
75
75
100

0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
5
5
5
5
5
5
5
5
10
10

6.25
18.8
49.5
112.3
200.3
313.3
451.8
706.1
62.8
117.8
188.5
274.9
494.8
777.5
1123
1759
867.9
1555

35.55
33
27.5
29
22
24
22
55.5
56
60
74.5
53
26
85
72
75.5
76.5
51

26.605
0
11.63
37.8
15
3.55
3
1.7
3
32.05
16.05
12.8
6.55
2.8
3.95
1.35
1.15
3.1
2.65

727.24
4.9596
10.939

Rho
15
4.677
6.625
68.04
57.911
32.321
43.144
34.911
36.322
35.941
31.511
32.386
33.973
53.286
36.130
21.056
26.792
35.169
80.799

Tabel 5.1.5 Data Resistivity Minggu 190415 Samping Lapangan Bola Unila
faktor geometri
AB/2 MN/2
I (mA) V(mV)
Rho
0.5 m
5m
10m
1.5

0.5

6.25

53

66.7

2.5

0.5

18.8

40

125.3

4
6

0.5
0.5

49.5
112.3

51
47

43.2
14.2

7.8656
58.891
0
41.929
4
33.928

9
33.383
8
0.5
200.3
48
8
3
33.567
10
0.5
313.3
42
4.5
9
36.321
12
0.5
451.8
51
4.1
2
32.689
15
0.5
706.1
54
2.5
8
28.841
15
5
62.8
54
24.8
5
33.937
20
5
117.8
42
12.1
6
44.983
25
5
188.5
44
10.5
0
38.319
30
5
274.9
33
4.6
4
40
5
494.8
32
2.4 37.1100
44.706
50
5
777.5
40
2.3
3
38.284
60
5
1123
44
1.5
1
39.719
75
5
1759
31
0.7
4
50.394
75
10
867.9
31
1.8
2
29.418
100
10
1555
37
0.7
916
27.088
125
10
2438
36
0.4
9
Tabel 5.1.6 Data Resistivity Sabtu 250415 Depan Graha Mahasiswa
Faktor Geometri
AB/
V
MN/2
I (Ma)
Rho
2
(mV)
0,5 M
5M
10 M
1.5
0.5
6.28
64
355.15
34.85
2.5
0.5
18.8
54.5
120.45
41.55
4
0.5
49.5
53
54.5
50.99
6
0.5
112.3
60
29.2
55.03
8
0.5
200.3
65.5
19.25
60.1
10
0.5
313.3
58
10.1
53.26
12
0.5
451.8
36
3.95
49.69

15
15
20
25
30
40
50
60
75
75
100

0.5
5
5
5
5
5
5
5
5
10
10

706.1
62.8
117.8
188.5
274.9
494.8
777.5
1123
1759
867.9
1555

55
56
62
27
51
25
87
67
39
40
20

1.5
26
20.3
4.3
2.65
1.4
2.8
1.4
0.55
1.05
0.15

29.01
72.82
38.64
30.16
13.75
29.69
23.33
22.46
17.59
26.31
15.55

Tabel 5.1.7 Data Resistivity Sabtu 250415 Jalan Fakultas Kedokteran


Faktor Geometri
AB/
V
MN/2
I (Ma)
Rho
2
(mV)
0,5 M
5M
10 M
1.5
0.5
6.28
33
16.5 31.248
2.5
0.5
18.8
31
15.5 21.195
4
0.5
49.5
41
20.5 19.438
6
0.5
112.3
42
21 22.995
8
0.5
200.3
54
27 23.925
10
0.5
313.3
73
36.5 27.253
12
0.5
451.8
61
30.5 29.997
15
0.5
706.1
30
15 45.897
15
5
62.8
31
15.5 43.757
20
5
117.8
73.5
36.75 46.880
25
5
188.5
62
31 45.757
30
5
274.9
62
31 44.782
40
5
494.8
95
47.5 53.907
50
5
777.5
82
41 51.201
17
60
5
1123
78
39 3.743
75
5
1759
37
18.5 3.566
75
10
867.9
37 452.45 37.531
100
10
1555
118
836.5 42.169

V.2 Pembahasan

Praktikum pengukuran sounding konfigurasi wenner-schlumberger ini


dilaksanakan di beberapa titik pengukuran dengan bentangan line bervariasi
200 hingga 250 meter. Pengukuran dilakukan di sekitar area kampus
Universitas Lampung. Untuk kelompok saya yakni pengukuran dilaksanakan
pada hari sabtu tanggal 18 april 2015. Kami yang terdiri dari kelompok 1 dan
3 mengambil dua line pengukuran yakni line pertama terletak dibelakang
gedung L teknik geofisika Universitas Lampung, dan line kedua berada tepat
dibelakang Pusat Komputer (Puskom) Universitas Lampung. Pengukuran
dilakukan dengan membentang line pengukuran sepanjang 200 meter yang
berupa garis lurus untuk mendapatkan data yang diinginkan. Ditengah garis
bentang merupakan bare awal penempatan alat dan operator, jadi dapat
dikatakan, pembentangan line pengukuran adalah 100 meter kearah kanan
dan 100 meter kearah sebaliknya. Pengukuran sounding konfigurasi wennerschlumberger ini kita mencari nilai Rho dari data pengukuran yang ada dan
yang didapat seperti nilai I, V, MN, AB/2, dan perhitungan faktor geometri,
yang selanjutnya akan diolah untuk mendapatkan nilai resistivitasnya pada
lintasan yang diukur. Perhitungan Rho ini didapatkan dari rumus,
R h o=K

V
I . Kita melakukan pengukuran dengan jarak AB/2 dari 1,5 m

sampai 100 m dengan nilai faktor geometri yang sudah dihitung. Pengukuran
dilakukan sebanyak 7 lintasan dengan tempat yang berbeda-beda sehingga
pengukuran ini memperoleh sebanyak 7 data pengukuran. Dengan tiga hari
pengukuran, dalam satu hari dilakukan dua pengukuran dengan tempat yang
berbeda-beda. Dari data yang didapatkan yang kemudian diolah itu
menghasilkan banyak noise yang berasal dari kesalahan operator saat
menggunakan alat ataupun dari faktor alam seperti intensitas daerahnya noise
ini juga dapat diakibatkan oleh faktor kelelahan alat.

Pengambilan data sounding ini dilakukan di tujuh titik dengan masing-masing

18
kelompok melakukan pengimbilan satu line sounding. Pada hari sabtu (18
April 2015) pengimbilan data dilakukan oleh kelompok 1 dan kelompok 3.
Kelompok 1 melakukan pengambilan data di belakang gedung Teknik
Geofisika dengan panjang garis sounding 200 meter. Sedangkan kelompok 3
mengambil data dengan line sounding di belakang gedung pusat komputer
universitas lampung, dengan panjang line sounding 200 meter. Pada hari
minggu (19 April 2015) dilakukan pengambilan 3 data pada 3 garis sounding
oleh kelompok 2, 4 dan 6. Kelompok 2 mengambil data pada 250 meter di
jalan depan gedung Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian. Kelompok 4
mengambbil data dengan garis sounding didepan kantik Fakultas Pertanian
atau tepat disamping kandang rusa dengan panjang garis 200 m, dan
kelompok 6 mengambil data dengan garis sounding 250 meter di samping
lapangan bola unila atau tepat di jalan akses menuju rusunawa unila.
Pengambilan data terakhir dilakukan oleh kelompok 5 dan kelompok 7
dengan panjang garis sounding masing-masing 200 meter. Kelompok 5
melakukan pengambilan data tepat di jalan depan Graha Mahasiswa atau
Kopma Unila dan kelompok 7 melakukan pengambilan data dijalan akses
menuju Fakultas Kedokteran (Parkiran Mobil FK).
Dalam pengukuran resitivitas yang dilakukan terdapat beberapa gangguan
berupa spontaneous potential yaitu tegangan listrik alami yang umumnya
terdapat pada lapisan batuan disebabkan oleh adanya larutan penghantar yang
secara kimiawi menimbulkan perbedaan tegangan pada mineral-mineral dari
lapisan batuan yang berbeda, yang akan menyebabkan ketidak-homogenan
lapisan batuan. Perbedaan tegangan listrik ini umumnya relatif kecil, tetapi
bila digunakan konfigurasi wenner-Schlumberger dengan jarak elektroda AB
yang panjang dan jarak MN yang relatif pendek, maka ada kemungkinan
tegangan listrik alami tersebut ikut menyumbang pada hasil pengukuran
tegangan listrik pada elektroda MN, sehingga data yang terukur menjadi
kurang benar. Untuk mengatasi hal tersebut resistivity meter yang digunakan
dalam praktikum ini (model Naniura) diset pada tegangan listrik alami
tersebut dengan cara mengatur beda potensial menjadi 0 V dengan memutar
panel kompensator halus dan kasar. Setelah itu dilakukan penginjeksian arus

19
dengan menekan tombol start, selanjutnya dilakukan pengamatan perubahan
arus ke arah konstan, jika arus sudah konstan dilakukan penekanan tombol
Hold untuk melihat nilai beda potensial yang terjadi. Dengan demikian
resistivity meter akan menunjukkan tegangan listrik yang benar-benar
diakibatkan oleh pengiriman arus pada elektroda AB. Hasil pengukuran
resistivitas yang dilakukan merupakan besarnya arus listrik yang diinjeksikan
ke bawah permukaan Bumi dan nilai beda potensialnya. Nilai tahanan jenis
semu (apparent resistivity) dari setiap perbedaan perpindahan elektoda arus
adalah perkalian antara faktor K dengan nilai R. Variasi dari setiap nilai
apparent resistivity diperoleh dari penambahan atau perpindahan elektroda
arus sesuai dengan penetrasi arus yang masuk. Data tersebut kemudian
disubtitusikan dalam persamaan hukum ohm, dan karena adanya noise pada
saat proses akuisisi dilakukan maka pada data pengamatan didapatkan datadata dengan nilai ekstrim yang menyebabkan jangkauan atau range data
menjadi semakin besar. Hal ini terjadi karena kesalahan operator ataupun
adanya gangguan alami di sekitar lokasi pengukuran. Setelah itu satu set hasil
pengukuran tahanan jenis semu dari jarak AB terpendek sampai yang
terpanjang tersebut digambarkan pada grafik logaritma ganda dengan jarak
AB/2 sebagai sumbu-x dan tahanan jenis semu sebagai sumbu-y, maka akan
didapat suatu bentuk kurva data geolistrik. Kemudian dilakukan pembuatan
kurva lapangan dari titik-titik yang sudah di-plot tersebut dengan tidak selalu
harus melalui titik-titik tersebut. Hal ini dilakukan agar diperoleh bentuk
kurva yang smooth. Hasil dari plotting kurva pada praktikum ini dapat dilihat
di bagian lampiran.
Nilai rho yang didapatkan sebagaimana yang tertera pada tabel sebelum ini
merupakan hasil perhitungan dari data yang diperoleh yakni data nilai I dan
juga nilai V. Pengukuran ini menggunakan konfigurasi elektroda wennerschlumberger. Konfigurasi Schlumberger adalah konfigurasi dengan sistem
aturan spasi yang konstan dengan catatan faktor n untuk konfigurasi ini
adalah perbandingan jarak antara elektroda C1-P1 (atau C2-P2) dengan spasi
antara P1-P2 seperti pada Gambar 3. Jika jarak antar elektroda potensial (P1
dan P2) adalah a maka jarak antar elektroda arus (C1 dan C2) adalah 2na + a.

20
Proses penentuan resistivitas menggunakan 4 buah elektroda yang diletakkan
dalam sebuah garis lurus (Sakka, 2001). Adapun nilai AB/2 yang kami
gunakan dalam praktikum ini adalah 1.5, 2.5, 4, 6, 8, 10, 12, 15, 20, 25, 30,
40, 50, 60, 75 dan 100. Dilakukan pemindahan elektroda arus tiap
pengukuran. Beberapapa AB/2 dilakukan 2 kali pengukuran dengan nilai
faktor geometri berbeda yakni untuk 15 meter dan 75 meter. Dalam setiap
pengukuran dilakukan 2 kali pengambilan data sebagai perbandingan dan
koreksi antar data.

Gambar 5.2.1 Line pengukuran 7 Kelompok


Variasi data nilai yang didapatkan dapat menjadi indikasi adanya perbedaan
anomali bawah permukaan, perbedaan data inilah yang nantinya diolah
dengan menggunakan aplikasi khusus dan didapatkan hasil yang dapat
diinterpretasikan.

VI.

KESIMPULAN

Dari hasil praktikum pengukuran sounding konfigurasi wenner-schlumberger


yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Metode Geolistrik adalah metode untuk mendapatkan gambaran bawah
permukaan bumi dengan menginjeksi arus listrik kebawah permukaan bumi
dan didapat harga potensialnya, lalu diolah dengan software khusus.
2. Konfigurasi Wenner-Schlumberger adalah konfigurasi dengan sistem aturan
spasi yang konstan. Metode yang digunakan adalah metode WennerSchlumberger dengan teknik sounding.
3. Base pada pengukuran geolistrik berada dari titik tengah lintasan, cara
kerjanya yaitu dengan menyusun empat buah elektroda dengan konfigurasi
Schlumberger di tengah-tengah lintasan dan mengatur posisi resistivity meter
di pertengahan lintasan.
4. Keunggulan dari konfigurasi Wenner-Schlumberger ini yakni kemampuan
untuk mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada bawah
permukaan, dengan cara membandingkan nilai resistivitas semu ketika
dilakukan perubahan jarak elektroda.

5. DAFTAR PUSTAKA

10.
11.

6.
7.
8.
9.
Ardan, 2011, Macam-macam metode geolistrik, https://ardandipoldipol.
wordpress.com/ phisic/ geophisic/ geolistrik/ macam-macam-metodegeolistrik/, diakses pada tanggal 14 april 2015
pukul 09.26 WIB.

12.

14.
15.
16.
17.

Halik; Gusfan dan Widodo; Jojok, 2008, Pendugaan Potensi Air Tanah
Dengan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger di Kampus
Tegal Boto
13.
Universitas Jember, Media Teknik Sipil, Juli, hal 110.
Hidayat; Nur dan Naryanto; Heru Sri, 1997, Tektonik dan Pengaruhnya
Terhadap
Gempa di Sumatera Bagian Selatan, Alami, Vol.2, No.3, hal 9.

Prawiradisastra; Suryana, 2013, Identifikasi Daerah Rawan Bencana Tanah


Longsor di Provinsi Lampung, Jurnal Sains dan Teknilogi Indonesia,
18.
Vol. 15, No.1, hal 55.
19. Reynolds; John M, 1998, An Introduction to Applied Environmental
Geophysics,
20.
England: John Wiley & Sons, hal 421.
21. Rishartati; Peny, 2008, Bentuk Lahan Pesisir di Provinsi Lampung,
Skripsi
22.
Universitas Infonesia, FMIPA, hal 30 dan 27.
23. Supriyadi; dkk, 2012, Pemodelan Fisik Aplikasi Metode Geolistrik
Konfigurasi Schlumberger Untuk Mendeteksi Keberadaan Air Tanah, Jurnal
MIPA, Vol
24.
1, hal 39.
25. Telford; W.M, 2004, Applied Geophysics Second Edition, USA:
University of
26.
Cambridge, hal 522.
27.
28.

29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.

44.

LAMPIRAN

45.
46.
47.

48. Lampiran 1. Tugas


49.
1. Lakukan pengukuran di lapangan (akuisisi data dengan konfigurasi
elektroda schlumberger)!
2. Hitunglah nilai resistivity semu berdasarkan data hasil pengukuran!
3. Gambar kurva matching sederhana menggunakan kertas milimeter block!
4. Carilah artikel mengenai jenis konfigurasi elektroda yang digunakan pada
praktikum ini!
50. Jawaban :
51.
1. Telah dibahas dalam pembahasan dan tabel tertera pada bagian data
pengamatan.
2. Terdapat pada data pengamatan
3. Terlampir dalam laporan ini.
4. Terlampir setelah halaman ini.

5. Lampiran 2 Referensi Tinjauan Pustaka dan Teori Dasar


6.

7. https://ardandipoldipol.wordpress.com/phisic/geophisic/geolistrik/macammacam-metode-geolistrik/
8. Ardan 2011 Macam-macam metode geolistrik
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.

26.

27.

Anda mungkin juga menyukai