Oleh
Egi Ramdhani
1315051018
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
Judul Percobaan
: Pengolahan Data 1D
Tanggal Percobaan
: 23 April 2015
Tempat Percobaan
Nama
: Egi Ramdhani
NPM
: 1315051018
Fakultas
: Teknik
Jurusan
: Teknik Geofisika
Kelompok
: III (Tiga)
Ferry Anggriawan
NPM. 1215051023
PENGOLAHAN DATA 1D
Oleh
Egi Ramdhani
ABSTRAK
Geolistrik, merupakan salah satu metode yang digunakan dalam eksplorasi
geofisika terutama dalam penentuan keberadaan air tanah bawah permukaan
(eksplorasi air tanah). Adapun fungsi lainnya adalah untuk eksplorasi batubara,
emas, bijih besi, mangan dan chromites. Praktikum ini dilakukan agar praktikan
mampu melakukan pengolahan data 1D dengan menggunakan software khusus.
Metode ini menggunakan prinsip penginjeksian arus listrik DC dibawah
permukaan untuk mendapatkan data bawah permukaan bumi tentunya dengan
menggunakan sifat-sifat kelistrikan batuan. Setelah didapatkan nilai potensialnya,
maka dilakukan pengolahan data dengan menggunakan software khusus yang
dalam hal ini dengan menggunakan software IP2Win, Resty, Surfer dan Microsoft
Excel. Resty digunakan untuk mendapatkan data lapisan bawah permukaan yakni
kedalaman lapisan dan julmah lapisan dengan berpatokan pada nilai rho yang ada.
Software IP2Win digunakan untuk mengetahui kedalaman dan ketebalan lapisan,
sama seperti resty. Perbedaannya adalah, dengan IP2Win kita dapat mengetahui
gambaran penampang bawah permukaan dengan perbedaan nilai resistivitasnya
yakni gambaran pseudo cross section. Microsoft excel digunakan untuk
menggambarkan kurva matching AB/2 terhadap nilai Rho dengan menggunakan
fungsi scatter. Dan software surfer digunakan untuk melakukan proses slicing
dengan data yang ada lalu didapatkan nilai tertentu dan akan dibuat lagi kurva
matching dengan menggunakan microsoft excel. Setelah semua telah
dilaksanakan, maka dilakukan analisis hasil dengan membandingkan data. Dari
data rho dapat diketahui litologi suatu lapisan bawah permukaan, dari data kurva
matching baik dari Resty, IP2Win maupun Microsoft Excel akan didapatkan data
interpretasi jumlah lapisan bawah permukaan. Data-data inilah yang kemudian
disebut data hasil pengolahan data 1D.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................. i
ABSTRAK............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vii
I.
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang............................................................................... 1
I.2 Tujuan Percobaan.......................................................................... 2
II.
TINJAUAN PUSTAKA
II.1Daerah Pengamatan....................................................................... 3
II.2Peta dan Posisi Daerah Pengamatan.............................................. 4
II.3Geomorfologi, Litologi, Fisiografi dan Stratigrafi........................ 5
III.
TEORI DASAR
IV.
METODOLOGI PRAKTIKUM
IV.1......................................................................................................W
aktu dan Tempat Praktikum...........................................................9
IV.2......................................................................................................Al
at Praktikum...................................................................................9
IV.3......................................................................................................Pe
ngambilan Data Praktikum............................................................10
IV.4......................................................................................................Pe
ngolahan Data Praktikum..............................................................10
IV.5......................................................................................................Di
agram Alir Praktikum....................................................................11
V.
iii
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
iii
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.2.1 Peta dan Posisi Daerah Pengamatan........................................... 4
Gambar 2.2.2 Peta dan posisi daerah pengamatan dari google earth................ 4
Gambar 4.2.1 Laptop......................................................................................... 9
Gambar 4.2.2 Software IP2Win......................................................................... 9
Gambar 4.2.3 Software Surfer........................................................................... 9
Gambar 4.2.4 Software Resty............................................................................ 10
Gambar 4.2.5 Software Microsoft Excel........................................................... 10
Gambar 4.2.6 Data Pengamatan........................................................................ 10
Gambar 5.1.1 Model Cross-Section dan Kurva Tahanan Jenis Kelompok 1..... 16
Gambar 5.1.2 Model Cross-Section dan Kurva Tahanan Jenis Kelompok 2..... 16
Gambar 5.1.3 Model Cross-Section dan Kurva Tahanan Jenis Kelompok 3..... 17
Gambar 5.1.4 Model Cross-Section dan Kurva Tahanan Jenis Kelompok 4..... 17
Gambar 5.1.5 Model Cross-Section dan Kurva Tahanan Jenis Kelompok 5..... 18
Gambar 5.1.6 Model Cross-Section dan Kurva Tahanan Jenis Kelompok 6..... 18
Gambar 5.1.7 Model Cross-Section dan Kurva Tahanan Jenis Kelompok 7..... 19
Gambar 5.1.8 Kurva VES Resty Pada Line 1 Kelompok 1............................... 19
Gambar 5.1.9 Kurva VES Resty Pada Line 2 Kelompok 3............................... 20
Gambar 5.1.10 Kurva VES Resty Pada Line 3 Kelompok 2............................. 20
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.1.1 Data Resistivity Sabtu 180415 Belakang TG.................................. 13
Tabel 5.1.2 Data Resistivity Sabtu 180415 Belakang Puskom........................... 13
Tabel 5.1.3 Data Resistivity Minggu 190415 Depan Agroekoteknologi FP...... 14
Tabel 5.1.4 Data Resistivity Minggu 190415 Depan Kantin FP........................ 14
Tabel 5.1.5 Data Resistivity Minggu 190415 Samping Lapangan Bola Unila... 15
Tabel 5.1.6 Data Resistivity Sabtu 250415 Depan Graha Mahasiswa............... 16
Tabel 5.1.7 Data Resistivity Sabtu 250415 Jalan Fakultas Kedokteran............. 16
Tabel 5.1.8 Data kelompok 1 (Line 1)................................................................ 29
Tabel 5.1.9 Data kelompok 2 (Line 3)................................................................ 29
Tabel 5.1.10 Data kelompok 3 (Line 2).............................................................. 29
Tabel 5.1.11 Data kelompok 4 (Line 4).............................................................. 29
Tabel 5.1.12 Data kelompok 5 (Line 6).............................................................. 30
Tabel 5.1.13 Data kelompok 6 (Line 5).............................................................. 30
Tabel 5.1.14 Data kelompok 7 (Line 7).............................................................. 30
Tabel 5.1.15 Data Koordinat Pengukuran
vii
31
I. PENDAHULUAN
penginjeksian
arus
listrik
dibawah
permukaan
untuk
dengan
mengunakan
bantuan
perangkat
lunak
untuk
dengan
penampang
horizontalnya.
Untuk
lebih
memahami
II.TINJAUAN PUSTAKA
II.1
Daerah Pengamatan
Berkembang di daerah ini adalah kekar gerus (shear fracture), kekar tarik
(gash fracture) dan kekar kolom (setting joint) ( Prawiradisastra, 2013).
II.2
Area Pengukuran
Gambar 2.2.2 Peta dan posisi daerah pengamatan dari google earth
II.3
Geomorfologi,
Litologi,
Fisiografi
dan
Stratigrafi
Struktur regional yang terdapat di daerah ini adalah perlipatan, sesar, kekar
dan kelurusan yang mempunyai arah baratlaut-tenggara. Sesar Sumatera
merupakan sesar besar yang memotong daerah tengah, yang masih aktif
(Prawiradisastra, 2013). Formasi daerah ini merupakan batuan formasi
Lampung (QT1) yakni tuf riolit dasit dan vulkanokastika tufan. Merupakan
struktur terpilah buruk yang sering memperlihatkan struktur silang-siung
yang umumnya bersusun dasit. Formasi memiliki ketebalan 200m dan
tersebar di bagian timur dan timur laut teluk lampung (Rishartati, 2008).
Litologi penyusun daerah ini dimulai dari kelompok batuan pra tersier yang
terdiri dari kelompok gunung kasih, komplek sulan, formasi mananga,
kelompok batuan tersier: formasi satu, formasi campang, formasi tarahan,
kelompok batuan kwarter yaitu formasi lampung, formasi kasai, basal
sukadana dan endapan gunung api muda. Dari peta geologi yang disusun oleh
Nishimura, et.al (1985), sumatera bagian selatan dibagi menjadi beberapa
bagian berdasarkan litologinya, yaitu batuan volkanik kuarter melipuyi daerah
sukadana menerus kearah utara, rajabasa, tanjung karang dan kota agung
batuan dasarnya terletak di daerah teluk betung, barat laut dari tanjung karang
(Hidayat dan Naryanto, 1997).
III.
Besarnya
tahanan
jenis
TEORI DASAR
diukur
dengan
mengalirkan
arus
listrik
dan
tahanan jenis. Metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang
mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya
di permukaan bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial dan arus listrik
yang terjadi, baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus di dalam bumi. Pada
pemodelan fisis untuk kasus pencarian air tanah digunakan metode Geolistrik
denganalasan bahwa metode ini telah digunakan untuk berbagai keperluan dengan
tingkat keberhasilan yang baik, diantaranya oleh Syukri dan Bijaksana (2000)
mendeteksi dan melihat kondisi fluida di bawah permukaan dan masalah
lingkungan, Grandis dan Yudistira (2000) mengidentifikasi penyebaran polutan
bawah permukaan, Reynold, 1998 mengidentifikasikan distribusi polutan baik
secara spasial maupun temporal, Rustadi dan Zaenudin (2003) mendeteksi dan
memetakan endapan limbah merkuri. Untuk penenentuan kedalaman muka air
tanah telah dilakukan oleh Karyanto dan Dzakwan (2005), Ngadimin dan
Handayani (2001) telah mengaplikasikan metode geolistrik untuk pemantauan
rembesan limbah. Pendugaan potensi tanah longsor dilakukan oleh Gaffar (2009),
penentuan sumber anomali geomagnet (Zubaidah et al. 2005). Coppola et al
(1994) menggunakan metode Geolistrik untuk mengetahui struktur lapisan tanah
untuk perluan pembuatan rel kereta api di Umbria Italia. Penetuan pola sebaran
fluida geothermal (Haerudin et al. 2008). Rolia (2011) menggunakan metode
geolistrik untuk mendeteksi keberadaan air tanah (Supriyadi dkk, 2012).
Metode resistivitas dengan konfigurasi Schlumberger dilakukan dengan cara
mengkondisikan spasi antar elektrode potensial adalah tetap sedangkan spasi antar
elektrode arus berubah secara bertahap (Sheriff, 2002). Pengukuran resistivitas
pada arah vertikal atau Vertical Electrical Sounding (VES) merupakan salah satu
metode geolistrik resistivitas untuk menentukan perubahan resistivitas tanah
terhadap kedalaman yang bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas batuan
di bawah permukaan bumi secara vertikal (Telford, et al., 1990). Metode ini
dilakukan dengan cara memindahkan elektroda dengan jarak tertentu maka akan
diperoleh harga-harga tahanan jenis pada kedalaman yang sesuai dengan jarak
elektroda. Harga tahanan jenis dari hasil perhitungan kemudian diplot terhadap
kedalaman (jarak elektroda) pada kertas loglog yang merupakan kurva
lapangan. Selanjutnya kurva lapangan tersebut diterjemahkan menjadi jenis
IV.
METODOLOGI PRAKTIKUM
10
11
data dilakukan dengan memerhatikan nilai error yang ditampilkan, makin
kecil error maka data semakin baik. Dari data inilah kemudian didapatkan
jumlah lapisan dan gambar penampang bawah permukaan diantara dua titik
sounding.
Mulai
Aplikasi IP2Win
Aplikasi Resty
Pengolahan data
sesuai prosedur pada
panduan praktikum
Data hasil pengolahan
Selesai
V.
Rho
0.06594
69.23902
77.35357
60.8666
55.63889
49.69586
45.90871
44.00333
38.68116
44.55256
57.70408
74.83389
117.5878
130.3456
137.9123
146.5833
72.325
84.09694
Rho
7.85
97.4019
144.2571
148.7975
0.5
10
0.5
12
0.5
15
15
20
25
30
40
50
60
75
75
100
0.5
5
5
5
5
5
5
5
5
10
10
200.
3
313.
3
451.
8
706.
1
62.8
117.8
188.5
274.9
494.8
777.5
1123
1759
867.9
1555
38
32.1
32
168.9372
42
25.9
25.1
190.2179
41
16.5
16.4
181.271
42
42
27
34
28
31
21
30
34
32
19
10
102.7
33.5
21.7
10.6
5.4
1.8
1.6
0.9
1.2
0.8
9.4
102.6
33.3
21.5
10.5
5.3
1.8
1.7
0.9
1.7
0.7
163.0755
153.4862
145.723
119.7529
103.5784
85.3929
66.64286
61.765
46.56176
39.32672
61.38158
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
5
5
5
5
5
5
5
5
5m
6.25
18.8
49.5
112.3
200.3
313.3
451.8
706.1
62.8
117.8
188.5
274.9
494.8
777.5
1123
1759
10m
9.2
57
44
63
46
38
36
53
54
51
46
78
58
47
38
58
70.7
76.9
29.5
32.7
9.9
5.6
3.2
2.2
15.6
7.6
5.3
5.3
0.7
1.5
0.4
0.1
48.029
25.363
33.187
58.289
43.108
46.170
40.16
29.309
18.142
17.554
21.718
18.678
5.971
24.813
11.821
3.032
75
100
125
10
10
10
867.9
1555
2438
58
533
156
48.6
1.7
0.7
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
5
5
5
5
5
5
5
5
10
10
6.25
18.8
49.5
112.3
200.3
313.3
451.8
706.1
62.8
117.8
188.5
274.9
494.8
777.5
1123
1759
867.9
1555
35.55
33
27.5
29
22
24
22
55.5
56
60
74.5
53
26
85
72
75.5
76.5
51
26.605
0
11.63
37.8
15
3.55
3
1.7
3
32.05
16.05
12.8
6.55
2.8
3.95
1.35
1.15
3.1
2.65
727.24
4.9596
10.939
Rho
14
4.677
6.625
68.04
57.911
32.321
43.144
34.911
36.322
35.941
31.511
32.386
33.973
53.286
36.130
21.056
26.792
35.169
80.799
Tabel 5.1.5 Data Resistivity Minggu 190415 Samping Lapangan Bola Unila
faktor geometri
AB/2 MN/2
I (mA) V(mV)
Rho
0.5 m
5m
10m
1.5
0.5
6.25
53
66.7
2.5
0.5
18.8
40
125.3
0.5
49.5
51
43.2
0.5
112.3
47
14.2
7.8656
58.891
0
41.929
4
33.928
9
0.5
200.3
48
10
0.5
313.3
42
4.5
12
0.5
451.8
51
4.1
15
0.5
706.1
54
2.5
15
62.8
54
24.8
20
117.8
42
12.1
25
188.5
44
10.5
30
40
5
5
274.9
494.8
33
32
4.6
2.4
50
777.5
40
2.3
60
1123
44
1.5
75
1759
31
0.7
75
10
867.9
31
1.8
100
10
1555
37
0.7
125
10
2438
36
0.4
33.383
3
33.567
9
36.321
2
32.689
8
28.841
5
33.937
6
44.983
0
38.319
4
37.1100
44.706
3
38.284
1
39.719
4
50.394
2
29.418
9
27.088
9
15
13
Tabel 5.1.6 Data Resistivity Sabtu 250415 Depan Graha Mahasiswa
AB/
Faktor Geometri
V
MN/2
I (Ma)
Rho
0,5
M
5
M
10
M
2
(mV)
1.5
0.5
6.28
64
355.15
34.85
2.5
0.5
18.8
54.5
120.45
41.55
4
0.5
49.5
53
54.5
50.99
6
0.5
112.3
60
29.2
55.03
8
0.5
200.3
65.5
19.25
60.1
10
0.5
313.3
58
10.1
53.26
12
0.5
451.8
36
3.95
49.69
15
0.5
706.1
55
1.5
29.01
15
5
62.8
56
26
72.82
20
5
117.8
62
20.3
38.64
25
5
188.5
27
4.3
30.16
30
5
274.9
51
2.65
13.75
40
5
494.8
25
1.4
29.69
50
5
777.5
87
2.8
23.33
60
5
1123
67
1.4
22.46
75
5
1759
39
0.55
17.59
75
10
867.9
40
1.05
26.31
100
10
1555
20
0.15
15.55
Tabel 5.1.7 Data Resistivity Sabtu 250415 Jalan Fakultas Kedokteran
AB/
V
Faktor Geometri
MN/2
I (Ma)
Rho
2
(mV)
0,5 M
5M
10 M
1.5
0.5
6.28
33
16.5 31.248
2.5
0.5
18.8
31
15.5 21.195
4
0.5
49.5
41
20.5 19.438
6
0.5
112.3
42
21 22.995
8
0.5
200.3
54
27 23.925
10
0.5
313.3
73
36.5 27.253
12
0.5
451.8
61
30.5 29.997
15
0.5
706.1
30
15 45.897
15
5
62.8
31
15.5 43.757
20
5
117.8
73.5
36.75 46.880
25
5
188.5
62
31 45.757
30
5
274.9
62
31 44.782
40
5
494.8
95
47.5 53.907
50
5
777.5
82
41 51.201
60
5
1123
78
39 3.743
75
5
1759
37
18.5 3.566
75
10
867.9
37 452.45 37.531
100
10
1555
118
836.5 42.169
16
13
17
18
19
20
21
22
23
1000
100
10
Rho
1
1
10
100
0.1
0.01
AB/2
100
Rho
10
1
1
10
100
1000
AB/2
23
1000
100
Rho
10
1
1
10
100
AB/2
24
100
10
Rho
1
1
10
100
AB/2
Rho
10
1
1
10
AB/2
100
24
100
Rho
10
1
1
10
100
1000
AB/2
25
100
Rho
10
1
1
10
AB/2
100
25
Gambar 5.1.22 Peta nilai Rho dan area slicing 1
26
27
160
140
120
100
80
60
40
20
0
0
100
200
300
400
500
600
27
Gambar 5.1.26 Kurva Rho pada Slice 1 (AB/2 75)
28
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
0
50
100
150
200
250
300
350
400
100
200
300
400
500
600
28
120
100
80
60
40
20
0
0
50
100
150
200
250
300
350
29
Tabel 5.1.8 Data kelompok 1 (Line 1)
IP2Win (Error 7.7%)
h
d
Litologi
63.7
1.49
1.49
Lempung Berpasir / Aquifer
91.1
2.14
3.63
Lempung Berpasir / Aquifer
25.4
8.15
11.8
Lempung Berpasir / Aquifer
96.2
28.5
40.3
Lempung Berpasir / Aquifer
36.4
Lempung Berpasir / Aquifer
Resty (Error 0.2347 %)
d
Litologi
69.18
2.51
Lempung Berpasir / Aquifer
38.61
14.91
Lempung Berpasir / Aquifer
149.05
Kerikil / QT1 (Peta Geologi)
Tabel 5.1.9 Data kelompok 2 (Line 3)
IP2Win (Error 24%)
h
d
Litologi
14.9
1.49
1.49
Top Soil, Lempung / Aquifer
55.6
8.61
10.1
Lempung Berpasir / Aquifer
8.43
20.2
30.3
Top Soil, Lempung / Aquifer
26.8
25.3
55.6
Lempung Berpasir / Aquifer
9.72
Top Soil, Lempung / Aquifer
Resty (Error 0.8767%)
d
Litologi
25.12
2.51
Lempung Berpasir / Aquifer
57.54
5.93
Lempung Berpasir / Aquifer
11.66
Top Soil, Lempung / Aquifer
Tabel 5.1.10 Data kelompok 3 (Line 2)
IP2Win (Error 9.34%)
h
d
Litologi
23.3
0.387 0.387 Lempung Berpasir / Aquifer
228
11.3
11.7
Kerikil / QT1 ( Peta Geologi)
48.9
28.6
40.3
Lempung Berpasir / Aquifer
23.5
Lempung Berpasir / Aquifer
Resty (Error 2.7410%)
d
Litologi
96.98
2.51
Lempung Berpasir / Aquifer
236.23
10.00
Batu Pasir / QT1 (Peta Geologi)
36.31
Lempung Berpasir / Aquifer
Tabel 5.1.11 Data kelompok 4 (Line 4)
IP2Win (Error 34.1)
h
d
Litologi
4.57
0.12
0.12
Top Soil, Lempung / Aquifer
128
1.16
1.28
Kerikil / QT1 (Peta Geologi)
30
29
19.7
39
89.2
9.09
102
67.09
32.11
80.66
4.37
14.9
19.7
14.7
5.65
20.5
40.3
55
h
d
Litologi
32.5
1.75
1.75
Lempung Berpasir / Aquifer
166
2.56
4.31
Kerikil / QT1 (Peta Geologi)
5.2
5.28
9.59
Top Soil, Lempung / Aquifer
100
13.2
22.8
Lempung Berpasir / Aquifer
0.124
Lempung Basah / Aquifer
Resty (Error 0.2836%)
d
Litologi
35.21
1.49
Lempung Berpasir / Aquifer
59.34
8.07
Lempung Berpasir / Aquifer
14.02
Top Soil, Lempung / Aquifer
Tabel 5.1.13 Data kelompok 6 (Line 5)
IP2Win (Error 8.59%)
h
d
Litologi
99.1
1.53
1.53
Lempung Berpasir / Aquifer
20.5
4.46
5.99
Lempung Berpasir / Aquifer
50.5
13.6
19.6
Lempung Berpasir / Aquifer
75.3
22.2
41.8
Lempung Berpasir / Aquifer
6.59
Top Soil, Lempung / Aquifer
Resty (Error 1.4961%)
d
Litologi
59.34
2.51
Lempung Berpasir / Aquifer
28.40
14.91
Lempung Berpasir / Aquifer
50.89
Lempung Berpasir / Aquifer
Tabel 5.1.14 Data kelompok 7 (Line 7)
IP2Win (Error 44.8%)
h
d
Litologi
45
1.04
1.04
Lempung Berpasir / Aquifer
3.32
0.665 1.7
Top Soil, Lempung / Aquifer
76.6
23.7
25.4
Lempung Berpasir / Aquifer
21
Lempung Berpasir / Aquifer
31
29
31.14
19.65
55.80
V.2 Pembahasan
Pengolahan data 1D ini dilaksanakan setelah didapatkan data pengukuran
sounding pada 7 line pengukuran disekitar area Universitas Lampung yang
dilakukan oleh 7 Kelompok. Data yang didapatkan berupa harga besaran nilai
I dan V lalu diolah lagi sehingga didapatkan nilai Rhonya. Setelah data
didapatkan, maka diolah menggunakan software khusus yakni IP2Win dan
software Resty hingga didapatkan kurva matchingnya. Kurva matching inilah
yang diolah berdasarkan kemampuan interpretasi praktikan sehingga
didapatkan besaran nilai error sekecil mungkin. Setelah itu akan diketahui
jumlah lapisan yang ada pada bagian bawah line pengukuran. Akan
didapatkan juga tampilan 2D gambar penampang bawah permukaan antara
kedua titik pengukuran sounding yang pada praktikum kali ini saya olah
antara dua titik sounding yang dilakukan di hari yang sama. Didapatkannya
hasil ini adalah dengan urutan tertentu diantaranya dengan menambahkan titik
VES baru pada software IP2Win. Selanjutnya adalah dengan memaskukan
nilai AB/2 dan Rho dan didapatkan kurva matchingnya.
Software IP2WIN sendiri adalah sebuah sarana yang dapat menghasilkan
model struktur di bawah permukaan bumi dalam bentuk citra perlapisan
berwarna. Citra perlapisan berwarna diinterpretasikan sebagai gambaran
32
29
model perlapisan dibawah permukaan bumi. Pengolahan data dengan
software IP2Win yaitu dengan melakukan empat proses pengolahan data.
Proses pertama yaitu menentukan nilai faktor geometri dan resistivitas dengan
memasukkan panjang jarak spasi elektroda (AB/2), MN serta nilai Rho.
Proses selanjutnya yaitu dengan mencocokkan kedua kurva tersebut, dan
menghasilkan informasi berupa nilai resistivitas sebenarnya, jumlah lapisan
batuan, ketebalan lapisan, dan kedalaman lapisan serta nilai error yang kecil,
nilai error tersebut merupakan acuan bahwa pemodelan lapisan batuan yang
terukur di bawah permukaan adalah mendekati yang sebenarnya atau tidak.
Proses selanjutnya yakni melakukan cross-section dengan menambahkan data
titik sounding yang berbeda dalam suatu titik sounding. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui gambaran 2D struktur penampang bawah permukaan
antara dua titik ini. Model hasil pengolahan data dapat dilihat pada bagian
data pengamatan.
Model tersebut telah dilakukan smoothing karena data yang didapatkan
selama pengukuran terdapat banyak noise. Smoothing dilakukan pada kurva
tahanan jenis hingga didapatkan harga error yang kecil. Gambar 5.1.1 diatas
adalah gambaran penampang Pseudo cross-section pada model data
kelompok 1 yang telah dikombinasikan pada data kelompok 3 (sebelah kiri)
dengan jarak line 220 m. Sedangkan gambar Pseudo cross-section bagian
bawah adalah gambar penampang pada line kelompok 1 saja. Juga
ditampilkan data besar kesalahan (error) pada gambar diatas.
Gambar 5.1.2 diatas merupakan gambar penampang dengan tipe pseudo
cross-section yang juga telah mengalami proses smoothing sehingga
didapatkan kurva diatas. Pada gambar pseudo cross-section yang pertama
ditampilkan penggabungan data antara kelompok 2 dan line kelompok 4
sedangkan pseudo cross-section dibawahnya merupakan tampilan pseudocross section line kelompok 2 saja. Diketahui terdapat data kedalaman
sedalam 100 meter dan dengan harga tahanan jenis atau potensial yang sangat
bervariasi. Begitupula dengan gambar 5.1.3, 5.1.4, 5.1.6
5.1.7.
hingga gambar
33
Adapun harga tahanan jenis dari data IP2Win bervariasi dari berbagai line
pengukuran yakni pada line 1, Harga tahanan jenis pada pseudo cross-section
yakni antara 20.3 hingga 70.2 dengan harga resistivity berada di range 3
300. Dengan urutan resistivity dari atas menuju kedalaman adalah 10, 180, 5
(>3 dan <6) dan 200. Pada line pengukuran2, harga tahanan jenis berkisar
antara 13,9 hingga 37,3 dengan harga resistivity 6.31 hingga 50.1 dengan
urutan dari atas ke kedalaman adalah 15, 50.1, 7.94, 27.0 (>25.1 dan <31.6),
dan 50.1. untuk line pengukuran 3, harga tahanan jenis berkisar antara 56.2
hingga 215. Pada line 4 52.1 hingga 50.1, line 5 20.3 hingga 58.8, line 6 28.2
hingga 56.2 dan yang terakhir adalah line 7 berkisar antara 12.9 hingga 59.9.
Pada data yang diperoleh di software IP2Win (Gambar 5.1.1), menunjukan
bahwasannya adanya 5 lapisan pada data kelompok 1 yakni line pertama yang
terletak dibelakang gedung teknik geofisika. Pada pengolahan ini dilakukan
penghalusan data dengan drag data pertama keatas agar didapatkan data error
kecil deibawah 10%. Setelah itu diperoleh empat lapisan bawah permukaan.
Keempat lapisan ini diidentifikasi sebagai Batu Lempung dengan spesifikasi
Lempung Berpasir yang membedakan antar lapisan ini adalah harga
resistivitasnya. Harga Resistivitasnya yakni 63.7 m pada lapisan pertama
dengan ketebalan 1.49 dan kedalaman pada 1.49 , Resistivitas pada lapisan
berikutnya 91.1 m dengan ketebalan 2.14 dan dikedalaman 3.63, Lempung
berpasir dii lapisan ketiga terukur nilai resistivitas 25,4 m dengan ketebalan
8.15 dan kedalaman 11.8, berikutnya berreisitivitas 96.2 m
dengan
ketebalan 28.5 dan kedalaman 40.3 dan yang terakhir adalah lempung
berpasir juga dengan nilai resistivitas 36.4 m. Nilai error yang didapatkan
adalah 7.7% termasuk kecil dan mendekati yang sebenarnya. Pada software
resty (Gambar 5.1.8), diperoleh nilai error sebesar 0.2347%, pada Software
Resty ini, juga dilakukan penghalusan data (smoothing) yakni data pertama
dengan nilai Rho 0.06. Dalam hal ini, data ini saya cut karena software akan
mengalami error saat data pertama dimasukkan, hal ini terjadi dikarenakan
interval dari data pertama ke data kedua sangatlah jauh. Dari software ini
teridentifikasi tiga lapisan. Dua lapisan pertama teridentifikasi sebagai batu
lempung berpasir dengan harga resistivity berbeda. Lapisan pertama berada di
34
kedalaman 2.51 dengan harga resistivitas 69.18 m dan lapisan kedua di
kedalaman 14.91 pada nilai resistivitas 38.61 m. Lapisan ketiga
teridentifikasi sebagai batu kerikil dengan nilai resistivity 149.05 m. Pada
data pertama ini teridentifikasi lapisan beresistivitas rendah yang disinyalir
sebagai aquifer pada kedalaman AB/2 (depth) 15, sebesar 38.68116 m pada
software Resty. Data ini tercantum sebagaimana pada Tabel 5.1.8.
Data kelompok 2 dengan line yang berada di depan kantin pertanian tepat di
sebelah kandang rusa teridentifikasi 5 lapisan yang didominasi batuan Top
Soil, Lempung melalui software IP2Win (Gambar 5.1.2). Nilai error yang
didapatkan adalah sebesar 24%. Pada lapisan pertama yakni Top soil, harga
reisitivitasnya adalah 14.9 m dengan ketebalan dan kedalaman 1.49. lapisan
kedua yakni lempung berpasir dengan reisistivitas 55.6 m dengan ketebalan
8.61 dan kedalaman 10.1. lapisan berikutnya top soil dengan harga resistivitas
8.43 m dengan ketebalan 20.2 dan kedalaman 30.3. Lapisan berikutnya
adalah lempung berpasir dengan nilai reisitivitas 26.8 m dengan ketebalan
25.3 dan kedalaman 55.6. lapisan terakhir yang berhasil teridentifikasi adalah
lapisan Top soil dengan harga resistivitas 9.72 m. Pada software Resty
sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar (Gambar 5.1.10), diperoleh nilai
error sebesar 0.8767% dengan tanpa menghilangkan data sama sekali atau
saya tetap menggunakan data aslinya. Pada data line ketiga ini teridentifikasi
tiga lapisan melalui Resty dengan interpretasi lapisan lempung berpasir pada
dua lapisan teratas dengan harga resistivitas 25.12 m di kedalaman hingga
2.51 dan lapisan kedua dengan harga resistivitas sebesar 57.54 m dengan
kedalaman hingga 5.93. Lapisan berikutnya teridentifikasi sebagai lapisan top
soil, lempung dengan harga resistivitas 11.66 m. Dibandingkan dengan data
IP2Win, data Resty ini memiliki atau terdapat sedikit perbedaan. Namun,
ditarik kesimpulan bahwa lapisan ini merupakan lapisan dengan litologi Top
Soil hingga Lempung Berpasir. Pada line pengukuran sounding ini didapatkan
lapisan dengan harga resistivitas rendah yang ditampilkan warna biru yang
diinterpretasikan sebagai lapisan aquifer yakni pada kedalaman AB/2 (depth)
60, sebesar 11.821 m pada software Resty. Data ini sebagaimana tercantum
pada Tabel 5.1.9.
35
Pada pengukuran data kelompok 3 dengan line pengukuran di belakang
gedung pusat komputer universitas lampung, menggunakan software IP2Win
(Gambar 5.1.3) setelah diolah menampilkan empat buah lapisan batuan yang
didominasi batuan Lempung Berpasir. Harga nilai error yang didapatkan
setelah pengolahan adalah sebesar 9.34% dengan harga dibawah 10%.
Identifikasi pada lapisan pertama memiliki harga reisitivitas 23.3 m pada
kedalaman 0.387 dan ketebalan 0.387 teridentifikasi sebagai batuan lempung
berpasir. lapisan kedua dengan ketebalan 11.3 dan kedalaman 11.7 memiliki
harga resistivitas 228 m dan teridentifikasi sebagai batuan kerikil. Lapisan
ketiga dengan harga resistifitas 48.9 m dan dengan ketebalan 28.6 dengan
kedalaman 40.3 teridentifikasi sebagai batuan Lempung berpasir begitupula
lapisan dibawahnya yakni Lempung Berpasir dengan harga reisistivitas 23.5
m. Sedangkan pada software Resty (Gambar 5.1.9), Teridentifikasi nilai
error sebesar 2.7410% hasil ini merupakan nilai error yang besar dan ini
diinterpretasikan karena banyaknya data yang rusak akibat kedalahan
pengukuran. Namun, pada saat pengolahan tidak dianjurkan untuk membuang
data, jadi meskipun data rusak dimasukkan, namun data tersebut dianggap
tidak ada sehingga pada saat pengidentifikasin lapisan menggunakan resty
(Gambar 5.1.9), data rusak tetap terbaca dan terakumulasi dengan nilai error
yang besar. Disini, teridentifikasi tiga lapisan dengan lapisan pertama
teridentifikasi sebagai Lempung Berpasir dengan harga resistivitas 96.98 m
dengan kedalaman 2.51. lapisan kedua teridentifikasi sebagai lapisan batui
pasir dengan harga resistivitas 236.23 m pada kedalaman 10.00. dan lapisan
terakhir kembali teridentifikasi sebagai lapisan Lampung Berpasir dengan
harga resistivitas 36.31 m. Melihat perbandingan data dari lapisan dengan
IP2Win dan Resty, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada garis pengukuran
ini, lapisan didominasi Lempung Berpasir. Pada line pengukuran sounding ini
diperoleh nilai resistivitas terendah yang diasumsikan sebagai lapisan aquifer
yakni pada kedalaman 75 dengan harga resistivitas 46.651 m. Harga ini
dapat dilihat pada tabel 5.1.10.
Pada data line kelompok 4 yakni pengukuran sounding yang berada didepan
gedung agroekoteknologi FP setelah diolah menggunakan IP2Win
36
menampilkan 7 lapisan (Gambar 5.1.4). Merupakan lapisan terbanyak. Ini
juga dikarenakan bentuk kurva matching kelompok 4 yang sangat tidak
smooth sehingga diperoleh hasil error 34.1%, hasil error yang besar dengan
jumlah lapisan yang diluar normal biasanya walaupun telah dilakukan
smoothing berulang kali. Lapisan pertama teridentifikasi sebagai Top Soil,
Lempung dengan nilai resistivitas 4.57 m dengan ketebalan 0.12 dan
kedalaman 0.12. Lapisan kedua dengan nilai resistivitas 128 m memiliki
ketebalan 1.16 dan kedalaman 1.28 dan teridentifikasi sebagai kerikil. Ini
merupakan anomali dalam pengambilan data sounding. Lapisan ketiga
dengan nilai resistivitas 19.7 teridentifikasi sebagai top soil, lempung dengan
harga resistivitas 19.7 m dengan ketebalan 4.37 dan kedalaman 5.65.
lapisan berikutnya dengan harga resistivitas sebesar 39 m dengan ketebalan
14.9 dan kedalaman 20.5 teridentifikasi debagai lempung berpasir begitupula
pada lapisan berikutnya dengan nilai reisitivitas sebesar 89.2 m dengan
ketebalan 19.7 dan kedalaman 40.3. Lapisan berikutnya teridentifikasi
sebagai Top Soil dengan harga resistivitas 9.09 pada kedalaman 55 dan
ketebalan 14.7. lapisan terakhir yakni Top soil memiliki harga resistivitas
sebesar 102 m. Sedangkan setelah data yang sama diolah menggunakan
software Resty (Gambar 5.1.11), diperoleh nilai error sebesar 3.8054%
dengan teridentifikasi sebanyak tiga lapisan dengan litologi sama yakni
Lempung berpasir dengan harga reisitivitas yang berbeda. Lapisan pertama
memiliki harga resistivitas sebesar 67.09 m pada kedalaman 3.98 dan
lapisan kedua memiliki harga resistivitas 32.11 dengan kedalaman 25.12 dan
terakhir memiliki harga resistivitas 80.66 m. Komparasi antara kedua data
menunjukan lapisan pada line ini antara Top Soil hingga Kerikil. Dan
didominasi oleh Lempung berpasir. Pada line sounding ini, didapatkan
lapisan dengan harga resistivitas rendah yang dapat diasumsikan sebagai
lapisan aquifer yakni pada kedalaman AB/2 (depth) 20 dengan harga
resistivitas 31.5115 m. Data ini dapat dilihat pada Tabel 5.1.11.
Pada data line pengukuran ke lima, yakni data dengan titik sounding berada di
depan
gedung
graha
kemahasiswaan
atau
Kopma
setelah
diolah
37
sebanyak 5 lapisan dengan besar nilai error yakni 14%. Pada lapisan pertama,
teridentifikasi besaran nilai resistivitasnya yakni pada 32.5 m dengan
ketebalan 1.75 dan kedalaman sama yakni 1.75 dan teridentifikasi sebagai
lempung berpasir. Lapisan kedua dengan nilai resistivitas 166 m dengan
ketebalan 2.56 dan kedalaman 4.31 teridentifikasi sebagai batuan kerikil.
Lapisan ketiga dengan harga resistivitas 5.2 m dengan ketebalan 5.28 dan
kedalaman 9.59 teridentifikasi sebagai Top Soil. Lapisan berikutnya dengan
harga resistivitas 100 m dengan ketebalan 13.2 dan kedalaman 22.8
teridentifikasi sebagai lempung berpasir dan yang terakhir adalah lapisan
dengan harga resistivitas 0.124 teridentifikasi sebagai Lempung basah. Pada
software kedua yakni Resty (Gambar 5.1.6), Teridentifikasi lapisan dengan
nilai error sebesar 0.2836% dan terdapat tiga buah lapisan. Lapisan pertama
memiliki nilai resistivitas 35.21 m pada kedalaman 1.49. lapisan kedua
memiliki harga resistivitas sebesar 59.34 m pada kedalaman 8.07 dan kedua
lapisan ini memiliki litologi teridentifikasi sebagai Lempung Berpasir.
Lapisan terakhir yang teridentifikasi sebagai lapisan Top Soil memiliki harga
resistivitas 14.02 m. Data ini dapat dilihat pada Tabel 5.1.12. Pada
pengidentifikasian berikutnya, diketahui terdapat lapisan dengan resistivitas
terendah yang diidentifikasi sebagai aquifer yakni lapisan dengan kedalaman
AB/2 (depth) 75 dengan nilai resistivitas 17.59 m.
Data kelompok 6 diperoleh dengan melakukan pengukuran sounding
konfigurasi schlumberger di area seamping lapangan bola unila tepatnya di
jalan akses menuju rusunawa unila. Pada pengukuran ini diperolah data yang
selanjutnya diolah oleh software IP2Win (Gambar 5.1.6) dan diperoleh nilai
error sebesar 8.59% merupakan nilai error yang dapat dikatakan kecil
dibanding dengan data sebelumnya. Pada pengolahan data ini didapatkan 5
lapisan dengan lapisan pertama beresistivitas 99.1 m dengan ketebalan 1.53
dan kedalaman 1.53. lapisan kedua yakni dengan nilai resistivitas 20.5 m
dengan ketebalan 4.46 dan kedalaman 5.99. Lapisan berikutnya yakni dengan
nilai resistivitas 50.5 m dan dengan nilai ketebalan 13.6 serta kedalaman
19.6. lapisan keempat dengan harga resistivitas 75.3 m berketebalan 22.2
dan keempat lapisan ini telah teridentifikasi sementara sebagai batuan
38
lempung berpasir berdasarkan data sementara dengan referensi bersumber
internet. Dan lapisan terakhir yakni lapisan dengan nilai resistivitas 6.59
teridentfikasi sementara sebagai lapisan Top Soil, lempung. Pada software
berikutnya yakni resty (Gambar 5.1.12), didapatkan nilai error sebesar
1.4961% dan diinterpretasikan terdapat tiga buah lapisan yakni lapisan
Lempung Berpasir. Pada lapisan pertama, memiliki nilai resistivitas sebesar
59.34 m dengan kedalaman 2.51. lapisan kedua memiliki nilai resistivitas
sebesar 28.40 m dengan kedalaman mencapai 14.91 dan lapisan terakhir
memiliki nilai resistivitas sebesar 50.89 m. Jika diinterpretasikan, dapat
didapatkan kesimpulan bahwa pada line 5 ini berlitologi Lempung Berpasir.
Tabel data ini dapat dilihat pada Tabel 5.1.13. Pada pengidentifikasian
berikutnya, diketahui terdapat lapisan dengan resistivitas terendah yang
diidentifikasi sebagai aquifer yakni lapisan dengan kedalaman AB/2 (depth) 8
dengan nilai resistivitas 33.23 m.
Line pengukuran sounding terakhir adalah line pengukuran kelompok 7
dengan titik sounding yang berada di sebelah fakultas kedokteran universitas
lampung tepatnya berada di lapangan parkir mobil FK. Pada data ini seletah
diolah menggunakan software IP2Win (Gambar 5.1.7) didapatkan nilai error
sebesar 44.8% merupakan nilai error yang besar mengingat data yang
didapatkan tidak smooth begitupun kurva matching setelah diolah. Sehingga,
didapatkan nilai error yang besar meskipun telah dilakukan proses smoothing
pada kurva matching-nya. Pada pengolahan data ini didapatkan jumlah
lapisan sebanayak 4 lapisan dengan lapisan pertama nilai resistivitasnya
adalah 45 m dengan ketebalan dan kedalaman 1.04 dan teridentifikasi
sebagai batu lempung berpasir. Lapisan kedua yakni dengan nilai resistivitas
sebesar 3.32 m memiliki ketebalan 0.665 dan kedalaman 1.7 lapisan ini
teridentifikasi sebagai lapisan Top Soil, Lempung. Lapisan berikutnya yakni
lapisan dengan nilai resistivitas 76.6 m teridentifikasi sebagai batu lempung
berpasir dengan ketebalan 23.7 dan kedalaman 25.4 dan lapisan terakhir juga
teridentifikasi sebagai lapisan dengan litologi sama yakni lempung berpasir
dengan nilai resistivitas sebesar 21 m. Setelah diolah menggunakan
software Resty (Gambar 5.1.14), pada software ini ditemukan nilai error
39
sebesar 4.5461% dari pengolahan data Resty ini diketahu bahwasannya
terdapat 3 litologi yang diidentifikasi sebagai lapisan Lempung Berpasir
dengan nilai resistansi bervariasi. Lapisan bertama memiliki nilai resistansi
sebesar 31.14 m dengan kedalaman 1.49, lapisan kedua memiliki
kedalaman 3.98 dengan nilai resistivity sebesar 19.65 m dan lapisan
terakhir memiliki nilai resistivity 55.80 m. Data ini dapat dilihat di Tabel
5.1.14. Dari hasil ini juga dapat ditarik kesimpulan yakni lapisan ini
didominasi oleh lapisan lempung berpasir dengan range litologi dari Top Soil
hingga Lempung Berpasir.
Dari hasil identifikasi diatas, didapatkan bahwa lapisan bertahanan jenis
rendah bervariasi. Lalu dilakukan pemodelan dengan software surfer dengan
kedalaman model AB/2 75 dan AB/2 30 yang diambil adalah nilai
resistivitasnya (rho). Data yang di grid adalah data koordinat sebagaimana
dapat dilihat pada Tabel 5.1.15 sebagai koordinat X dan Y serta kolom Z
dengan memasukkan nilai resistivity pada 7 line saat kedalaman 75 dan pada
grid kedua pada kedalaman AB/2 30. Setelah dilakukan pemodelan peta nilai
resistivitas dengan software surfer, saya menginterpretasikan melakukan 2
slicing pada setiap data yakni dua data masing-masing dikedalaman 75 dan
30. Setelah di slice, didapatkan kurva nilai Rho seperti pada gambar 5.1.26
hingga 5.1.29.
VI.
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum pengolahan data 1D yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Metode Geolistrik merupakan metode yang berguna untuk mendapatkan
gambaran penampang bawah permukaan dengan cara menginjeksikan arus
listrik kebawah permukaan bumi dan didapat harga potensial, lalu diolah
dengan software khusus.
2. Pengolahan data 1D ini dilakukan dengan menggunakan software IP2Win dan
Resty untuk mendapatkan jumlah lapisan juga dengan Surfer untuk
melakukan slicing. Juga menggunakan microsoft excel untuk membuat
kurvanya.
3. Pada beberapa line pengukuran setelah diolah menggunakan software
menampilkan nilai error yang besar mencapai 40% pada IP2Win dan
mencapai 4% di Resty. Ini disebabkan adanya kerusakan data saat
pengambilan data dilapangan.
4. Setelelah didapatkan data, lalu diinterpretasi litologinya berdasarkan harga
tahanan jenis lapisan. Dan area pengukuran di Universitas Lampung ini
didominasi lapisan oleh Lempung, mulai dari Top Soil Lempung hingga
Lempung Berpasir.
5. Terdapat beberapa lapisan yang diinterpretasikan sebagai lapisan aquifer
berdasarkan harga resistivitas terendah atau berada padah daerah terlandai
saat dilakukan pembuatan kurva matching pada kedua software baik IP2Win
maupun Resty.
6. DAFTAR PUSTAKA
11.
12.
7.
8.
9.
10.
Ardan, 2011, Macam-macam metode geolistrik, https://ardandipoldipol.
wordpress.com/ phisic/ geophisic/ geolistrik/ macam-macam-metodegeolistrik/, diakses pada tanggal 14 april 2015
pukul 09.26 WIB.
13.
15.
16.
17.
18.
Halik; Gusfan dan Widodo; Jojok, 2008, Pendugaan Potensi Air Tanah
Dengan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger di Kampus
Tegal Boto
14.
Universitas Jember, Media Teknik Sipil, Juli, hal 110.
Hidayat; Nur dan Naryanto; Heru Sri, 1997, Tektonik dan Pengaruhnya
Terhadap
Gempa di Sumatera Bagian Selatan, Alami, Vol.2, No.3, hal 9.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
LAMPIRAN
46.
47.
48.
6. https://ardandipoldipol.wordpress.com/phisic/geophisic/geolistrik/macammacam-metode-geolistrik/
7. Ardan 2011 Macam-macam metode geolistrik
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.