Anda di halaman 1dari 6

HIKMAH PUASA RAMADHAN DAN PENETAPAN KALENDER1

Oleh: Fajar Fathurahman, M.PdI 2


Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan ilmu dan karuniaNya, sehingga manusia mampu
mengenal Alam Semesta yang telah diciptakan, mengerti bilangan tahun dan memahami
perhitungan, Shalawat dan Salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW kepada
keluarganya, para sahabatnya juga para pengikutnya hingga akhir jaman.
Allah SWT memerintahkan orang-orang yang beriman untuk melaksanakan puasa. Puasa
merupakan bentuk ibadah mahdhah seorang mumin, yaitu dengan menahan diri dari makan
dan minum serta menahan diri dari melakukan hal-hal yang bisa membatalkan puasa mulai dari
terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Ibadah puasa dalam sudut pandang hukum
pelaksanaannya dibagi menjadi dua yaitu Puasa sunnah dan Puasa wajib. Puasa sunnah yaitu
puasa yang dilakukan pada hari-hari tertentu dan puasa wajib yang dilaksanakan pada bulan
Ramadhan. Perintah wajib puasa tersebut terdapat dalam FirmanNya pada surat Al Baqarah
ayat 183 sebagai berikut:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (Al Baqarah: 183)
Allah SWT pun mengajarkan prosedur pelaksanaan puasanya. Jumlah harinya pun tertentu
(dalam suatu ketentuan). Apabila ada orang beriman yang sakit dan karena nya tidak dapat
melaksanakan puasa maka diwajibkan berpuasa di hari lain sejumlah hari yang ditinggalkannya
itu. Begitupun bagi orang-orang beriman yang sedang dalam perjalanan dan karenanya tidak
dapat melaksanakan puasa, wajib pula baginya untuk melakukan puasa yang ditinggalkannya
pada hari yang lain. Sedangakan bagi orang mumin yang berat untuk melaksanakannya (tidak
mampu berpuasa) maka diwajibkan membayar fidyah memberi makan orang miskin. Ketentuan
ini pun tercantum dalam firman Allah SWT surat Al Baqarah ayat 184 berikut ini:

1
2

Disampaikan pada acara Temu Kerja Hisab Rukyat Tingkat Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013
Tenaga Pengajar Sekolah Tinggi Agama Islam Indonesia

Artinya: (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang
sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari
yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat
menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan
seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan[*], Maka Itulah
yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
[*] Maksudnya memberi Makan lebih dari seorang miskin untuk satu hari.
Kapan kita melaksanakan puasa wajib satu bulan penuh? Allah SWT pun memberitahu kita
kaum mumin untuk melaksanakan puasa wajib tersebut yaitu ketika kita menyaksikan kalender
kita masuk Syahru Ramadhan. ketika seorang mu`min telah hadir di bulan Ramadhan maka
mendapat perintah "berpuasalah". Hal ini tercantum dalam firmanNya surat Al Baqarah ayat
185, yaitu:





Artinya: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu,
Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah
ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka),
Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari
yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.
dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah
atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
Apa yang dimaksud dengan Syahru Ramadhan? Syahru Ramadhan adalah salah satu nama
bulan yang ada dalam bilangan bulan Allah/ kalender Islam. Bagaimanakah bilangan Bulan Allah
itu? sebenarnya istilah bilangan bulan dengan nama-nama bulan dari muharram sampai dengan
dzulhijjah telah dikenali oleh orang-orang arab dimasa nabi secara turun-temurun. Allah SWT
berfirman dalam surat At Taubah ayat 36 berikut ini:




Artinya: Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan
Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah
(ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri[**] kamu dalam bulan
yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun
memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang
bertakwa.
[**] Maksudnya janganlah kamu Menganiaya dirimu dengan mengerjakan perbuatan yang
dilarang, seperti melanggar kehormatan bulan itu dengan Mengadakan peperangan.
Bilangan bulan (Syahrun: tunggal/ Syuhur: jamak) disisi Allah itu ada 12 (dua belas) syahrun
yaitu:
1. Muharram
2. Safar
3. Rabiul Awal
4. Rabiul Akhir
5. Jumadil Ula
6. Jumadil Tsani
7. Rajab
8. Syaban
9. Ramadhan
10. Syawwal
11. Dzulqadah
12. Dzulhijjah
Maka dalam satu tahun dikenal dua belas bilangan bulan kalender, dan dalam satu tahun
bilangan bulan tersebut di atas, ada 4 (empat) Syahrul haram diantaranya yaitu: Dzulqadah,
Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Jadi Syaru Ramadhan adalah bilangan bulan kalender Islam
yang ke-9 (sembilan). Oleh sebab itu jika kita menyaksikan kalender kita di bulan yang
kesembilan itu (yaitu syahru Ramadhan) maka kita wajib melaksanakan puasa satu bulan
penuh.
Setelah kita mengenali bulan kalender guna melaksanakan ibadah puasa, Allah SWT pun
mengajarkan kita bagaimana mengenali bilangan tahun dari setiap pergantian syahrun melalui
surat Yunus ayat 5 berikut ini:



Artinya: Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya
manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui
bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan
dengan hak[*]. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang
mengetahui.
[*] Maksudnya: Allah menjadikan semua yang disebutkan itu bukanlah dengan percuma,
melainkan dengan penuh hikmah.
Dalam firman Allah tersebut terdapat kata Manzilah yaitu tempat-tempat perjalanan bulan. Di
dalam praktek astronomis dikenal istilah Transit. Kita mengenal istilah transit dalam pengertian
tempat berhenti, sebagaimana kata manzilah yang disebut dalam Al Quran secara bahasa bisa
diambil pengertian sebagai tempat berhenti.
Karena matahari memancarkan sinarnya dan bulan menerima pancaran sinar matahari maka
kita bisa melihat bulan berubah-ubah bentuk cahayanya. Bentuk cahaya bulan itu tidak secara
cepat berubah namun perlahan. sehingga bentuk cahaya itu seolah-oleh berhenti dalam
pandangan mata kita, dari bentuk sabit, menjadi bentuk setengah bundaran, sampai dengan
bentuk bundaran penuh atau yang kita kenal dengan istilah purnama. Bentuk-bentuk cahaya
bulan itu bisa terus-menerus berubah dikarenakan posisi bulan yang bergerak mengelilingi
bumi selama satu bulan kalender yaitu antara 29 - 30 hari.
Karena perubahan bentuk-bentuk cahaya itu manusia dapat mengenali bahwa peredaran bulan
membentuk siklus bulanan sehingga ketika bulan beredar mengelilingi bumi selama hampir
penuh satu bulan kalender, bentuk cahaya bulan itu akan kembali berbentuk sabit. Hal ini
diungkap dalam Al Quran surat Yasin ayat 39 berikut ini:


Artinya: dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah Dia sampai
ke manzilah yang terakhir) Kembalilah Dia sebagai bentuk tandan yang tua[*].
[*] Maksudnya: bulan-bulan itu pada Awal bulan, kecil berbentuk sabit, kemudian sesudah
menempati manzilah-manzilah, Dia menjadi purnama, kemudian pada manzilah terakhir
kelihatan seperti tandan kering yang melengkung.

Dalam penyusunan kalender berdasarkan peredaran bulan (kalender-lunar) dikenal fase sinodis
bulan mengelilingi bumi adalah 29,53.. hari. Karena penyusunan kalender Islam berdasarkan
peredaran bulan maka kalendernya disebut juga kalender Qomariyah, adapun yang
menamainya sebagai kalender hijriyah itu karena awal penetapannya diperhitungkan mulai
pada peristiwa Hijrahnya Nabi Muhammad SAW. Oleh karenanya dalam penyusunan kalender
Islam, jumlah hari dalam satu bulan yaitu 29 hari atau 30 hari. Tidak ada bulan kalender yang
berjumlah 28 hari ataupun kurang dari itu, dan tidak ada pula yang berjumlah 31 hari atau
lebih. Berikut ini kami berikan gambaran perjalanan bulan mengelilingi bumi dalam satu bulan
kalender disertai istilah-istilah manzilah yang ada di dalam kitab Sullamunnajah:

Setelah beberapa pengetahuan di atas kita peroleh, ternyata kita telah diantarkan bagaimana
caranya menyusun kalender Islam. Itulah mengapa Allah SWT ciptakan matahari memancarkan
sinar dan bulan menerima pancaran sinar dari matahari, supaya kita bisa dengan mudah
mengenal bilangan tahun dan perhitungan. Diantara perhitungan yang bisa diketahui adalah
perhitungan hari, minggu, bulan dan tahun kalender.
Allah SWT memerintahkan kita berpuasa di bulan Ramadhan itu artinya kita diperintahkan
berpuasa pada bilangan bulan kalender yang ke-9 (sembilan). Allah SWT pun telah mengajarkan
kita bilangan bulan disisiNya adalah 12 (dua belas), maka kita mengenali bilangan bulan
kalender dalam satu tahun hijriyah adalah 12 (dua belas), dan tidak ada bulan ke-13 (tiga belas)
dalam satu tahun kalender Islam.
Kita pun dapat dengan mudah mengetahui bilangan hari/ tanggal dalam minggu-minggu
tertentu berdasarkan bentuk cahaya dari manzilahnya. Seperti bentuk setengah bundaran itu
artinya sudah satu minggu, bentuk purnama sudah tengah bulan, bentuk sabit tua sudah empat
minggu dan hampir habis satu bulan penuh sampai sabit tipis muncul lagi setelah satu hari
bulan gelap dan terlihat setelah matahari terbenam di ufuk barat merupakan tanda datangnya

hari awal bulan dalam penyusunan kalender Islam. Allah SWT berfirman dalam Al Quran surat
Al Baqarah ayat 189:



Artinya: mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah
tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan bukanlah kebajikan memasuki
rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang
bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada
Allah agar kamu beruntung.
Sabit tipis yang muncul lagi setelah matahari terbenam di ufuk barat dikenal dengan istilah hilal.
Karena hilal senantiasa muncul pada awal hari bulan Qomariyah maka keberadaannya menjadi
tanda-tanda waktu untuk penetapan tanggal 1 kalender Qomariyah. Tanda-tanda waktu (Hilal)
itu tidak hanya untuk penetapan tanggal 1 bulan Ramadhan sebagai awal pelaksanaan ibadah
puasa ataupun 1 Syawal untuk pelaksanaan Idul Fitri namun juga untuk memperhitungkan
jatuhnya tanggal 10 Dzulhijjah guna penetapan pelaksanaan ibadah Haji dan Idul Adha.
Contoh Foto Hilal:

Wallahu Alam Bishawab

Anda mungkin juga menyukai