TENTANG
PENYAKIT HIRSCHSPRUNG ATAU MEGACOLON
OLEH
KELOMPOK 2 IPN 5A
1. ROSSIFUL HUDA
2. LORENCIA DIKA Y.
3. MAHARDIKA ROCHMANA K.P.
4. ROSWITTA NINING OLLA.
5. ADHA BAYU NUGROHO.
6. DANIEL YOSEF MEAK.
7. NATALIA HOAR T.
8. KRISANTUS NAHAK.
9. DEBI TANTIA.
10. CANDRA WASANA P.
11. RUDI CAHYO S.
12. YOPIE W.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA MITRA HUSADA
KEDIRI
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan, yang mana atas berkat rahmat, nikmat dan
hidayahnya sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Tidak lupa pula sholawat serta salam kita
ucapkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang mana beliau telah membawa
umatnya dari alam yang gelap gulita ke alam yang terang benderang dan penuh ilmu pengetahuan.
Penulis menyusun makalah yang berjudul Penyakit Hirschsprung ini karena ada sangkut
pautnya antara ilmu keperawatan dengan Ilmu Keperawatan khususnya pada Sistem Pencernaan.
Penulis berharap makalah Penyakit Hirschsprung ini akan sangat berguna dalam menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan dalam pembelajaran di bidang Ilmu Keperawatan.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari akan segala kekurangan dan
kemampuan yang sangat terbatas dimiliki oleh penulis, sehingga dalam penulisan, penyusunan
kalimat dan dalam mencari sumber buku serta internet masih kurang dan teramat sulit. Namun
penulis sudah berusaha semaksimal mungkin agar makalah ini dapat diselesaikan untuk memenuhi
tugas yang telah diberikan oleh dosen pembimbing dan berusaha untuk menjadikan yang terbaik.
Dengan segala kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran saran yang
sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini. Dan penulis berharap semoga makalah ini
dapat memenuhi harapan kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Sampul........................................................................................................
Kata Pengantar...........................................................................................................
Daftar Isi.....................................................................................................................
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah..................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan...........................................................................................
1.5 Luaran yang Diharapkan.................................................................................
BAB II Tinjauan Teori
2.1 Pengertian Penyakit Hirschsprung.................................................................
2.2 Etiologi Penyakit Hirschsprung.....................................................................
i
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penyakit Hirschsprung atau Megacolon adalah penyakit yang tidak adanya sel sel
ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid colon. Dan ketidakadaan ini menimbulkan
keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan (Betz,
Cecily & Sowden: 2000). Penyakit hirschsprung atau megacolon adalah kelainan bawaan
penyebab gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi
aterm dengan berat lahir 3 Kg, lebih banyak laki laki daripada perempuan. (Arief Mansjoeer,
2000).
Metode perawatan yang baik dan benar merupakan salah satu aspek yang dapat
menentukan kualitas asuhan keperawatan (askep) yang diberikan yang secara langsung
maupun tidak langsung dapat meningkatkan brand kita sebagai perawat profesional dalam
pelayanan pasien gangguan hischsprung. Pemberian asuhan keperawatan pada tingkat anak,
remaja, dewasa, hingga lanjut usia hingga bagaimana kita menerapkan manajemen asuhan
keperawatan secara tepat dan ilmiah diharapkan mampu meningkatkan kompetensi perawat
khususnya.
Dari latar belakang masalah yang telah disampaikan di atas, maka rumusan masalah
dari makalah yang berjudul Penyakit Hirschsprung adalah sebagai berikut :
a. Apa pengertian dari penyakit hirschsprung ?
b. Apa etiologi dari penyakit hirschsprung ?
c. Bagaimana patofisiologi dan WOC dari penyakit hirschsprung ?
d. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit hirschsprung?
e. Apakah klasifikasi dari penyakit hirschsprung ?
f. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit hirschsprung?
g. Pemeriksaan penunjang apa yang digunakan dalam mendeteksi penyakit
hirschsprung ?
h. Komplikasi apa yang bisa terjadi jika pasien menderita penyakit hirschsprung ?
i. Bagaimana epidemiologi dari penyakit hirschsprung ?
Dari rumusan masalah yang telah ditulis, maka tujuan penulisan dari makalah yang
berjudul tentang Penyakit Hirschsprung adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui pengertian dari penyakit hirschsprung.
b. Mengetahui penyebab penyakit hirschsprung.
c. Mengetahui patofisiologi dan web of caution dari penyakit hirschsprung.
d. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit hirschsprung.
e. Mengetahui klasifikasi penyakit hirschsprung.
f. Mengetahui penatalaksanaan dari penyakit hirschsprung.
g. Mengetahui pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan penyakit
hirschsprung.
h. Mengetahui komplikasi yang dapat disebabkan dari penyakit hirschsprung.
i. Mengetahui epidemiologi dari penyakit hirschsprung.
Manfaat secara teoritis yaitu dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan dengan penyakit hirschsprung, sementara
manfaat praktis untuk mahasiswa adalah dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi
semua mahasiswa tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit hirschsprung.
1.5 Luaran yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan pada pembuatan makalah ini adalah mengacu pada Panduan
Pembuatan Makalah yang telah diberikan oleh Dosen Pengampu Mata Kuliah Sistem
Pencernaan.
BAB II
TINAJAUAN TEORITIS
Aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding usus, mulai dari sfingter
ani internus ke arah proksimal, 70% terbatas di daerah rektosigmoid, 10% sampai
seluruh kolon dan sekitarnya, 5% dapat mengenai seluruh usus sampai pilorus.
Diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan
down syndrome.
Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio
kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
Pathway
Kegagalan migrasi ganglion sel cranio caudal (5 12 minggu)
Pembentukan saraf parasimpatis pada segmen usus besar tidak sempurna (aganglionik)
Tidak adanya sel ganglion parasimpatis otonom (Pleksusmeisner dan Auerbach)
Hirschsprung (segmen panjang : melebihi sigmoid seluruh kolon atau usu halus dan segmen
pendek)
Hipertrofi otot kolon pada sub
proximal atau zona peralihan antara
usus dan persarafan
Anxietas
Kegagalan sphincter anal internal
untuk relaksasi
Motilitas usus menurun
Tindakan pembedahan
Luka terbuka dan terpasang
stoma
Diare
Terputusnya kontinuitas
jaringan
Gangguan Keseimbangan
Stagnansi makanan
Cairan dan Elektrolit
Menekan diafragma
Sesak nafas
Anorexia
Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
Nyeri
Akut
1. Pada bayi
Tidak bisa mengeluarkan meconium (feses pertama) dalam 24-28 jam pertama
setelah lahir.
Tampak malas mengkonsumsi cairan.
Muntah bercampur dengan cairan empedu.
Distensi abdomen.
Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare.
Demam.
Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang khas.
Bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans, terjadi distensi abdomen hebat dan diare
berbau busuk yang dapat berdarah (Betz, Cecily L, et.al. 2002).
2. Pada anak
Konstipasi.
Tinja seperti pita dan berbau busuk.
Distensi abdomen.
Failure to thrive (gagal tumbuh).
Nafsu makan tidak ada (anoreksia).
Adanya masa di fecal, dapat dipalpasi.
Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemia.
Letargi.
Infeksi kolon, khususnya anak baru lahir atau yang masih sangat muda, yang dapat
mencakup enterokolitis, infeksi serius dengan diare, demam dan muntah dan
kadang-kadang dilatasi kolon yang berbahaya (Betz, Cecily L, et.al. 2002).
Pembedahan
Penatalaksanaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus
besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus
besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis antara lain sebagai berikut :
Temporari ostomy
Yaitu penatalaksanaan yang dibuat proksimal terhadap segmen
aganglionik untuk melepaskan obstruksi dan secara normal melemah
Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan antara lain sebagai berikut :
Prosedur Duhamel
Umumnya dilakukan terhadap bayi yang berusia kurang dari 1 tahun.
Prosedur ini terdiri atas penarikan kolon normal ke arah bawah dan
menganastomosiskannya di belakang anus aganglionik, menciptakan
dinding ganda yang terdiri dari selubung aganglionik dan bagian
Konservatif
Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif melalui
pemasangan sonde lambung serta pipa rektal untuk mengeluarkan mekonium
dan udara.
Terapi farmakologi
Pada kasus stabil, penggunaan laksatif sebagian besar dan juga modifikasi diet
Pemeriksaan laboratorium
Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang normal. Selanjutnya
ditemukan adanya hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal.
Peningkatan serum amilase sering didapatkan. Leukositosis menunjukkan adanya
iskemik atau strangulasi, tetapi hanya terjadi pada 38%-50% obstruksi strangulasi
dibandingkan 27%-44% pada obstruksi non strangulata.
Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi. Selain itu dapat
ditemukan adanya gangguan elektrolit. Analisa gas darah mungkin terganggu, dengan
alkalosis metabolik bila muntah berat, dan metabolik asidosis bila tedapat tanda-tanda
shock.
Biopsi rectum
Biopsi merupakan tes paling akurat untuk penyakit Hirschsprung. Pemeriksaan
ini memberikan diagnosa definitif dan digunakan untuk mendeteksi ketiadaan
ganglion. Tidak adanya sel-sel ganglion menunjukkan penyakit Hirschsprung.
Colok dubur
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tertentu akan
ada tinja yang menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bau dari tinja, kotoran
yang menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan akan terjadi
pembusukan.
Pneumatosis usus
Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang
iskemik distensi berlebihan dindingnya.
Enterokolitis nekrotiokans
Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang
iskemik distensi berlebihan dindingnya.
Perforasi
Disebabkan aliran darah ke mukosa berkurang dalam waktu lama.
Septikemia
Disebabkan karena bakteri yang berkembang dan keluarnya endotoxin karena
iskemia kolon akibat distensi berlebihan pada dindinng usus.
Sedangkan komplikasi yang muncul pasca bedah antara lain sebagai berikut :
Enterokolitis (akut)
Disebabkan karena perkembangbiakan bakteri dan pengeluaran endotoxin.
Penyakit Hirschsprung terjadi pada 1 dari 5.000 kelahiran hidup dan merupakan
penyebab tersering obstruksi saluran cerna bagian bawah pada neonatus. Penyakit yang lebih
sering ditemukan memperlihatkan predominasi pada laki-laki dibandingkan perempuan
dengan perbandingan 4:1. Insidens penyakit Hirschsprung bertambah pada kasus-kasus
familial yang rata-rata mencapai sekitar 6% (berkisar antara 2-18%). Sementara untuk
distribusi ras setara untuk bayi berkulit putih dan Amerika keturunan Afrika.
Penelitian yang dilakukan Iqbal dkk. (2010) di Rumah Sakit Sheikh Zayed, Pakistan
menunjukkan proporsi penyakit Hirschsprung lebih tinggi pada anak laki-laki (70,59% ; 12
dari 17 orang) daripada anak perempuan (29 ,41% ; 5 dari 17 orang). Penelitian tersebut juga
menunjukkan proporsi penyakit Hirschsprung lebih banyak ditemukan pada umur < 2 tahun
(58,83% ; 10 dari 17 orang) dibandingkan dengan umur > 2 tahun (41,17% ; 7 dari 10 orang).
Berdasarkan penelitian Hidayat dalam kurun waktu 3 tahun (2005-2008) di Rumah Sakit
Wahidin Sudirohusodo terhadap 28 kasus penyakit Hirschsprung menunjukkan proporsi jenis
kelamin laki-laki adalah 42,85% (12 dari 28 kasus) dan pada perempuan adalah 57,15% (16
dari 28 kasus).
Hasil penelitian Sari di RSUP H. Adam Malik pada tahun2005 2009 tercatat ada 50
orang anak yang menderita penyakit Hirschsprung dan dijadikan sampel penelitian. Dari 50
orang sampel tersebut, distribusi tertinggi pada kelompok usia 0-2 tahun yaitu sebanyak 40
orang (80%). Ada 36 orang (72%) berjenis kelamin laki -laki dan 14 orang (28%) berjenis
kelamin perempuan yang tercatat menderita penyakit Hirschsprung.
BAB III
SKENARIO KASUS
3.1 Contoh Ilustrasi Kasus Penyakit Hirschsprung
Seorang bayi M berusia 1 bulan dibawa ibunya ke rumah sakit pada tanggal 2 Juni
2013 dikarenakan perutnya kembung dan tidak bisa BAB. Setelah mendapatkan pelayanan dari
rumah sakit, ibu mengatakan, anaknya baru bisa BAB jika diberi obat lewat dubur, anaknya
sudah tidak muntah dan sudah bisa BAB, jadi sudah sembuh, mestinya boleh pulang. Ibu
pasien mengatakan bahwa sebelumnya anaknya mengalami kembung, pasien muntah setelah
minum susu, muntah berupa susu yang diminum dan muntah sejak 3 hari yang lalu. Riwayat
proses persalinan adalah lahir spontan ditolong dokter, langsung boleh pulang karena tidak ada
kelainan.Ibu bingung karena dokter umum membolehkan pulang dan rawat jalan tapi dokter
spesialis anak belum boleh karena sekalian mau di operasi. Pada riwayat penyakit
keluargatidak ditemukan ada saudara yang sakit dengan penyakit yang sama seperti yang
dirasakan pasien sekarang. Pada saat dilakukan pemeriksaan tanda tanda vital adalah sebagai
berikut :
Tekanan darah 70 / 50 mmHg.
Nadi 114 x / menit.
Suhu tubuh 36,5 C.
Respiratory rate 40 x / menit.