Bab 2
Bab 2
PEMBAHASAN
a.
Fisiognomi adalah penampakan luar dari suatu komunitas tumbuhan yang dapat
dideskripsikan berdasarkan pada penampakan spesies tumbuhan dominan, penampakan tinggi
tumbuhan, dan warna tumbuhan yang tampak oleh mata.
b.
Stratifikasi adalah distribusi tumbuhan dalam ruangan vertikal. Semua spesies tumbuhan
dalam komunitas tidak sama ukurannya, serta secara vertikal tidak menempati ruang yang
sama.
c.
dalam
komunitas.
Menurut
penaksiran
kualitatif,
kelimpahan
dapat
dikelompokkan menjadi sangat jarang, jarang, sering, banyak atau berlimpah, dan sangat
banyak (sangat berlimpah).
d. Penyebaran adalah parameter kualitatif yang menggambarkan keberadaan spesies organisme
pada ruang secara horizontal, antara lain random, seragam, dan berkelompok.
e.
6. Terna (Herba) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai rumput.
Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang menyolok, tingginya tidak
lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras.
7. Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu batang atau
tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.
Metode non-floristika
Metode non-floristika telah dikembangkan oleh banyak pakar vegetasi, seperti Du
Rietz (1931), Raunkiaer (1934), dan Dansereau (1951), yang kemudian diekspresikan oleh
Eiten (1968) dan Unesco (1973) yang membagi dunia tumbuhan berdasarkan berbagai hal,
yaitu bentuk hidup, ukuran, fungsi daun, bentuk dan ukuran daun, tekstur daun, dan
penutupan. Untuk setiap karakteristiknya di bagi-bagi lagi dalam sifat yang kebih rinci, yang
pengungkapannya dinyatakan dalam bentuk simbol huruf dan gambar.
Metode Berpetak (Teknik sampling kuadrat : petak tunggal atau ganda, Metode Jalur,
Metode Garis Berpetak)
b. Metode Tanpa Petak (Metode garis menyinggung, metode intersepsi titik, metode jarak, dan
metode kuadran) (Kusuma dalam Irwanto, 2007).
2.3.1
mengaitkan seutas tali pada titik pusat petak. Selain itu, plot berbentuk lingkaran akan
memberikan kesalahan sampling yang lebih kecil daripada bentuk petak lainnya, karena
perbandingan panjang tepi dengan luasnya lebih kecil. Tetapi dari segi pola distribusi
vegetasi, petak berbentuk lingkaran ini kurang efisien dibanding bentuk segiempat.
Sehubungan dengan efisiensi sampling banyak studi yang dilakukan menunjukkan bahwa
petak bentuk segiempat memberikan data komposisi vegetasi yang lebih akurat dibanding
petak berbentuk bujur sangkar yang berukuran sama, terutama bila sumbu panjang dari petak
tersebut sejajar dengan arah perobahan keadaan lingkungan/habitat. Untuk memudahkan
perisalahan vegetasi dan pengukuran parametemya, plot biasanya dibagi-bagi ke dalam
kuadrat-kuadrat berukuran lebih kecil. Ukuran kuadrat-kuadrat tersebut disesuaikan dengan
bentuk morfologis jenis dan lapisan distribusi vegetasi secara vertikal (stratifikasi). Dalam hal
ini Oosting (1956) menyarankan penggunaan kuadrat, yaitu:
a.
b.
4 x 4 m untuk lapisan vegetasi berkayu tingkat bawah (undergrowth) sampai tinggi 3 m, dan
c.
a.
b. pancang (permudaan dengan > 1,5 m sampai pohon muda yang berdiameter < 10 cm),
c.
Metode kuadran
Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak contoh
(plotless) metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang berbentuk pohon dan tiang,
contohnya vegetasi hutan. Metode ini mudah dan lebih cepat digunanakan untuk mengetahui
komposisi, dominasi pohon dan menksir volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga
dengan plot less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area
cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar
sehingga untuk melakukan analisa dengan melakukan perhitungan satu persatu akan
membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi
berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya. Berikut langkah-langkah kerja jika anda
akan melakukan penelitian/analisis vegetasi metode kudran:
1. Menyebarkan 5 kuadrat ukuran 1 m2 secara acak di suatu vegetasi tertentu.
2. Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan
frekuensi.
3. Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel untuk setiap
tumbuhan.
4. Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis tumbuhan.
5. Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel dengan ketentuan bahwa
tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat teratas.
6. Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang memiliki
nilai penting terbesar.
b.) Metode Intersepsi Titik
Metode intersepsi titik merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan
menggunakan cuplikan berupa titik. Pada metode ini tumbuhan yang dapat dianalisis hanya
satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang disebar atau yang
diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam menggunakan metode ini variable-variabel
yang digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi (Rohman dalam Bhima W.
Santoso). Berikut langkah-langkah kerja jika akan melakukan penelitian/analisis vegetasi
metode intersepsi titik:
1. Membuat 10 titik yang masing-masing titik berjarak 10 cm pada seutas tali rafia.
2. menancapkan kawat atau lidi pada setiap titik dan menebar tali rafia tersebut secara acak atau
sistematis.
3. Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan
frekuensi pada setiap tumbuhan yang mengenai setiap kawat atau lidi tersebut.
4. Melakukan 10 kali pengamatan, sehingga akan diperoleh 10 seri titik.
5. Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel untuk setiap
tumbuhan.
6. Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis tumbuhan.
7. Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel dengan ketentuan bahwa
tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat teratas.
8. Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang memiliki
nilai penting terbesar.
Densitas (kerapatan=K) adalah jumlah individu per satuan luas atau per unit volume.
K Relatif (KR)-i
b.
K suatu jenis
x 100%
K total seluruh jenis
Frekuensi spesies tumbuhan adalah jumlah plot tempat ditemukannya suatu spesies
dari sejumlah plot yang dibuat. Frekuensi merupakan besarnya intensitas ditemukannya
spesies dalam pengamatan keberadaan organisme pada komunitas atau ekosistem. Untuk
analisis komunitas tumbuhan, frekuensi spesies (F), frekuensi spesies ke-i (F-i), dan frekuensi
relatif spesies ke-i (FR-i) dapat dihitung dengan rumus berikut:
F-i
FR-i
c.
melaksanakan kontrol terhadap komunitas dengan cara banyaknya jumlah jenis, besarnya
ukuran maupun pertumbuhannya yang dominan. Berikut rumusnya:
D-i
DR-i
d.
Indeks Nilai Penting (INP) atau important value index merupakan indeks
KR+FR+DR
Untuk mengetahui INP pada tingkat tumbuhan bawah (under stories), semai
(seedling), dan pancang (sapling) dihitung dari nilai kerapatan relatif (KR) dan frekuensi
relatif (FR):
INP
e.
KR+FR