Anda di halaman 1dari 5

9

SCHMIDT HAMMER
Kuat tekan uniaksial merupakan salah satu parameter untuk menentukan
kuat geser dari massa batuan dengan menggunakan klasifikasi batuan.
Untuk menentukan kuat tekan uniaksial diperlukan pengujian laboratorium
atau secara praktis menggunakan metode indeks dengan Schmidt
Hammer untuk menetukan kuat tekan uniaksial dari batuan merupakan
kalibrasi dari rebiund Schmidt Hammer dan pengujian kuat tekan uniaksial
di laboratorium dan akan menghasilkan beberapa rumus empiris.
Keuntungan metode ini secara praktis dapat menentukan kuat tekan
batuan langsung di lapangan

10

Gambar 4. Schmidt Hammer


Schmidt hammer mengukur jarak rebound dari titik sentuh plunger
terhadap permukaan batuan. Terdapat bebereoak versi dari hammer
dengan tipe N,L, dan P. Tipe N dapat menentukan kuat tekan batuan
dengan nilai 20-250 Mpa. Tipe L lebih rendah daripada tipe N dan tipe P
dengan kuat tekan lebih kecil dari 70 Kpa. Tipe P biasa digunakan untuk
material yang memiliki kekerasan sangat kecil. Ketika SH ditekan pada
permukaan batuan, piston akan otomatis terlepas ke plunger. Bagian dari
piston akan terkena energi berupa tumbukan. Energi tersebut sebagian
kecil akan diserap dan diubah kedalam bentuk suara. Energi yang tersisa
menunjukkan kekuatan dari permukaan batuan tersebut.
Kekuatan itulah yang merupakan rebound. Jarak piston setelah terjadi
rebound adalah nilai rebound (R). Batuan yang kuat memiliki nilai R yang
besar ( Gaudie, 2006). Nilai rebound dipengaruhi gaya gravitasi untuk
bermacam-macam sudut pengukuran, jadi apabila pada saat pengukuran
posisi skala nilai rebound tidak horizontal maka diperlukan koreksi dengan
referensi untuk menjadikan arah tersebut horizontal ( Day & Gaudie,
1977). Nilai R ditunjukkan dengan skala pada isis bagian alat dengan nilai
antara 10-100. Penggunaan skala tersebut menjadi sangat penting untuk
penggunaan Schmidt hammer dengan hati-hati dan tepat agar
menunjukkan hasil kalibrasi yang tepat pula (McCarrol, 1987).

11

Gambar 5. Bagian-bagian Schmidt hammer

Nilai yang berjumah besar dari nilai R diperoleh dari banyak tipe batuan
yang berbeda di belahan dunia. (gaudie, 2006). Pada ujung skala awal
menunjukkan batuan lemah seperti kapur, aeolianit dan marl dengan nilai
kuat tekan yang kecil. Ujung sisi yang lain, silika, batugamping yang
sangat keras, kuarsa, dan batuan beku memiliki nilai R melebihi 60 dan
terkadang 70.
Goudie (2006) membuat kesimpulan dari penggunaan SH bahwa SH
cocok untuk membuktikan kekerasan batuan di lapangan. Alat ini mudah
dibawa, murah, sederhana dan mudah dikalibrasi dan bebas dari efek
suhu, sehingga dapat dengan tepat menghasilkan nilai kekerasa batuan
yang berhubungan dengan kuat tekan uniaksial atau modulus elastisitas
(Modulus Youngs). Uji SH meningkatkan kuantitas. Terakhir kali
direkomendasikan untuk memperoleh estimasi dari kekuatan dinding

12

batuan untuk perhitungan yang akan datang dari kuat geser, dengan
memanfaatkan koefisien kekasaran batuan (JRC) yang didaptkan dari
kekasaran batuan.
Selby (1993) telah membagi batuan ke dalam 6 kelas ( Tabel 1). Tabel ini
memberikan manfaat untuk klasifkasi batuan dan untuk memberikan
indikasi yang jelas dari karakter batuan. Karena ini cepat, mudah, sedikit
biaya dna tidak merusak, SH telah digumakan untuk mengestimasi
properties batuan lain, misalnya kuat tekan (Sendir, 2002). Beberapa
peneliti telah mempelajari tentang hubungan antara kuat tekan batuan
dengan nilai R SG (tabel 2)

13

Anda mungkin juga menyukai