PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak bukanlah miniatur orang dewasa, anak sebagai individu yang unik dan
mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan (Hidayat, 2005). Hospitalisasi pada
anak dapat menyebabkan kecemasan dan stress pada semua tingkatan usia. Penyebab
kecemasan dapat dipengaruhi dari petugas kesehatan yaitu perawat, dokter maupun tenaga
kesehatan lainnya.
Gastroenteritis adalah inflamasi membran mukosa lambung dan usus halus yang
ditandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan elektrolit yang
menimbulkan dehidrasi dan gejala ketidakseimbangan elektrolit (Cecyly, Betz.2002)
Diare atau gastroenteritis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, prevalensi klinis diare di Indonesia
mencapai 9,0%
sebesar 3,5 %. Diare menyumbang angka kematian tertinggi pada anak umur 29 hari 4 tahun,
dimana prevalensinya sebesar 31,4 % pada usia 29 hari 11 bulan dan 25,2 % pada anak usia
1-4 tahun (Depkes RI, 2008). Menurut Kemenkes, pada tahun 2010 terjadi peningkatan angka
morbiditas diare yakni sebanyak 5.090.212 penderita.
Diare pada anak dapat menimbulkan gejala-gejala seperti konsistensi cair, mual,
muntah, kram abdomen, ubun-ubun menjadi cekung khususnya pada bayi , demam dan lemas.
Apabila gejala-gejala tersebut tidak segera ditangani maka akan menimbulkan komplikasi
berupa dehidrasi berat hingga menyebabkan kematian. Oleh karena itu sangat diperlukan peran
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif yang meliputi aspek
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dari aspek promotif dimana perawat dapat
memberikan penyuluhan kesehatan mengenai penyebab, tanda dan gejala diare serta
pertolongan pertama bila anak terkena diare. Pada aspek preventif dimana perawat dapat
menekankan pentingnya menjaga kebersihan dalam pengolahan makanan, minuman, serta
lingkungan. Dilihat dari aspek kuratif, dimana perawat berperan dalam melakukan asuhan
keperawatan secara optimal, professional dan komprehensif seperti menganjurkan orang tua
untuk memberikan minuman secara oral, meningkatkan dalam pemberian makanan pada saat
1
diare terjadi dan berkolaborasi dalam pemberian cairan parenteral serta obat-obatan.
Sedangkan pada aspek rehabilitatif, perawat berperan dalam memulihkan kondisi pasien,
menganjurkan pada orang tua untuk kontrol ke pelayanan kesehatan terdekat, memberikan
stimulasi tumbuh kembang sesuai usia pasien dan pemenuhan nutrisi yang adekuat.
Berdasarkan uraian di atas, maka kelompok tertarik untuk malakukan Asuhan keperawatan
Pada An.E dengan dx. medis gastroenteritis (GE) di ruang Anak lantai III selatan RSUP
Fatmawati Jakarta Selatan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada An.E dengan Dx.medis
gastroenteritis yang dirawat di ruang anak lantai III selatan RSUP Fatmawati Jakarta
Selatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada An.E dengan Dx.medis
gastroenteritis yang dirawat di ruang anak lantai III selatan RSUP Fatmawati Jakarta
Selatan.
b. Mahasiswa mampu menganalisa data hasil pengkajian pada An.E dengan Dx.medis
gastroenteritis yang dirawat di ruang anak lantai III selatan RSUP Fatmawati Jakarta
Selatan.
c. Mahasiswa mampu membuat intervensi keperawatan pada An.E dengan Dx.medis
gastroenteritis yang dirawat di ruang anak lantai III selatan RSUP Fatmawati Jakarta
Selatan.
d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan pada An.E dengan Dx.medis
gastroenteritis yang dirawat di ruang anak lantai III selatan RSUP Fatmawati Jakarta
Selatan.
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan pada An.E
dengan Dx.medis gastroenteritis yang dirawat di ruang anak lantai III selatan RSUP
Fatmawati Jakarta Selatan.
C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Institusi pendidikan keperawatan
Sebagai sumber informasi dan bahan bacaan pada kepustakaan institusi dalam
meningkatkan mutu pendidikan pada masa yang akan datang di bidang keperawatan.
2. Institusi pelayanan kesehatan
2
Sebagai masukan bagi perawat pelaksana di Unit Pelayanan Keperawatan Anak dalam
rangka mengambil kebijakan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
khususnya pada anak yang mengalami gastroenteritis.
3. Penulis
Sebagai tambahan pengalaman dan pengetahuan bagi penulis dalam penerapan ilmu
yang telah didapatkan selama pendidikan.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini menggunakan metode penulisan sebagai berikut:
1. Studi Kepustakaan
Untuk mendapatkan data dasar penulis menggunakan atau membaca referensi-referensi
yang berhubungan dengan masalah yang dibahas yaitu : Gastroenteritis.
2. Studi Kasus
Untuk studi kasus penulis mempelajari kasus klien dengan menggunakan metode
pemecahan masalah melalui pendekatan atau proses keperawatan yang komprehensif
yang meliputi
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Gastroentritis merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan baik oleh virus
maupun bakteri pada traktus intestinal (Guyton & Hall, 2006).
Gastroenteritis atau diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau
tanpa lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang timbul secara mendadak dan
berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (Mansjoer, dkk,
2000 dalam Wicaksono, 2011).
Diare akut timbul secara mendadak dan berlangsung terus secara beberapa hari
(WHO, 1992 dalam Wicaksono, 2011).
Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari
3 kali pada anak; konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur
lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2005).
Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi pencernaan,
penyerapan dan sekresi. Diare akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan
tiba-tiba frekuensi defekasi yang sering disesbabkan oleh agens infeksius dalam traktus GI.
Diare infeksius akut (gastroenteritis infeksiosa) dapat disesbabkan oleh virus, bakteri dan
parasit yang patogen. Diare kronis didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi
defekasi dan kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari 14 hari
(Wong, Donna L, dkk, 2008).
B. Etiologi
Ditinjau dari sudut patofisiologisnya, maka penyebab gastroenteritis akut (diare akut)
ini dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Diare Sekresi (secretory diarrhoea), disebabkan oleh:
a) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen:
1) Infeksi bakteri misalnya Escherichia coli, Shigella dysentriae.
2) Infeksi virus misalnya Rotavirus, Norwalk.
3) Infeksi Parasit misalnya Entamoeba hystolitica, Giardiosis lambia.
b) Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia, makanan,
gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi.
2. Diare Osmotik (Osmotic diarrhoea), disebabkan oleh :
a) Malabsorbsi makanan (karbohidrat, lemah, protein, vitamin dan mineral)
5
C. Manifestasi Klinis
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,
hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang
6
berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang
menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik
yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang,
mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta
suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat
berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga
frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan
dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak
terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena
kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul
oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus
ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang, kemudian timbul diare.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan
wiata (lendir dan darah).
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat
banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama
diare.
5. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan karena
lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
6. Bila anak/bayi telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, tanda dan gejala dehidrasipun
mulai tampak, yaitu; turgor kulit tidak elastis, ubun-ubun dan mata cekung membran
mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
7. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung
cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai
akibat hipovokanik.
7
D. Pathway
E.
Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2005), komplikasi akibat diare adalah sebagai berikut :
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada
elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili
mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan.
F. Derajat Dehidrasi
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
1. Kehilangan berat badan
a. Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
b. Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
c. Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
10
Sehat
Gelisah, cengeng
Mengigau, koma,
Apatis, ngantuk
atau syok
Kekenyalan kulit
Normal
Sedikit kurang
Sangat kurang
Mata
Normal
Sedikit cekung
Sangat cekung
Ubun-ubun besar
Normal
Sedikit cekung
Sangat cekung
Mulut
Normal
Kering
Sedang (120-140)
Lemas >40
Denyut nadi/mata
Kuat <120
Keterangan
- Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
- Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
- Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat
G. Gejala klinis
Ringan
Gejala klinis
Sedang
Berat
Kesadaran
Baik (CM)
Gelisah
Apatis-koma
Rasa haus
++
+++
N (120)
Cepat
Cepat sekali
Biasa
Agak cepat
Kussmaul
Agak cekung
Cekung
Cekung sekali
Agak cekung
Cekung
Cekung sekali
Biasa
Agak kurang
Kurang sekali
Normal
Oliguri
Anuri
Normal
Agak kering
Kering/asidosis
Gejala klinis
Keadaan umum
Sirkulasi
Nadi
Respirasi
Pernapasan
Kulit
Ubun-ubun
11
Umur
Berat Badan
Total/24 jam
3 hari
3.0
250-300
80-100
10 hari
3.2
400-500
125-150
3 bulan
5.4
750-850
140-160
6 bulan
7.3
950-1100
130-155
9 bulan
8.6
1100-1250
125-165
1 tahun
9.5
1150-1300
120-135
2 tahun
11.8
1350-1500
115-125
4 tahun
16.2
1600-1800
100-1100
6 tahun
20.0
1800-2000
90-100
10 tahun
28.7
2000-2500
70-85
14 tahun
45.0
2000-2700
50-60
18 tahun
54.0
2200-2700
40-50
BB/24 jam
Menurut Ngastiyah (2005), menyatakan bahwa jumlah cairan yang hilang menurut
derajat dehidrasi pada anak di bawah 2 tahun adalah sebagai berikut :
12
Derajat Dehidrasi
PWL
NWL
CWL
Jumlah
Ringan
50
100
25
175
Sedang
75
100
25
200
Berat
125
100
25
250
PWL
NWL
CWL
Jumlah
Ringan
30
80
25
135
Sedang
50
80
25
155
Berat
80
80
25
185
Umur
0 1 bln
PWL
150
NWL
125
CWL
25
Jumlah
300
3 10 kg
1 bln 2 thn
125
100
25
250
10 - 15 kg
2 5 thn
100
80
25
205
15 25 kg
5 10 thn
80
25
25
130
Keterangan :
PWL : Previous Water loss (ml/kg BB)
NWL : Normal Water losses (ml/kg BB)
CWL : Concomitant Water losses (ml/kg BB)
13
I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. PH dan kadar gula dalam tinja
c. Bila perlu diadakan uji bakteri
1) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan
PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
2) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
3) Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, Cl, K, Kalsium dan Posfat.
J. Penatalaksanaan
1. Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa
cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3, KCl dan glukosa. Untuk diare akut dan
kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6
bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap
sering disebut oralit. Cairan sederhana yang dapat dibuat sendiri (formula tidak
lengkap) hanya mengandung gula dan garam (NaCl dan sukrosa), atau air tajin yang
diberi garam dan gula, untuk pengobatan sementara di rumah sebelum dibawa
berobat ke rumah sakit/pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih jauh.
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai
berikut:
a) Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
(1). 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1
ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
14
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang hilang
melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras dan sebagainya).
1) Obat anti-sekresi. Asetosal. Dosis 25 mg/thn dengan dosis minimum 30 mg
Klorpromazin. Dosis 0,5-1 mg/kgBB/hari.
2) Obat spasmelitik, dll. Umumnya obat spsmelitik seperti papaverin, extra beladona,
opium loperamid tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi. Obat pengeras
tinja seperti kaolin, pektin, charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi
diare, sehingga tidak diberikan lagi.
3) Antibiotik. Umunya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas.
Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25-50 mg/kgBB/hari. Antibiotik juga
diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti : OMA, faringitis, bronchitis atau
bronkopneumonia.
2. Keperawatan
a. Risiko terjadi gangguan sirkulasi darah. Diare menyebabkan kehilangan cairan dan
elektrolit, mengakibatkan pasien menderita ddehidrasi dan jika tidak segera diatasi
menyebabkan terjadinya dehidrasi asidosis; bila masih berlanjut akan terjadi asidosis
metabolic, gangguan sirkulasi darah dan pasien jatuh dalam keadaan renjatan (syok).
1) Bila dehidrasi masih ringan
Berikan minum sebanyak-banyaknya, kira-kira 250 cc setiap kali setelah pasien
defekasi. Cairan harus mengandung elektrolit; seperti oralit. Bila pemberian cairan
peroral tidak dapat dilakukan, dipasang infuse dengan cairan Ringer Lactat (RL) atau
cairan lain yang tersedia atas persetujuan dokter.
2) Pada dehidrasi berat
16
mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric
menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga
berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
2. Keluhan Utama
Kaji frekuensi BAB, adanya nyeri abdomen, adanya konsistensi feses, adanya
mual, adanya muntah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut),
lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid
jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan,
ISPA, ISK, OMA campak.
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi
yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada
anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga
kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan
tempat tinggal.
8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
1)
2)
Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan
seterusnya.
3)
Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring,
seluruhnya berjumlah 14 16 buah
4)
b. Perkembangan
1) Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan
keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas
utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan
mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
2) Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari
lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk mandiri
(tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri,
jika orang tua terlalu over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak
akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang
dapat berkembang pada diri anak.
3) Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur
2-3 tahun :
a) Berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan (GK)
b) Meniru membuat garis lurus (GH)
c) Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
d) Melepasa pakaian sendiri (BM)
9. Pemeriksaan Fisik
19
a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar
kepala, lingkar abdomen membesar,
b. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1
tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat >
35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus,
minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic
(kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare
sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat >
37,5C, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2
dt, kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam),
frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang
berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon
yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
10. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
1) Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
2) Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
3) AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pCO2 meningkat,
HCO3 menurun )
4) Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
5) Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
20
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
skunder terhadap diare
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare
atau output berlebihan dan intake yang kurang
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap
diare
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
5. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus
menerus.
6. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasif
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan
elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
1. Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )
2. Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
3. Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
Rasional : Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan
pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera
untuk memperbaiki defisit
21
Rasional : anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang,
antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri
berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.
Kriteria Hasil
Intervensi :
1. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak
dan air terlalu panas atau dingin)
Rasional : serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi
lambung dan sluran usus.
2. Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan
makanan dalam keadaan hangat
Rasional : situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3. Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
Rasional : mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
4. Monitor intake dan out put dalam 24 jam
Rasional : mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.
5. Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
Ahli gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
Dokter : obat-obatan antiemetik atau vitamin A
Rasional : mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan
Kriteria hasil :
1. Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
2. Tidak terdapat tanda infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
23
Intervensi :
1. Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
Rasional : deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)
2. Berikan kompres hangat
Rasional : merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas
tubuh
3. Kolaborasi pemberian antipirektik
Rasional : merangsang pusat pengatur panas di otak
Kriteria hasil :
1. Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
2. Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar
Intervensi :
1. Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
Rasional : kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
2. Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan
mengganti pakaian bawah serta alasnya)
Rasional : mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena
kelebaban dan keasaman feses
3. Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
24
Kriteria hasil :
1. Mau menerima tindakan perawatan
2. Klien tampak tenang dan tidak rewel
Intervensi :
1. Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan
Rasional : pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga
2. Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS
Rasional : mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS
3. Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
Rasional : menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya
4. Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non
verbal (sentuhan, belaian dll)
Rasional : kasih sayang serta pengenalan diri perawat akan menunbuhkan rasa aman
pada klien.
5. Berikan mainan sebagai perangsang sensori anak
Rasional : Mainan dapat mengalihkan stressor anak dalam menghadapi proses
hospitalisasi
D. Evaluasi Keperawatan
25
1. Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )
2. Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
3. Konsistensi BAB lunak, frekwensi 1 kali perhari
4. Nafsu makan meningkat
5. BB meningkat atau normal sesuai umur
6. Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
7. Tidak terdapat tanda infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
8. Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
9. Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar
10. Mau menerima tindakan perawatan
11. Klien tampak tenang dan tidak rewel
26
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan menguraikan asuhan keperawatan pada An. E dengan Diare Akut
Dehidrasi Ringan di ruangan Teratai Lantai 3 Selatan RSUP Fatmawati Jakarta.
A. Pengkajian Keperawatan
An. M. E (1 tahun 3 bulan) berjenis kelamin laki-laki dan beragam islam. Klien
bertempat tinggal di Jalan Gang jati Mampang Prapatan rt 009/001, Bangka, Mampang
Prapatan Jakarta Selatan. Alasan klien masuk RS karena sudah muntah-muntah 7hari, dan
BAB mencret berisi air. Sempat berobat namun diare tidak kunjung sembuh. Selanjutnya
dibawa ke IGD Fatmawati pada tanggal 06 Oktober 2015, klien langsung dipasang IV Kaen
3B, dilakukan pemeriksaan darah dengan hasil menunjukan Hemoglobin 11,0 mg/dl
Hematokrit 33% Leukosit 7,8 ribu/ul, Trombosit 486 ribu/ul, Eritrosit 3,88 juta/ul, GDS
95mg/dl, Natrium 128 mmol/l, Kalium 3,22 mmol/l, Klorida 93 mmol/l.. Klien pindah ke
rawat inap pada tanggal 07 Oktober 2015 pada jam 24.00
Penulis melakukan anamnesa pada tanggal 07 Oktober pagi. Ibu klien mengatakan
klien batuk berdahak berwarna putih kental, muntah 1 kali, BAB 2 kali mencret ada ampas,
dan demam. Klien masih mau minum ASI namun untuk makan klien tidak mau. Ibu klien
mengatakan klien pernah dirawat di puskesmas dengan diagnose infeksi paru-paru. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum : Sedang, kesadaran : compos mentis BB : 12 kg
klien mengalami penurunan berat badan 1 kg sebelum sakit BB klien 13kg,, auskultasi
terdengar bunyi ronki di paru-paru bagian posterior basal kanan, panjang badan : 72cm,
lingkar kepla 43cm, lingkar dada 45cm, lingkar lengan atas 15cm, lingkar perut 50cm. tanda
tanda vital suhu 38,3C RR : 44 kali per menit, akral hangat, mukosa bibir lembap, turgor
kulit elastis, bising usus 14 kali permenit.
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mucus berlebih ditandai
dengan :
Data subjektif : ibu klien mengatakn klien batuk berdahak berwarna putih kental.
Data objektif : ada batuk produktif, sputum berwarna putih kental, RR : 44x/menit,
terdapat ronki pada paru-paru kanan bagian posterior bawah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien menunjukan
peningkatan satus bersihan jalan napas efektif.
Kriteria Hasil : tidak ada ronki, RR : 30-40x/menit ,tidak ada batuk, tidak ada sesak.
Intervensi
a. Lakukan pengukuran pernapasan permenit setiap shift, pantau adanya sianosis
Rasional : peningkatan frekuensi napas dan sianosis menandai adanya sumbatan jalan
napas
b. Lakukan fisioterapi dada
Rasional : membantu mencegah tertahannya secret dari area lobus paru atau jalan napas.
c. Berikan posisi semi fowler
Rasional : meningkatkan ekspansi paru maksimal
d. Management jalan napas dengan mempertahankan jalan napas tetap terbuka
Rasional : memfasilitasi kepatenan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigen yang
optimal.
Kolaborasi :
e. Pemberian inhalasi barotex 1 cc + NaCl 0.9%
Rasional : membantu mengencerkan dahak dan memberikan efek bronkodilator.
Implementasi :
Mengobesvasi pernapsan klien setiap shift, melakukan fisioterapi dada, memebrikan
posisi semi fowler, memerikan terapi inhalasi barotex 1 cc + NaCl 0.9%. tanggal 08
oktober 2015
S : ibu klien menngatakan bauk berdahak berwarna putih kental
O : ada batuk produktif, sputum berwarna putih kental, RR : 44x/menit, terdapat ronki
pada paru-paru kanan bagian posterior bawah.
A : masalah Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi jalan napas :
mucus berlebih belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi keperawatan, observasi pernafasan klien, pertahankan hasil yang
didapat tingkatkan kolaborasi perawat untuk memotivasi ibu klien melakukan fisioterapi
dada.
2.
Data Objektif : denyutan nadi teraba lamah 120x/menit, turgor kulit elastis, mukosa
bubur lembab.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan
pemenuhan cairan berangsur terpenuhi, klien menunjukan tanda rehidrasi dan
mempertahankan hidrasi yang adekuat.
Ktiteria Hasil : tanda-tanda vital stabil, tidak ada tanda dehidrasi, balance cairan
seimbang, kulit tidak kering, mukosa lembab, turgor kulit elastis, tidak ada muntah, tidak
ada pucat.
Intervensi :
Mandiri :
a. Ukur TTV setiap 8 jam
Rasional : penurunan tekanan darah dan denyutan nadi menunjukan terjadinya
penurunan tekanan hipovolemik
b. Ukur balance cairan tiap 8 jam
Rasional : mengetahui status pemenuhan cairan
c. Kaji karakteristik BAB, muntah klien (frekuensi, konsistensi)
Rasional : untuk menentukan intervensi selanjutnya
d. Anjurkan klien minum 1000 cc/24 jam
Rasional : membantu intake cairan tubuh, mencegah dehidrasi
Kolaborasi
e. Dalam pemberian cairan IVFD Kaen 3B 12 tpm per 24 jam
Rasional : membantu pemenuhan intake parenteral
f. Pemeriksaan laboraturium elektrolit
Rasional : menegatahui kadar elektrolit tubuh
g. Dalam pemberian zink 1 x 5cc
Rasional : untuk menyerap kadar toksin dalam yang meningkatkan kerja pencernaan
Implementasi : tanggal 07 oktober 2015 mengukur suhu an RR, mengkaji
karakteristik BAB dan muntah klien, menganjurkan klien meminum cairan 1000cc/24
jam, mengukur balance cairan per 8 jam, memberikan cairan Kaen 3B 12 tpm per 24
jam, melakukan pemeriksaan hematologi elektrolit.
Evaluasi keperawatan : tanggal 08 oktober 2015
S:O: balance cairan 8jam (10.00-18.00) (oral: ASI ibu 250, parenteral 12 tpm x 8 jam :
500) 750 cc. output : urine 400 cc, IWL : 420cc) 820 cc,balance intake-output : 750820cc : -70, suhu 38,3C RR : 30 kali per menit, akral hangat, mukosa bibir lembap,
turgor kulit elastis, bising usus 14 kali permenit, cairan IVFD Kaen 3B 12 tpm masih
terpasang pada tangan kanan tidak ada flebitis. Hasil pemeriksaan lab tanggal 7 oktober
2015 Natrium 134 mmol/l Kalium 3.24 mmol/l klorida 101 mmol/l.
29
31
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas masalah yang terjadi pada kasus kelolaan yaitu tentang
kesenjangan antara teori dan kasus pada An.M.E dengan Diare Akut Dehidrasi Ringan di Teratai
Lantai 3 Selatan RSUP Fatmawati Jakarta yang dilaksanakan pada tanggal 07 Oktober 2015
sampa 09 Oktober 2015. Pembahasan ini meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi
keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan. Dalam tahap ini pengkajian yang
dikaji adalah data-data klien secara menyeluruh baik bio, psiko, sosio dan spiritual (Brunner
dan Suddart, 2002).
32
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Hidayat, 2004 diagnosa merupakan keputusan klinik mengenai seseorang, keluarga
atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang actual
atau potensial. Menurut Potter & Perry, 2005 diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang
menguraikan respon actual ataupotensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat
mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya.
Diagnosa yang di temukan pada klien An.M.E yaitu Bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan obtruksi jalan napas : mukus berlebih, Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebih dari traktus gastrointestinal kedalam
feses atau muntahan, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kehilangan cairan akibat diare dan asupan cairan yang tidak adekuat, Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi sekunder terhadap diare. Pengangkatan diagnosa ini telah
disesuaikan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil anamnesa dan data penunjang.
Diagnosa pertama adalah Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
obtruksi jalan napas : mukus berlebih. Definisi pada bersihan jalan napas tidak efektif
adalah suatu keadaan individu yang mengalami ketidakmampuan untuk membersihkan
sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas
(Nic & Noc, 2008). Rasional pada diagnosa pertama ini adalah . diagnosa ini pertama ini
tidak terdapat dalam teori namun terdapat dalam kasus An. M.E. diagnose ini diangkat
34
Definisi kekurangan volume cairan dalah suatu keadaan dimana kondisi individu yang tidak
menjalani puasa tetapi mengalami atau beresiko mengalami dehidrasi vascular, interstisial
atau intravascular (Carpenitto, 2001). Rasional pada diagnose kedua terjadi karena masuknya
bakteri dari makanan ke dalam tubuh manusia yang tidak dapat diserap sehingga
menimbulkan gangguan osmotik, hal tersebut akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare. Bila kondisi ini tidak segera diatasi dapat mengakibatkan dehidrasi. Penulis
mengakat cairan sebagai prioritas kedua karena menurut maslow, kebutuhan cairan dan
elektrolit ini merupakan kebutuhan utama setelah kebutuhan oksigenasi yang dapat
mengancam kehidupan bila tidak segeran diatasi.
Diagnosa ketiga adalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kehilangan cairan akibat diare dan asupan cairan yang tidak
adekuat. definisi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu
kedaan dimana asupan nutrisi seseorang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
metabolic ( Nic & Noc 2008). Rasional pada diagnosa ini adalah ketika anak mengalami diare
maka orang tua menghentikan asupan karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat.
Penulis mengangkat kebutuhan nutrisi sebagai prioritas ketiga karena An. M.E mengalami
penurunan berat badan sebanyak 1 kg, dari 13kg ke 12kg, pada anak penurunan berat badan
bila tidak segera ditangani kemungkinan bisa terjadi gangguan pertumbuhan dan
perkembangan.
Diagnosa keempat adalah Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi sekunder
terhadap diare. Definisi dari hipertermi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan suhu tubuh ditas rentang normal yaitu 37,5C ( Nic & Noc 2008). Rasional pada
diagnose ini adalah ketika bakteri penyebab diare masuk kedalam tubuh manusia, maka tubuh
35
manusia akan mengkompensasi proses infeksi tersebut dengan peningkatan suhu tubuh.
Penulis mengangkat diagnosa ini menjadi prioritas keempat karena bila tidak ditangani
dengan segera akan timbul masalah keperawatan yang baru dan akan menimbulkan
komplikasi
C. Intervensi dan Implementasi Keperawatan
Intervensi atau perencanaan adalah suatu proses dimana didalamnya terdapat penentuan
prioritas masalah, penentuan tujuan, penentuan kriteria hasil, merumuskan intervensi, dan
tindakan keperawatan (Tarwoto dan Wartonah, 2003)
Rencana keperawatan pada diagnose pertama ini bertujuan status bersehihan jalan napas
kembali efektif. Sesuai teori dalam asuhan keperawatan (Nic & Noc, 2008) hal tersebut dapat
dilihat berdasarkan kriteria hasil yang diharapkan, yaitu tidak ada ronki, RR : 30-40x/menit
,tidak ada batuk, tidak ada sesak, secret dapat keluar. Dalam pemberian asuhan keperawatan
penulis memiliki kesamaan dengan teori yaitu mengobservasi fekuensi dan karakteristik
pernapasan, melakukan fisioterapi dada, memberikan posisi semi fowler, dan berkolaborasi
dengan dokter dalam pemberian terapi inhalasi.
Rencana keperawatan pada diagnose kedua ini bertujuan pemenuhan cairan berangsur
terpenuhi. Sesuai teori dalam asuhan keperawatan (Nic & Noc, 2008) hal tersebut dapat
dilihat berdasarkan kriteria hasil yang diharapkan tanda-tanda vital stabil, tidak ada tanda
dehidrasi, balance cairan seimbang, kulit tidak kering, mukosa lembab, turgor kulit elastis,
tidak ada muntah, tidak ada pucat. Dalam pemberian asuhan keperawatan penulis memiliki
kesamaan dengan teori yaitu mengobservasi tanda-tanda vital, mengukur balance cairan,
mengkaji karakteristik BAB dan muntah, mengukur balance cairan, menganjurkan klein
untuk minum, memberikan cairan IVFD kaen 3b, mengevaluasi hasil laboraturium elektrolit,
dan berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian zink 5 cc.
Rencana keperawatan pada diagnose ketiga ini bertujuan mengkonsumsi nutrisi dalam jumlah
yang adekuat untuk mempertahankan berat badan yang tepat pada usianya. Sesuai teori dalam
asuhan keperawatan (Nic & Noc, 2008) hal tersebut dapat dilihat berdasarkan kriteria hasil
yang diharapkan klien mau makan, BB klien meningkat, muntah (-). Dalam pemberian
asuhan keperawatan peulis memiliki kesamaan dengan teori yaitu menimbang berat badan
36
tiap 24 jam, memberikan makanan dalam kondisi hangat, memotivasi klien untuk
menghabiskan makanan, mengkaji faktor penyebab klien tidak mau makan.
Rencana keperawatan pada diagnose keempat ini adalah tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
Sesuai teori dalam asuhan keperawatan (Nic & Noc, 2008) hal tersebut dapat dilihat
berdasarkan kriteria hasil yang diharapkan tidak ada perubahan warna kulit, suhu dalam batas
normal 36.5C-37.5C RR dalam batas normal 30-40x/menit. Dalam pemberian asuhan
keperawatan peulis memiliki kesamaan dengan teori yaitu mengobservas keadaan kulit klien,
mengobservasi tanda-tanda vital klien terutama suhu, memnatau balance cairan, dan
memberikan kompres hangat.
D. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses keperawatan yang mengukur respon klien terhadap tindakan
keperawatan dan kemajuan klien kea rah pencapaian tujuan (Potter & Perry, 2005)
Evaluasi akhir dilakuakan pada tanggal 09 Oktober 2015 diagnosa pertama Bersihan jalan
napas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi jalan napas : mukus berlebih belum
teratasi, namun sudah mencapai perbaikan dari sebelumnyapada tingkat pemenuhan
kebutuhan oksigen. Faktor pendukung, klien dan keluarga tetap kooperatif selama asuhan
keperawatan diberikan. Faktor penghambat tidak ada.
Diignosa kedua Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
yang berlebih dari traktus gastrointestinal kedalam feses atau muntahan sudah teratasi
klien sudah tidak diare dan menunjuakan tanda tanda hidrasi tang adekuat. Faktor pendukung,
klien dan keluarga tetap kooperatif selama asuhan keperawatan diberikan. Faktor penghambat
tidak ada. Saran untuk keluarga tetap memotivasi anak untuk minum selain ASI.
Diagnose ketiga Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kehilangan cairan akibat diare dan asupan cairan yang tidak adekuat sudah
teratasi sebagian, naka sudah mau makan namun belum ada peningkatan berta badan yang
signifikan. Faktor pendukung, klien dan keluarga tetap kooperatif selama asuhan keperawatan
diberikan. Faktor penghambat tidak ada. Saran untuk keluarga pantau asupan makan anak,
dan motivasi anak untuk mau makan.
37
BAB V
PENUTUP
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Pada An. E yang mengalami gastroentritis di RSUP
Fatmawati Jakarta dari tanggal 5 Oktober 2015 sampai dengan tanggal 10 Oktober 2015, maka
penulis menarik kesimpulan dan saran sebagai berikut :
38
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari materi diatas yaitu gastroentritis merupakan
Klien bernama An.E yang di rawat di Lantai 3 Selatan RSUP Fatmawati dengan
gastroentritis masuk dengan keluhan diare sebanyak 6 kali sehari, demam, batuk, pilek,
muntah.
B. Saran
Berdasarkan perumusan masalah dan hambatan dalam melakukan asuhan keperawatan
pada An.E penulis mengemukakan beberapa saran untuk dapat dijadikan bahan
pertimbangan yang dapat berguna bagi usaha peningkatan mutu pelayanan
keperawatan di masa yang akan mendatang.
Saran yang dapat penulis kemukakan yaitu kepada :
1. Instansi RSUP Fatmawati
Diharapkan seluruh petugas pelayanan kesehatan lebih memperhatikan kebutuhan
fisiologi maupun biologis serta mampu berfikir kritis dan tanggap dalam
menangani masalah klien khususnya gastrointestinal. Selain itu peran perawat
dalam memberikan kebutuhan cairan dan nutrisi yang perlu ditingkatkan.
2. Institusi Poltekkes Kemenkes Jakarta 1
Diharapkan para pembimbing dapat meningkatkan bimbingan dalam praktik
lapangan agar mahasiswa dapat
melakukan
asuhan keperawatan
secara
39
LAMPIRAN
ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
(BEDAH, INFEKSI DAN NON INFEKSI)
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
NOMOR RM : 01308107
POLTEKKES JAKARTA 1
JURUSAN KEPERAWATAN
PADA ANAK
2015
Tgl pengkajian : 07 oktober 2015
Perawat primer :
Unit Emergensi
(+)
Dokter Pribadi
A
.
PENGKAJIAN
1. Data Biografi
a. Identitas lien
- Nama Klien (initial) : An. E
- Nama Panggilan : Evan
- Tempat, tanggal lahir : 07-07-2014
- Pendidikan : belum sekolah
- Jenis kelamin : laki-laki
- Agama : islam
- Suku bangsa : Betawi/indonesia
- Bahasa yang di gunakan : indonesia
b. Identitas Orangtua/Wali (Initial)
Identitas
Ibu
Bapak
Nama
Cici
Oyon
Usia
29 thn
30 thn
Pendidikan
SMA
SMA
Pekerjaan
Ibu rumah
tangga
Wiraswasta
Agama
Islam
Islam
Suku/Bangsa
Betawi
Betawi
Alamat Rumah
yg mudah di
hubungi
2. Resume
Wali
41
Ya
Tidak
Keterangan
+
b. Perdarahan pervagina
+
c. Anemia
+
d. Penyakit Infeksi
+
e. Pre Eklamsi/Eklamsi
+
f.
Gengguan Kesehatan
+
4x
Bidan
Klinik bidan
b. Diperiksa oleh
c. Tempat Pemeriksaan
d. Hasil Pemeriksaan
+
e. Imunisasi
+
3). Riwayat Pengobatan selama kehamilan : Tidak ada
42
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
I.
Masa Natal
Usia kehamilan saat kelahiran : 38 mgg
Cara persalinan normal: Normal
Cara persalinan tidak normal : (-)
Ditolong oleh : bidan
Keadaan bayi saat : normal
BB, TB, Lingkar Kepala Saat Lahir : 3500 gram, 50 cm, 45 cm
Pengobatan yang
didapat ...................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
.......................................................................................
Neonatal
Cacat congenital : tidak ada
Ikterus : tidak ada
Kejang : tidak ada
Paralisis : tidak ada
Pendarahan : tidak ada
Trauma perslinan : tidak ada
Penurunan BB : tidak ada
Pemberian minum ASI : masih sampai saat ini
Lain-lain : di berikan MPASI saat usia 6 bln
j.
7. jumlah minum/hari
4 gelas/hari
8. frekwensi umum
44
9. kebiasaan minum
2
.
Pola Tidur
a. Lamanya
Siang : 2 jam / malam 10
jam
b. Kelainan waktu tidur
Tidak ada
c. Kebiasaan anak menjelang
tidur
1. Membaca
2. Mendengar cerita
3. Lain-lain
d. Kebiasaan yang membuat
anak nyaman tidur
3
.
Pola aktifitas/latihan
OR/bermain/hobby
Pola kebersihan diri:
4
.
a. Mandi
1. Frekwensi:......x/hari
2. Sabun: Ya
Tidak
3. Bantuan: Ya
Tidak
b. Oral hygiene
4. Frekwensi:......x/hari
5. Waktu :
- Ya
- Tidak
- Malam
- Setelah makan
6. Cara:
- Sendiri
- Dibantu
7. Menggunakkan pasta
gigi:
- Ya
- Tidak
c. Cuci rambut:
1. Frekwensi:............x/hari
2. Shampoo:
- Sendiri
- Dibantu
d. Berpakaian
- Sendiri
45
2x/hari
Ya
Ya
2x/hari
Ya
Di bantu
Ya
2x/hari
Di bantu
Di bantu
5
.
6
.
- Dibantu
Pola Eliminasi
a. BAB
1. Frekwensi: 2x/hari
2. Waktu :
- Pagi
- Siang
- Sore
- Malam
- Tidak tentu (+)
3. Warna: kuning
4. Bau: khas feses
5. Konsistensi: setengah padat
6. Cara: spontan
7. Keluhan: tidak ada
8. Penggunaan laxative/pencahar: tidak ada
9. Kebiasaan pada waktu BAB: tidak ada
b. BAK
1. Frekwensi: 4x/hari
2. Warna: kuning jernih
3. Keluhan yang berhubungan dgn BAK: tidak ada
4. Kebiasaan ngompol: ada
Kebiasaan lain-lain:
a. Menggigit jari
b. Menggigit kuku
c. Menghisap jari
Menghisap jari
d. Mempermainkan genital
e. Mudah marah
f. Lain-lain
46
Riwayat penyakit
1. Penyakit yang
pernah
diderita
Ayah/Ibu
Saudara
kandung
Tidak ada
Tidak ada
Anggota
keluarga lain
Tidak ada
2. Penyakit yg
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
sedang
diderita
3. Analisis faktor
penyakit
(ginjal, DM,
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
hipertensi,
kanker, ggn
mental,allergi,
dll)
c. Koping keluarga: ibu klien mengatakan kalau ada masalah diselesaikan
secara bermusyawarah
d. Sistem nilai: ibu klien tidak mempercayai berobat ke dukun bayi
e. Spiritual: orang tua klien menjalankan ibadah sholat 5 waktu
47
: (-)
- Puskesmas : (-)
-RS
-Lain-lain
DATA SUBJEKTIF
DATA OBJEKTIF
1. Data klinik:
a. Suhu : 38,3 C
b. Nadi: 140x/mnt
c. Pernapasan : 44x/mnt
d. Tekanan darah:
e. Kesadaran : CM
f. Lingkar kepala: 43 cm
g. Lingkar dada : 45 cm
h. Lingkar lengan atas : 15
cm
2.Nutrisi dan Metabolisme
c.BB : 12 kg
TB : 72 cm
e. Kulit:
1. turgor kulit : elastis
2. tekstur : lembab
f.Sonde/NGT : tidak
3. Respirasi / Sirkulasi:
a. Pernapasan: spontan, 44
x/mnt
1. Sesak napas: ada
2. Sputum: ada
3. Batuk: ada
b. Sirkulasi:
1. Sakit dada : tidak ada
2. Udema :tidak ada
3. Respirasi / Sirkulasi
1. Suara pernapasan :
ronkhi pada kedua lobus
posterior
2. Batuk : ada
3. Batuk darah : tidak ada
4. Sputum : ada
5. Ikteris : tidak ada
6. Sianosis : tidak ada
7. Penggunaan otot bantu
napas : tidak ada
8. Pernapasan cuping
hidung : ada
9. Edema : tidak ada
10.Pengisian kapiler : < 3
detik
49
4. Eliminasi
a. Abdomen
1. Kembung : ada
2. Mules : tidak terkaji
3. Sakit/nyeri : tidak
terkaji
a. Abdomen:
1. Kembung : ya
2. Lemas : ya
3. Tegang/kaku : tidak
4. Bising usus : 14 x/menit
5. Lingkar perut : 50 cm
b. BAB:
1. Bau : khas
2. Warna : kuning
3. Lendir : ada
4. Diare : ada
5. Konsistensi: cair
b. BAB:
1. Bau : khas feses
2. Warna : kuning
3. Lendir : ada
4. Konsistensi : cair
berampas
5. Melena : tidak ada
6. Frekwensi : >2x / hari
c. BAK:
1. Jumlah : 400 cc
2. Frekwensi : 5x/hari
3. Inkontinesia: tidak ada
c. BAK:
1. Warna : kuning jernih
2. Bau : khas urine
3. Kateter: tidak ada
4. Frekwensi : 5 kali / hari
5. Lain-lain :d. Rectum/anus
1. Iritasi : tidak ada
2. Atresia ani : tidak ada
3. Prolaps : tidak ada
4. Lain-lain : -
5. Aktivitas/Latihan
a. Tk
kekuatan/ketahanan :
lemas
b. Kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan
sehari-hari: dibantu
oleh ibunya
5. Aktifitas/latihan
a. kesimbangan berjalan:
sudah bisa berjalan
beberapa langkah saja
b. kekuatan menggenggam:
50
7. Konsep Diri
Apakah penyakit tsb
mempengaruhi pasien: ya,
ibu klien mengatakan
anaknya rewel dan lemas
7.Konsep Diri
a. kontak mata : normal
b. postur tubuh : baik
c. perilaku : normal
8. Tidur/ istirahat
a. Jika tidur apakah
merasa nyenyak: ya
b. Masalah atau gangguan
tidur: tidak ada
8.Tidur/istirahat
a. Tanda-tanda kurang tidur : tidak
ada
51
b. lain-lain : 9. Seksualitas/reproduksi
a. Wanita:
1. Menstruasi : tidak
ada
2. Pemeriksaan buah
dada: tidak ada
9.Seksualiatas / Reproduksi
a. Wanita :
1. benjolan pada buah dada : -
b.Pria
b. Pria:
1. Tidak dapat ereksi:
tidak terkaji
2. Sakit pada waktu
BAB : tidak ada
c.
Dampak Hospitalisasi:
1. Pada Anak
Anak tidak bisa bermain dan menjadi lemas sejak masuk rumah sakit
2. Pada keluarga
Ibu klien mengatakan agar anaknya cepat sembuh
d.
07-10-2015
Pemeriksaan
Metode
Hasil
Satuan
Nilai rujukan
Hemoglobin
Automatic
9.6
g/dL
10.5-12.9
Hematokrit
Automatic
30
35-43
Leukosit
Automatic
8.6
ribu/ul
6.0-17.5
Trombosit
Automatic
352
ribu/ul
217-497
Eritrosit
Automatic
3.39
juta/ul
3.60-5.20
Automatic
88.5
74.0-102.0
Automatic
28.3
pg
23.0-31.0
Automatic
31.9
g/dl
28.0-32.0
Automatic
15.9
11.5-14.5
Automatic
0-1
Automatic
1-5
Automatic
51
25-60
Automatic
36
25-50
Automatic
1-6
Automatic
< 4.5
Automatic
0.2
0.2- 2.8
HEMATOLOGI
VER/HER/KHER/R
DW
VER
HER
KHER
RDW
HITUNGAN JENIS
Basofil
Eosinofil
Netrofil
Limfosit
Monofosit
Luc
Retikulosit
53
54
ANALISA DATA
Nama klien
: An.E
No.register : 01308107
Ruangan/No.kamar
: Lt.III selatan/231
Dx. Medis
Dx
1.
Data
Etiologi
Mucus berlebih
DS:
-
: Gastroenteritis
Masalah
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
DO:
-
2.
DS:
-
Kekurangan volume
cairan tubuh
DO:
-
Ketidakseimbangan
tidak adekuat
minum ASI
- An. E mengalami penurunan BB
DO:
- Mukosa bibir lembab
- BB sebelum sakit : 13 kg
- BB saat ini : 12 kg
55
- PB : 72 cm
- LK : 43 cm
- LD : 45 cm
- Lila : 15 cm
- LP : 50 cm
- Hasil pemeriksaan lab tanggal 0610-2015:
-Hb : 11,0 mg/dl
-Ht : 33 %
-Leukosit : 7,8 ribu/ul
-Trombosit : 486 ribu/ul
-Eritrosit : 3,88 juta/ul
Dx.4
-GDS : 95 mg/dl
DS :
-
Proses infeksi
DO:
- Kulit teraba panas
- Suhu : 38,3oC
- Rr : 44 x /menit
- Akral hangat
- Mukosa bibir lembab
- Turgor kulit elastis
56
sekunder : diare
Hipertermi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama klien
: An. E
No.register : 01308107
Ruangan/No.kamar
: Lt III selatan/231
Dx. Medis
No.
Diagnosa Keperawatan
Dx
1.
Ketidakefektifan bersihan
Tanggal
: Gastroenteritis
Tanggal Teratasi
Ditemukan
jelas
07-10-2015
Kelompok 13
07-10-2015
Kelompok 13
07-10-2015
Kelompok 13
07-10-2015
Kelompok 13
3.
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
b.d diare dan intake yang
tidak adekuat
4.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama klien
No.register : 01308107
57
Ruangan/No.kamar
Tanggal
No.
Diagnosa
Tujuan dan
Dx
Keperawatan
Kriteria Hasil
07-102015
Dx. Medis
Ketidakefektifan
bersihan
Tujuan:
Mandiri :
jalan Setelah
: Gastroenteritis
permenit
tindakan
setiap
shift,
pantau
adanya sianosis.
keperawatan
selama + 3 x 24
jam diharapkan
klien
mampu
menunjukkan
1.
peningkatan
status
R/
bersihan
jalan
Tidak
ada
2.
mencegah
Tidak
maksimal
ada
batuk
Tidak
ronkhi.
Membantu
Kriteria Hasil :
nafas
efektif.
-
ada
3.
sesak
terbuka.
- Rr: 44 x/menit
Kolaborasi
dalam
pemberian
dan
memberikan
efek
bronkodilator.
07-102015
Kekurangan
volume cairan b.d
diare dan muntah
Tujuan :
Mandiri :
Setelah
1.
dilakukan
jam.
tindakan
keperawatan
selama + 3 x 24
jam diharapkan
2.
pemenuhan
denyutan
nadi
menandakan
terjadinya
penurunan
tekanan
hipovolemik.
kebutuhan
cairan berangsur
terpenuhi, klien
cairan.
menunjukkan
rehidrasi 3.
tanda
dan
mempertahanka
n hidrasi yang
adekuat.
Kriteria Hasil :
- TTV stabil
- Tidak
selanjutnya.
4. Anjurkan klien minum 1000cc/24
jam
R/ : membantu intake cairan tubuh,
ada
tanda
dehidrasi
- Balance cairan
59
seimbang
- Kulit
6. Kolaborasi
kering
- Turgor
kulit
- Tidak
ada
- Tidak
ada
pucat
n nutrisi kurang
dari
kebutuhan
tubuh berhubungan
dengan diare dan
intake yang tidak
adekuat
x 5 cc.
R/ : untuk menyerap kadar toksin
muntah
2015
tubuh.
7. Kolaborasi dalam pemberian zink 1
elastis
Ketidakseimbanga
pemeriksaan
lembab
dalam
laboratorium elektrolit.
- Mukosa
07-10-
parenteral.
Tujuan :
Mandiri :
Setelah
dilakukan
yang masuk
tindakan
keperawatan
selama + 3 x 24
jam diharapkan
pasien
mengkonsumsi
nutrisi
dalam
jumlah
yang
adekuat
untuk
mempertahanka
n berat badan
yang tepat pada
60
penyebab
perubahan nutrisi.
3. Berikan secara bertahap makanan
hangat.
R/ : Memfasilitasi pemberian intake
4. Motivasi klien untuk menghabiskan
makanan.
usianya.
Mengetahui
Kriteria Hasil :
-
Klien
makan.
BB
R/
klien
meningkat
-
Tidak
Mengetahui
tingkat
ada
muntah
07-102015
4.
Hipertermi
proses
b.d Tujuan :
infeksi
sekunder : diare
Mandiri :
Setelah
dilakukan
tindakan
suhu.
keperawatan
tidak
terjadi
Kriteria Hasil :
-Tidak
ada
perubahan warna
klien
dalam
menentukan
intervensi sebelumnya.
3. Pantau intake output klien
R/ : Mengetahui status pemenuhan
cairan.
4. Berikan kompres hangat
kulit.
-Suhu
dalam
batas
normal
(36,5 -37,5oC)
-Rr dalam batas
normal
(30-40
x/menit)
61
R/
Kompres
hangat
akan
dalam
paracetamol 3 x tablet
pemberian
R/
Menurunkan
suhu
dan
62
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama klien
No.register : 01308107
Ruangan/No.kamar
Dx. Medis
Hari /
No.Dx
Implementasi
tanggal
: Gastroenteritis
Paraf dan
Jelas
/ Jam
Rabu,
07-102015
08
63