Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak bukanlah miniatur orang dewasa, anak sebagai individu yang unik dan
mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan (Hidayat, 2005). Hospitalisasi pada
anak dapat menyebabkan kecemasan dan stress pada semua tingkatan usia. Penyebab
kecemasan dapat dipengaruhi dari petugas kesehatan yaitu perawat, dokter maupun tenaga
kesehatan lainnya.
Gastroenteritis adalah inflamasi membran mukosa lambung dan usus halus yang
ditandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan elektrolit yang
menimbulkan dehidrasi dan gejala ketidakseimbangan elektrolit (Cecyly, Betz.2002)
Diare atau gastroenteritis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, prevalensi klinis diare di Indonesia
mencapai 9,0%

(4.844.230 penderita) dan menyumbang angka kematian disemua umur

sebesar 3,5 %. Diare menyumbang angka kematian tertinggi pada anak umur 29 hari 4 tahun,
dimana prevalensinya sebesar 31,4 % pada usia 29 hari 11 bulan dan 25,2 % pada anak usia
1-4 tahun (Depkes RI, 2008). Menurut Kemenkes, pada tahun 2010 terjadi peningkatan angka
morbiditas diare yakni sebanyak 5.090.212 penderita.
Diare pada anak dapat menimbulkan gejala-gejala seperti konsistensi cair, mual,
muntah, kram abdomen, ubun-ubun menjadi cekung khususnya pada bayi , demam dan lemas.
Apabila gejala-gejala tersebut tidak segera ditangani maka akan menimbulkan komplikasi
berupa dehidrasi berat hingga menyebabkan kematian. Oleh karena itu sangat diperlukan peran
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif yang meliputi aspek
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dari aspek promotif dimana perawat dapat
memberikan penyuluhan kesehatan mengenai penyebab, tanda dan gejala diare serta
pertolongan pertama bila anak terkena diare. Pada aspek preventif dimana perawat dapat
menekankan pentingnya menjaga kebersihan dalam pengolahan makanan, minuman, serta
lingkungan. Dilihat dari aspek kuratif, dimana perawat berperan dalam melakukan asuhan
keperawatan secara optimal, professional dan komprehensif seperti menganjurkan orang tua
untuk memberikan minuman secara oral, meningkatkan dalam pemberian makanan pada saat
1

diare terjadi dan berkolaborasi dalam pemberian cairan parenteral serta obat-obatan.
Sedangkan pada aspek rehabilitatif, perawat berperan dalam memulihkan kondisi pasien,
menganjurkan pada orang tua untuk kontrol ke pelayanan kesehatan terdekat, memberikan
stimulasi tumbuh kembang sesuai usia pasien dan pemenuhan nutrisi yang adekuat.
Berdasarkan uraian di atas, maka kelompok tertarik untuk malakukan Asuhan keperawatan
Pada An.E dengan dx. medis gastroenteritis (GE) di ruang Anak lantai III selatan RSUP
Fatmawati Jakarta Selatan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada An.E dengan Dx.medis
gastroenteritis yang dirawat di ruang anak lantai III selatan RSUP Fatmawati Jakarta
Selatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada An.E dengan Dx.medis
gastroenteritis yang dirawat di ruang anak lantai III selatan RSUP Fatmawati Jakarta
Selatan.
b. Mahasiswa mampu menganalisa data hasil pengkajian pada An.E dengan Dx.medis
gastroenteritis yang dirawat di ruang anak lantai III selatan RSUP Fatmawati Jakarta
Selatan.
c. Mahasiswa mampu membuat intervensi keperawatan pada An.E dengan Dx.medis
gastroenteritis yang dirawat di ruang anak lantai III selatan RSUP Fatmawati Jakarta
Selatan.
d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan pada An.E dengan Dx.medis
gastroenteritis yang dirawat di ruang anak lantai III selatan RSUP Fatmawati Jakarta
Selatan.
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan pada An.E
dengan Dx.medis gastroenteritis yang dirawat di ruang anak lantai III selatan RSUP
Fatmawati Jakarta Selatan.
C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Institusi pendidikan keperawatan
Sebagai sumber informasi dan bahan bacaan pada kepustakaan institusi dalam
meningkatkan mutu pendidikan pada masa yang akan datang di bidang keperawatan.
2. Institusi pelayanan kesehatan
2

Sebagai masukan bagi perawat pelaksana di Unit Pelayanan Keperawatan Anak dalam
rangka mengambil kebijakan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
khususnya pada anak yang mengalami gastroenteritis.
3. Penulis
Sebagai tambahan pengalaman dan pengetahuan bagi penulis dalam penerapan ilmu
yang telah didapatkan selama pendidikan.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini menggunakan metode penulisan sebagai berikut:
1. Studi Kepustakaan
Untuk mendapatkan data dasar penulis menggunakan atau membaca referensi-referensi
yang berhubungan dengan masalah yang dibahas yaitu : Gastroenteritis.
2. Studi Kasus
Untuk studi kasus penulis mempelajari kasus klien dengan menggunakan metode
pemecahan masalah melalui pendekatan atau proses keperawatan yang komprehensif
yang meliputi

pengkajian data, analisa data, perumusan diagnosa keperawatan,

penyusunan rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan.


3. Teknik Pengumpulan Data
a. Teknik Wawancara
Penulis melakukan Tanya jawab secara langsung pada orang tua klien dan perawat
yang merawat guna memperoleh data-data yang dibutuhkan.
b. Teknik Observasi
Penulis secara langsung melakukan pengamatan untuk dapat melihat secara
langsung bagaimana pelaksanaan perawatan dan keadaan klien selama perawatan.
c. Studi Dokumentasi
Penulis mengumpulkan data/informasi melalui catatan keperawatan dilembaran
status klien serta mengadakan diskusi dengan tim kesehatan di ruang anak lantai
III selatan.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan,
metodologi penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORI
Dalam tinjauan pustaka, dijelaskan beberapa informasi berkaitan dengan masalah, yaitu
pengertian gastroenteritis, etiolologi gastroenteritis, tanda & gejala gastroenteritis,
pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan gastroenteritis, konsep dasar pengkajian
gastroenteritis, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi
3

BAB III : TINJAUAN KASUS


Dalam tinjauan kasus, terdiri dari pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, nursing
care plan, catatan perkembangan (implementasi, evaluasi)
BAB IV : PEMBAHASAN
Dalam bab IV, terdapat pengkajian, dx. Keperawatan, rencana tindakan keperawatan, dan
evaluasi.
BAB V : PENUTUP
Pada bagian penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Gastroentritis merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan baik oleh virus
maupun bakteri pada traktus intestinal (Guyton & Hall, 2006).
Gastroenteritis atau diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau
tanpa lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang timbul secara mendadak dan
berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (Mansjoer, dkk,
2000 dalam Wicaksono, 2011).
Diare akut timbul secara mendadak dan berlangsung terus secara beberapa hari
(WHO, 1992 dalam Wicaksono, 2011).
Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari
3 kali pada anak; konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur
lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2005).
Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi pencernaan,
penyerapan dan sekresi. Diare akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan
tiba-tiba frekuensi defekasi yang sering disesbabkan oleh agens infeksius dalam traktus GI.
Diare infeksius akut (gastroenteritis infeksiosa) dapat disesbabkan oleh virus, bakteri dan
parasit yang patogen. Diare kronis didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi
defekasi dan kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari 14 hari
(Wong, Donna L, dkk, 2008).
B. Etiologi
Ditinjau dari sudut patofisiologisnya, maka penyebab gastroenteritis akut (diare akut)
ini dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Diare Sekresi (secretory diarrhoea), disebabkan oleh:
a) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen:
1) Infeksi bakteri misalnya Escherichia coli, Shigella dysentriae.
2) Infeksi virus misalnya Rotavirus, Norwalk.
3) Infeksi Parasit misalnya Entamoeba hystolitica, Giardiosis lambia.
b) Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia, makanan,
gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi.
2. Diare Osmotik (Osmotic diarrhoea), disebabkan oleh :
a) Malabsorbsi makanan (karbohidrat, lemah, protein, vitamin dan mineral)
5

b) KKP (Kekurangan Kalori Protein)


c) BBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah) dan bayi baru lahir
(Suharyono dkk.,1994 dalam Wicaksono, 2011).
Sedangkan menurut Ngastiyah (2005), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa
faktor yaitu:
1. Faktor infeksi
a) Infeksi enteral, merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi:
1) Infeksi bakteri : Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas, dan sebagainya)
2) Infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus,
astrovirus, dll)
3) Infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa
(entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida
albicous).
b) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut
(OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.
2. Faktor malaborsi
a) Malaborsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa);
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang
terpenting dan tersering (intoleransi laktosa)
b) Malabsorbsi lemak
c) Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar)

C. Manifestasi Klinis
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,
hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang
6

berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang
menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik
yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang,
mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta
suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat
berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga
frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan
dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak
terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena
kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul
oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus
ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang, kemudian timbul diare.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan
wiata (lendir dan darah).
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat
banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama
diare.
5. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan karena
lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
6. Bila anak/bayi telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, tanda dan gejala dehidrasipun
mulai tampak, yaitu; turgor kulit tidak elastis, ubun-ubun dan mata cekung membran
mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
7. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung
cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai
akibat hipovokanik.
7

8. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).


9. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam
(kussmaul).

D. Pathway

E.
Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2005), komplikasi akibat diare adalah sebagai berikut :
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada
elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili
mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan.
F. Derajat Dehidrasi
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
1. Kehilangan berat badan
a. Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
b. Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
c. Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
10

2. Skor Maurice King


Bagian tubuh
Yang diperiksa
Keadaan umum

Nilai untuk gejala yang ditemukan


1
2

Sehat

Gelisah, cengeng

Mengigau, koma,

Apatis, ngantuk

atau syok

Kekenyalan kulit

Normal

Sedikit kurang

Sangat kurang

Mata

Normal

Sedikit cekung

Sangat cekung

Ubun-ubun besar

Normal

Sedikit cekung

Sangat cekung

Mulut

Normal

Kering

Kering & sianosis

Sedang (120-140)

Lemas >40

Denyut nadi/mata

Kuat <120

Keterangan
- Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
- Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
- Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat
G. Gejala klinis
Ringan

Gejala klinis
Sedang

Berat

Kesadaran

Baik (CM)

Gelisah

Apatis-koma

Rasa haus

++

+++

N (120)

Cepat

Cepat sekali

Biasa

Agak cepat

Kussmaul

Agak cekung

Cekung

Cekung sekali

Agak cekung

Cekung

Cekung sekali

Biasa

Agak kurang

Kurang sekali

Normal

Oliguri

Anuri

Normal

Agak kering

Kering/asidosis

Gejala klinis
Keadaan umum

Sirkulasi
Nadi
Respirasi
Pernapasan
Kulit
Ubun-ubun

11

H. Kebutuhan Cairan Anak


Tubuh dalam keadaan normal terdiri dari 60 % air dan 40 % zat padat seperti protein,
lemak dan mineral. Pada anak pemasukan dan pengeluaran harus seimbang, bila terganmggu
harus dilakukan koreksi mungkin dengan cairan parentral, secara matematis keseimbangan
cairan pada anak dapat di gambarkan sebagai berikut :
Kebutuhan Cairan/Kg

Umur

Berat Badan

Total/24 jam

3 hari

3.0

250-300

80-100

10 hari

3.2

400-500

125-150

3 bulan

5.4

750-850

140-160

6 bulan

7.3

950-1100

130-155

9 bulan

8.6

1100-1250

125-165

1 tahun

9.5

1150-1300

120-135

2 tahun

11.8

1350-1500

115-125

4 tahun

16.2

1600-1800

100-1100

6 tahun

20.0

1800-2000

90-100

10 tahun

28.7

2000-2500

70-85

14 tahun

45.0

2000-2700

50-60

18 tahun

54.0

2200-2700

40-50

BB/24 jam

Menurut Ngastiyah (2005), menyatakan bahwa jumlah cairan yang hilang menurut
derajat dehidrasi pada anak di bawah 2 tahun adalah sebagai berikut :
12

Derajat Dehidrasi

PWL

NWL

CWL

Jumlah

Ringan

50

100

25

175

Sedang

75

100

25

200

Berat

125

100

25

250

Derajat dehidrasi pada anak berumur 2-5 tahun


Derajat Dehidrasi

PWL

NWL

CWL

Jumlah

Ringan

30

80

25

135

Sedang

50

80

25

155

Berat

80

80

25

185

Dehidrasi berat menurut BB dan umur


BB
0 3 kg

Umur
0 1 bln

PWL
150

NWL
125

CWL
25

Jumlah
300

3 10 kg

1 bln 2 thn

125

100

25

250

10 - 15 kg

2 5 thn

100

80

25

205

15 25 kg

5 10 thn

80

25

25

130

Keterangan :
PWL : Previous Water loss (ml/kg BB)
NWL : Normal Water losses (ml/kg BB)
CWL : Concomitant Water losses (ml/kg BB)

13

I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. PH dan kadar gula dalam tinja
c. Bila perlu diadakan uji bakteri
1) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan
PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
2) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
3) Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, Cl, K, Kalsium dan Posfat.

J. Penatalaksanaan
1. Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa
cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3, KCl dan glukosa. Untuk diare akut dan
kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6
bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap
sering disebut oralit. Cairan sederhana yang dapat dibuat sendiri (formula tidak
lengkap) hanya mengandung gula dan garam (NaCl dan sukrosa), atau air tajin yang
diberi garam dan gula, untuk pengobatan sementara di rumah sebelum dibawa
berobat ke rumah sakit/pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih jauh.
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai
berikut:
a) Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
(1). 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1
ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
14

(2). 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1


ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
(3). 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
b) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
(1). 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
c) Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
(1). 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
(2). 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
(3). 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
d) Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
(1). Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis
cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml =
15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
(2). Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa
10% + 1 bagian NaHCO3 1 %).
b. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang
dari 7 kg, jenis makanan:
1) Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh,

misalnya LLM, Almiron atau sejenis lainnya).


2) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak tidak mau

minum susu karena di rumah tidak biasa.


3) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang
tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.
15

c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang hilang
melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras dan sebagainya).
1) Obat anti-sekresi. Asetosal. Dosis 25 mg/thn dengan dosis minimum 30 mg
Klorpromazin. Dosis 0,5-1 mg/kgBB/hari.
2) Obat spasmelitik, dll. Umumnya obat spsmelitik seperti papaverin, extra beladona,
opium loperamid tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi. Obat pengeras
tinja seperti kaolin, pektin, charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi
diare, sehingga tidak diberikan lagi.
3) Antibiotik. Umunya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas.
Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25-50 mg/kgBB/hari. Antibiotik juga
diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti : OMA, faringitis, bronchitis atau
bronkopneumonia.
2. Keperawatan
a. Risiko terjadi gangguan sirkulasi darah. Diare menyebabkan kehilangan cairan dan
elektrolit, mengakibatkan pasien menderita ddehidrasi dan jika tidak segera diatasi
menyebabkan terjadinya dehidrasi asidosis; bila masih berlanjut akan terjadi asidosis
metabolic, gangguan sirkulasi darah dan pasien jatuh dalam keadaan renjatan (syok).
1) Bila dehidrasi masih ringan
Berikan minum sebanyak-banyaknya, kira-kira 250 cc setiap kali setelah pasien
defekasi. Cairan harus mengandung elektrolit; seperti oralit. Bila pemberian cairan
peroral tidak dapat dilakukan, dipasang infuse dengan cairan Ringer Lactat (RL) atau
cairan lain yang tersedia atas persetujuan dokter.
2) Pada dehidrasi berat

16

Untuk menegtahui kebutuhan sesuai dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan


yang masuk tubuh dapat dihitung dengan cara :
c) Jumlah tetesan permenit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai set infuse yang dipakai).
Contoh : tetesan permenit 12 tetes : banyaknya cairan yang habis (masuk ke dalam
tubuh) dalam 1 jam ialah 12 x 60/12 = 48 cc (bila pada set infuse yang setiap cc-nya
berisi 15 tetes).

Konsep Teori Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan terhadap diare dimulai dengan mengamati keadaan umum
dan perilaku bayi atau anak.pengkajian fisik meliputi semua parameter yang dijelaskan untuk
pengkajian dehidrasi seperti berkurangnya haluaran urine, menurunnya berat badan,
membrane mukosa yang kering, turgor kulit yang jelek, ubun-ubun yang cekung, dan kulit
yang pucat dingin serta kering. Pada dehidrasi yang lebih berat, gejala meningkatnya
frekuensi nadi dan respirasi, menurunnya tekanan darah, dan waktu pengisian ulang kapiler
yang memanjang (>2 detik) dapat menunjukkan syok yang mengancam.
Riwayat penyakit akan memberikan informasi penting mengenai kemungkinan agens
penyebebnya seperti pengenalan makanan yang baru, kontak dengan agens yang menular,
berwisata ke daerah dengan suseptibilitas tinggi, kontak dengan makanan yang mungkin
terkontaminasi dan kontak dengan hewan yang diketahui sebagai sumber infeksi enterik.
Riwayat alergi, penggunaan obat dan makanan dapat menunjukkan kemungkinan alergi
terhadap makanan, penggunaan obat pencahar atau antibiotic atau konsumsi makanan yang
banyak mengandung sorbitol dan fruktosa (mis, jus apel).
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman
usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan
insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif
17

mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric
menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga
berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
2. Keluhan Utama
Kaji frekuensi BAB, adanya nyeri abdomen, adanya konsistensi feses, adanya
mual, adanya muntah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut),
lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid
jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan,
ISPA, ISK, OMA campak.
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi
yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada
anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga
kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan
tempat tinggal.
8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
1)

Kenaikan BB karena umur 1 3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2


kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
18

2)

Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan
seterusnya.

3)

Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring,
seluruhnya berjumlah 14 16 buah

4)

Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.

b. Perkembangan
1) Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan
keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas
utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan
mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
2) Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari
lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk mandiri
(tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri,
jika orang tua terlalu over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak
akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang
dapat berkembang pada diri anak.
3) Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur
2-3 tahun :
a) Berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan (GK)
b) Meniru membuat garis lurus (GH)
c) Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
d) Melepasa pakaian sendiri (BM)

9. Pemeriksaan Fisik
19

a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar
kepala, lingkar abdomen membesar,
b. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1
tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat >
35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus,
minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic
(kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare
sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat >
37,5C, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2
dt, kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam),
frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang
berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon
yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
10. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
1) Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
2) Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
3) AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pCO2 meningkat,
HCO3 menurun )
4) Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
5) Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

20

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
skunder terhadap diare
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare
atau output berlebihan dan intake yang kurang
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap
diare
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
5. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus
menerus.
6. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasif

C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan
elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
1. Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )
2. Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
3. Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
Rasional : Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan
pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera
untuk memperbaiki defisit
21

2. Pantau intake dan output


Rasional : Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran
tidak adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
3. Timbang berat badan setiap hari
Rasional : Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan
cairan 1 liter
4. Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
Rasional : Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
Kolaborasi :
5. Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
Rasional : koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal
(kompensasi).
6. Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
Rasional : Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
7. Berikan obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)

Rasional : anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang,
antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri
berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.

Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan tidak adekuatnya intake dan out put
Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan


nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil

1. Nafsu makan meningkat


2. BB meningkat atau normal sesuai umur
22

Intervensi :
1. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak
dan air terlalu panas atau dingin)
Rasional : serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi
lambung dan sluran usus.
2. Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan
makanan dalam keadaan hangat
Rasional : situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3. Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
Rasional : mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
4. Monitor intake dan out put dalam 24 jam
Rasional : mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.
5. Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
Ahli gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
Dokter : obat-obatan antiemetik atau vitamin A
Rasional : mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan

Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi


dampak sekunder dari diare
Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi


peningkatan suhu tubuh

Kriteria hasil :
1. Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
2. Tidak terdapat tanda infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
23

Intervensi :
1. Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
Rasional : deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)
2. Berikan kompres hangat
Rasional : merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas
tubuh
3. Kolaborasi pemberian antipirektik
Rasional : merangsang pusat pengatur panas di otak

Diagnosa 4 :Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan


peningkatan frekwensi BAB (diare)
Tujuan

: setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit


tidak terganggu

Kriteria hasil :
1. Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
2. Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar
Intervensi :
1. Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
Rasional : kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
2. Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan
mengganti pakaian bawah serta alasnya)
Rasional : mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena
kelebaban dan keasaman feses
3. Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam

24

Rasional : melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga


tak terjadi iskemi dan irirtasi .

Diagnosa 5 : Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasif


Tujuan

: setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu


beradaptasi

Kriteria hasil :
1. Mau menerima tindakan perawatan
2. Klien tampak tenang dan tidak rewel
Intervensi :
1. Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan
Rasional : pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga
2. Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS
Rasional : mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS
3. Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
Rasional : menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya
4. Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non
verbal (sentuhan, belaian dll)
Rasional : kasih sayang serta pengenalan diri perawat akan menunbuhkan rasa aman
pada klien.
5. Berikan mainan sebagai perangsang sensori anak
Rasional : Mainan dapat mengalihkan stressor anak dalam menghadapi proses
hospitalisasi
D. Evaluasi Keperawatan
25

1. Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )
2. Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
3. Konsistensi BAB lunak, frekwensi 1 kali perhari
4. Nafsu makan meningkat
5. BB meningkat atau normal sesuai umur
6. Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
7. Tidak terdapat tanda infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
8. Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
9. Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar
10. Mau menerima tindakan perawatan
11. Klien tampak tenang dan tidak rewel

26

BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan menguraikan asuhan keperawatan pada An. E dengan Diare Akut
Dehidrasi Ringan di ruangan Teratai Lantai 3 Selatan RSUP Fatmawati Jakarta.
A. Pengkajian Keperawatan
An. M. E (1 tahun 3 bulan) berjenis kelamin laki-laki dan beragam islam. Klien
bertempat tinggal di Jalan Gang jati Mampang Prapatan rt 009/001, Bangka, Mampang
Prapatan Jakarta Selatan. Alasan klien masuk RS karena sudah muntah-muntah 7hari, dan
BAB mencret berisi air. Sempat berobat namun diare tidak kunjung sembuh. Selanjutnya
dibawa ke IGD Fatmawati pada tanggal 06 Oktober 2015, klien langsung dipasang IV Kaen
3B, dilakukan pemeriksaan darah dengan hasil menunjukan Hemoglobin 11,0 mg/dl
Hematokrit 33% Leukosit 7,8 ribu/ul, Trombosit 486 ribu/ul, Eritrosit 3,88 juta/ul, GDS
95mg/dl, Natrium 128 mmol/l, Kalium 3,22 mmol/l, Klorida 93 mmol/l.. Klien pindah ke
rawat inap pada tanggal 07 Oktober 2015 pada jam 24.00
Penulis melakukan anamnesa pada tanggal 07 Oktober pagi. Ibu klien mengatakan
klien batuk berdahak berwarna putih kental, muntah 1 kali, BAB 2 kali mencret ada ampas,
dan demam. Klien masih mau minum ASI namun untuk makan klien tidak mau. Ibu klien
mengatakan klien pernah dirawat di puskesmas dengan diagnose infeksi paru-paru. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum : Sedang, kesadaran : compos mentis BB : 12 kg
klien mengalami penurunan berat badan 1 kg sebelum sakit BB klien 13kg,, auskultasi
terdengar bunyi ronki di paru-paru bagian posterior basal kanan, panjang badan : 72cm,
lingkar kepla 43cm, lingkar dada 45cm, lingkar lengan atas 15cm, lingkar perut 50cm. tanda
tanda vital suhu 38,3C RR : 44 kali per menit, akral hangat, mukosa bibir lembap, turgor
kulit elastis, bising usus 14 kali permenit.

B. Diagnosa, Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi Keperawatan


Diagnosa yang disusun oleh penulis berdasarkan prioritas kebutuhan pasien, berikut urutan
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dilakukan oleh penulis:
27

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mucus berlebih ditandai
dengan :
Data subjektif : ibu klien mengatakn klien batuk berdahak berwarna putih kental.
Data objektif : ada batuk produktif, sputum berwarna putih kental, RR : 44x/menit,
terdapat ronki pada paru-paru kanan bagian posterior bawah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien menunjukan
peningkatan satus bersihan jalan napas efektif.
Kriteria Hasil : tidak ada ronki, RR : 30-40x/menit ,tidak ada batuk, tidak ada sesak.
Intervensi
a. Lakukan pengukuran pernapasan permenit setiap shift, pantau adanya sianosis
Rasional : peningkatan frekuensi napas dan sianosis menandai adanya sumbatan jalan
napas
b. Lakukan fisioterapi dada
Rasional : membantu mencegah tertahannya secret dari area lobus paru atau jalan napas.
c. Berikan posisi semi fowler
Rasional : meningkatkan ekspansi paru maksimal
d. Management jalan napas dengan mempertahankan jalan napas tetap terbuka
Rasional : memfasilitasi kepatenan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigen yang
optimal.
Kolaborasi :
e. Pemberian inhalasi barotex 1 cc + NaCl 0.9%
Rasional : membantu mengencerkan dahak dan memberikan efek bronkodilator.
Implementasi :
Mengobesvasi pernapsan klien setiap shift, melakukan fisioterapi dada, memebrikan
posisi semi fowler, memerikan terapi inhalasi barotex 1 cc + NaCl 0.9%. tanggal 08
oktober 2015
S : ibu klien menngatakan bauk berdahak berwarna putih kental
O : ada batuk produktif, sputum berwarna putih kental, RR : 44x/menit, terdapat ronki
pada paru-paru kanan bagian posterior bawah.
A : masalah Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi jalan napas :
mucus berlebih belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi keperawatan, observasi pernafasan klien, pertahankan hasil yang
didapat tingkatkan kolaborasi perawat untuk memotivasi ibu klien melakukan fisioterapi
dada.
2.

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare dan muntah ditandai


dengan :
Data Subjektif : ibu klien megatakan klien hanya mau minum dari ASI, BAB 2 kali
menceret ada ampas, muntah 1 x.
28

Data Objektif : denyutan nadi teraba lamah 120x/menit, turgor kulit elastis, mukosa
bubur lembab.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan
pemenuhan cairan berangsur terpenuhi, klien menunjukan tanda rehidrasi dan
mempertahankan hidrasi yang adekuat.
Ktiteria Hasil : tanda-tanda vital stabil, tidak ada tanda dehidrasi, balance cairan
seimbang, kulit tidak kering, mukosa lembab, turgor kulit elastis, tidak ada muntah, tidak
ada pucat.
Intervensi :
Mandiri :
a. Ukur TTV setiap 8 jam
Rasional : penurunan tekanan darah dan denyutan nadi menunjukan terjadinya
penurunan tekanan hipovolemik
b. Ukur balance cairan tiap 8 jam
Rasional : mengetahui status pemenuhan cairan
c. Kaji karakteristik BAB, muntah klien (frekuensi, konsistensi)
Rasional : untuk menentukan intervensi selanjutnya
d. Anjurkan klien minum 1000 cc/24 jam
Rasional : membantu intake cairan tubuh, mencegah dehidrasi
Kolaborasi
e. Dalam pemberian cairan IVFD Kaen 3B 12 tpm per 24 jam
Rasional : membantu pemenuhan intake parenteral
f. Pemeriksaan laboraturium elektrolit
Rasional : menegatahui kadar elektrolit tubuh
g. Dalam pemberian zink 1 x 5cc
Rasional : untuk menyerap kadar toksin dalam yang meningkatkan kerja pencernaan
Implementasi : tanggal 07 oktober 2015 mengukur suhu an RR, mengkaji
karakteristik BAB dan muntah klien, menganjurkan klien meminum cairan 1000cc/24
jam, mengukur balance cairan per 8 jam, memberikan cairan Kaen 3B 12 tpm per 24
jam, melakukan pemeriksaan hematologi elektrolit.
Evaluasi keperawatan : tanggal 08 oktober 2015
S:O: balance cairan 8jam (10.00-18.00) (oral: ASI ibu 250, parenteral 12 tpm x 8 jam :
500) 750 cc. output : urine 400 cc, IWL : 420cc) 820 cc,balance intake-output : 750820cc : -70, suhu 38,3C RR : 30 kali per menit, akral hangat, mukosa bibir lembap,
turgor kulit elastis, bising usus 14 kali permenit, cairan IVFD Kaen 3B 12 tpm masih
terpasang pada tangan kanan tidak ada flebitis. Hasil pemeriksaan lab tanggal 7 oktober
2015 Natrium 134 mmol/l Kalium 3.24 mmol/l klorida 101 mmol/l.
29

A : masalah Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang


berlebih dari traktus gastrointestinal kedalam feses atau muntahan belm teratasi.
P: lanjutkan intervensi pertahankan hasil yang didapatkan, tingkatkan kolaborasi
perawat untuk pemantauan intake dan outbut cairan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
daire dan intake yang tidak adekuat ditandai dengan :
Data subjektif : ibu klien mengatakan klien tidak mau makan, hanya mau minum ASI,
ibu klien mengatakan klien mengalami penurunan BB.
Data Objektif : mukosa bibir lembab, BB : 12 kg klien mengalami penurunan berat
badan 1 kg sebelum sakit BB klien 13kg, panjang badan : 72cm, lingkar kepla 43cm,
lingkar dada 45cm, lingkar lengan atas 15cm, lingkar perut 50cm. hasil pemeriksaan
lab tanggal 06 Hemoglobin 11,0 mg/dl Hematokrit 33% Leukosit 7,8 ribu/ul,
Trombosit 486 ribu/ul, Eritrosit 3,88 juta/ul, GDS 95mg/dl.
Tujuan : setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien
mengkonsumsi nutrisi dalam jumlah yang adekuat untuk mempertahankan berat badan
yang tepat pada usianya.
Kriteria hasil : klien mau makan, BB klien meningkat, muntah (-).
Intervensi :
a. Monitor dan catat jumlah kalori yang masuk
Rasional : mengetahui intake yang masuk
b. Kaji keluhan dan masalah penyebab kurang nutrisi
Rasional ; mengetahui penyebab perubahan nutrisi
c. Berikan secara bertahap makanan hangat
Rasional : memfasilitasi pemberian intake
d. Motivasi klien untuk menghabiskan makanan
Rasional : agar klien mau makan habis 1 posri
e. Timbang BB tiap 24 jam
Rasional : mengetahui tingkat keberhasilan intervensi yang telah dilakukan.
Implementasi memonitor dan mencatat jumlah kalori yang masuk, menhkaji keluhan
dan masalah penyebab kekurangan nutrisi, memberika makanan secara bertahap
makanan hangat, memotivasi klien dan ibu klien untuk menghabiskan makanan,
menimbang berat badan tiap 24 jam.
Evaluasi keperawatan tanggal 08 Okober
S: ibu klien mengatakan klien mau makan namun sedikit
O: makanan habis porsi mual (-) mukosa lembab, turgor kulit elastis BB klien 13kg,
panjang badan : 72cm, lingkar kepla 43cm, lingkar dada 45cm, lingkar lengan atas
15cm, lingkar perut 50cm.
30

A : Masalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan kehilangan cairan akibat diare dan asupan cairan yang tidak adekuat.
P : intervensi dilanjutkan pantau jumlah kalori yang masuk, kaji keluhan yang
menyebabkan masalah kurang nutrisi, motivasi klien menghabiskan makanan,
pertahankan hasil yang didapatkan, tingkatkan kolaborasi perawat dengan dokter.
4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi sekunder diare ditandai dengan :
Data Subjektif : ibu klien mengatakan klien demam 7 hari.
Data Objektif : kulit teraba panas, suhu 38,3C RR : 44 kali per menit, akral hangat,
mukosa bibir lembap, turgor kulit elastis.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak terjadi
peningkatan suhu.
Kriteria Hasil : tidak ada perubahan warna kulit, suhu dalam batas normal 36.5C37.5C RR dalam batas normal 30-40x/menit.
Intervensi :
a. Observasi suhu klien tiap 4 jam
Rasional : mengetahui setiap kenaikan suhu
b. Pantau tanda-tanda vital
Rasional : untuk mengetahui kondisi dasar klien dalam menentukan intervensi
sebelumnya
c. Pantau intake output klien
Rasional : mengetahui status pemenuhan cairan
d. Berikan kompres hangat
Rasionnal : kompres hangat akan mempercepat proses penyembuhan
Kolaborasi
e. Pemberian Paracetamol 3 x CTH
Rasional : menurunkan suhu dan mempercepat proses penyembuhan.
Implementasi tanggal 08 Oktober 2015 mengobservasi suhu klien, memnatau
tanda-tanda vital klien, memantau intake output tiap 8 jam, memberikan kompres
hangat, dan memberikan paracetamol sirup.
Evaluasi Keperawatan
S:O: kulit tidak teraba panas, balance cairan dalam batas normal, suhu klien 37.2C
RR : 30x/menit balance cairan balance cairan 8jam (10.00-18.00) (oral: ASI ibu
250, parenteral 12 tpm x 8 jam : 500) 750 cc. output : urine berpa kali (400 cc,
IWL : 420cc) 820 cc,balance intake-output : 750-820cc : -70 .
A: masalah Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi sekunder terhadap diare
belum teratasi

31

P: intervensi dilanjutkan monitor suhu, berikan kompres hangat, pertahankan hasil


yang didapat tingkatkan kolaborasi.

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas masalah yang terjadi pada kasus kelolaan yaitu tentang
kesenjangan antara teori dan kasus pada An.M.E dengan Diare Akut Dehidrasi Ringan di Teratai
Lantai 3 Selatan RSUP Fatmawati Jakarta yang dilaksanakan pada tanggal 07 Oktober 2015
sampa 09 Oktober 2015. Pembahasan ini meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi
keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan. Dalam tahap ini pengkajian yang
dikaji adalah data-data klien secara menyeluruh baik bio, psiko, sosio dan spiritual (Brunner
dan Suddart, 2002).
32

Pada saat melakukan pengkajian, penulis menemukan adanya kesamaan antara


landasan teori dengan kasus yang ada, tetapi tidak semua tanda dan gejala yang ada pada teori
ada pada klien. Pada pengkajian klien gastroenteritis diare dehidrasi ringan yang penulis
temukan termasuk data identitas, keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang yaitu An.
M. E (1 tahun 3 bulan) berjenis kelamin laki-laki dan beragam islam. Klien bertempat tinggal
di Jalan Gang jati Mampang Prapatan RT 009/ RW 001, Bangka, Mampang Prapatan Jakarta
Selatan. Klien masuk RS Fatmawati dengan keluhan berkurangnya haluaran urine,
meningkatnya frekwensi BAB yaitu 7x/hari dan muntah-muntah 7hari, frekwensi nafas klien
meningkat yaitu 44x/menit dikarenakan klien juga mengalami keluhan batuk disertai dahak
berwarna putih dan saat dilakukan auskultasi terdengar bunyi ronki di paru-paru bagian
posterior basal kanan, suhu klien demam yaitu 38,3c, menurunnya berat badan yang
sebelumnya 13 kg menjadi 12 kg dalam waktu 1 minggu. Tanda-tanda tersebut sama dengan
yang ada pada teori, namun kondisi klien yang mengalami dehidrasi ringan dibuktikan
dengan balance cairan Balance intake dan output 8 jam Balance intake dan output 8 jam
(10.00-18.00) (oral: ASI ibu 250, parenteral 12 tpm x 8 jam : 500) 750 cc. output : urine 5
kali 400 cc, IWL : 420cc) 820 cc, balance intake-output : 750-820cc : -70 cc, dan pada
pemeriksaan umum yang di dapat adalah membrane mukosa yang masih lembab, turgor kulit
yang masih elastis, ubun-ubun tidak nampak cekung, dan kulit yang pucat dingin serta
berkeringat, waktu pengisian ulang kapiler 3 detik, tidak terdapat tanda-tanda syok yang
mengancam karena klien langsung dibawa ke RSUP Fatmawati.
3. Pada riwayat penyakit terdahulu, klien pernah mengalami sakit paru-paru dan diberi
antibiotic namun ibu klien lupa nama obat antibiotik yang diberikan. Hal tersebut sama
dengan teori yang menyebutkan adanya riwayat pemakaian antibiotic dan kemungkinan
penyakit ISPA yang dapat menjadi faktor pencetus. Status nutrisi klien adalah klien masih
minum ASI dan makanan pendamping berupa biscuit bayi, namun untuk pemberian
makanan yang belum diindikasikan untuk umur klien disangkal oleh ibunya. Riwayat
kesehatan keluarga klien baik, sebelumnya naggota keluarga tidak ada yang mengaami
diare. Riwayat kesehatan lingkungan yang ibu klien bilang baik, namun untuk mencuci
botol memang tidak menggunakan sabun khusus. Pertumbuhan dan perkembangan
klien adalah baik, bahkan untuk berat badan klien mengalami over dari yang seharusnya
33

peningkatan BB normal hanya 2 kg namun klien mengalami peningkatan 8 kg, panjang


badan yang harusnya hanya rata-rata naik 8-10 cm, dalam waktu 15 bulan klien bertambah
13 cm, lingkar kepala yang hanya mengalami peningkatan seharusnya 12 cm, klien
mengalami peningkatan 9 cm. klien tumbuh gigi geraham depan atas 2 buah dan bawah 1
buah yang secara keseluruhan 3 buah gigi. Hasil pemeriksaan laboraturium hanya hasil
pemeriksaan hematologis dan elektrolit darah pemeriksaan darah dengan hasil menunjukan
Hemoglobin 11,0 mg/dl Hematokrit 33% Leukosit 7,8 ribu/ul, Trombosit 486 ribu/ul,
Eritrosit 3,88 juta/ul, GDS 95mg/dl, Natrium 128 mmol/l, Kalium 3,22 mmol/l, Klorida 93
mmol/l. Pemeriksaan tersebut hanya yang sesuai adalah elektrolit darag, karena tidak
dilakukan pemeriksaan kultur BAB, AGD, faal ginjal dan radiologi.

B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Hidayat, 2004 diagnosa merupakan keputusan klinik mengenai seseorang, keluarga
atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang actual
atau potensial. Menurut Potter & Perry, 2005 diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang
menguraikan respon actual ataupotensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat
mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya.
Diagnosa yang di temukan pada klien An.M.E yaitu Bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan obtruksi jalan napas : mukus berlebih, Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebih dari traktus gastrointestinal kedalam
feses atau muntahan, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kehilangan cairan akibat diare dan asupan cairan yang tidak adekuat, Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi sekunder terhadap diare. Pengangkatan diagnosa ini telah
disesuaikan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil anamnesa dan data penunjang.
Diagnosa pertama adalah Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
obtruksi jalan napas : mukus berlebih. Definisi pada bersihan jalan napas tidak efektif
adalah suatu keadaan individu yang mengalami ketidakmampuan untuk membersihkan
sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas
(Nic & Noc, 2008). Rasional pada diagnosa pertama ini adalah . diagnosa ini pertama ini
tidak terdapat dalam teori namun terdapat dalam kasus An. M.E. diagnose ini diangkat
34

menjadi diagnose pertama karena menurut Maslow, Kebutuhan Oksigenasi merupakan


kebutuhan utama yang harus ditangani, bila tidak ditangani denan segera akan timbul masalah
keperawatan yang baru dan akan menimbulkan komplikasi
Diagnosa kedua adalah Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan yang berlebih dari traktus gastrointestinal

kedalam feses atau muntahan.

Definisi kekurangan volume cairan dalah suatu keadaan dimana kondisi individu yang tidak
menjalani puasa tetapi mengalami atau beresiko mengalami dehidrasi vascular, interstisial
atau intravascular (Carpenitto, 2001). Rasional pada diagnose kedua terjadi karena masuknya
bakteri dari makanan ke dalam tubuh manusia yang tidak dapat diserap sehingga
menimbulkan gangguan osmotik, hal tersebut akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare. Bila kondisi ini tidak segera diatasi dapat mengakibatkan dehidrasi. Penulis
mengakat cairan sebagai prioritas kedua karena menurut maslow, kebutuhan cairan dan
elektrolit ini merupakan kebutuhan utama setelah kebutuhan oksigenasi yang dapat
mengancam kehidupan bila tidak segeran diatasi.
Diagnosa ketiga adalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kehilangan cairan akibat diare dan asupan cairan yang tidak
adekuat. definisi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu
kedaan dimana asupan nutrisi seseorang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
metabolic ( Nic & Noc 2008). Rasional pada diagnosa ini adalah ketika anak mengalami diare
maka orang tua menghentikan asupan karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat.
Penulis mengangkat kebutuhan nutrisi sebagai prioritas ketiga karena An. M.E mengalami
penurunan berat badan sebanyak 1 kg, dari 13kg ke 12kg, pada anak penurunan berat badan
bila tidak segera ditangani kemungkinan bisa terjadi gangguan pertumbuhan dan
perkembangan.
Diagnosa keempat adalah Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi sekunder
terhadap diare. Definisi dari hipertermi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan suhu tubuh ditas rentang normal yaitu 37,5C ( Nic & Noc 2008). Rasional pada
diagnose ini adalah ketika bakteri penyebab diare masuk kedalam tubuh manusia, maka tubuh
35

manusia akan mengkompensasi proses infeksi tersebut dengan peningkatan suhu tubuh.
Penulis mengangkat diagnosa ini menjadi prioritas keempat karena bila tidak ditangani
dengan segera akan timbul masalah keperawatan yang baru dan akan menimbulkan
komplikasi
C. Intervensi dan Implementasi Keperawatan
Intervensi atau perencanaan adalah suatu proses dimana didalamnya terdapat penentuan
prioritas masalah, penentuan tujuan, penentuan kriteria hasil, merumuskan intervensi, dan
tindakan keperawatan (Tarwoto dan Wartonah, 2003)
Rencana keperawatan pada diagnose pertama ini bertujuan status bersehihan jalan napas
kembali efektif. Sesuai teori dalam asuhan keperawatan (Nic & Noc, 2008) hal tersebut dapat
dilihat berdasarkan kriteria hasil yang diharapkan, yaitu tidak ada ronki, RR : 30-40x/menit
,tidak ada batuk, tidak ada sesak, secret dapat keluar. Dalam pemberian asuhan keperawatan
penulis memiliki kesamaan dengan teori yaitu mengobservasi fekuensi dan karakteristik
pernapasan, melakukan fisioterapi dada, memberikan posisi semi fowler, dan berkolaborasi
dengan dokter dalam pemberian terapi inhalasi.
Rencana keperawatan pada diagnose kedua ini bertujuan pemenuhan cairan berangsur
terpenuhi. Sesuai teori dalam asuhan keperawatan (Nic & Noc, 2008) hal tersebut dapat
dilihat berdasarkan kriteria hasil yang diharapkan tanda-tanda vital stabil, tidak ada tanda
dehidrasi, balance cairan seimbang, kulit tidak kering, mukosa lembab, turgor kulit elastis,
tidak ada muntah, tidak ada pucat. Dalam pemberian asuhan keperawatan penulis memiliki
kesamaan dengan teori yaitu mengobservasi tanda-tanda vital, mengukur balance cairan,
mengkaji karakteristik BAB dan muntah, mengukur balance cairan, menganjurkan klein
untuk minum, memberikan cairan IVFD kaen 3b, mengevaluasi hasil laboraturium elektrolit,
dan berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian zink 5 cc.
Rencana keperawatan pada diagnose ketiga ini bertujuan mengkonsumsi nutrisi dalam jumlah
yang adekuat untuk mempertahankan berat badan yang tepat pada usianya. Sesuai teori dalam
asuhan keperawatan (Nic & Noc, 2008) hal tersebut dapat dilihat berdasarkan kriteria hasil
yang diharapkan klien mau makan, BB klien meningkat, muntah (-). Dalam pemberian
asuhan keperawatan peulis memiliki kesamaan dengan teori yaitu menimbang berat badan

36

tiap 24 jam, memberikan makanan dalam kondisi hangat, memotivasi klien untuk
menghabiskan makanan, mengkaji faktor penyebab klien tidak mau makan.
Rencana keperawatan pada diagnose keempat ini adalah tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
Sesuai teori dalam asuhan keperawatan (Nic & Noc, 2008) hal tersebut dapat dilihat
berdasarkan kriteria hasil yang diharapkan tidak ada perubahan warna kulit, suhu dalam batas
normal 36.5C-37.5C RR dalam batas normal 30-40x/menit. Dalam pemberian asuhan
keperawatan peulis memiliki kesamaan dengan teori yaitu mengobservas keadaan kulit klien,
mengobservasi tanda-tanda vital klien terutama suhu, memnatau balance cairan, dan
memberikan kompres hangat.
D. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses keperawatan yang mengukur respon klien terhadap tindakan
keperawatan dan kemajuan klien kea rah pencapaian tujuan (Potter & Perry, 2005)
Evaluasi akhir dilakuakan pada tanggal 09 Oktober 2015 diagnosa pertama Bersihan jalan
napas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi jalan napas : mukus berlebih belum
teratasi, namun sudah mencapai perbaikan dari sebelumnyapada tingkat pemenuhan
kebutuhan oksigen. Faktor pendukung, klien dan keluarga tetap kooperatif selama asuhan
keperawatan diberikan. Faktor penghambat tidak ada.
Diignosa kedua Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
yang berlebih dari traktus gastrointestinal kedalam feses atau muntahan sudah teratasi
klien sudah tidak diare dan menunjuakan tanda tanda hidrasi tang adekuat. Faktor pendukung,
klien dan keluarga tetap kooperatif selama asuhan keperawatan diberikan. Faktor penghambat
tidak ada. Saran untuk keluarga tetap memotivasi anak untuk minum selain ASI.
Diagnose ketiga Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kehilangan cairan akibat diare dan asupan cairan yang tidak adekuat sudah
teratasi sebagian, naka sudah mau makan namun belum ada peningkatan berta badan yang
signifikan. Faktor pendukung, klien dan keluarga tetap kooperatif selama asuhan keperawatan
diberikan. Faktor penghambat tidak ada. Saran untuk keluarga pantau asupan makan anak,
dan motivasi anak untuk mau makan.

37

Diagnose keempat Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi sekunder terhadap


diare sudah teratasi. Anak sudah tidak mengalami peningkatan suhu tubuh atau demam.
Faktor pendukung, klien dan keluarga tetap kooperatif selama asuhan keperawatan diberikan.
Faktor penghambat tidak ada..

BAB V
PENUTUP

Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Pada An. E yang mengalami gastroentritis di RSUP
Fatmawati Jakarta dari tanggal 5 Oktober 2015 sampai dengan tanggal 10 Oktober 2015, maka
penulis menarik kesimpulan dan saran sebagai berikut :
38

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari materi diatas yaitu gastroentritis merupakan
Klien bernama An.E yang di rawat di Lantai 3 Selatan RSUP Fatmawati dengan
gastroentritis masuk dengan keluhan diare sebanyak 6 kali sehari, demam, batuk, pilek,
muntah.
B. Saran
Berdasarkan perumusan masalah dan hambatan dalam melakukan asuhan keperawatan
pada An.E penulis mengemukakan beberapa saran untuk dapat dijadikan bahan
pertimbangan yang dapat berguna bagi usaha peningkatan mutu pelayanan
keperawatan di masa yang akan mendatang.
Saran yang dapat penulis kemukakan yaitu kepada :
1. Instansi RSUP Fatmawati
Diharapkan seluruh petugas pelayanan kesehatan lebih memperhatikan kebutuhan
fisiologi maupun biologis serta mampu berfikir kritis dan tanggap dalam
menangani masalah klien khususnya gastrointestinal. Selain itu peran perawat
dalam memberikan kebutuhan cairan dan nutrisi yang perlu ditingkatkan.
2. Institusi Poltekkes Kemenkes Jakarta 1
Diharapkan para pembimbing dapat meningkatkan bimbingan dalam praktik
lapangan agar mahasiswa dapat

melakukan

asuhan keperawatan

secara

komprehensif dan dapat berkoordinasi mengenai masalah keperawatan yang telah


ditemukn dilapangan selain itu, berikanlah waktu khusus dalam mengerjakan case
conference agar tidak mengganggu waktu dinas dan laporan individu serta
mahasiswa dapat semaksimal mungkin untuk melakukan konsultasi. Waktu pun
dapat digunakan seefektif dan seefisein mungkin.
3. Mahasiswa keperawatan
Diharapkan mahasiswa keperawatan mampu menguasai materi serta keterampilan
selama proses pembelajaran dikampus sehinggan saat diterjukan langsung ke lahan
praktik mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatn sesuai dengan prosedur
khusus nya pada klien dengan gastroenteritis.

39

LAMPIRAN
ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
(BEDAH, INFEKSI DAN NON INFEKSI)

DEPARTEMEN KESEHATAN RI

NOMOR RM : 01308107

POLTEKKES JAKARTA 1

NAMA KLIEN: A.n M. Evan


Ramadhan

JURUSAN KEPERAWATAN

TGL LAHIR/THN: 07-07-2014


JENIS KELAMIN : Laki-laki
PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Tgl masuk rawat : 07 oktober


40

PADA ANAK

2015
Tgl pengkajian : 07 oktober 2015

Dokter yang merawat :

Cara masuk : IRJ

Perawat primer :

Unit Emergensi
(+)
Dokter Pribadi

A
.

PENGKAJIAN
1. Data Biografi
a. Identitas lien
- Nama Klien (initial) : An. E
- Nama Panggilan : Evan
- Tempat, tanggal lahir : 07-07-2014
- Pendidikan : belum sekolah
- Jenis kelamin : laki-laki
- Agama : islam
- Suku bangsa : Betawi/indonesia
- Bahasa yang di gunakan : indonesia
b. Identitas Orangtua/Wali (Initial)
Identitas

Ibu

Bapak

Nama

Cici

Oyon

Usia

29 thn

30 thn

Pendidikan

SMA

SMA

Pekerjaan

Ibu rumah
tangga

Wiraswasta

Agama

Islam

Islam

Suku/Bangsa

Betawi

Betawi

Alamat Rumah
yg mudah di
hubungi
2. Resume

Wali

Jl. Gg. Jati mampang prapatan RT 009/001,


bangka, mampang prapatan, jakarta selatan

41

(Ditulis mulai pasien masuk ruang perawatan meliputi pengkajian data


fokus yang lalu, masalah keperawatan dan tindakan keperawatan
mandiri dan kolaborasi yang telah dilakukan secara umum sebelum
pengkajian oleh mahasiswa )
Klien dibawa ke IGD fatmawati pada tanggal 6 oktober 2015 karena
keluhan muntah kurang lebih 1 mgg, BAB mencret air. Di IGD klien
langsung dipasang IVFD Kaen 3B, diperiksa Dpl, elektrolit, GDS, dan di
beri terapi Pct 3/3/4 cth, zink 1x5 cc, inhalasi 2x/hari (barotex 1 cc +Nacl
0,9%).
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
(dilakukan hanya pada anak-anak dengan kasus tertentu: neonatus
dan bayi)
1. Ante Natal:
1). Kesehatan Ibu Waktu
Hamil
a. Hiperemis Gravidarum

Ya

Tidak

Keterangan

+
b. Perdarahan pervagina
+
c. Anemia
+
d. Penyakit Infeksi
+
e. Pre Eklamsi/Eklamsi
+
f.

Gengguan Kesehatan
+

2). Pemeriksaan Kehamilan


a. Teratur
+

4x

Bidan

Klinik bidan

b. Diperiksa oleh
c. Tempat Pemeriksaan
d. Hasil Pemeriksaan
+
e. Imunisasi
+
3). Riwayat Pengobatan selama kehamilan : Tidak ada
42

2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
I.

Masa Natal
Usia kehamilan saat kelahiran : 38 mgg
Cara persalinan normal: Normal
Cara persalinan tidak normal : (-)
Ditolong oleh : bidan
Keadaan bayi saat : normal
BB, TB, Lingkar Kepala Saat Lahir : 3500 gram, 50 cm, 45 cm
Pengobatan yang
didapat ...................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
.......................................................................................
Neonatal
Cacat congenital : tidak ada
Ikterus : tidak ada
Kejang : tidak ada
Paralisis : tidak ada
Pendarahan : tidak ada
Trauma perslinan : tidak ada
Penurunan BB : tidak ada
Pemberian minum ASI : masih sampai saat ini
Lain-lain : di berikan MPASI saat usia 6 bln

b. RiwayatPertumbuhan dan Perkembangan (apakah ada gangguan


dalam proses tumbuh kembang anak
(jelaskan)):..........................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
..........................................
c. Penyakit-penyakit yang pernah diderita : penyakit infeksi paru umur
11 bulan
d. Pernah di rawat di rumah sakit : di rawat d hermina dan di rawat
sekarang di fatmawati
e. Obatobatan:................................................................................................
...................
f. Tindakan (Misalnya:
obat):..................................................................................................
............................................................................................................
............................................................
g. Allergi : tidak ada
h. Kecelakaan : tidak ada
i. Imunisasi : BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B
43

j.

Kebiasaan sehari-hari (Keadaan sebelum dirawat):


1
.

Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari


a. ASI dan atau susu buatan:
1. Lamanya pemberian
15 menit
2. Waktu pemberian
Tidak tentu
3. Jenis susu buatan
Tidak ada
4. Adakah kesulitan
Tidak ada
b. Makanan padat:
1. Kapan mulai diberikan
6 bln
2. Cara pemberian
Via oral/ disuapi
c. Vitamin:
1. Jenis vitamin
Tidak ada
2. Berapa lama diberikan
Tidak ada
d. Pola makanan dan minum
1. Frekwensi makan
3x/hari
2. Jenis makanan
Bubur
3. Makanan yang disukai
Tidak ada
4. Allergi makanan
Tidak ada
5. Kebiasaan makan
a. Bersama keluarga
b. Makan sendiri
c. Disuapi oleh
d. Dll
6. waktu makan

Disuapi orang tua


Pagi, siang, sore

7. jumlah minum/hari
4 gelas/hari
8. frekwensi umum
44

9. kebiasaan minum

2
.

Pola Tidur
a. Lamanya
Siang : 2 jam / malam 10
jam
b. Kelainan waktu tidur
Tidak ada
c. Kebiasaan anak menjelang
tidur
1. Membaca
2. Mendengar cerita
3. Lain-lain
d. Kebiasaan yang membuat
anak nyaman tidur

3
.

Pola aktifitas/latihan
OR/bermain/hobby
Pola kebersihan diri:

Baca doa sebelum tidur

Tiduk dengan ibunya


Bermain

4
.
a. Mandi
1. Frekwensi:......x/hari
2. Sabun: Ya
Tidak
3. Bantuan: Ya
Tidak
b. Oral hygiene
4. Frekwensi:......x/hari
5. Waktu :
- Ya
- Tidak
- Malam
- Setelah makan
6. Cara:
- Sendiri
- Dibantu
7. Menggunakkan pasta
gigi:
- Ya
- Tidak
c. Cuci rambut:
1. Frekwensi:............x/hari
2. Shampoo:
- Sendiri
- Dibantu
d. Berpakaian
- Sendiri
45

2x/hari
Ya
Ya
2x/hari
Ya

Di bantu
Ya

2x/hari
Di bantu
Di bantu

5
.

6
.

- Dibantu
Pola Eliminasi
a. BAB
1. Frekwensi: 2x/hari
2. Waktu :
- Pagi
- Siang
- Sore
- Malam
- Tidak tentu (+)
3. Warna: kuning
4. Bau: khas feses
5. Konsistensi: setengah padat
6. Cara: spontan
7. Keluhan: tidak ada
8. Penggunaan laxative/pencahar: tidak ada
9. Kebiasaan pada waktu BAB: tidak ada
b. BAK
1. Frekwensi: 4x/hari
2. Warna: kuning jernih
3. Keluhan yang berhubungan dgn BAK: tidak ada
4. Kebiasaan ngompol: ada
Kebiasaan lain-lain:
a. Menggigit jari
b. Menggigit kuku
c. Menghisap jari
Menghisap jari
d. Mempermainkan genital
e. Mudah marah
f. Lain-lain

7 Pola asuh: di asuh oleh ayah, ibu, kakek, dan nenek


.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Susunan keluarga (genogram 3 generasi hanya pada kasus-kasus
tertentu)

46

b. Riwayat penyakit keluarga

Riwayat penyakit
1. Penyakit yang
pernah
diderita

Ayah/Ibu

Saudara
kandung

Tidak ada

Tidak ada

Anggota
keluarga lain
Tidak ada

2. Penyakit yg
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
sedang
diderita
3. Analisis faktor
penyakit
(ginjal, DM,
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
hipertensi,
kanker, ggn
mental,allergi,
dll)
c. Koping keluarga: ibu klien mengatakan kalau ada masalah diselesaikan
secara bermusyawarah
d. Sistem nilai: ibu klien tidak mempercayai berobat ke dukun bayi
e. Spiritual: orang tua klien menjalankan ibadah sholat 5 waktu

5.Riwayat Kesehatan Lingkungan:


a. Risiko Bahaya Kecelakaan:
- Rumah : ibu klien mengatakan jauh dari jalan raya dan lingkungan jauh
dari pabrik
- Lingkungan Rumah: jauh dari jalan raya dan lingkungan jauh dari
pabrik
b. Polusi:
Kemungkinan bahaya akibat polusi: tidak ada, jauh dari jalan raya dan
lingkungan jauh dari pabrik
c.Tempat bermain: halaman rumah

47

6.Riwayat Kesehatan Sekarang


a. Riwayat penyekit sekarang:
- Tanggal mulai sakit: 06 oktober 2015 pukul: 23.50 wib
- Keluhan utama: muntah, mencret, batuk pilek
1. Terjadinya:bertahap
2. Lamanya: 2 hari
3. Faktor pencetus : tidak diketaui
4. Upaya mengurangi : minum ASI
5. Cara waktu masuk:
- Dokter

: (-)

- Puskesmas : (-)
-RS
-Lain-lain

: Rumah Sakit Fatmawati


: (-)

b.Pengkajian Fisik Secara Fungsional

DATA SUBJEKTIF

DATA OBJEKTIF

1. Diisi keluhan klien atau


keluarga saat ini/saat
pengkajian
Ibu klien mengatakan
anakanya muntah, BAB,
mencret air, batuk dan pilek

1. Data klinik:
a. Suhu : 38,3 C
b. Nadi: 140x/mnt
c. Pernapasan : 44x/mnt
d. Tekanan darah:
e. Kesadaran : CM
f. Lingkar kepala: 43 cm
g. Lingkar dada : 45 cm
h. Lingkar lengan atas : 15
cm
2.Nutrisi dan Metabolisme

2. Nutrisi dan Metabolisme:


a. Nafsu makan/menyusui:
ibu klien mengatakan tidak
mau makan
b. Penurunan/peningkatan
BB: penurunan berat
badan 1 kg

a. Mukosa Mulut: lembab


1. Warna: merah muda
2. Lesi: tidak ada
48

c. Diit : bubur 1000 kkal


d. Kulit:
- Perubahan warna: tidak
ada
- Gg penyembuhan:
tidak ada
e. Intake dalam sehari:
- Makan : jarang
- Minum: 750 cc
- Lain-lain: tidak ada
f. Mual: ada
g. Dysphagia: tidak ada
h. Muntah: ada
Jumlah: 50 cc

4. Kelainan palatum : tidak


ada
5. bibir : normal
6. gusi : normal
b.Gigi:
1. Kelengkapan gigi : 8 gigi
2. Karang gigi: tidak ada
3. Karies: tidak ada

c.BB : 12 kg
TB : 72 cm

e. Kulit:
1. turgor kulit : elastis
2. tekstur : lembab

f.Sonde/NGT : tidak
3. Respirasi / Sirkulasi:
a. Pernapasan: spontan, 44
x/mnt
1. Sesak napas: ada
2. Sputum: ada
3. Batuk: ada
b. Sirkulasi:
1. Sakit dada : tidak ada
2. Udema :tidak ada

3. Respirasi / Sirkulasi
1. Suara pernapasan :
ronkhi pada kedua lobus
posterior
2. Batuk : ada
3. Batuk darah : tidak ada
4. Sputum : ada
5. Ikteris : tidak ada
6. Sianosis : tidak ada
7. Penggunaan otot bantu
napas : tidak ada
8. Pernapasan cuping
hidung : ada
9. Edema : tidak ada
10.Pengisian kapiler : < 3
detik
49

11.Temperatur suhu : 38,3o c

4. Eliminasi
a. Abdomen
1. Kembung : ada
2. Mules : tidak terkaji
3. Sakit/nyeri : tidak
terkaji

a. Abdomen:
1. Kembung : ya
2. Lemas : ya
3. Tegang/kaku : tidak
4. Bising usus : 14 x/menit
5. Lingkar perut : 50 cm

b. BAB:
1. Bau : khas
2. Warna : kuning
3. Lendir : ada
4. Diare : ada
5. Konsistensi: cair

b. BAB:
1. Bau : khas feses
2. Warna : kuning
3. Lendir : ada
4. Konsistensi : cair
berampas
5. Melena : tidak ada
6. Frekwensi : >2x / hari

c. BAK:
1. Jumlah : 400 cc
2. Frekwensi : 5x/hari
3. Inkontinesia: tidak ada

c. BAK:
1. Warna : kuning jernih
2. Bau : khas urine
3. Kateter: tidak ada
4. Frekwensi : 5 kali / hari
5. Lain-lain :d. Rectum/anus
1. Iritasi : tidak ada
2. Atresia ani : tidak ada
3. Prolaps : tidak ada
4. Lain-lain : -

5. Aktivitas/Latihan
a. Tk
kekuatan/ketahanan :
lemas
b. Kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan
sehari-hari: dibantu
oleh ibunya

5. Aktifitas/latihan
a. kesimbangan berjalan:
sudah bisa berjalan
beberapa langkah saja
b. kekuatan menggenggam:
50

1. tangan kiri : normal


2. tangan kanan : normal
c. Bentuk kaki : normal
d. Otot kaki : tonus otot
normal
e. Kelemahan : tidak ada
f. Kejang: tidak ada
g. Lain-lain : 6. Sensori persepsi:
a. Pendengaran: baik
b. Penglihatan :baik
c. Penciuman : baik
d. Perabaan: baik
e. Pengecap:baik

6.Sensori Persepsi (sesuaikan dg


kasus)
a. Reaksi terhadap rangsangan :
baik
b.Orientasi : baik
c.Pupil : isokor
d. Konjungtiva/warna: konjungtiva
kemerahan
e. Pendengaran : normal
f. Penglihatan : normal
g. Lain-lain :-

7. Konsep Diri
Apakah penyakit tsb
mempengaruhi pasien: ya,
ibu klien mengatakan
anaknya rewel dan lemas

7.Konsep Diri
a. kontak mata : normal
b. postur tubuh : baik
c. perilaku : normal

8. Tidur/ istirahat
a. Jika tidur apakah
merasa nyenyak: ya
b. Masalah atau gangguan
tidur: tidak ada

8.Tidur/istirahat
a. Tanda-tanda kurang tidur : tidak
ada

51

b. lain-lain : 9. Seksualitas/reproduksi
a. Wanita:
1. Menstruasi : tidak
ada
2. Pemeriksaan buah
dada: tidak ada

9.Seksualiatas / Reproduksi
a. Wanita :
1. benjolan pada buah dada : -

b.Pria

b. Pria:
1. Tidak dapat ereksi:
tidak terkaji
2. Sakit pada waktu
BAB : tidak ada

1. kelainan skrotum : tidak ada


2. Hypospadia : tidak ada
3. fimosis : tidak ada
4. lain-lain : -

c.

Dampak Hospitalisasi:
1. Pada Anak
Anak tidak bisa bermain dan menjadi lemas sejak masuk rumah sakit
2. Pada keluarga
Ibu klien mengatakan agar anaknya cepat sembuh

d.

Tingkat perkembangan saat ini:


1. Motorik kasar
Ibu klien mengatakan anaknya baru belajar berdiri
2. Motorik halus
An. E bisa mengambil jari dan telunjuk ibunya
3. Bahasa
Ibu klien mengatakan anaknya bisa mengucapkan papa dan mama
4. Sosialisasi
An. E malu terhadap orang baru

6. Pemeriksaan penunjang (pemeriksaan Diagnostik yang menunjang


masalah):
Hasil pemeriksaan laboratorium
52

07-10-2015

Pemeriksaan

Metode

Hasil

Satuan

Nilai rujukan

Hemoglobin

Automatic

9.6

g/dL

10.5-12.9

Hematokrit

Automatic

30

35-43

Leukosit

Automatic

8.6

ribu/ul

6.0-17.5

Trombosit

Automatic

352

ribu/ul

217-497

Eritrosit

Automatic

3.39

juta/ul

3.60-5.20

Automatic

88.5

74.0-102.0

Automatic

28.3

pg

23.0-31.0

Automatic

31.9

g/dl

28.0-32.0

Automatic

15.9

11.5-14.5

Automatic

0-1

Automatic

1-5

Automatic

51

25-60

Automatic

36

25-50

Automatic

1-6

Automatic

< 4.5

Automatic

0.2

0.2- 2.8

HEMATOLOGI

VER/HER/KHER/R
DW
VER
HER
KHER
RDW
HITUNGAN JENIS
Basofil
Eosinofil
Netrofil
Limfosit
Monofosit
Luc
Retikulosit

53

7. Penatalaksanaan (terapi/ pengobatan termasuk diit yang menunjang


masalah):
- Pct 3x3/4 cth
- Zink 1x5 cc
- Inhalasi 2x/hari barotex 1 cc+ Nacl 0.9%

54

ANALISA DATA
Nama klien

: An.E

No.register : 01308107

Ruangan/No.kamar

: Lt.III selatan/231

Dx. Medis

Dx
1.

Data

Etiologi
Mucus berlebih

DS:
-

: Gastroenteritis
Masalah
Bersihan jalan nafas
tidak efektif

Ibu klien mengatakan An.E batuk


berdahak berwarna putih kental

DO:
-

Ada batuk produktif

Sputum berwarna putih kental

Terdapat ronkhi pada paru-paru


kanan bagian posterior bawah

2.

DS:
-

Diare & muntah

Kekurangan volume
cairan tubuh

Klien mengatakan An.E hanya mau


minum dari ASI, BAB 2 x/hari
mencret ada ampas, muntah 1 x

DO:
-

Denyutan nadi teraba lemah 120


x/menit

Turgor kulit elastis

Mukosa bibir lembab.

DS : Ibu klien mengatakan :


- An.E tidak mau makan, hanya mau

Diare dan intake yang

Ketidakseimbangan

tidak adekuat

nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

minum ASI
- An. E mengalami penurunan BB
DO:
- Mukosa bibir lembab
- BB sebelum sakit : 13 kg
- BB saat ini : 12 kg
55

- PB : 72 cm
- LK : 43 cm
- LD : 45 cm
- Lila : 15 cm
- LP : 50 cm
- Hasil pemeriksaan lab tanggal 0610-2015:
-Hb : 11,0 mg/dl
-Ht : 33 %
-Leukosit : 7,8 ribu/ul
-Trombosit : 486 ribu/ul
-Eritrosit : 3,88 juta/ul
Dx.4

-GDS : 95 mg/dl
DS :
-

Proses infeksi

ibu klien mengatakan An.E demam


+ 7 hari

DO:
- Kulit teraba panas
- Suhu : 38,3oC
- Rr : 44 x /menit
- Akral hangat
- Mukosa bibir lembab
- Turgor kulit elastis

56

sekunder : diare

Hipertermi

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama klien

: An. E

No.register : 01308107

Ruangan/No.kamar

: Lt III selatan/231

Dx. Medis

No.

Diagnosa Keperawatan

Dx
1.

Ketidakefektifan bersihan

Tanggal

: Gastroenteritis

Tanggal Teratasi

Paraf dan Nama

Ditemukan

jelas

07-10-2015

Kelompok 13

07-10-2015

Kelompok 13

07-10-2015

Kelompok 13

07-10-2015

Kelompok 13

jalan nafas b.d mucus


berlebih
2.

Kekurangan volume cairan


tubuh b.d diare dan muntah

3.

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
b.d diare dan intake yang
tidak adekuat

4.

Hipertermi b.d proses infeksi


sekunder : diare

INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama klien

No.register : 01308107
57

Ruangan/No.kamar

Tanggal

No.

Diagnosa

Tujuan dan

Dx

Keperawatan

Kriteria Hasil

07-102015

Dx. Medis

Ketidakefektifan
bersihan

Tujuan:

Intervensi & Rasional

Mandiri :

jalan Setelah

1. Lakukan pengukuran pernafasan

nafas b.d mucus dilakukan


berlebih

: Gastroenteritis

permenit

tindakan

setiap

shift,

pantau

adanya sianosis.

keperawatan
selama + 3 x 24

R/ : Peningkatan frekuensi nafas

jam diharapkan

dan sianosis menandakan adanya

klien

sumbatan jalan nafas.

mampu

menunjukkan

1.

peningkatan
status

R/

bersihan

jalan

Tidak

ada

2.

mencegah

Tidak

maksimal

ada

batuk
Tidak

Berikan posisi semi fowler


R/ : Memaksimalkan ekspansi paru

ronkhi.

Membantu

paru atau jalan nafas .

Kriteria Hasil :

tertahannya secret dari area lobus

nafas

efektif.
-

Lakukan fisioterapi dada

ada

3.

Manajement jalan nafas dengan


mempertahankan jalan nafas tetap

sesak

terbuka.

- Rr: 44 x/menit

R/ : Memfasilitasi kepatenan jalan


nafas dan memenuhi kebutuhan
oksigen yang optimal.
Kolaborasi :
4.
58

Kolaborasi

dalam

pemberian

inhalasi barotex 1 cc + Nacl 0,9%


R/ : Membantu mengencerkan
dahak

dan

memberikan

efek

bronkodilator.
07-102015

Kekurangan
volume cairan b.d
diare dan muntah

Tujuan :

Mandiri :

Setelah

1.

dilakukan

jam.

tindakan

R/ : penurunan tekanan darah dan

keperawatan
selama + 3 x 24
jam diharapkan
2.

pemenuhan

denyutan

nadi

menandakan

terjadinya

penurunan

tekanan

hipovolemik.

kebutuhan
cairan berangsur

Ukur balance cairan tiap 8 jam


R/ : Mengetahui status pemenuhan

terpenuhi, klien

cairan.

menunjukkan
rehidrasi 3.

tanda

Ukur tanda-tanda vital setiap 8

Kaji karakteristik BAB, muntah


klien ( frekuensi, konsistensi)

dan
mempertahanka
n hidrasi yang
adekuat.
Kriteria Hasil :
- TTV stabil
- Tidak

selanjutnya.
4. Anjurkan klien minum 1000cc/24
jam
R/ : membantu intake cairan tubuh,

ada

tanda
dehidrasi
- Balance cairan

59

R/ : Untuk menentukan intervensi

mencegah terjadinya dehidrasi.


Kolaborasi :
5. Kolaborasi dalam pemberian cairan
IVFD Kaen 3B 12 TPM per 24 jam

seimbang
- Kulit

R/ : Membantu pemenuhan intake


tidak

6. Kolaborasi

kering

- Turgor

kulit

- Tidak

ada

- Tidak

ada

pucat

n nutrisi kurang
dari

kebutuhan

tubuh berhubungan
dengan diare dan
intake yang tidak
adekuat

x 5 cc.
R/ : untuk menyerap kadar toksin

muntah

2015

tubuh.
7. Kolaborasi dalam pemberian zink 1

elastis

Ketidakseimbanga

pemeriksaan

R/ : Mengetahui kadar elektrolit

lembab

dalam

laboratorium elektrolit.

- Mukosa

07-10-

parenteral.

dalam yang meningkatkan kerja


pencernaan.

Tujuan :

Mandiri :

Setelah

1. Monitor dan catat jumlah kalori

dilakukan

yang masuk

tindakan
keperawatan
selama + 3 x 24
jam diharapkan
pasien
mengkonsumsi
nutrisi

dalam

jumlah

yang

adekuat

untuk

mempertahanka
n berat badan
yang tepat pada

R/: Mengetahui intake yang masuk.


2. Kaji keluhan dan masalah penyebab
kurang nutrisi
R/

60

penyebab

perubahan nutrisi.
3. Berikan secara bertahap makanan
hangat.
R/ : Memfasilitasi pemberian intake
4. Motivasi klien untuk menghabiskan
makanan.

usianya.

Mengetahui

Kriteria Hasil :
-

mau 5. Timbang BB setiap 24 jam

Klien
makan.

BB

R/
klien

meningkat
-

R/ : Agar klien mau makan 1 porsi

Tidak

Mengetahui

tingkat

keberhasilan intervensi yang telah


dilakukan.

ada

muntah
07-102015

4.

Hipertermi
proses

b.d Tujuan :
infeksi

sekunder : diare

Mandiri :

Setelah

1. Observasi suhu klien tiap 4 jam

dilakukan

R/ : Mengetahui setiap kenaikan

tindakan

suhu.

keperawatan

selama + 3 x 24 2. Pantau tanda-tanda vital


jam diharapkan
peningkatan
suhu

tidak

terjadi
Kriteria Hasil :
-Tidak

ada

perubahan warna

R/ : Untuk mengetahui kondisi


dasar

klien

dalam

menentukan

intervensi sebelumnya.
3. Pantau intake output klien
R/ : Mengetahui status pemenuhan
cairan.
4. Berikan kompres hangat

kulit.
-Suhu

dalam

batas

normal

(36,5 -37,5oC)
-Rr dalam batas
normal

(30-40

x/menit)
61

R/

Kompres

hangat

akan

mempercepat proses penyembuhan


Kolaborasi :
1. Kolaborasi

dalam

paracetamol 3 x tablet

pemberian

R/

Menurunkan

suhu

dan

mempercepat proses penyembuhan.

62

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama klien

No.register : 01308107

Ruangan/No.kamar

Dx. Medis

Hari /

No.Dx

Implementasi

tanggal

: Gastroenteritis

Paraf dan
Jelas

/ Jam
Rabu,
07-102015
08

63

Anda mungkin juga menyukai