Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Dan Partisipasi Suami
Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Dan Partisipasi Suami
PENDAHULUAN
Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal usia aman untuk kehamilan,
persalinan, dan menyusui adalah 20-35 tahun. Oleh sebab itu, yang sesuai
dengan masa reproduksi sangat baik dan sangat mendukung dalam
pemberian ASI eksklusif, sedangkan umur yang kurang dari 20 tahun
dianggap masih belum matang secara fisik, mental, dan psikologi dalam
menghadapi kehamilan, persalinan, serta pemberian ASI. Umur lebih dari 35
tahun dianggap berbahaya, sebab baik alat reproduksi maupun fisik ibu
sudah jauh berkurang dan menurun, selain itu bisa terjadi risiko bawaan
pada bayinya dan juga dapat meningkatkan kesulitan pada kehamilan,
persalinan dan nifas (Arini H, 2012).
2.
Pendidikan.
Tingkat pendidikan ibu yang rendah mengakibatkan kurangnya
pengetahuan ibu dalam menghadapi masalah,terutama dalam pemberian
ASI eksklusif. Pengetahuan ini diperoleh baik secara formal maupun informal.
Sedangkan ibu-ibu yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi,
umumnya terbuka menerima perubahan atau hal-hal guna pemeliharaan
kesehatanya. Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk
ingin tahu mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan
menjadi pengetahuan (Arini H, 2012).
3.
Intelegensia.
Pengetahuan yang dipengaruhi intelegensia adalah dimana seseorang
dapat bertindak cepat, tepat dan mudah dalam mengambil keputusan.
4.
Pekerjaan.
Dengan terbukanya kesempatan bekerja dan tuntutan untuk bekerja
membantu ekonomi keluarga maka sebagian ibu-ibu memilih bekerja di luar
rumah. Dengan bekerja ibu tidak dapat berhubungan penuh dengan bayinya,
akibatnya ibu cenderung memberikan susu formula dan diberikan melalui
botol, menyebabkan frekuensi penyusuan akan berkurang dan produksi ASI
akan menurun. Keadaan ini menyebabkan ibu menghentikan pemberian ASI.
Jadi, seorang ibu yang bekerja kemungkinan menyusui bayinya secara
eksklusif menurun drastis.
5.
Pengalaman.
Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Seseorang dengan pengalaman yang lebih banyak maka
pengetahuannya akan lebih luas pula.
6.
Penyuluhan.
Meningkatkan pengetahuan juga dapat melalui metode penyuluhan.
Dengan pengetahuan yang bertambah seseorang akan dapat mengubah
perilakunya.
7.
Media massa
Dengan masuknya teknologi akan tersedia pula bermacam-macam media
massa yang dapat pula mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang
inovasi baru.
8.
Sosial Budaya
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
3.
4.
fisik saja, tetapi juga lebih cerdas, mempunyai emosional yang stabil,
perkembangan spiritual yang baik, serta perkembangan sosial yang lebih
baik (Roesli, 2005).
Partisipasi Suami terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Dari 44 ibu hampir setengahnya yakni 20 ibu (45,45 %) tidak
mendapatkan partisipasi dari suami.
Menurut Roesli (2005) bahwa, dari semua partisipasi bagi ibu dalam
memberikan ASI Eksklusif, partisipasi suami adalah partisipasi yang paling
berarti bagi ibu. Ayah dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian
ASI khususnya ASI eksklusif.
Masih ditemukannya partisipasi suami yang kurang pada ibu meneteki
di masyarakat seperti dari 44 ibu sebagian kecil tidak mendapatkan
partisipasi dari suami dikarenakan kepuasan peran masing-masing dalam
rumah tangga kurang. Kepuasan tersebut kurang karena kebanyakan istri
juga bekerja. Ada semacam kompetisi antara suami dan istri tersebut. Istri
yang juga bekerja mungkin berpikir bahwa dirinya kuat dan bisa mencari
nafkah sendiri tidak tergantung pada suami.
Pemberian ASI Eksklusif
Dari 44 ibu sebagian besar yakni 23 ibu (52,27 %) tidak memberikan
memberikan ASI Eksklusif pada bayinya.
Menurut Hegar dan Roesli (2005) pendidikan dan usia mempengaruhi
pola pikir pemahaman ibu. Pemahaman ibu mengenai tata laksana laktasi
yang benar meliputi pentingnya memberikan ASI, posisi menyusui yang
benar, cara mengeluarkan ASI yang benar menjadi salah satu faktor
pemberian ASI. Semakin rendah pendidikan dan kurangnya pengetahuan
maka semakin kurang frekuensi meneteki bayi.
Pekerjaan atau tuntutan ekonomi bukanlah alasan pokok seorang ibu
untuk tidak memberikan ASI pada bayinya. Karena masih ditemukan pula ibu
yang bekerja memberikan ASI pada sang buah hatinya. Alasan pekerjaan
yang membuat ibu tidak memberikan ASI pada sang buah hati dikarenakan
frekuensi bertemunya ibu dan sang buah hati berkurang. Sehingga ibu tidak
sempat memberikan ASI nya pada sang buah hati. Sebagian ibu yang
bekerja tentunya masih bisa memberikan ASI Eksklusif terhadap bayinya, ibu
bisa memberikan ASI nya kepada sang buah hati dengan cara memerah ASI
sebelum ibu berangkat bekerja dan menyimpannya di dalam lemari es agar
tahan lama. Dengan begitu ibu tidak ada alasan lagi untuk tidak memberikan
ASI Eksklusif kepada sang buah hati saat ibu harus bekerja.
Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif
Dari 44 responden yang mempunyai pengetahuan kurang sebagian besar
23 responden (52,27 %) tidak memberikan ASI.
Menurut teori, Hal ini sejalan dengan pendapat Soekidjo N. (2005) yang
mengungkapkan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada prilaku yang tidak didasari pengetahuan. Pengetahuan
ibu tentang ASI eksklusif dapat mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI
eksklusif. Semakin baik pengetahuan ibu tentang manfaat ASI eksklusif,
maka seorang ibu akan memberikan ASI eksklusif pada anaknya, begitu juga
sebaliknya.
Salah satu kondisi yang menyebabkan rendahnya pemberian ASI
eksklusif adalah masih kurangnya pengetahuan masyarakat dibidang
kesehatan. Khususnya ibu-ibu yang mempunyai bayi dan tidak menyusui
secara eksklusif. Melihat dari hasil penelitian, maka perlu dilakukan usaha
untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang manfaat pemberian ASI
eksklusif, dukungan Dokter, Bidan, Petugas kesehatan lainnya atau kerabat
dekat sangat dibutuhkan terutama untuk ibu yang baru pertama menyusui
dalam pemberian ASI eksklusif. Ibu yang pertama kali menyusui,
pengetahuan terhadap pemberian ASI eksklusif belum berpengalaman
dibanding dengan ibu yang sudah menyusui anak sebelumnya. Usaha
usaha tersebut dapat diberikan melalui penyuluhan, konseling dan
pendampingan.
Hubungan antara Partisipasi Suami dengan Pemberian ASI Eksklusif
Dari 44 ibu yang mendapatkan partisipasi sangat setuju dari suami
sebagian besar 24 ibu (54,55 %) memberikan ASI. dari 20 responden yang
tidak mendapatkan partisipasi dari suami ada hampir setengahnya yakni 14
responden (31,82 %) tidak memberikan ASI Eksklusif pada sang buah hati.
Melihat dari hasil penelitian, maka perlu dilakukan usaha untuk
meningkatkan partisipasi suami terhadap pemberian ASI eksklusif dengan
cara melibatkan dan mengikutsertakan suami mulai dari pemeriksaan
kehamilan, persalinan dan pasca persalinan sampai dengan mengurus sang
buah hati. Seperti halnya program pemerintah yang menyuarakan tentang
adanya suami sigap, siap dan tanggap kapan pun mendampingi istri dalam
mengahadapi persalinan sampai dengan mengurus kelahiran bayi, merawat
dan membesarkan sang buah hati.
1.
2.
3.
4.
5.
2)
Harms Way, 2002. Why Breast-Feeding is Stilll Best for Baby. Greater Boston
Physicians for Social Responsibility (GBPSR): http://wwwigc.org/psr/. Diakses
tanggal 7 Maret 2012
Kepmenkes, 2004. Rancangan Keputusan Menteri Kesehatan RI., Nomor
1091/MENKES/SK/X/2004, Tentang Petunjuk Teknis Standart Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota. Jakarta:Sekjen. Depkes. RI.
http://www.depkes-RI.org. Diakses tanggal 6 Maret 2012.
Mamik. 2011. Metode Penelitian Kesehatan dan Kebidanan. Surabaya: Prins Media
Publishing
71
Menon, P., Akhtar, N. and Habicht, J., 2001. An Ethnographic Study of the
Influences on Maternal decision-Making about Infant Feeding Practices
in Rural Bangladesh. Antwerp Belgium: Proceedings of the International
Colloquium. D/2002/0450/1:175-190. Diakses tanggal 10 Maret 2012.
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Prasetyono, Dwi Sunar, 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta: DIVA Press
(Anggota IKAPI)
Roesli, 2004. Inisiasi Menyusui Dini. Plus ASI Eksklusif. Cetakan I. Jakarta: Pustaka
Bunda
Roesli U., 2005. Mengenal ASI Eksklusif, Trubus agriwidya, Jakarta
Roesli U., 2007. Mengenal ASI Eksklusif, Trubus agriwidya, Jakarta
Roesli, 2008. Inisiasi Menyusui Dini. Plus ASI Eksklusif. Cetakan I. Jakarta: Pustaka
Bunda.
Soekidjo N., 2003. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.
Soekidjo N., 2005. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.
Soekidjo N., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.
Soetomo, 2006. Pembangunan Masyarakat. Cetakan I. Pustaka Pelajar.
Dua
Persen.
Tedjasaputra, M.S., 2007. Pemberian ASI Eksklusif: Suatu Tinjauan dari Sudut
Psikologi. http://www.pontianak-post.com. Diakses tanggal 12 Maret 2012