Anda di halaman 1dari 13

Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M.

Djamil
Tim Penyusun Pedoman Perencanaan Penyiagaan Bencana
RSUP Dr. M. Djamil Padang

PEDOMAN PERENCANAAN PENYIAGAAN BENCANA RUMAH SAKIT


(Hospital Disaster Plan, Hosdip)
2010
SOG (Pedoman) Minimal

Syaiful Saanin. BSB Sumbar.

Daftar isi :
Pedoman Bencana Internal dan Eksternal
Pedoman Pemberian Informasi pada Media
Pedoman Huru-hara dan Penerimaan Rawat Pasien VVIP
Pedoman Insiden Material Berbahaya
Pedoman Badai dan Puting-beliung
Pedoman Ancaman Bom
Pedoman Bencana Internal dan Eksternal:

Perencanaan Bencana Internal


Evakuasi pada Bencana Internal
A. Alasan Evakuasi
1. Memindahkan pasien dan petugas dari daerah bahaya atau ancaman bahaya seperti api, ledakan, serangan mus
2. Membebaskan tempat tidur di rumah sakit untuk persiapan korban yang akan tiba.
B. Penerapan pada Perencanaan Bencana Internal
1. Kantor admisi pasien diberitahu terjadinya bencana internal. Bila disertai kebakaran, mereka menelepon 113
semua instalasi/unit.
2. Pasien dievakuasi dari daerah terancam kedaerah aman dalam rumah sakit.
3. Kebijaksanaan, seperti memperluas penggunaan perencanaan, ditentukan oleh petugas dinas.
4. Pemanggila dilakukan sebelum, saat dan sesudah evakuasi, bila mungkin.
Sumber daya untuk Transfer Pasien
Area lain dalam RS dihubungi untuk transfer pasien, dukungan tambahan, atau tenaga tambahan.
Hubungi Pusat Informasi serta Rekam Medik, bila RS lain perlu dihubungi. Mereka perlu tahu jumlah pasien yan
jenis cedera.
RS yang dihubungi diminta menyediakan ambulans gadar untuk menjemput pasien bila perlu.
Transfer Antar Rumah Sakit
Kebijaksanaan : Bila, dengan pertimbangan dokter atau dokter gadar (bersama dengan dokter terkait), pasien tida
ditransfer kerugian fasilitas memadai. Ini dilakukan pada keadaan :

1. Neonatal sakit berat.


2. Luka bakar berat yang membutuhkan Pusat Luka Bakar.
3. Trauma kardiovaskuler berat yang memerlukan pompa jantung ter buka dan / atau balon intra-aortik.
4. Pesien yang memerlukan dialisis ginjal.
5. cedera intrakranial.
6. Kedaan dimana dokter spesialis tidak dapat dicapai, misal kega watan pediatrik, kelainan ortopedik kompleks.
Prosedur Transfer
1. Kopi kartu pasien atau catatan tindakan disertakan dengan pasien dengan semua isian dilengkapi. Laporan x-ra
bisa bertindak bila perlu.
2. Fasilitas harus dihubungi sebelum transfer dan setuju untuk menerima pasien.
3. Hubungan telepon dokter kerugian dokter dilakukan sebelum transfer.
4. Surat Rujukan dilengkapi dan ditandatangani dokter pengirim, pasien, bila mungkin, dan perawat pengantar (li
5. Pasien sudah dipersiapkan dengan layak untuk transfer sesuai kondisinya (jalur IV mantap, pakaian bertekanan
paten) dan diantar dengan ambulans dan petugas kompeten.
6. Kontak perawat kerugian perawat juga berperan. Ini dapat dilakukan setelah pasien berangkat.
Perencanaan Evakuasi Rumah Sakit
A. Dalam keadaan kebakaran atau bencana internal lainnya, semua pasien dan petugas harus dipindahkan dari da
aman, dibelakang pintu kebakaran atau dikeluarkan dari gedung.
B. pemindahan dilakukan pertama kebelakang pintu kebakaran pada lantai yang sama kemudian bila keadaan me
dipindahkan kelantai dibawahnya atau keluar gedung.
C. Pemindahan dilakukan dalam tindakan sistematik dengan memindahkan semua pasien dan petugas yang terde
D. Tiap bagian gedung diberi nomor dan ditulisi (lihat perncanaan lantai). Pastikan pintu kebakaran tetap tertutup
keruangan lain.
Evakuasi dari Lantai Satu Rumah Sakit
1. Aktifkan perencanaan kebakaran dengan menarik alarm kebakaran ketika dihadapkan dengan situasi bahaya.
2. Mulai evakuasi bagi semua pasien dan petugas dari daerah yang segera akan mengalami bahaya secara sistema
3. Penyelia bertanggung-jawab menghubungi Pusat Komunikasi Darurat (atau Damkar/SAR) dan meminta semu
untuk bereaksi.
4. Hosdip diaktifkan berdasar kebijaksanaan penyelia.
Ingat bahwa dengan tetap tenang, tertib dan kebersamaan, kita akan berhasil melakukan evakuasi.
Bila mengevakuasi keseluruhan gedung, semua diperintahkan ketempat yang sudah ditentukan (PJKA atau tempa
semua unit yang terkena melalui petugas yang dinas pada masing-masing unit. Penyelia memeriksa melalui setia
semuanya sudah dievakuasi.
Perencanaan Bencana Eksternal
Petunjuk Umum untuk Penerapan Perencanaan Bencana Eksternal
Shift Pagi
1. Perawat yang menerima komunikasi dari Damkar/SAR atau dari Pusat Komando harus menerapkan langkah p
memberitahukan Pusat Komando bahwa terjadi keadaan bencana dan meminta mereka untuk memberitahu petug
a. Administrator
b. Penanggung-jawab keperawatan
c. Kepala UGD
d. Semua Kepala Unit di RS
2. Perawat yang bertugas memberi-tahu dokter on-call atau memerintahkan perawat lain untuk melakukannya.
3. Petugas tang ditnjuk, atas perintah Ketua Tim Pelayanan Medik Bencana RS, mengumumkan pada sistem kom
kali : Perhatian, Waspada Siaga Bencana.
Atas pemberitahuan ini, semua Kepala Unit melapor ke Pusat Komando dan UGD untuk menerima instruksi.

4. Petunjuk Hosdip harus tersedia pada semua Kepala Unit. SOP Medikal dan Surgikal serta Petunjuk Keamanan
dan nomor telepon.
5. Semua korban ditriase pada daerah yang sudah ditentukan pada Hosdip.
6. Pusat Komando harus ditempat yang sudah ditentukan pada Hosdip. Setiap perawat tambahan dimintakan mel
atau penggantinya harus menghubungi tenaga tambahan yang dibutuhkan.
Shift Sore dan Malam
1. Penyelia malam atau penggantinya menerapkan tahap pertama Hosdip dengan mengumumkan Waspada Siaga
Ketua Bidang Perawatan bahwa terjadi keadaan bencana mayor.
2. Ia lalu menghubungi perawat yang bertugas pada setiap unit RS yang kemudian akan memberitahu petugas be
a. Penyelia di UGD, yang akan mengatur tugas perawat triase.
b. Dokter on-call, dan dokter lain bila dianggap perlu.
c. Semua petugas on-call lain (misal tim kamar bedah, lab, radiologi, fisioterapi dll).
d. Ketua Bidang Keperawatan akan menghubungi Ketua Unit yang berada dirumah.
3. Penyelia bertugas administratif hingga petugas dengan wewenang lebih tinggi tiba.
4. Dokter on-call melaksanakan tugas medik.
Perluasan Fasilitas
A. Penerimaan Pasien
1. Unit penerima dan pemilah pasien diletakkan di UGD dijalur dimana semua pasien bisa dengan cepat dilabel d
sebagai nomor pada tag hingga didapat informasi lebih lanjut.
Ikatkan tag bencana RS ke tag ambulans dengan tag RS dibagian atas. Tulis waktu masuk pada tag. Kirim ke A
bantuan hidup dengan perawat ditugaskan pada masing-masing pasien.
B. Area Tindakan
1. Kamar bedah : untuk operasi segera.
2. Ruang Pemulihan Pasien Rawat Jalan dan Ruang Pemulihan Bedah : Ruang tunggu bagi pasien bedah dan pas
3. UGD : Pasien yang perlu tindakan bantuan hidup.
4. Ruang dibelakang OK UGD : Untuk pasien hijau yang menunggu tindakan.
5. Ruang dibelakang kantor UGD : Menerima limpahan pasien hijau.
6. Pelayanan ICU atau Jalur Langsung masuk RS : Pasien medikal utama.
7. Obgyn : Bagi pasien obgyn dan darurat non bencana.
8. Gang bila diperlukan.
C. Perancangan Petugas
1. Tugas khusus harus dibuat bagi petugas oleh kepala unitnya. Kepala unit harus memiliki lebih dari satu pengga
2. Semua yang bertugas harus datang dan melapor ke unitnya masing-masing. Kepala unit atau penggantinya me
dan koordinator unit melapor ke Pusat Komando).
3. Perawat yang ditugaskan pada pasien yang akan dipindahkan dari Triase harus tetap bersama pasien hingga dia
atau hingga pasien dirawat di unit dan diambil alih petugas unit tsb.
D. Pencatatan
1. Pencatatan harus sederhana tergantung keadaan
2. Tag bencana yang bernomor harus tersedia di Area Penerimaan dan dit erapkan pada SEMUA pasien hingga k
tersedia. Lekatkan tag diatas semua tag bencana ambulans dan catat waktunya.
3. Informasi yang cukup harus dicatat dalam usaha membantu identifikasi dan menentukan parahnya cedera. Ini
4. Segera setelah informasi dari tag triase didapat, robek lembaran teratas kartu dan kirim melalui kurir ke Pusat
diluar setiap area tindakan dan Rekam Medik akan menyiapkan daftar korban.
5. Laporkan setiap perubahan mayor kondisi pasien ke Pusat Komando UGD tsb. Bila lembaran teratas tag sudah
melalui kuruir.
6. Terapi nafas, labor, dan radiologi harus menyertakan nomor tag bencana dan lokasi pasien di RS. Pastikan slip

E. Pengendalian Lalu-lintas
1. Bila perlu, Direktur menelepon 110 (polisi) dan minta bantuan mengatur lalin eksternal.
2. Kedatangan pasien dan mobil darurat akan menuju pintu UGD.
3. Pasien yang meninggalkan RS tetap melalui gerbang masuk, kecuali keadaan menentukan harus keluar melalu
petugas digerbang bagi pasien pulang.
4. Elevator / lift hanya bagi pasien dan peralatan.
5. Pintu khusus digunakan bagi sarana dll. yang datang.
6. Transfer korban ke RS lain dilakukan melalui pintu masuk UGD. Area tunggu pasien transfer adalah di Ruang
bersih.
F. Bila Tempat tidur tambahan dibutuhkan
1. Pertama, gunakan tempat tidur kososng.
2. Bila perlu, petugas memulangkan jenis pasien berikut hingga tempat memadai tersedia :
a. Masalah diagnostik dan kasus observasi yang tidak membutuhkan tirah baring.
b. Pasien yang akan dipulangkan.
c. Pasien Post-natal dan bayi lebih dari 24 jam post-partum. (Catatan : Perhatian khusus harus diberikan dalam pe
pencegahan kontaminasi fasilitas).
1. Pasien yang meninggalkan RS tetap melalui gerbang masuk RS kecuali ada perubahan sesuai keadaan. Hubun
masuk RS.
2. Koordinator unit atau relawan menghubungi keluarga pasien untuk transportasi.
3. Paisen masuk RS rutin harus dihentikan hingga ditentukan ruangan tersedia.
Velbed/dipan, matras, dan tempat tidur cadangan ditata ditempat kosong oleh petugas Instalasi Pemeliharaan. Sem
selimut atau matras dilantai.
Velbed tersedia digudang . Velbed ekstra bisa dipinjam dari RS lain
Pedoman Bencana Internal dan Eksternal:
Perencanaan Bencana Internal
Evakuasi pada Bencana Internal

A. Alasan Evakuasi
1. Memindahkan pasien dan petugas dari daerah bahaya atau ancaman bahaya seperti api, ledakan, serangan mus
2. Membebaskan tempat tidur di rumah sakit untuk persiapan korban yang akan tiba.

B. Penerapan pada Perencanaan Bencana Internal


1. Kantor admisi pasien diberitahu terjadinya bencana internal. Bila disertai kebakaran, mereka menelepon 113
semua instalasi/unit.
2. Pasien dievakuasi dari daerah terancam kedaerah aman dalam rumah sakit.
3. Kebijaksanaan, seperti memperluas penggunaan perencanaan, ditentukan oleh petugas dinas.
4. Pemanggila dilakukan sebelum, saat dan sesudah evakuasi, bila mungkin.

Sumber daya untuk Transfer Pasien


Area lain dalam RS dihubungi untuk transfer pasien, dukungan tambahan, atau tenaga tambahan.
Hubungi Pusat Informasi serta Rekam Medik, bila RS lain perlu dihubungi. Mereka perlu tahu jumlah pasien yan
jenis cedera.

RS yang dihubungi diminta menyediakan ambulans gadar untuk menjemput pasien bila perlu.

Transfer Antar Rumah Sakit


Kebijaksanaan : Bila, dengan pertimbangan dokter atau dokter gadar (bersama dengan dokter terkait), pasien tida
ditransfer kerugian fasilitas memadai. Ini dilakukan pada keadaan :
1. Neonatal sakit berat.
2. Luka bakar berat yang membutuhkan Pusat Luka Bakar.
3. Trauma kardiovaskuler berat yang memerlukan pompa jantung ter buka dan / atau balon intra-aortik.
4. Pesien yang memerlukan dialisis ginjal.
5. cedera intrakranial.
6. Kedaan dimana dokter spesialis tidak dapat dicapai, misal kega watan pediatrik, kelainan ortopedik kompleks.

Prosedur Transfer
1. Kopi kartu pasien atau catatan tindakan disertakan dengan pasien dengan semua isian dilengkapi. Laporan x-ra
bisa bertindak bila perlu.
2. Fasilitas harus dihubungi sebelum transfer dan setuju untuk menerima pasien.
3. Hubungan telepon dokter kerugian dokter dilakukan sebelum transfer.
4. Surat Rujukan dilengkapi dan ditandatangani dokter pengirim, pasien, bila mungkin, dan perawat pengantar (li
5. Pasien sudah dipersiapkan dengan layak untuk transfer sesuai kondisinya (jalur IV mantap, pakaian bertekanan
paten) dan diantar dengan ambulans dan petugas kompeten.
6. Kontak perawat kerugian perawat juga berperan. Ini dapat dilakukan setelah pasien berangkat.

Perencanaan Evakuasi Rumah Sakit


A. Dalam keadaan kebakaran atau bencana internal lainnya, semua pasien dan petugas harus dipindahkan dari da
aman, dibelakang pintu kebakaran atau dikeluarkan dari gedung.
B. pemindahan dilakukan pertama kebelakang pintu kebakaran pada lantai yang sama kemudian bila keadaan me
dipindahkan kelantai dibawahnya atau keluar gedung.
C. Pemindahan dilakukan dalam tindakan sistematik dengan memindahkan semua pasien dan petugas yang terde
D. Tiap bagian gedung diberi nomor dan ditulisi (lihat perncanaan lantai). Pastikan pintu kebakaran tetap tertutup
keruangan lain.

Evakuasi dari Lantai Satu Rumah Sakit


1. Aktifkan perencanaan kebakaran dengan menarik alarm kebakaran ketika dihadapkan dengan situasi bahaya.
2. Mulai evakuasi bagi semua pasien dan petugas dari daerah yang segera akan mengalami bahaya secara sistema
3. Penyelia bertanggung-jawab menghubungi Pusat Komunikasi Darurat (atau Damkar/SAR) dan meminta semu
untuk bereaksi.
4. Hosdip diaktifkan berdasar kebijaksanaan penyelia.
Ingat bahwa dengan tetap tenang, tertib dan kebersamaan, kita akan berhasil melakukan evakuasi.
Bila mengevakuasi keseluruhan gedung, semua diperintahkan ketempat yang sudah ditentukan (PJKA atau tempa
semua unit yang terkena melalui petugas yang dinas pada masing-masing unit. Penyelia memeriksa melalui setia
semuanya sudah dievakuasi.
Perencanaan Bencana Eksternal
Petunjuk Umum untuk Penerapan Perencanaan Bencana Eksternal

Shift Pagi
1. Perawat yang menerima komunikasi dari Damkar/SAR atau dari Pusat Komando harus menerapkan langkah p
memberitahukan Pusat Komando bahwa terjadi keadaan bencana dan meminta mereka untuk memberitahu petug
a. Administrator
b. Penanggung-jawab keperawatan
c. Kepala UGD
d. Semua Kepala Unit di RS
2. Perawat yang bertugas memberi-tahu dokter on-call atau memerintahkan perawat lain untuk melakukannya.
3. Petugas tang ditnjuk, atas perintah Ketua Tim Pelayanan Medik Bencana RS, mengumumkan pada sistem kom
kali : Perhatian, Waspada Siaga Bencana.
Atas pemberitahuan ini, semua Kepala Unit melapor ke Pusat Komando dan UGD untuk menerima instruksi.
4. Petunjuk Hosdip harus tersedia pada semua Kepala Unit. SOP Medikal dan Surgikal serta Petunjuk Keamanan
dan nomor telepon.
5. Semua korban ditriase pada daerah yang sudah ditentukan pada Hosdip.
6. Pusat Komando harus ditempat yang sudah ditentukan pada Hosdip. Setiap perawat tambahan dimintakan mel
atau penggantinya harus menghubungi tenaga tambahan yang dibutuhkan.

Shift Sore dan Malam


1. Penyelia malam atau penggantinya menerapkan tahap pertama Hosdip dengan mengumumkan Waspada Siaga
Ketua Bidang Perawatan bahwa terjadi keadaan bencana mayor.
2. Ia lalu menghubungi perawat yang bertugas pada setiap unit RS yang kemudian akan memberitahu petugas be
a. Penyelia di UGD, yang akan mengatur tugas perawat triase.
b. Dokter on-call, dan dokter lain bila dianggap perlu.
c. Semua petugas on-call lain (misal tim kamar bedah, lab, radiologi, fisioterapi dll).
d. Ketua Bidang Keperawatan akan menghubungi Ketua Unit yang berada dirumah.
3. Penyelia bertugas administratif hingga petugas dengan wewenang lebih tinggi tiba.
4. Dokter on-call melaksanakan tugas medik.

Perluasan Fasilitas
A. Penerimaan Pasien
1. Unit penerima dan pemilah pasien diletakkan di UGD dijalur dimana semua pasien bisa dengan cepat dilabel d
sebagai nomor pada tag hingga didapat informasi lebih lanjut.
Ikatkan tag bencana RS ke tag ambulans dengan tag RS dibagian atas. Tulis waktu masuk pada tag. Kirim ke A
bantuan hidup dengan perawat ditugaskan pada masing-masing pasien.

B. Area Tindakan
1. Kamar bedah : untuk operasi segera.
2. Ruang Pemulihan Pasien Rawat Jalan dan Ruang Pemulihan Bedah : Ruang tunggu bagi pasien bedah dan pas
3. UGD : Pasien yang perlu tindakan bantuan hidup.
4. Ruang dibelakang OK UGD : Untuk pasien hijau yang menunggu tindakan.
5. Ruang dibelakang kantor UGD : Menerima limpahan pasien hijau.
6. Pelayanan ICU atau Jalur Langsung masuk RS : Pasien medikal utama.
7. Obgyn : Bagi pasien obgyn dan darurat non bencana.
8. Gang bila diperlukan.

C. Perancangan Petugas
1. Tugas khusus harus dibuat bagi petugas oleh kepala unitnya. Kepala unit harus memiliki lebih dari satu pengga
2. Semua yang bertugas harus datang dan melapor ke unitnya masing-masing. Kepala unit atau penggantinya me
dan koordinator unit melapor ke Pusat Komando).
3. Perawat yang ditugaskan pada pasien yang akan dipindahkan dari Triase harus tetap bersama pasien hingga dia
atau hingga pasien dirawat di unit dan diambil alih petugas unit tsb.

D. Pencatatan
1. Pencatatan harus sederhana tergantung keadaan
2. Tag bencana yang bernomor harus tersedia di Area Penerimaan dan dit erapkan pada SEMUA pasien hingga k
tersedia. Lekatkan tag diatas semua tag bencana ambulans dan catat waktunya.
3. Informasi yang cukup harus dicatat dalam usaha membantu identifikasi dan menentukan parahnya cedera. Ini
4. Segera setelah informasi dari tag triase didapat, robek lembaran teratas kartu dan kirim melalui kurir ke Pusat
diluar setiap area tindakan dan Rekam Medik akan menyiapkan daftar korban.
5. Laporkan setiap perubahan mayor kondisi pasien ke Pusat Komando UGD tsb. Bila lembaran teratas tag sudah
melalui kuruir.
6. Terapi nafas, labor, dan radiologi harus menyertakan nomor tag bencana dan lokasi pasien di RS. Pastikan slip
E. Pengendalian Lalu-lintas
1. Bila perlu, Direktur menelepon 110 (polisi) dan minta bantuan mengatur lalin eksternal.
2. Kedatangan pasien dan mobil darurat akan menuju pintu UGD.
3. Pasien yang meninggalkan RS tetap melalui gerbang masuk, kecuali keadaan menentukan harus keluar melalu
petugas digerbang bagi pasien pulang.
4. Elevator / lift hanya bagi pasien dan peralatan.
5. Pintu khusus digunakan bagi sarana dll. yang datang.
6. Transfer korban ke RS lain dilakukan melalui pintu masuk UGD. Area tunggu pasien transfer adalah di Ruang
bersih.

F. Bila Tempat tidur tambahan dibutuhkan


1. Pertama, gunakan tempat tidur kososng.
2. Bila perlu, petugas memulangkan jenis pasien berikut hingga tempat memadai tersedia :
a. Masalah diagnostik dan kasus observasi yang tidak membutuhkan tirah baring.
b. Pasien yang akan dipulangkan.
c. Pasien Post-natal dan bayi lebih dari 24 jam post-partum. (Catatan : Perhatian khusus harus diberikan dalam pe
pencegahan kontaminasi fasilitas).
1. Pasien yang meninggalkan RS tetap melalui gerbang masuk RS kecuali ada perubahan sesuai keadaan. Hubun
masuk RS.
2. Koordinator unit atau relawan menghubungi keluarga pasien untuk transportasi.
3. Paisen masuk RS rutin harus dihentikan hingga ditentukan ruangan tersedia.

Velbed/dipan, matras, dan tempat tidur cadangan ditata ditempat kosong oleh petugas Instalasi Pemeliharaan. Sem
selimut atau matras dilantai.
Velbed tersedia digudang . Velbed ekstra bisa dipinjam dari RS lain.
Kembali kedaftar isi

BSB Sumb

Pedoman Pemberian Informasi pada Media


Tujuan protokol ini :
1. Melindungi privasi, kesehatan dan kesejahteraan pasien.
2. Memberikn kebutuhan publik akan informasi.
3. Untuk memperbaiki arus informasi dan mencegah konflik yng mungkin terjadi antara media, RS dan petugas.

A. Pejabat Pemberi Informasi RS:


1. Penyelia perawat yang bertugas diberi wewenang memberikan informasi pada media berdasar petunjuk ini. Bi
pada staf yang mampu yang memahami situasi dan familier dengan petunjuk ini.
2. Dalam keadaan bencana, Pusat Komunikasi diaktifkan. Petugas Rekam Medik, Direksi dan Kepala Bidang Ke
informasi pada media.
3. Bila informasi tidak bisa diberikan, alasannya harus diberikan. Bila ada penundaan, media harus diberitahu.
B. Mengumumkan Nama Dokter:
1. RS mungkin memberikan pada media nama dokter yang bertugas hanya dengan persetujuan dokter ybs.
Bila persetujuan diberikan, RS mungkin merujuk media ke ybs. untuk informasi terkait kasus tsb.

C. Rahasia Pasien
1. Kerahasiaan (pasien non darurat) : Catatan pelayanan kesehatan pasien atau informasi terkait pasien mungkin
untuk dibuka oleh pasien atau yang diberi wewenang oleh pasien.
Form yang sama harus digunakan bagi masyarakat yang patut jadi berita seperti tokoh m asyarakat atau lainny
dimasyarakat.
2. Situasi darurat : Bila persetujuan tidak bisa segera didapat.
a. Dikala identitas diketahui oleh media dari sumber lain seperti fihak berwajib, informasi dasar seperti terpajang
Pasien dapat dibuka.
b. Dikala identitas pasien tidak diketahui, informasi umum kondisi pasien tanpa membuka identitas, bisa dilakuk
identitas koban kecelakaan sebelum semua anggota keluarga sudah diberitahu.
Kondisi Pasien :
Ditindak dan dipulangkan
Menolak tindakan
Menolak dirawat
Baik: Tanda-tanda vital termasuk nadi, frekuensi nafas, suhu, dan tekanan darah dalam batas normal. Pasien sad
Sedang: Tanda-tanda vital dalam batas normal, namun pasien mungkin tidak merasa nyaman atau mengalami k
Serius: Tanda-tanda vital mungkin tidak dalam batas normal dan tindakan harus dilakukan untuk mengembalika
Mungkin pertanda ketidakstabilan sistem organ dan sistem mekanik mungkin diperlukan.
Kritis: Tanda-tanda vital sering tidak dalam batas normal dan satu atau lebih sistem organ dalam kondisi gagal.
terhadap stimulasi atau dalam keadaan koma.

Kategori Informasi
Kehilangan darah: Kehilangan darah ringan, sedang atau berat bisa dilaporkan. Bila dibutuhkan transfusi, mung
ditransfusikan atau yang hilang pada kasus sedang dan berat harus diberikan bila diketahui.
Luka bakar: Beratnya luka bakar, bagian khusus tubuh yang terbakar serta persentasi total tubuh yang terbakar
uap, matahari, api, kimia dll bisa diberikan.

Derajat pertama: kemerahan


Derajat kedua: melepuh dan pembengkakan kulit
Derajat ketiga: destruksi total kulit
Benda asing: Benda asing yang dilepas dari pasien mungkin bisa diidentifikasi
Fraktur: Tunjukan bagian tubuh yang terkena seperti lengan, tungkai, pergelangan, kaki, iga, dan apakah sederh
atau terbuka (tulang keluar dari kulit).
Frostbite: Nyatakan perluasan frostbite dan jelaskan bagian tubuh yang terkena.
Derajat pertama: kemerahan
Derajat kedua: melepuh dan pembengkakan kulit
Derajat ketiga: destruksi total kulit
Cedera kepala: Nyatakan bahwa kepala mengalami cedera. Bila ada fraktur dari x-ray, dapat dilaporkan.
Cedera internal: Dapat dinyatakan terjadi cedera internal.
Laserasi (robek): Laporkan area umum dari tubuh yang robek, misal lengan, tungkai, dada, apakah robekan tun
atau semua luka dijahit.
Keracunan: Kasus yang diduga keracunan harus dilaporkan. Jenis bahan yang ditelan,harus dilaporkan bila dike
deterjen, pembersih rumah tangga, obat dll.
Luka tembak atau tusuk: Diizinkan untuk dinyatakan bahwa luka adalah akibat tembakan atau tusukan. Luka bi
menyerempet. Bagian tubuh yang luka harus dijelaskan.
Jenis pasti senjata yang digunakan (misal pisau daging, revo;ver kaliber 32) harus dinyatakan.
Ketidaksadaran: Bila pasien tidak sadar saat dibawa ke RS, keadaan ini bisa dinyatakan.

D. Kasus Pemeriksa Medis


Permintaan atas rincian diluar informasi rutin diberikan pada semua pasien harus dirujuk ke Pemeriksa Medis pa
1. Semua kematian dimana korban tidak dapat diidentifikasi atau tidak di klaim.
2. Semua kematian mendadak tidak disebabkan penyakit yang sudah diketahui, atau dimana penyebab kematian
dokter berdasar kelainan medis sebelumnya/saat tsb.
3. Semua kematian yang terjadi dibawah keadaan yang disangkakan, termasuk dimana alkohol, obat-obatan, atau
langsung pada luaran.
4. Semua kematian sebagai akibat kekerasan atau trauma, apakah yang jelas-jelas mematikan, bunuh diri atau kec
mekanik, termal, kimia, listrik, atau radiasi, tenggelam, dll) dan tanpa memperdulikan berapa lama antara cedera
5. All fetal deaths, stillbirths, or death of any baby within 24 hours after its birth, where the mother has not been u

E. Kasus rahasia dimana tidak ada informasi yang bisa diberikan


Beberapa keadaan, tidak ada informasi, betul-betul absolut tidak, yang dapat diberikan atas orang yang dirawat a
khusus termasuk sbb:
1. Pasien kelainan mental
2. Pasien kecanduan alkohol atau obat
3. Lahir dari orangtua tunggal
4. Diduga atau diketahui usaha bunuh diri
5. Korban perkosaan atau kekerasan seksual lain
6. Diduga penganiayaan anak
7. Kasus penyakit menular seksual
8. Orang yang memiliki secara spesifik dimintakan kerahasiaannya
Dalam menanggapi permintaan terkait pasien yang termasuk kelompok tsb, juru bicara RS secara sederhana men
kategori dimana komentar publik tidak diperkenankan, karenanya tidak ada informasi terkait yang bisa dikeluark

Ini juga berarti bahwa tidak ada pernyataan apakah orang tsb. menerima pelayanan di RS bisa diberikan.
Kembali kedaftar isi

BSB Sumb

Pedoman Huru-hara dan Penerimaan Rawat VVIP

Bila kekacauan terjadi atau mengancam masyarakat, atau VVIP (tokoh politik dll) akan dirawat di RS, prosedur b
A. Penyelia yang bertugs harus segera (setelah menerima pemberitahuan situasi diatas) memerintahkan semua pi
B. Polri diberitahu segera dan diminta memberikan pengamanan ketat keseluruhan gedung.
C. Beritahu Direksi RS.
D. Siapkan untuk menghubungi fihak yang berwenang menyatakan Waspada Siaga Bencana atau komponen dari
Kembali kedaftar isi

BSB Sumb

Pedoman Insiden Material Berbahaya

A. Lindungi diri anda.


B. Dekati TKP dengan kehat-hatian.
C. Usahakan untuk mengidentifikasi material berbahaya.
1. Buku Petunjuk Gawat Darurat.
2. Pusat Kontrol Racun.
Jelaskan jenis masalah dan mereka akan memberikan saran tehnik dan bagaimana mengendalikan kedaruratan.
D. Dapatkan informasi tambahan dan bantuan peralatan dll.
E. Cegah kontak dengan material berbahaya dan orang.
F. Usahakan mengumpulkan material sebanyak mungkin pada satu tempat. Usahakan dekontaminasi orang seban
dekontaminasi sesegera mungkin.
Dengan beberapa kekecualian, AIR adalah ANTIDOT UNIVERSAL. Untuk material berbahaya biologis, gunak

Protokol Dekontaminasi Paparan Radiasi


Sebelum melakukan dekontaminasi, lakukukan dan catat pengamatan lengkap. Bila pakaian terkontaminasi, lepa
hingga material pengkontaminasi tidak tersebar diudara. Gunakan sarung tangan, gaun khusus, masker, dan pelin
dari kontaminasi.
Tempatkan semua bahan yang terpapar kedalam kantung plastik besar dan ikat dan segel. Pastikan tidak seorangp
masuk are dekontaminasi. Biasanya pada semua kasus kontaminasi , bahan mudah dicuci dengan memakai sabun
Setelah semua pakaian dilepas, biasanya wajah dan tangan tetap merupakan daerah terkontaminasi. Saat memerik
pada kulit harus dicari secara teliti.
Semua daerah tsb. harus ditutup dengan penutup kedap air untuk mencegah kontaminasi dan kontaminasi interna
terkontaminasi. Dalam mencuci area terkontaminasi, cuci mulai dari perifer menuju pusat daerah yang paling ter

Gunakan lap kertas untuk mengeringkan air sabub yang terkontaminasi. Sangat penting untuk merawat kulit deng
abrasif atau deterjen kuat. Jangan cukur area berambut. Bila kemerahan tau nyeri terjadi pada kulit, tindakan haru
Harus disadari bahwa dekontaminasi lengkap pada kulit bukanlah sesuatu yang dapat dicapai dengan berbagai ca
Bila eksternal kulit tidak dapat dibersihkan setelah beberapa usaha, gunakan krim kulit dan berikan waktu bagi k
usaha pembersihan pada hari berikutnya.
Tindakan umum bagi kontaminasi internal adalah proses yang spesifik bagi isotop spesifik. Misalnya bagi iodin r
iodin non radio-aktif untuk mencegaf uptake radio-isotop oleh kelenjar tiroid.
Radio-isotop tertentu seperti Tritium dapat dibilas dari tubuh secara diuresis volume.
Pikirkan rujuk ke Pusat Dekontaminasi bila ada.

Protokol Akut pada Luka Bakar Kimia


Seperti semua kedaruratan, harus mulai dengan menilai ABC pasien.
Tahap berikutnya adalah membuang bahan kimia terkait secara efektif. Pasien ditelanjangi dan semua bahan yang
bahan kimia di lipatan kulit, lipat kuku dan daerah berambut diidentifikasi.
Irigasi segera dan berkelanjutan disiapkan dan dimulai. Kewaspadaan untuk mencegah petugas dari paparan kim
memeriksa pH luka.
Seketika tindakaan darurat dilakukan, riwayat khusus cedera diambil. Idealnya termasuk nama dan konsentraasi z
kesehatan umum pasien. Profilaksi tetanus selalu diberikan.
Ulangi pemeriksaan luka bakar setelah beberapa jam, pada 24 jam dan pada 1 minggu.
Perawatan di RS pasien luka bakar kimia dilakukan bagi yang dengan kondisi lemah, mengenai mata, wajah, tan
bakar lebih dari 15% permukaan tubuh, serta luka bakar dalam.

Protokol Keracunan Pestisida


1. Diagnosis: nilai tanda dan gejala
Pertama nilai ABC dasar
Pertama TINDAK ABC dan kemudian nilai tanda dan ejala lain
2. Nilai keadaan paparan
a. Identifikasi pestisida(-pestisida) yang terkait
b. Usahakan mengetahui jumlah paparan: tanyakan dosis, durasi, rute paparan
c. Cari paparan toksik lainnya: terutama pelarut, bahan yang digunakan mengencerkan pestisida
d. Pemeriksaan labor khusus:
1. Bila organofosfat atau karbamat: periksa kadar kholinesterase plasma dan sel darah merah sebelum tindakan
Gejala kadar kholinesterase
>50% Tidak ada gejala
20-50% Keracunan ringan
10-20% Keracunan sedang
<10% Keracunan berat
2. ABG, SMAC, CBC
Antikoagulan rodentisida: PT, PTT
3. Kadar pestisida: menarik dan mungkin membantu diagnosis, namun kadar sering tidak membantu secara klinik
kadar organoklorine serum
khlordane, DDT, Dieldrin, Lindane, Endrin
kadar organofosphate urine
Khlorpyrifos, diazinon, malathion, parathion
kadar urine 2, 4D, 2,4 5T

kadar Dioxin lemak atau serum


Kembali kedaftar isi

BSB Sumb

Pedoman Badai dan Puting Beliung


Perhatian akan hal berikut harus dilakukan:
A. Turunkan semua tirai dan tutup semua gorden sebagai pelindunng atas pecahan kaca.
B. Rendahkan semua tempat tidur pasien, jauhkan tempat tidur dari jen dela sejauh mungkin.
C. Pasang selimut pada semua tempat tidur.
D. Tutup semua pintu.
E. Letakkan semua pasien yang bisa ambulasi ketengah gang bangsal bila mungkin.
F. Siapkan pernyataan Waspada Siaga Bencana.
G. Jangan gunakan elevator/lift.
Pengumuman akan mewasadakan petugas untuk memonitor unit radio akan adanya gangguan cuaca berat.
Kembali kedaftar isi

BSB Sumb

Pedoman Ancaman Bom


A. Menerima Peringatan:
1. Ketika menerima panggilan telepon:
a. Usahakan percakapan selama mungkin.
b. Perhatikan bising latar belakang khas seperti musik, suara-suara, pesawat udara, lonceng gereja dll.
c. Catat karakteristik suara.
d. Tanyakan dimana bom akan diledakkan dan kapan.
e. Catat bila penelepon menunjukkan bahwa ia mengetahui kondisi RS dari caranya menjelaskan lokasi.
2. Beritahi yang berwenang dan petugas terkait:
a. POLISI
b. Direksi
c. Kepala Keperawatan. atau Penyelia yang bertugas saat itu.

B. Tentukan Tindakan:
1. Setelah petugas penerima telepon memberikan rincian dasar, Direksi atau yag ditunjuk harus membuat semua kebij
akan datangnyabantuan.
Polisi akan mengambil wewenang penuh setelah kedatangannya. Kerjasama dengan polisi dan pehak terkait lain san
utama (master) harus ada ditempat.

2. Direksi akan tergantung pada petugas khusus dan peralatan yang harus segera tersedia.
Yang berwenang tidak familier dengan rancang RS, tidak pula cukup tenaga untuk melakukan pencarian yang mema
Karenanya bangunan akan dibagi menjadi beberapa seksi, dan petugas tertentu harus bertanggungjawab dalam penca
3. Cari dan isolasi setiap objek yang dicurugai seperti paket dan kotak.
4. Area publik seperti lobi, kafetaria, toilet publik, tangga harus dilacak.
5. Pelacakan harus teliti, menyingkirkan daerah yang terkunci dan tidak terbuka bagi publik.
Bila penelepon menunjukkan daerah dimana lokasi bom, area ini harus menerima pemberitahuan segera. Keamanan
area yang diperiksa hingga keseluruhan pencarian selesai.
6. Elevator/lift harus tetap tersedia bagi yang berwenang.
7. Bila apa yang tampaknya bom ditemukan, JANGAN SENTUH. Kosongkan area dan cari bantuan profesional. Cob
dicurigai sebisa mungkin dengan menutup pintu.
8. Petugas harus tengan dan waspada. Petugas harus dilatih khusus hingga pasien tidak menjadi khawatir.
Beritahu direksi atau petugas khusus perkembangan bermakna yang terjadi, dan jangan beritahu pasien bahwa ancam
Bila pasien menyadari apa yang terjadi, beri jaminan bahwa semuanya terkendali.

C. Evakuasi:
Bila bom ditumukan, polisi memberitahu fihak berwenang untuk datang dan mengamankannya. Kita TIDAK MELAK
ditemukan. Bila evakuasi diperlukan, adalah keputusan Direksi atau yang ditunjuk serta polisi.

D. Laporan:
Setiap petugas yang berperan harus segera melapor pada Direksi setelah pencarian teliti pada daerah tsb. diselesaikan
Petugas utama harus menyiapkan laporan menyeluruh untuk Direksi dengan melampirkan semua kesulitan yang dijum
digunakan untuk memperbaiki atau merubah SOP Ancaman Bom yang sudah ada

Anda mungkin juga menyukai