Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN ELEKTRONIKA DASAR II

(Rangkaian Penguat Operasional Penjumlah dan Pengurang)


(disusun guna memenuhi tugas mata kuliah elektronika dasar II dengan dosen pengampu Drs. Alex
Harjanto )

Disusun Oleh :
Nama : Zakaria Sandy Pamungkas
NIM : 130210102071
Kelas B

Program Studi Pendidikan Fisika


Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan
Universitas Jember
2015

I.

Pendahuluan

LAPORAN PENGUAT OPERATIONAL (OP-AMP)

BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Penguat operasional (operational amplifier) atau yang biasa disebut op-amp merupakan suatu
jenis penguat elektronika dengan hambatan (coupling) arus searahyang memiliki bati (faktor
penguatan) sangat besar dengan dua masukan dan satu keluaran. Penguat diferensial merupakan
suatu penguat yang bekerja dengan memperkuat sinyal yang merupakan selisih dari kedua
masukannya. Penguat operasional pada umumnya tersedia dalam bentuk sirkuit terpadu dan yang
paling banyak digunakan adalah rangkaian seri. Penguat operasional dalam bentuk rangkaian
terpadu memiliki karakteristik yang mendekati karakteristik penguat operasional ideal tanpa
perlu memperhatikan apa yang terdapat didalamnya.
Penguat operasional adalah perangkat yang sangat efisien dan serba guna. Contoh
penggunaan penguat operasional adalah untuk operasi matematika sederhana seperti
penjumlahan dan pengurangan terhadap tegangan listrik hingga dikembangkan kepada
penggunaan aplikatif seperti komparator dan osilator dengan distorsi rendah serta pengembangan
alat komunikasi. Selain itu, aplikasi pemakaian op-amp juga meliputi bidang elektronika audio,
pengatur tegangan DC, tapis aktif, penyearah presisi, pengubah analog digital dan pengubah
digital ke analog, pengolah isyarat seperti cuplik tahan, penguat pengunci, kendali otomatik,
computer analog, elektronika nuklir, dan lain-lain.

1.
2.
3.
4.

I.2 Ruang Lingkup


Ruang lingkup percobaan ini meliputi pengukuran tegangan input dan tegangan keluaran pada
bermacam-macam rangkaian penguat operasional (op-amp). Diantaranya penguat membalik dan
tidak membalik serta penguat integrator dan diferensiator.
I.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu sebagai berikut:
Menggunakan op-amp sebagai penguat membalik dan tidak membalik.
Menggunakan op-amp sebagai buffer untuk mengatasi ketidakcocokan impedansi.
Menggunakan op-amp sebagai diferensiator dan integrator.
Menggunakan op-amp sebagai komparator.

5. Memahami sifat-sifat dasar op-amp baik secara teori maupun secara praktek.
I.4 Waktu dan Tempat
Percobaan penguat operasional ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 4 April 2012,
pukul 13.00- 16.30 di Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi, Jurusan Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Makassar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Penguat Operasional (Op-amp)
Penguat operasional (op-amp) adalah sebuah penguat instan yang bisa langsung dipakai
untuk benyak aplikasi penguatan. Sebuah Op amp biasanya berupa IC (Integrated Circuit).
Pengemasan Op amp dalam IC bermacam-macam, ada yang berisi satu op amp (contoh : 741),
dua op amp (4558, LF356), empat op amp (contoh = LM324, TL084), dll.
Penguat Operasional atau disingkat Op-amp adalah merupakan sutu penguat differensial
berperolehan sangat tinggi yang terterkopel DC langsung yang dilengkapi dengan umpan. Oleh
karena itu, penguat operasional lebih banyak digunakan dengan loop tertutup daripada dalam
lingkar terbuka.
Gambar 2.1 Rangkaian Dasar Penguat Operasional (Op-amp)
Gambar 2.1 menunjukkan sebuah blok op-amp yang mempunyai berbagai tipe dalam bentuk IC.
Dalam bentuk paket praktis IC seperti tipe 741 hanya berharga beberapa ribu rupiah. Seperti
terlihat pada gambar 2.1, opamp memiliki masukan tak membalik v+(non-inverting), masukan
membalik v- (inverting) dan keluaran vo. Jika isyarat masukan dihubungkan dengan masukan
membalik (v-), maka pada daerah frekuensi tengah isyarat keluaran akan berlawanan fase
(berlawanan tanda dengan isyarat masukan). Sebaliknya, jika isyarat masukan dihubungkan
dengan masukan tak membalik (v+), maka isyarat keluaran akan sefase. Sebuah opamp
biasanya memerlukan catu daya 15 V. Dalam menggambarkan rangkaian hubungan catu daya
ini biasanya dihilangkan.
Beberapa sifat ideal dari Op-amp adalah sebagai berikut:
a. Penguat lingkar terbuka tak berhingga atau Av, Ib=
b. Hambatan keluaran lingkar terbuka adalah nol atau R0, Ib= 0
c. Hambatan masukan lingkar terbuka tak berhingga atau Ri, Ib=
d. Lebar pita tak berhingga atau f= f2 f1 =
e. Nisbah penolakan modus bersama (CMRR) =
2. Karakteristik Op-amp

Keuntungan dari pemakaian penguat operasional ini adalah karakteristiknya yang


mendekati ideal sehingga dalam merancang rangkaian yang menggunakan penguat ini lebih
mudah dan juga kareana penguat ini bekerja pada tingkatan yang cukup dekat dengan
karakteristik kerjanya secara teoritis. Dari sudut sinyal sebuah penguat operasional mempunyai
tiga terminal, yaitu dua terminal masukan dan satu terminal keluaran.
Pada gambar 2.1 dapat dilihat bahwa terminal 1 dan 2 adalah terminal masukan dan terminal
3 adalah terminal keluaran. Kebanyakan penguat operasional membutuhkan catu daya DC
dengan dua polaritas untuk dapat beroperasi. Terminal 4 disambungkan ke tegangan positif (+V)
dan terminal 5 disambungkan ke tegangan negatif (-V).
Karakteristik utama sebuah penguat operasional yang ideal adalah:
a. Impedansi masukan tak terhingga. Penguat yang ideal diharapkan tidak menarik arus masukan,
artinya tidak ada arus yang masuk kedalam terminal 1 maupun 2 (I1 = I2 = 0).
b. Impedansi keluaran sama dengan nol. Terminal 3 merupakan keluaran penguat operasional,
idealnya diharapkan bertindak sebagai terminal keluaran sebuah sumber sumber tegangan ideal.
Tegangan antara terminal 3 dengan ground akan selalu sama dengan A, dimana A adalah faktor
penguatan sebuah penguat operasional.
c. Penguatan loop terbuka tak terhingga. Apabila dioperasikan pada loop terbuka (tidak ada umpan
balik dari keluaran ke masukan), maka sebuah penguat opersaional ideal mempunyai gain
(penguatan) yang besarnya tak terhingga.
3. Aplikasi dan Rangkaian Dasar Op-amp
Fungsi atau aplikasi rangkaian Op-amp yaitu:
Penguat Membalik (inverting)
Penguat membalik adalah penggunanan op- amp sebagai penguat sinyal dimana sinyal outputnya
berbalik fasa 180 derajat dari sinyal input.
Pada penguat ini dimana, masukannya melalui input membalik pada penguat operasional, dan
keluarannya berlawanan fasa dengan masukan.
Gambar 2.2 Rangkaian Penguat Membalik (inverting)

Penguat tidak Membalik (Non Inverting)


Penguat non inverting ini hampir sama dengan rangkaian inverting hanya
perbedaannya adalah terletak pada tegangan inputnya dari masukan noninverting. Hasil tegangan
output noninverting lebih dari satu dan selalu positif. Penguat ini dimana, masukannya melalui
input tak membalik (non inverting) pada penguat operasional dan keluarannya sefasa dengan
masukan.
Gambar 2.3 Rangkaian Penguat tidak Membalik (Non inverting)

Penguat Integrator

Penguat Integrator berfungsi mengintegralkan tagangan input terhadap waktu. Penggunanan


integrator juga sebagai tapis lulus bawah (Low Pass Filter).
Gambar 2.4 Rangkaian Penguat Integrator

Penguat Diferensiator
Differensiator berfungsi mendiferensialkan tagangan input terhadap waktu. Penggunanan
diferensiator juga sebagai tapis lulus atas (High Pass Filter).

Gambar 2.5 Rangkaian Penguat Diferensiator

Komparator (Pembanding)
Comparator adalah penggunaan op amp sebagai pembanding antara tegangan yang masuk
pada input (+) dan input (-).
Jika input (+) lebih tinggi dari input (-) maka op amp akan mengeluarkan tegangan positif dan
jika input (-) lebih tinggi dari input (+) maka op amp akan mengeluarkan tegangan negatif.
Dengan demikian op amp dapat dipakai untuk membandingkan dua buah tegangan yang berbeda.
Gambar 2.6 Rangkaian Komparator

Buffer (Penyangga)
Buffer adalah rangkaian yang inputnya sama dengan hasil outputnya. Besar nilainya
tergantung dari indikasi dari komponennya, biasanya tidak dipasang alias arus dimaksimalkan
sesuai dengan kemampuan op-ampnya.
Penguat Penjumlah (Adder)
Penguat penjumlah merupakan rangkaian penjumlah yang dasar rangkaiannya adalah
rangkaian inverting amplifier dan hasil outputnya adalah dikalikan denganpenguatan seperti pada
rangkaian inverting. Pada dasarnya nilai outputnya adalah jumlah dari penguatan masing masing
dari inverting. Penguat penjumlah berfungsi menjumlahkan level masing masing sinyal input
yang masuk ke op amp. Penggunanan op amp sebagai penjumlah sering dijumpai pada rangkaian
mixer audio.
Gambar 2.7 Rangkaian Penguat penjumlah (Adder)

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

1.
2.
3.
4.
5.
6.

1.
2.
3.

1.
2.
3.
4.
5.

III.I Alat dan Bahan


III.I Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu sebagai berikut:
Multimeter
Multimeter berfungsi untuk mengukur arus, hambatan dan tegangan.
Catu daya
Catu daya berfungsi sebagai sumber tegangan listrik.
Signal generator
Signal generator berfungsi untuk membangkitkan frekuensi.
Osiloskop
Osiloskop berfungsi untuk menampilkan gelombang keluaran.
Papan Rangkaian
Papan rangkaian berfungsi sebagai tempat merangkai.
Kabel penghubung (jumper)
Jumper berfungsi sebagai penghubung antara komponen yang satu dengan yang lain dalam satu
rangkaian.
III. 2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu sebagai berikut:
Op- amp (LM 741)
Op- Amp (LM 741) berfungsi sebagai komponen utama dalam penguatan operasional.
Resistor
Resistor berfungsi sebagai hambatan dalam suatu rangkaian.
Kapasitor
Kapasitor berfungsi sebagai penyimpan muatan.
III. 2 Prosedur percobaan
Adapun prosedur percobaan ini yaitu sebagai berikut:
Menyusun rangkaian penguat membalik dan tak membalik dan mengukur tanggapan atau
respon amplitudo sebagai fungsi frekuensi.
Menghubungkan rangkaian tersebut pada signal generator, dan catu daya sebagai sumber
tegangan listrik.
Mengamati gelombang keluaran (output) dan masukannya (input) pada osiloskop.
Menyusun rangkaian integrator, kemudian memberinya isyarat masukan dan mengamati bentuk
keluarannya pada osiloskop.
Menghitung besar tegangan keluarannya.

6.

Menyusun rangkaian diferensiator, kemudian memberinya isyarat masukan dan mengamati


bentuk keluarannya pada osiloskop
7. Menghubungkan rangkaian tersebut pada signal generator sebagai tanggapan frekuensi dan catu
daya sebagai sumber tegangan listrik.
8. Menghitung besar tegangan keluarannya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.

2.

1.
2.
3.
1.

2.

3.

IV. I Hasil
IV.I. I Tabel Data
Penguat Membalik (inverting)
R1 (K)
R2 (K)
5
10
Penguat tidak Membalik (non inverting)
R1 (K)
R2 (K)
0,1
5,1
Gambar Pengamatan
Rangkaian Penguat Membalik
Rangkaian Penguat Tidak Membalik
Rangkaian Penguat Diferensiator
IV. I. 2 Pengolahan Data
Penguat Membalik
Vo= AVi
A= =
= -2 Volt
Penguat Tidak Membalik
Vo = (1 + ) Vi
= (1 ) Vi
= 5,2 Volt
Penguat diferensiator
V= -2 RC
= -2 x 10 K

Vout (volt)
-2
Vout (volt)
52

IV. 2 Pembahasan
Penguat Operasional adalah suatu blok penguat dengan dua masukan dan satu keluaran
tunggal yang yang ditambah dua terminal untuk mensuplai daya. Op-amp biasa terdapat
dipasaran dalam bentuk rangkaian terpadu yaitu integrated Circuit(IC).
Pada penguat membalik sumber isyarat berupa arus dan tegangan yang kecil dan jika
dihubungkan dengan masukan yang besar maka akan menghasilkan tegangan yang lebih besar
pada keluarannya.
Pada penguat tak membalik, op-amp dapat dipasang untuk membentuk penguat tak membalik
dimana isyarat dihubungkan dengan masukan tak membalik (+) pada op-amp. Balikan melalui
R2 dan R1 tetap dipasang pada masukan membalik agar membentuk balikan negatif. Selain itu,
pada percobaan ini diamati pula penguat diferensiator dan integrator tetapi, hanya rangkaian
diferensiator yang diamati isyarat keluaran dan masukan pada osiloskop sebab waktu yang tidak
efektif untuk mengamati kedua rangkaian tersebut dan osiloskop yang digunakan hanya satu
untuk semua praktikan sehingga tidak memungkinkan untuk mengamati kedua penguat tersebut.
Tegangan yang dihasilkan pada rangkaian penguat membalik didapatkan hasil Vuot sebesar -2
volt. Sedangkan pada rangkaian tak membalik, menghasilkan Vout sebesar 52 volt. Dari hasil
pengukuran yang didapatkan bahwa tegangan yang dihasilkan oleh kedua rangkaian tersebut
tidak sesuai dengan tegangan yang dihasilkan secara teori (perhitungan). Hal ini mungkin saja
disebabkan karena catu daya yang digunakan kurang stabil ataupun komponen yang digunakan
sudah tidak stabil lagi.

BAB V
PENUTUP

V.I Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1. Penguat operasional dapat berfiungsi sebagai penguat membalik (inverting) dan tidak membalik
(non inverting) serta sebagai penguat diferensial
2. Penguat operasional atau Op-amp adalah suatu penguat diferensial dengan dua masukan dan satu
keluaran yang mempunyai penguat tegangan yang amat tinggi.
3. Kestabilan komponen dalam rangkaian sangat berpengaruh terhadap suatu hasil pengamatan.
V.2 Saran
V.2.I Laboratorium
1. Agar sekiranya dapat ditambah dengan alat-alat praktikum elektronika dasar yang baru lebih
khususnya pada alat Osiloskop, karena pada percobaan pertama yang dilakukan praktikan saling
menunggu untuk mengamati isyarat keluaran dan masukan suatu rangkaian pada
Osiloskop.sebab, hanya satu Osiloskop yang berfungsi dengan baik.
2. sekiranya laboratorium dapat dijaga kebersihannya baik praktikan maupun untuk Asisten.
V.2.2 Asiten
1. tetap profesional sebagai Asisten.
2. penjelasan yang diberikan sebelum praktikum mudaah dipahami, praktikan berharap agar
metode yang diberikan dapat digunakan pada praktikan-praktikan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Albert Paul Malvino. 2004. Prinsip-Prinsip Elektornika. Selemba
Teknika:
Jakarta
Anonim. http//www.geogle.com ( Diakses pada hari Senin, 2 April 2012 pukul 13.00-14.30)
Mike Tooley.2002. Rangkaian Elektronik Prinsip dan Aplikasi. Erlangga Ciracas: Jakarta
Robert F. Coughlin Frederick F. Driscoll. 1994. Penguat Operasional dan Rangkaian
Terpadu Linear. Erlangga: Jakarta
Sutrisno. 1987. Elektronika: Teori Dasar dan Penerapannya Jilid 3. Penerbit ITB: Bandung

EMPAT TAHUN LAMANYA


BERGELUT DENGAN BUKU
EMPAT TAHUN LAMANYA BERGELUT DENGAN BUKU
Selasa, 30 September 2014

LAPORAN LENGKAP ELDAS 2

LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR II

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Mengikuti Ujian


Praktikum Elektronika Dasar II pada Laboratorium Pengembangan Unit Fisika

OLEH:

NAMA
STAMBUK
KELAS

: MAMAD FAISAL
: A1C3 11 010
: GENAP

KELOMPOK

: IV (EMPAT)

PROGRAM STUDI

: PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN

: PENDIDIKAN MIPA

LABORATORIUM PENGEMBANGAN UNIT FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Elektronika merupakan ilmu yang sangat penting bagi manusia sebab menyangkut tentang kelistrikan
yang menjadi salah satu energi terpenting dalam kehidupan manusia. Sebagai bagian dari Fisika, pada
elektronika juga tidak cukup jika hanya dipelajari secara teori sehingga membutuhakan
praktek/praktikum untuk membantu kita dalam memahami dan mengaplikasikannya. Berdasarkan hal
tersebut maka dilakukanlah praktikum elektronika dasar ini sekaligus untuk memenuhi persyaratan dari
mata kuliah Elektronika Dasar II.

Komponen elektronika yang paling penting dalam setiap rangkaian elektronika pada praktikum ini
adalah sebuah penguat operasional. Penguat operasional (operational amplifier) atau yang biasa disebut
op-amp merupakan suatu jenis penguat elektronika dengan hambatan(coupling) arus searah yang
memiliki faktor penguatan sangat besar dengan dua masukan dan satu keluaran. Penguat operasional
pada umumnya tersedia dalam bentuk sirkuit terpadu dan yang paling banyak digunakan adalah
rangkaian seri. Penguat operasional dalam bentuk rangkaian terpadu memiliki karakteristik yang
mendekati karakteristik penguat operasional ideal tanpa perlu memperhatikan apa yang terdapat di
dalamnya. Op-Amp ini bisa digunakan untuk membuat rangkaian elektronika analog apa saja. Untuk
mempelajari Op-Amp harus memahami betul dasar rangkaian elektronika yang lainnya, misalnya
rangkaian penguat sinyal kecil, rangkaian penguat sinyal besar dan lain lainnya. Dapat dikatakan OpAmp adalah IC serba guna bisa dirangkai dengan banyak kebutuhan.
Penguat operasional adalah perangkat yang sangat efisien. Contoh penggunaan penguat operasional
adalah untuk operasi matematika sederhana seperti penjumlahan dan penguranganterhadap tegangan
listrik hingga dikembangkan kepada penggunaan aplikatif seperti komparatordan osilator dengan distorsi
rendah serta pengembangan alat komunikasi. Aplikasi pemakaianOp-Amp juga meliputi bidang
elektronika audio, pengatur tegangan DC, tapis aktif, penyearah presisi, pengubah analog digital dan
pengubah digital ke analog, pengolah isyarat seperti cuplik tahan, penguat pengunci, kendali
otomatik, komputer analog, elektronika nuklir, dan lain-lain.
Operasional Amplifier berasal dari rangkaian differensial transistor yaitu dari rangkaian dengan 2
input dan 2 output dengan supply ganda ini adalah sebagai pembeda atau pembanding dari referensi
input yang lainnya. Karena tersusun dari transistor, maka perlu dibicarakan banyak sekali tentang arus
kolektor, arus basis dan Hfe serta Hie, penguatan tegangan dan penguatan arusnya, serta banyak lagi
yang harus dipertimbangkan dalam membuat rangkaian differensial ini. Kelanjutan untuk melengkapi
rangkaian pengaman arus lebih, serta penambahan dan pengurangan untuk setting sinyal outputnya
dalam rangkaian differensial amplifier dan lainnya.
Pada rangkaian Op-Amp terdapat dua masukan yakni inverting dan non-inverting.
Padainverting amplifier, input dengan outputnya berlawanan polaritas. Jadi ada tanda minus pada rumus
penguatannya. Penguatan inverting amplifier adalah bisa lebih kecil nilai besaran dari 1, misalnya -0.2 ,
-0.5 , -0.7 , dst dan selalu negatif. Kemudian rangkaian non-inverting hampir sama dengan
rangkaian inverting hanya perbedaannya adalah terletak pada tegangan inputnya dari masukan noninverting.

Selanjutnya, rangkaian penjumlah atau rangkaian adder adalah rangkaian penjumlah yang dasar
rangkaiannya adalah rangkaian inverting amplifier dan hasil outputnya adalah dikalikan dengan
penguatan seperti pada rangkaian inverting. Pada dasarnya nilai outputnya adalah jumlah dari
penguatan masing masing dari inverting. Selain rangkaian penjumlah ada pula rangkaian pengurang atau
disebut penguat differensial. Penguat diferensial merupakan suatu penguat yang bekerja dengan
memperkuat sinyal yang merupakan selisih dari kedua masukannya. Rangkaian pengurang ini berasal
dari rangkaian inverting dengan memanfaatkan masukan non-inverting, sehingga persamaannya menjadi
sedikit ada perubahan. Tidak hanya itu penguat operasional pun digunakan dalam suatu rangkaian
penguat lain, yakni rangkaian integrator. Rangkaian integrator op-amp ini juga berasal dari
rangkaian inverting. Hanya saja pada rangkaian ini tahanan umpan baliknya diganti dengan kapasitor.
Pada rangkaian di bagian listrik sering disebut rangkaian seleksi frekuensi untuk melewatkan
band frekuensi tertentu dan menahannya dari frekuensi di luar band itu. Filter yang digunakan dalam
praktikum ini dan yang dicoba untuk dirangkai adalah filter lolos rendah (Low Pass Filter) dan filter lolos
tinggi (High Pass Filter). Pada dasarnya rangkaian tersebut sama dengan rangkaian lainnya yakni
menggunakan penguat operasional. Namun filter lolos rendah berfungsi untuk menapis dan meloloskan
frekuensi rendah untuk diteruskan sehingga meredam frekuensi yang lebih tinggi. Sedangkan filter lolos
tinggi sebaliknya, pada filter lolos tinggi frekuensi dengan frekuensi yang lebih tinggi akan diteruskan.
Tujuan mempelajari Op-Amp dan variasi rangkaiannya ini adalah untuk lebih cepat dapat
merangkai rangkaian elektronika yang berasal dari non Op-Amp. Banyak rangkaian linierdan analog
dirangkai dengan menggunakan Op-Amp. Tujuan lainnya adalah memahami dan mengerti cara
merangkai dengan Op-Amp dari rangkaian linier dan analog.
Oleh karena itu, untuk lebih memahami penggunaan penguat operasional dalam sebuah
rangkaian maka pada praktikum kali ini, akan dilakukan beberapa penggunaan Op-Amp dalam kasus
sederhana yang meliputi sifat-sifat dasar Op-Amp, yakni sebagai penguat membalik (Inverting Amplifier),
penguat tidak membalik (Non-Inverting Amplifier), dan integrator sehingga dapat diaplikasikan pada
beberapa rangkaian seperti pada rangkaian penjumlah tegangan, rangkaian pengurang tegangan,
rangkaian filter lolos rendah dan rangkaian filter lolos tinggi.

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan yang kemudian muncul dirumuskan sebagai
berikut:
1.

Bagaimana cara menyususn rangkaian yang biasa digunakan untuk memeriksa Op-Amp?

2.

Bagaimana cara menyusun rangkaian Op-Amp pembalik sederhana uintuk syarat DC?

3.

Bagaimana cara menerapkan perhitungan untuk menunjukkan besarnya penguatan arus dengan
memasang resistor yang dipilih?

4.

Bagaimana cara menyusun penguat operasional sederhana dengan tingkat penguatan tertentu?

5.

Bagaimana cara menyusun rangkaian Op-Amp tak membalik sederhana dan memahami karakteristik
pengoperasiannya?

6.

Bagaimana cara menerapkan perhitungan untuk menunjukkan besarnya penguatan tegangan dengan
menggunakan metode tegangan?

7.

Bagaimana cara menyusun rangkaian Op-Amp sebagai rangkaian penjumlah?

8.

Bagaimana cara menyusun rangkaian Op-Amp sebagai rangkaian pengurang?

9.

Bagaimana cara menyusuan rangkaian Op-Amp sebagai integrator dan memahami karakteristik
pengoperasiannya?

10.

Bagaimana cara mempelajari hasil proses integrasi pada keluaran dengan memberi masukan
gelombang kotak, segitiga dan sinusoidal?

11.

Bagaimana cara menyusun rangkaian Op-Amp sebagai rangkaian filter lolos rendah?

12.

Bagaimana cara mempelajari hubungan amplitudo dan fase antara isyarat masukan dan isyarat keluaran
sebagai fungsi frekuensi?

13.

Bagaimana cara menyusun rangkaian Op-Amp sebagai rangkaian filter lolos tinggi?

14.

Bagaimana cara mempelajari hubungan amplitudo dan fase antara isyarat masukan danisyarat keluaran
sebagai fungsi frekuensi?

C.

Tujuan Praktikum

Praktikum ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:


1.

Untuk menyususn rangkaian yang biasa digunakan untuk memeriksa Op-Amp.

2.

Untuk menyusun rangkaian Op-Amp pembalik sederhana uintuk syarat DC.

3.

Untuk menerapkan perhitungan untuk menunjukkan besarnya penguatan arus dengan memasang
resistor yang dipilih.

4.

Untuk menyusun penguat operasional sederhana dengan tingkat penguatan tertentu.

5.

Untuk menyusun rangkaian Op-Amp tak membalik sederhana dan memahami karakteristik
pengoperasiannya.

6.

Untuk menerapkan perhitungan untuk menunjukkan besarnya penguatan tegangan dengan


menggunakan metode tegangan.

7.

Untuk menyusun rangkaian Op-Amp sebagai rangkaian penjumlah.

8.

Untuk menyusun rangkaian Op-Amp sebagai rangkaian pengurang.

9.

Untuk menyusuan rangkaian Op-Amp sebagai integrator dan memahami karakteristik


pengoperasiannya.

10.

Untuk mempelajari hasil proses integrasi pada keluaran dengan memberi masukan gelombang kotak,
segitiga dan sinusoidal.

11.

Untuk menyusun rangkaian Op-Amp sebagai rangkaian filter lolos rendah.

12.

Untuk mempelajari hubungan amplitudo dan fase antara isyarat masukan dan isyarat keluaran sebagai
fungsi frekuensi.

13.

Untuk menyusun rangkaian Op-Amp sebagai rangkaian filter lolos tinggi.

14.

Untuk mempelajari hubungan amplitudo dan fase antara isyarat masukan dan isyarat keluaran sebagai
fungsi frekuensi.

D.

Manfaat Praktikum

Manfaat yang diharapkan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:


1.

Dapat menyusun rangkaian yang biasa digunakan untuk memeriksa Op-Amp.

2.

Dapat menyusun rangkaian op-amp pembalik sederhana uintuk syarat DC.

3.

Dapat menerapkan perhitungan untuk menunjukkan besarnya penguatan arus dengan memasang
resistor yang dipilih.

4.

Dapat menyusun penguat operasional sederhana dengan tingkat penguatan tertentu.

5.

Dapat menyusun rangkaian Op-Amp tak membalik sederhana dan memahami karakteristik
pengoperasiannya.

6.

Dapat menerapkan perhitungan untuk menunjukkan besarnya penguatan tegangan dengan


menggunakan metode tegangan.

7.

Dapat menyusun rangkaian Op-Amp sebagai rangkaian penjumlah.

8.

Dapat menyusun rangkaian Op-Amp sebagai rangkaian pengurang.

9.

Dapat menyusuan rangkaian Op-Amp sebagai integrator dan memahami karakteristik


pengoperasiannya.

10.

Dapat mempelajari hasil proses integrasi pada keluaran dengan member masukan gelombang kotak,
segitiga dan sinusoidal.

11.

Dapat menyusun rangkaian Op-Amp sebagai rangkaian filter lolos rendah.

12.

Dapat mempelajari hubungan amplitudo dan fase antara isyarat masukan dan isyarat keluaran sebagai
fungsi frekuensi.

13.

Dapat menyusun rangkaian Op-Amp sebagai rangkaian filter lolos tinggi.

14.

Dapat mempelajari hubungan amplitudo dan fase antara isyarat masukan dan isyarat keluaran sebagai
fungsi frekuensi.

BAB II

KAJIAN TEORI
A.

Penguat Operasional Op-Amp


Penguat operasional (operational amplifier) mulai digunakan pada
tahun 1940-an, ketika sirkuit elektronika dasar dibuat dengan
menggunakan tabung vakum untuk melakukan
operasi matematika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian,pembagian, integ
ral, dan turunan. Istilah penguat operasional itu sendiri baru digunakan pertama
kali oleh John Ragazzini dan kawan-kawan dalam sebuah karya tulis yang
dipublikasikan pada tahun 1947. Penguat operasional op-amp atau yang biasa
disebut (operational amplifier) merupakan suatu jenis
penguat elektronikadengan hambatan (coupling) arus searah yang memiliki bati
(faktor penguatan) sangat besar dengan dua masukan dan satu keluaran. Penguat
operasional pada umumnya tersedia dalam bentuk sirkuit terpadu dan yang paling
banyak digunakan adalah seri741. Ada beberapa hal menarik tentang sirkuit
internal 741 yaitu transistor masukan terhubung dengan konfigurasi pengikut
emiter NPN yang keluarannya terhubung secara langsung kepada sepasang
transistor PNP yang terkonfigurasi sebagai penguatbasis bersama. Konfigurasi ini
memisahkan masukan dan mencegah sinyal umpan balik yang mungkin memiliki
efek berbahaya yang bergantung pada frekuensi(Daryanto, 2008:67).
Sebuah op-amp merupakan sebuah rangkaian intergrasi (IC) Linier yang mampu
memberikan penguatan yang sangat besar dan dapat dioperasikan pada interval
tegangan yang cukup lebar. Op-Amp mampu untuk memmberikan penguatan
sampai setinggi 100.000 untuk sebuah op-amp dalam keadaan rangkaian hubung
terbuka sampai hanya sebesar 1 (satu) kali saat digunakan sebagai
rangkaian pengikut tegangan (voltage follower) (Anonim, 2013:1).
Penguat Operasional tersusun dari beberapa rangkaian penguat yang menggunakan
transistor atau FET. Biasanya membuat penguat dari Op-Amp lebih
mudah dibandingkan membuat penguat dari transistor karena tidak memerlukan
perhitungan titik kerja, bias.Kelebihan penguat operasional (Op-Amp):

1. Impedansi input yang tinggi sehingga tidak membebani penguat sebelumnya.


2. Impedansi output yang rendah sehingga tetap stabil walau dibebani oleh rangkaian
selanjutnya.
3. Lebar pita yang lebar sehingga dapat dipakai pada semua jalur frekuensi audio
(woofer, midle, dan tweeter)
4. Adanya fasilitas offset null sehingga memudahkan pengaturan bias penguat agar
tepat dititik tengah sinyal (Bishop, 2005:79)
Penguat operasional adalah penguat diferensial dengan dua masukan dan
satu keluaran, yang mempunyai penguatan tegangan yang amat tinggi yaitu dalam

orde 105. Dengan penguatan yang amat tinggi ini, penguat operasional dalam
rangkaian balikan lebih banyak digunakan daripada dalam lingkar terbuka.
Pemakaian Op-Amp amatlah luas meliputi bidang elektronika audio, pengatur
tegangan DC, tapis aktif, penyearah presisi, konverter analog ke digital dan
sebaliknya, pengintegral, penguat pengunci, kendali otomatik, komputer analog, dll
(Sutrisno, 1987:117-118).

B.

Penguat Operasional Pembalik (Inverting Op-Amp)


Op-Amp adalah suatu penguat dengan dua buah masukan dan satu keluaran.
Untuk mengendalikan penguatan yang tidak terlalu besar maka dipasanglah
rangkaian umpan balik (feedback) ke masukan membalik. Umpan balik ini
mengembalikan sebagian dari isyarat keluaran ke masukan sehingga memperlemah
masukan. Umpan balik semacam ini disebut umpan balik negatif. Jika umpan balik
yang digunakan untuk memperkuat masukan, disebut umpan balik positif. Dalam
hal Op-Amp umpan balik negatif dibuatlah rangkaian penguat membalik dan
rangkaian penguat tak membalik (Gunawan, 1996:14).
Rangkaian penguaat inverting adalah merupakan rangkaian elektronika yang
berfungsi untuk memperkuat dan membalik polaritas sinyal masukan. Ada dua jenis
rangkaian penguat yang sering kita dengar yaitu penguat inverting (membalik)
dan non inverting(tidak membalik). Untuk rangkaian yang sering digunakan adalah
jenis rangkaian penguatinverting. Rangkaian penguat inverting menggunakan IC
yang sering dipakai dan mudah dicari yaitu IC Op-Amp LM741. Pada
rangkaian inverting Sinyal input yang akan diperkuat adalah sinyal AC 1 volt dengan
frekuensi 1 Hz. Besarnya penguatannya adalah tahanan input dibagi dengan
tahanan penguatan yaitu -R5 / R4 = -30/10 = -3. Untuk menentukan besarnya
tegangan outputnya adalah gain x Vin = -3 x 1 volt = -3 volt. Tanda minus
menunjukkan berkebalikan fasa dengan sinyal input. Artinya jika sinyal input adalah
positif maka sinyal outputnya akan negatif dan jika sinyal inputnya negatif maka
sinyal outputnya adalah positif. Sinyal input yang berwarna merah dan
sinyal output yang berwarna biru. Garis vertikal menunjukkan besarnya tegangan
dan garis horizontal menunjukkan waktu. Sinyal input pada posisi tegangan 1 volt
( Vpuncak = 1V2 volt) dan tegangan outputnya adalah 3 volt (Vpuncak = 3V2 volt)
ini sesuai dengan besarnya penguatan yaitu 3 kali lebih besar dari sinyal input.
Pada saat sinyal input pada posisi negatif maka sinyal outputnya pada posisi positif
dan begitu sebaliknya jika sinyal inputnya berubah-ubah, kondisi inilah yang disebut
dengan penguatan inverting(membalik) (Widowati, 1979:67).

C.

Penguat Operasional Tak-Membalik (Non Inverting Op-Amp)

Penguat tak pembalik adalah rangkaian penguat operasional dasar yang lain.
Keuntungan dari rangkaian ini meliputi perolehan tegangan yang stabil , impendasi
masukan yang tinggi, dan impedansi keluaran yang rendah.
Berikut ini adalah karakteristik dari Op Amp ideal:
1.

Penguatan tegangan lingkar terbuka (open-loop voltage gain) AVOL =

2.

Tegangan ofset keluaran (output offset voltage) VOO = 0

3.

Hambatan masukan (input resistance) RI =

4.

Hambatan keluaran (output resistance) RO = 0

5.

Lebar pita (band width) BW =

6.

Waktu tanggapan (respon time) = 0 detik

7.

Karakteristik tidak berubah dengan suhu


Kondisi ideal tersebut hanya merupakan kondisi teoritis tidak mungkun dapat
dicapai dalam kondisi praktis. Tetapi para pembuat Op Amp berusaha untuk
membuat Op Amp yang memiliki karakteristik mendekati kondisi-kondisi di atas.
Karena itu sebuah Op Amp yang baik harus memiliki karakteristik yang mendekati
kondisi ideal (Dwihono, 1996:105).
Penguat tak membalik (non inverting) adalah sebuah Op-Amp yang
diterapkan dalam modus penguat tak membalik atau non inverting, yaitu tegangan
keluarannya, Vo mempunyai polaritas yang sama seperti tegangan masukan. Dari
cara penyusunannya pun dapat dilihat bahwa sinyal masukan dihubungkan ke
masukan non inverting, sehingga sinyal keluaran mempunyai fase yang sama
dengan sinyal masukan. Rangkaian non inverting ini hampir sama dengan
rangkaian inverting hanya perbedaannya adalah terletak pada tegangan inputnya
dari masukan non inverting(Sutanto, 2006:16).
Banyak rangkaian elektronika yang memerlukan penguatan tegangan atau
arus yang tinggi tanpa terjadi pembalikan (inversion) isyarat. Penguat Op-Amp tak
pembalik (non inverting Op-Amp) didesain untuk keperluan ini. Rangkaian ini dapat
digunakan untuk memperkuat isyarat ac maupun dc dengan keluaran yang tetap
sefase dengan masukan. impendasi masukan dari raangkaian ini berharga sangat
tinggi dengan nilai sekitar 100 m. Dengan isyarat masukan dikenakan pada
terminal masukan non inverting, besarnya penguatan tegangan pada tergantung
pada Rin dan Rf yang dipasang. Isyarat penguat dari resistor RL (biasanya berharga
35-50 ) (Anonim, 2013;11).

D.

Rangkaian Penjumlah Tegangan dan Pengurang

Op-Amp adalah singkatan dari Operational Amplifier. Merupakan salah satu


komponen analog yang sering digunakan dalam berbagai aplikasi rangkaian
elektronika. IC Op-Amp adalah piranti solid-state yang mampu mengindera dan
memperkuat sinyal, baik sinyal DC maupun sinyal AC. Pada Op-Amp memiliki 2
rangkaian feedback (umpan balik) yaitu feedback negatif dan feedback positif
dimanaFeedback negatif pada op-amp memegang peranan penting. Secara umum,
umpan balik positif akan menghasilkan osilasi sedangkan umpan balik negatif
menghasilkan penguatan yang dapat terukur. Fungsi dari Op-amp adalah sebagai
pengindra dan penguat sinyal masukan baik DC maupun AC juga sebagai penguat
diferensiasi impedansi masukan tinggi, penguat keluaran impedansi rendah. OpAmp banyak dimanfaatkan dalam peralatan-peralatan elektronik sebagai penguat,
sensor, mengeraskan suara, buffer sinyal, menguatkan sinyal, mengitegrasikan
sinyal. Selain itu digunakan pula dalam pengaturan tegangan, filter aktif,
intrumentasi, pengubah analog ke digital dan sebaliknya (Pramudya, 2012:7).
Penguat operasional (operational amplifier) atau yang biasa disebut op-amp
merupakan suatu jenis penguat elektronika dengan hambatan (coupling) arus
searahyang memiliki bati (faktor penguatan) sangat besar dengan dua masukan
dan satu keluaran. Penguat diferensial merupakan suatu penguat yang bekerja
dengan memperkuat sinyal yang merupakan selisih dari kedua masukannya.
Penguat operasional pada umumnya tersedia dalam bentuk sirkuit terpadu dan
yang paling banyak digunakan adalah rangkaian seri. Penguat operasional dalam
bentuk rangkaian terpadu memiliki karakteristik yang mendekati karakteristik
penguat operasional ideal tanpa perlu memperhatikan apa yang terdapat di
dalamnya. Penguat operasional adalah perangkat yang sangat efisien dan serba
guna.. Contoh penggunaan penguat operasional adalah untuk operasi matematika
sederhana seperti penjumlahan danpengurangan terhadap tegangan listrik hingga
dikembangkan kepada penggunaan aplikatif seperti komparator dan osilator dengan
distorsi rendah serta pengembangan alat komunikasi (Turner, 1995:119).
Penguat diferensial merupakan suatu penguat yang bekerja dengan
memperkuat sinyal yang merupakan selisih dari kedua masukannya. Penguat
operasional (operational amplifier) atau yang biasa disebut op-amp merupakan
suatu jenis penguat elektronika dengan hambatan (coupling) arus searah yang
memiliki bati (faktor penguatan) sangat besar dengan dua masukan dan satu
keluaran atau keluaran tunggal yang yang ditambah dua terminal untuk mensuplai
daya. Penguat operasional (op-amp) juga sering digunakan dalam operasi
matematika baik penjumlahan maupun pengurang.penguat operasional atau
disingkat op-amp adalah merupakan sutu penguat differensial berperolehan
sangat tinggi yang terterkopel dc langsung yang dilengkapi dengan umpan. Oleh
karena itu, penguat operasional lebih banyak digunakan dengan loop tertutup
daripada dalam lingkar terbuka (Chattopadhay, 1989:65).
E.

Rangkaian Integrator

Pemahaman tentang rangkaian-rangkaian integrator praktis dapat diperoleh


dengan pertama-tama mengamati dan menganalisis perilaku dari sebuah
rangakaian ideal. Kesalahan-kesalahan yang timbul pada rangkaian praktis
selanjutnya dpat kita pahami sebagai perangankat dari perilaku rangakaian ideal
ini. Terdapat dua prinsip utama yang mendasari kerja dari sebuah integrator ideal.
Prinsip kerja yang pertama adalah berkaiatan batas-batas titik penjumlahan
penguat ideal. Semau arus dari sumber-sumber sinyal yang masuk menuju terminal
masukan membalik dari sebuah pengaut ideal harus keluar menuju lintasan umpan
negative rangkaian. Tegangan keluar pengauat hanya akan mengambil suatu nilai
tertentu yang diperlukan untuk menjaga agar terminal masukan pembalik berada
pada potensial yang aman pada potensial dengan potensial terminal msukan nonpembalik. Hal ini akan dapat mencegah terjadinya akumulasi atau penumpukan
muatan pada terminal masukan pembalik OP-Amp (Clayton, 2005:159).
Jadi voltase output dari rangakaian ini sebanding dengan integral waktu dari
voltase inputnya. Rangakaian integrasi seperti ini telah dibicarakan dengan
rangkaian tapis lolos rendah yang terdiri dari rangakaian seri resistor dan
kondensator dalam pasal mengenai filter. Tetapi pada rangkaian tapis lolos rendah
pendekatan integrasi hanya untuk amplitude yang kecil (Blocher, 2013:165).
F.

Tapis/Filter Lolos Rendah


Tapis lewat rendah atau tapis lolos rendah ( low-pass filter ) digunakan untuk
meneruskan sinyal berfrekuensi rendah dan meredam sinyal berfrekuensi tinggi.
Sinyal dapat berupa sinyal listrik seperti perubahan tegangan maupun data data
digital seperti ultra dan suara. Untuk sinyal listrik, low-pass filter direalisasikan
dengan meletakkan kumparan secara seri dengan sumber sinyal atau dengan
meletakkan kapasitor secara paralel dengan sumber sinyal. Contoh
penggunaan filterini adalah pada aplikasi audio, yaitu pada peredam frekuensi
tinggi (yang biasa digunakan pada tweeter) sebelum masuk speaker
bass atau subwoofer (frekuensi rendah). Kumparan yang diletakkan secara seri
dengan sumber tegangan akan meredam frekuensi tinggi dan meneruskan
frekuensi rendah, sedangkan sebaliknya kapasitor untuk sinyal berupa data data
digital dapat difilter dengan malakukan operasi matematika seperti
konvolusi. Finite Impulse Response ( FIR ) dan Infinite Impulse Response ( IIR )
adalah logaritma untuk memfilter sinyal digital. Contoh aplikasi low pass filter pada
sinyal digital adalah memperhalus gambar denganGaussian blor. Batas frekuensi
antara sinyal yang dapat ditentukan dan yang direndam disebut dengan
frekuensi cut off (Kurniawan, 2012).
Low past filter merupakan rangkaian filter yang memberikan redaman sangat
kecil pada frekuensi di bawah frekuensi cut-off (-3 dB) yang telah ditentukan,
sedangkan frekuensi di atas frekuensi cut-off akan mendapat redaman yang sangat
besar. Lebih sederhananya, hanya frekuensi rendah saja yang dapat melewati
rangkaian filter ini. Frekuensi cut-off adalah frekuensi keluaran yang amplitudonya
turun 70,7 % (-3 dB) terhadap amplitudo frekuensi masukannya. Rangkaian tapis
lolos rendah (low-pass filter) dapat dibangun menggunakan dua jenis rangkaian

dasar, yaknilow-pass filter induktif dan rangkaian low-pass filter kapasitif (Mukti,
2012).

G.

Tapis/Filter Lolos Tinggi


High pass filter adalah jenis filter yang melewatkan frekuensi tinggi, tetapi
mengurangi amplitudo frekuensi yang lebih rendah daripada frekuensi cutoff. Nilainilai pengurangan untuk frekuensi berbeda-beda untuk tiap-tiap filter ini .Terkadang
filter ini disebut low cut filter, bass cut filter atau rumble filter yang juga
sering digunakan dalam aplikasi audio. High pass filter adalah lawan dari low pass
filter, danband pass filter adalah kombinasi dari high pass filter dan low pass
filter. Filter ini sangat berguna sebagai filter yang dapat memblokir komponen
frekuensi rendah yang tidak diinginkan dari sebuah sinyal komplek saat melewati
frekuensi tertinggi. High pass filter memiliki banyak aplikasi. Diantaranya digunakan
digunakan sebagai bagian dari crossover audio untuk mengarahkan frekuensi tinggi
ke tweeter sementara pelemahan sinyal bass yang dapat mengganggu, atau
kerusakan, pembicara. Ketika filter seperti dibangun menjadi loudspeaker kabinet
itu biasanya filter pasif yang juga mencakup -pass filter rendah untuk woofer dan
sering menggunakan kedua kapasitor dan induktor (meski sangat sederhana tinggipass filter untuk tweeter dapat terdiri dari kapasitor seri dan tidak ada yang lain)
(Kurniawan, 2012).
Penguat operasional merupakan penguat masuk diferensial berperolehan
tinggi sedang langsung. Istilah tinggi gendang penguat operasional pertama kali
digunakan untuk penguat DC (arus serarah) yang membentuk operasi matematika
seperti penjumlahan, pengurangan, inegrasi dan diferensiasi dalam computer
analog. Disamping itu Op-Amp digunakan pula dalam pengatur tegangan, filter akif,
instrumentasi, dan banyak penggunaan lainnya. Telah kita ketahui bahwa tapis
lolos tinggi untuk frekuensi dibawah p = bersifat sebagai pendeferensial (Sutanto,
2006: 236).

BAB III

METODE PRAKTIKUM
A.
1.

Penguat Operasional (Op-Amp)


Alat dn Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini dapat dilihat pada tabel
3.1 berikut.
Tabel 3.1 Alat dan bahan pada percobaan penguat operasional (Op-Amp)

2.

N
o

Alat dan Bahan

Fungsi

1.

Resistor: 2 k,200
k, 560 k, 390 k

Sebagai hambatan terhadap arus


dalam rangkaian

2.

Kapasitor: 0,01F,
dan 100 V

Sebagai penyimpan muatan


listrik

3.

IC Op-Amp A741

Sebagai penguat tegangan

4.

Osiloskop

Untuk menampilkan sinyal


gelombang

5.

Multimeter

Untuk mengukur tegangan, arus


atau hambatan listrik

6.

Pencatu daya: 12 V
DC

Sebagai sumber tegangan dan


mengaktifkan IC

7.

Papan rangkaian

Sebagai tempat untuk merangkai


rangkaian

8.

Kabel penghubung

Untuk menghubungkan
komponen-komponen rangkaian.

9.

Saklar

Sebagai penghubung dan


pemutus rangkaian

10
.

Speaker 16

Sebagai hambatan beban

Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan penguat operasional
(op-amp) adalah sebagai berikut:

a.

Menyusun rangkaian tes Op-Amp seperti terlihat pada gambar 3.1.

b.

Menghubungkan rangkaian ke catu daya dengan tegangan +12 V dan


16

-12 v.

Gambar 3.1 Rangkaian tester Op-Amp


c.

Sebelum menghubungkan rangkaian ke pencatu daya, terlebih dahulu menyiapkan


rangkaian untuk mengukur besarya arus antara pin 7 dan +Vcc. Kemudian
menyalakan pencatu daya. Sehingga arus yang mengalir adalah sebesar 1,15 mA.

d.

Menghubungkan kaki-kai R1 ke osiloskop dan terlihat adanya isyarat gelombang kotak


maka ini memberikan indikasi bahwa IC dalam keadaan baik.

e.

Membuat sketsa bentuk gelombang dan membentukan keterangan Vpp, Vrms, Vmax
dan Vmin yang terbaca pada layar osilioskop.

f.

Menyentuh ujung resistor 1 (R1) dengan ujung jari. Menentukan hasil pengamatan
baik dalam bentuk gelombang maupun nilai tegangan. Lalu membandingkan hasil
pengamatan sebelum dan setelah resisttor disentuh.

3.

Data pengamatan

a.

Rangakaian Operasional Amplifier


16

Gambar 3.2 Rangkaian operasional amplifier


b.

Isyarat Masukan
Gambar 3.3 Isyarat masukan
Vrms = 111 mV
Vpp

= 225 mV

Vmin = -116 mV
Vmax = 108 mV

c.

Isyarat Masukan Setelah Salah Satu Ujung Resistor Disentuh dengan


Tangan

Gambar 3.4 Isyarat masukan setelah salah satu ujung resistor disentuh dengan tangan

Vrms = 1,07 V
Vpp

= 2,25 V

Vmin = -1,16 V
Vmax = 1,08 V

d.

Isyarat Keluaran
Gambar 3.5 Isyarat keluaran

Vrms = 22,8 mV
Vpp

= 112 mV

Vmin = -58,4 mV
Vmax = 54,4 mV

B.
1.

Penguat Operasional Pembalik (Inverting Op-Amp)


Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini dapat dilihat pada tabel
3.2 berikut.

Tabel 3.2 Alat dan bahan pada percobaan penguat operasional pembalik (invertingOp-Amp)
N
o

Alat dan Bahan

Fungsi

1.

Resistor: 10 k,
200 k, 20 k dan
2 k

Sebagai hambatan terhadap arus


dalam rangkaian

2.

IC Op-Amp:A741

Sebagai penguat tegangan

3.

Osiloskop

Untuk menampilkan sinyal


gelombang masukan dan keluaran

4.

Multimeter

Untuk mengukur tegangan, arus


atau hambatan listrik

5.

Baterai 2 buah : 3
volt

Sebagai pembangkit sinyal

6.

Pencatu daya: 12
V DC

Sebagai sumber tegangan dan


mengaktifkan IC

7.

Papan rangkaian

Sebagai tempat untuk merangkai


rangkaian

8.

Kabel penghubung

Untuk menghubungkan komponenkomponen rangkaian.

9.

2.

Potensiometer 16
k

Sebagai hambatan variabel

Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebagai
berikut:

a.

Menyusun rangkaian Op-Amp DC seperti terlihat pada gambar 2.1 dengan


menggunakan sumber DC variabel A741 sebagai catu daya.

b.

Membuat rangkaian pembagi tegangan seperti terlihat pada gambar 2.1.


Gambar 3.6 Rangkaian Op-Amp DC

Gambar 3.7 Rangkaian sumber tegangan masukan Vin

c.

Menghubungkan gambar 3.6 dan 3.7.

d.

Menghidupkan IC.

e.

Memasang catu daya dan baterai.

f.

Mengukur tegangan masukan dan tegangan keluaran menggunakan multimeter.

g.

Mengamati tegangan masukan dan tegangan keluaran pada osiloskop.

h.

Mencatat hasil pengamatan.

3.

Data Pengamatan

a.

Penguat Operasional Pembalik pada Osiloskop


Gambar 3.8 Penguat operasional pembalik di osiloskop

b.

Dengan Menggunakan Multimeter


Vin = 0,004 Volt

Vout = 0,008 Volt


c.

Dengan Menggunakan Osiloskop


Vin = 8 mV
Vout = 11,2 mV

C.
1.

Penguat Operasional Tak-Membalik (Non Inverting Op-Amp)


Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini dapat dilihat pada tabel
3.3 berikut.

Tabel 3.3 Alat dan bahan pada percobaan penguat operasional tak-membalik (non inverting opamp)
N
o

Alat dan Bahan

Fungsi

1.

Resistor: 10 k, 200
k, 2 k

Sebagai hambatan terhadap


arus dalam rangkaian

2.

Potensiometer: 20
K

Sebagai hambatan variabel

3.

IC Op-Amp:A741

Sebagai penguat tegangan

4.

Osiloskop

Untuk menampilkan sinyal

gelombang masukan dan


keluaran

2.

5.

Multimeter

Untuk mengukur tegangan, arus


atau hambatan listrik

6.

Pembangkit isyarat
AC(FunctionGenerat
or-FG)

Sebagai pembangkit sinyal

7.

Pencatu daya: 9 v
DC

Sebagai sumber tegangan dan


mengaktifkan IC

8.

Papan rangkaian

Sebagai tempat untuk


merangkai rangkaian

9.

Kabel penghubung

Untuk menghubungkan
komponen-komponen rangkaian.

10
.

Baterai 1,5 V

Sebagai pembangkit isyarat


masukan variabel

Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebagai
berikut:

a.

Menyusun rangkaian tak membalik Op-Amp seperti terlihat pada gambar 3.9.
Pencatu daya Op-Amp A741 dibuat dengan memasang dua bua baterai atau sumber
DC variabel.

b.

Mengatur sumber DC variabel (gambar 3.10) untuk menghasilkan isyarat tertentu dan
menghubungkan ke titik A. Menghidupkan IC dengan menghubungkannya dengan catu
daya. Dan mengamati tegangan keluaran yang terukur pada kaki RL.
Gambar 3.9 Rangkaian DC Op-Amp tak membalik
Gambar 3.10 Rangkaian sumber tegangan masukan Vin

c.

Dengan menggunakan rumus penguatan, dan menghitung besar Av untuk rangkaian


denganm menggunakan harga hasil pengukuran.

d.

Dengan menggunakan rumusan Av untuk resistansi, maka menghitung besarnya


penguatan rangkaian dengan harga Rin dan Rf.

e.

Jika terdapat perbedaan nilai penguatan tegangan hasil kedua perhitungan,


menghitung harga sebenarnya dari resistor Rin dan Rf. Kemudian menghitung lagi harga
Av dengan menggunakan nilai sebenarnya ini.

f.

Menghubungkan dua resistor 200 k secara seri untuk mendapatkan resistor Rf = 400
k. Mengulangi langkah 2,3 dan 4 dengan menggunakan harga Rf yang baru ini.
Kebudian menghitung Vout.

g.

Menghubungkan dua resistor 200 k secara paralel dan mengulangi langkah 6 untuk
Vin.

h.

Mengubah penguat DC pada gambar 3.9 menjadi penguat AC seperti terlihat pada
gambar 3.10 harga Rin dan R1 harus dibuat sama.

i.

Menghidupkan generator isyarat AC, mengatur agar menghasilkan isyarat 0,1 Vp-p,
400 Hz. Menyalakan catu daya IC.

j.

Mencatat hasil pengamatan

3.

Data Pengmatan
CH1 (Vin) = 1,97 Volt
CH2 (Vout) = 25,08 Volt
Penguat Operasional Tak Membalik
Gambar 3.11 Penguat operasional tak membalik

D.
1.

Rangkaian Penjumlah dan Pengurang Tegangan


Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini dapat dilihat pada tabel
3.4 berikut.

Tabel 3.4 Alat dan bahan pada percobaan rangkaian penjumlah dan pengurang tegangan
No

Alat dan Bahan

Fungsi

1.

Resistor: 2k2 , 22 k
dan 20 k

Sebagai hambatan terhadap arus


dalam rangkaian

2.

Potensiometer 10 k Sebagai hambatan variabel

3.

IC Op-Amp:A741

Sebagai penguat tegangan

2.

4.

Osiloskop

Untuk
menampilkan isyarat gelombang
masukan dan keluaran

5.

Pembangkit isyarat
AC(Function Generat
or-FG)

Sebagai pembangkit
sinyal gelombang

6.

Pencatu daya: 12 v
DC

Sebagai sumber tegangan dan


mengaktifkan IC

7.

Papan rangkaian

Sebagai tempat untuk merangkai


rangkaian

8.

Kabel penghubung

Untuk menghubungkan
komponen-komponen rangkaian

Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebagai
berikut:

a.

Menyusun rangkaian Op-Amp integrator seperti yang terlihat pada gambar 3.12.
Pencatu daya A741 dibuat dengan memasang sumber DC variable.

b.

Membuat rangkaian isyarat masukan sinusoida Vi1 dan Vi2 dengan menggunakan
rangkaian pembagi tegangan dengan sumber isyarat AC dari function
generator (FG) pada frekuensi 1 Khz seperti terlihat pada gambar 2. R a dan
Rb diambil dari sebuah potensiometer. Kemudian memeriksakan dengan osiloskop
dan mengamati bagaimana Vi1 (Ch. 1) dan Vi2 (Ch. 2) berubah dengan adanya
perubahan pada Ra dan Rb. Mengatur amplitudo sumber (FG) dan Ra dan Rb agar
dapat menghasilkan Vi1=Vi2.
Gambar 3.12 Rangkaian Op-Amp sebagai penjumlah
Gambar 3.13 Rangkaian sumber isyarat masukan

c.

Menghubungkan sumber x dan y pada rangkaian gambar 3.l2 ke sumber V i1dan


Vi2 pada rangkaian gambar 3.13

d.

Menyusun rangkaian Op-Amp pengurang seperti terlihat pada gambar


3.14. Pencatu daya A741 dibuat dengan memasang sumber DC variabel.
Gambar 3.14 Rangkaian Op-Amp sebagai pengurang

Gambar 3.15 Rangkaian sumber isyarat untuk rangkaian pengurang


e.

Membuat rangkaian isyarat masukan menggunakan rangkaian pembagi tegangan


dengan sumber masukan menggunakan rangkaian pembagi tegangan dengan sumber
isyarat AC dari function generator (FG). Memeriksa rangkaian yang telah dibuat
dengan menggunakan osiloskop dan mengamati Vi1 (Ch.1) dan Vi2 (Ch. 2) berubah ,
dengan adanya perubahan pada Ra dan Rb.

f.

Menghubungkan x dan y pada rangkaian gambar 4.14 ke sumber Vi1 dan Vi2pada
rangkaian 4.15.

3.

Data Pengamatan

a.

Rangkaian Penjumlah Tegangan

1)

Isyarat Masukan pada Rangkaian Penjumlah Tegangan

ambar 3.16 Isyarat masukan pada rangkaian penjumlah tegangan


2)

Isyarat Keluaran pada Rangkaian Penjumlah Tegangan


Gambar 3.17 Isyarat keluaran pada rangkaian penjumlah tegangan

b.

Rangkaian Pengurang Tegangan

1)

Isyarat Masukan pada Rangkaian Pengurang Tegangan

ambar 3.18 Isyarat masukan pada rangkaian pengurang tegangan


2)

Isyarat Keluaran pada Rangkaian Pengurang Tegangan

ambar 3.19 Isyarat keluaran pada rangkaian pengurang tegangan


E.
1.

Rangkaian Integrator
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini dapat dilihat pada tabel
3.5 berikut.

Tabel 3.5 Alat dan bahan pada percobaan rangkaian integrator

N
o

2.

Alat dan Bahan

Fungsi

1.

Resistor: 22 k

Sebagai hambatan terhadap arus


dalam rangkaian

2.

Kapasitor: 47 nF

Sebagai penyimpan muatan


listrik

3.

IC Op-Amp:A741

Sebagai penguat tegangan

4.

Osiloskop

Untuk menampilkan isyarat


masukan dan isyarat keluaran

5.

Multimeter

Untuk mengukur tegangan, arus


atau hambatan listrik

6.

Pembangkit isyarat
AC(Function Genera
tor-FG)

Sebagai pembangkit
sinyal gelombang

7.

Pencatu daya: 15
v DC

Sebagai sumber tegangan dan


mengaktifkan IC

8.

Papan rangkaian

Sebagai tempat untuk


merangkaikomponen-komponen
elektronika

9.

Kabel penghubung

Untuk menghubungkan
komponen satudengan komponen
lainnya padarangkaian.

Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebagai
berikut:

a.

Menyusun rangkaian Op-Amp integrator seperti terlihat pada gambar 3.20 dimana
pencatu daya A741 dibuat dengan memasang dua baterai atau sumber DC variabel.

b.

Mengatur isyarat masukan dari FG untuk menghasilkan isyarat kotak 1 Vpp pada
frekuensi 1 kHz.
Gambar 3.20 Rangkaian Op-Amp sebagai integrator

c.

Untuk masukan gelombang kotak menggambarkan bentuk isyarat masukan (Ch.1)


dan bentuk isyarat keluaran (Ch.2) yang terlihat pada osiloskop. Mengatur time/div
dan volt/div agar seluruh layar osiloskop hanya ditempati oleh 1 (satu) gelombang
saja.

d.

Mengulangi langkah 3 untuk isyarat masukan berupa gelombang segitiga.

e.

Mengulangi langkah 4 untuk isyarat masukan berupa gelombang sinusoida.

3.

Data Pengamatan

a.

Isyarat Masukan Gelombang Kotak


Keterangan:
Frekuensi = 1,0 kHz
Amplitudo=1,0 Vpp

Gambar 3.21 Isyarat masukan gelombang kotak


Hasil proses integrasi pada keluaran :
Keterangan :
Vmax = 240 mV
Vmin = -40 mV
Vpp

= 720 mV

Vmin = -40 mV

Gambar 3.22 Hasil proses integrasi pada keluaran gelombang kotak


b.

Isyarat Masukan Gelombang Segitiga


Keterangan:

Frekuensi = 1,0 kHz


Amplitudo =1,0 Vpp

Gambar 3.23 Isyarat masukan gelombang segitiga


Hasil proses integrasi pada keluaran :
Keterangan :
Vmax = 104 mV
Vmin = -84 mV
Vpp

= 188 mV

Gambar 3.24 Hasil proses integrasi pada keluaran gelombang segitiga


c.

Isyarat Masukan Gelombang Sinusoidal


Keterangan:
Frekuensi = 1,0 kHz
Amplitudo =1,0 Vpp
Gambar 3.25 Isyarat masukan gelombang sinusoidal
Hasil proses integrasi pada keluaran :
Keterangan :
Vmax = 180 mV
Vmin = -40 mV
Vpp

= 120 mV

Gambar 3.26 Hasil proses integrasi pada keluaran gelombang sinusoidal

F.
1.

Tapis/Filter Lolos Rendah


Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini dapat dilihat pada tabel
3.6 berikut.

Tabel 3.6 Alat dan bahan pada percobaan tapis/filter lolos rendah
N
o

2.

Alat dan Bahan

Fungsi

1.

Resistor: 20 k,12 k,
6,8 k

Sebagai hambatan terhadap


arus dalam rangkaian

2.

Kapasitor: 0,01F, dan 1


F

Sebagai penyimpan muatan


listrik

3.

IC Op-Amp:A741

Sebagai penguat tegangan

4.

Osiloskop

Untuk menampilkan sinyal


gelombang masukan dan
keluaran

5.

Multimeter

Untuk mengukur tegangan,


arus atau hambatan listrik

6.

Pembangkit isyarat
AC (FunctionGenerator)

Sebagai pembangkit
sinyal gelombang

7.

Pencatu daya: 12 V DC

Sebagai sumber tegangan

8.

Papan rangkaian

Sebagai tempat untuk


merangkai rangkaian

9.

Kabel penghubung

Untuk menghubungkan
komponen-komponen
rangkaian.

Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebagai
berikut:

a.

b.

Menyusun rangkaian op-amp filter lolos tinngi seperti terlihat pada gambar 3.27.
Pencatu daya A741 dibuat dengan memasang dua baterai atau sumber DC
variabel.
Menghubungkan rangkaian dengan osiloskop dan fungsi generator.
Gambar 3. 27 Rangkaian Op-Amp sebagai filter lolos rendah

c.

Memasukan frekuensi 100 Hz pada osilasi serta tegangan masukan dan


keluarannya.

d.

Mengulangi langkah 3 untuk frekuensi masukan 300 Hz, 500 Hz, dan 1.000 Hz dan
1.400 Hz.

e.

Mencatat hasil pengamatan

3.

Data Pengamatan

a.

Hasil Pengamatan pada Percobaan Tapis/Filter Lolos Rendah


Tabel 3.7 Pengamatan pada percobaan tapis/filter lolos rendah

b.

N
o.

Frekuensi Masukan
(Hz)

Vin
(Volt)

Vout
(Volt)

1.

100

1,08

20,4

2.

300

1,08

20,8

3.

500

1,06

20,4

4.

1.000

1,08

21,2

5.

1.400

1,10

20,4

Isyarat Keluaran pada Frekuensi Masukan 100 Hz


Gambar 3.28 Isyarat keluaran pada frekuensi masukan 100 Hz

c.

Isyarat Keluaran pada Frekuensi Masukan 300 Hz

Gambar 3.29 Isyarat keluaran pada frekuensi masukan 300 Hz


d.

Isyarat Keluaran pada Frekuensi Masukan 500 Hz


Gambar 3.30 Isyarat keluaran pada frekuensi masukan 500 Hz

e.

Isyarat Keluaran pada Frekuensi Masukan 1.000 Hz


Gambar 3.31 Isyarat keluaran pada frekuensi masukan 1.000 Hz

f.

Isyarat Keluaran pada Frekuensi Masukan 1.400 Hz


Gambar 3.32 Isyarat keluaran pada frekuensi masukan 1.400 Hz

G.
1.

Tapis/Filter Lolos Tinggi


Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini dapat dilihat pada tabel
3.8 berikut.
Tabel 3.8 Alat dan bahan pada percobaan tapis/filter lolos tinggi
N
o

Alat dan Bahan

Fungsi

1.

Resistor: 20 k,12 k,
6,8 k

Sebagai hambatan terhadap


arus dalam rangkaian

2.

Kapasitor: 0,01F dan 1

Sebagai penyimpan muatan

2.

listrik

3.

IC Op-Amp:A741

Sebagai penguat tegangan

4.

Osiloskop

Untuk menampilkan isyarat


gelombang masukan dan
keluaran

5.

Pembangkit isyarat
AC (FunctionGeneratorFG)

Sebagai pembangkit
sinyal gelombang

6.

Pencatu daya: 12 v DC

Sebagai sumber tegangan


dan mengaktifkan IC

7.

Papan rangkaian

Sebagai tempat untuk


merangkaikomponenkomponen elektronika

8.

Kabel penghubung

Untuk menghubungkan
komponen-komponen
rangkaian.

Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebagai
berikut:

a.

Menyusun rangkaian op-amp filter lolos tinggi seperti terlihat pada gambar 3.33.
Pencatu daya A741 dibuat dengan memasang DC variabel.

b.

Dengan menggunakan FG, dan mengatur frekuensi isyarat sinusoida masukan.


Dan menghubungkan isyarat masukan Ch.1 osiloskop dan isyarat keluaran Ch.2.
Lalu melakukan pembacaan pada monitor osiloskop yang menampilkan isyarat
masukan dan keluaran.
Gambar 3.33 Rangkaian Op-Amp sebagai integrator

c.

Mengulangi langkah 2 di atas untuk beberapa frekuensi yang lain.

d.

Mencatat hasil pengamatan.

3.

Data Pengamatan

a.

Hasil Pengamatan pada Percobaan Tapis/Filter Lolos Tinggi

Tabel 3.9 Pengamatan pada percobaan tapis/filter lolos tinggi

b.

N
o.

Frekuensi Masukan
(Hz)

Vin
(Volt)

Vout
(Volt)

1.

100

1,096

1,74

2.

500

1,098

1,78

3.

1.000

1,098

1,66

4.

10.000

1,098

1,64

5.

50.000

1,098

1,72

Isyarat Keluaran pada Frekuensi Masukan 100 Hz


Gambar 3.34 Isyarat keluaran pada frekuensi masukan 100 Hz

c.

Isyarat Keluaran pada Frekuensi Masukan 500 Hz


Gambar 3.35 Isyarat keluaran pada frekuensi masukan 500 Hz

d.

Isyarat Keluaran pada Frekuensi Masukan 1.000 Hz


Gambar 3.36 Isyarat keluaran pada frekuensi masukan 1.000 Hz

e.

Isyarat Keluaran pada Frekuensi Masukan 10.000 Hz


Gambar 3.37 Isyarat keluaran pada frekuensi masukan 10.000 Hz

f.

Isyarat Keluaran pada Frekuensi Masukan 50.000 Hz


Gambar 3.38 Isyarat keluaran pada frekuensi masukan 50.000 Hz

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


A.

Analisis Data

1.

Penguat Operasional Pembalik (Inverting Op-Amp)

a.

Menghitung Besarnya Penguatan Secara Teori

b.

Menghitung Besarnya Penguatan Secara Praktek

1)

Dengan Menggunakan Multimeter


=

2)

Dengan Menggunakan Osiloskop


=

2.

= 2 kali

= 0,4 kali

Penguat Operasional Tak Membalik (Non Inverting Op-Amp)

Menghitung besarnya penguatan


=

= 0,013 kali

3.

Tapis/Filter Lolos Rendah

a.

Besar penguatan filter pada frekuensi masukan 100 Hz

b.

Besar penguatan filter pada frekuensi masukan 300 Hz


=

c.

= 19,245 kali

Besar penguatan filter pada frekuensi masukan 1.000 Hz


=

e.

= 19,26 kali

Besar penguatan filter pada frekuensi masukan 500 Hz


=

d.

= 18,89 kali

= 19,63 kali

Besar penguatan filter pada frekuensi masukan 1.400 Hz


=

= 18,545 kali

4.

Tapis/Filter Lolos Tinggi

a.

Besar penguatan filter pada frekuensi masukan 100 Hz


=

b.

Besar penguatan filter pada frekuensi masukan 500 Hz


=

c.

= 18,25 kali

= 18,16 kali

Besar penguatan filter pada frekuensi masukan 1.000 Hz


=

= 16,94 kali

d.

Besar penguatan filter pada frekuensi masukan 10.000 Hz


=

e.

Besar penguatan filter pada frekuensi masukan 50.000 Hz


=

B.
1.

= 16,73 kali

= 17,55 kali

Pembahasan
Penguat Operasional (Op-Amp)
Penguat

operasional (Op-Amp) merupakan

penguatelektronika dengan arus

searah yang

memiliki

suatu

jenis

bati

(faktor

penguatan atau dalam bahasa Inggris: gain) sangat besar dengan dua
masukan dan satu keluaran. Penguat operasional pada umumnya tersedia
dalam bentuk sirkuit terpadu dan yang paling banyak digunakan adalah
seri 741. Penguat operasional adalah perangkat yang sangat efisien dan
serba guna. Contoh penggunaan penguat operasional adalah untuk
operasi

matematika

sederhana

seperti penjumlahan dan pengurangan terhadap tegangan


dikembangkan

kepada

penggunaan

listrikhingga
aplikatif

seperti komparator danosilator dengan distorsi rendah.


Penguat operasional memilki dua masukan dan satu keluaran serta
memiliki penguatan DC yang tinggi. Untuk dapat bekerja dengan baik,
penguat operasional memerlukan tegangan catu yang simetris yaitu
tegangan yang berharga positif (+V) dan tegangan yang berharga negatif
(-V) terhadap tanah (ground). Suatu penguat operasional dikatakan ideal
apabila gelombang keluarannya yang dihasilkan berbentuk gelombang
kotak. Penguat operasional dikatakan ideal apabila penguat operasional
tersebut memiliki karakteristik impedansi masukannya sangat besar (tak

hingga),

penguatannya

sangat

besar

(tak

hingga)

dan

impedansi

keluarannya bernilai nol.


Perancangan penguat operasional disini menggunakan IC 741, Opamp 741 dikemas pada sebuah chip silicon kecil, disimbolkan dalam
bentuk segitiga yang mempunyai dua terminal, yaitu input membalik (-)
dan input tak membalik (+), satu terminal output, dan dua terminal
pencatu daya. Pada terminal pencatu daya satu dihubungkan pada
polaritas positif dan yang lainnya dihubungkan pada polaritas negatif.
Masing-masing mengacu terhadap tanah/ground. Tegangan +V merupakan
tegangan

positif

terhadapground dan

tegangan

-V

adalah

tegangan

negatif terhadap ground. Karena isyarat keluaran bisa positif dan negatif
maka Op-amp memerlukan catu daya dengan dua polaritas yang sama
besar dan simetrik terhadap ground.Suplai tegangan yang digunakan
tidak boleh melebihi 18 V.
Keluaran dari op-amp 741 dilindungi dari hubung-singkat oleh
pembatas arus. Jika terjadi hubung-singkat pada beban maka penguat opamp hanya akan memberikan arus sebesar 25 mA. Sehingga IC tersebut
terhindar dari kerusakan. Opamp 741 juga memiliki kompensasi frekuensi
di dalamnya sehingga diperoleh kestabilan pada semua frekuensi di dalam
lebar

pita chip.

Op-amp

741

sebagai

penguat

pembalik

memiliki

penguatan(gain) yang relatif linier, outputnya dikendalikan sebagai fungsi


dari inputnya. IC 741 memiliki pin yang yang berjumlah 8 pin dan terdapat
dua buah input (masukan) dimana masing-masing input berbeda yaitu
satu buah input inverting (membalik) dan satu buah input non-inverting
(tak

membalik)

dan

satu

buah

output

(keluaran)

pada

amplifier

tersebut. Fungsi dari masing-masing pin pada IC tersebut adalah sebagai


berikut: pin

1sebagai offset

nol, pin

2 sebagai masukan

inverting, pin

3 sebagai masukan non-inverting, pin 4 sebagai sumber tegangan (VCC =


-15 V), pin 5 sebagaioffset nol, pin 6 : keluaran, pin 7 sebagai sumber
tegangan (VCC = +15V),pin 8 tidak dipakai.

Percobaan yang pertama dilakukan dengan mengukur besarnya


arus antara pin 7 dengan +Vcc. Dengan beban 2 k, IC yang baik akan
memberikan pembacaan arus sebesar 1-4 mA. Dalam percobaan yang
kami lakukan arus yang teramati adalah 1,15 mA. Ini memberikan indikasi
IC yang kami gunakan dalam melakukan percobaan ini dalam keadaan
baik. Kemudian menghubungkan rangkaian yang ada tersebut dengan
catu daya yang berfungsi sebagai sumber tegangan dan juga pada
osiloskop untuk melihat tampilan gelombangnya dan juga tegangan serta
frekuensinya. Setelah dihubungkan maka di osiloskop akan terlihat
tampilan gelombangnya. Pada percobaan ini, tampilan gelombangnya di
osiloskop

terlihat

seperti

gelombang

kotak.

Ini

memberikan

indikasi adanya penguatan dan ini diperlukan sebuah IC yang baik.


Kemudian percobaan yang selanjutnya dilakukan dengan langkah-langkah
yang sama pula dengan pada langkah-langkah percobaan pertama. Akan
tetapi pada percobaan ini salah satu ujung jari kita akan menyentuh salah
satu

resistor

yang

digunakan

kemudian

akan

melihat

tampilan

gelombangnya, besarnya tegangan puncak ke puncak serta besarnya


frekuensi pada osiloskop. Setelah salah satu ujung jari menyentuh salah
satu resistor maka akan nampak tampilan bentuk gelombang gergaji
sebagai

bentuk

gelombang

yang

dihasilkannya

yang

terlihat

pada

osiloskop. Tak hanya itu, di osiloskop pun akan tertera besarnya tegangan
puncak

ke

puncak

serta

besar

frekuensi

yang

dihasilkannya.

Nilai

tegangan puncak ke puncak serta frekuensinya bernilai lebih kecil


(berbeda) dengan nilai tegangan puncak ke puncak serta frekuensi pada
percobaan pertama. Bentuk gelombang yang dihasilkan pada percobaan
pertama pun berbeda dengan bentuk gelombang pada percobaan kedua.
Ini menunjukkan bahwa dengan menyentuhkan jari tangan ke salah satu
resistor akan menyebabkan terjadinya perbedaan bentuk gelombang,
besarnya tegangan puncak ke puncak serta besar frekuensinya. Pada
percobaan ini terlihat pada osiloskop tegangan maksimum dan tegangan
keluaran setelah salah satu ujung resistor disentuh dengan tangan lebih
besar dari pada isyarat keluarannya. Ini menunjukan penguatan yang
diberikan tidak ada. Hal ini terjadi karena adanya kesalahan yang

dilakukan dalam percobaan yang dilakukan. Kemudian faktor lain yang


menyebabkannya adalah salah satu alat yang digunakan dalam percobaan
ini dalam kondisi tidak terlalu baik. Pada saat menghubungkan rangkaian
dengan

speaker

speaker

tidak

menggunakan

mengeluarkan

sakelar.

suara.

Hal

Namun,

ketika dihubungkan

tersebut

disebabkan

oleh

besarnya nilai hambatan pada speaker tersebut sehingga tidak dapat


mengeluarkan suara.
2.

Penguat Operasional Pembalik (Inverting Op-Amp)


Penguat operasional pembalik adalah penggunanan Op-Amp sebagai
penguat sinyal dimana sinyal outputnya berbalik fasa 180 derajat dari
sinyal input. Pada dasarnya penguat operasional (Op-Amp) memiliki faktor
penguatan yang sangat tinggi (100.000 kali) pada kondisi tanpa rangkaian
umpan balik. Dalam inverting amplifier salah satu fungsi pamasangan
resistor umpan balik (feedback) dan resistor input adalah untuk mengatur
faktor

penguatan inverting

amplifier (penguat

membalik)

tersebut.

Dengan dipasangnya resistor feedback (RF) dan resistor input (Rin) maka
faktor penguatan dari penguat membalik dapat diatur dari 1 sampai
100.000 kali. Untuk mengetahui atau menguji dari penguat membalik
(inverting

amplifier)

dapat

menggunakan

rangkaian

dasar

penguat

membalik menggunakan penguat operasional (Op-Amp). Untuk melakukan


pengujian

rangkaian

penguat

membalik

(inverting

amplifier)

maka

tegangan sumber (simetris) +10Vdc diberikan ke jalur +Vcc sedangkan


-10 V DC dihubungkan ke jalur -Vcc. Sebagai sinyal input sebaiknya
menggunakan sinyal input sinusoidal dengan range frekuensi audio (20 Hz
20 KHz) agar terlihat jelas perbedaan sinyal input dan output rangkaian
penguat membalik ini yang berbeda phase antar input dan outpunya.
Pada

percobaaan penguat

operasional

pembalik

ini,

menyusun

rangkaian Op-Amp dengan memasang resistor feedback (Rf) sebesar 200


k dan resistor Rin sebesar 10 k, dengan menggunakan IC Op-Amp:
A741. Pada percobaan ini resistor feedback di pasang pada kaki 2 dan
kaki 6 IC. Hal tersebut karena fungsi kaki IC untuk kaki dua yaitu sebagai

masukan membalik dan kaki enan sebagai keluaran. Secara rangkaian


penguatan Op-Amp yaitu

negatif resistansi

dari

resistor

feedbacknya

dibagi dengan resistor Rin, maka secara teori diperoleh penguatan untuk
rangkaian pembalik ini sebesar -20 kali. Pada percobaan ini pula kami
menggunakan

multimeter

untuk

mengukur

besarnya

Vin

dan

Vout. Dengan menggunakan multimeter didapat Vin sebesar 0,008 volt


dan Vout sebesar 0,004 volt. Maka penguatan rangkaian pembalik diukur
menggunakan

multimeter

2 kali. Setelah

kami

adalah

Vout

menggunakan

dibagi

dengan

multimeter

untuk

Vin

sebesar

mengukur

tegangannya, kami memasang rangkaian penguat membalik terhubung


dengan osiloskop. Sedangkan dengan menggunakan osiloskoptegangan
masukannya

sebesar 8 mV

dan

tegangan

keluarannya

sebesar 11,2

mV. Sehingga diperoleh penguatnnya sebesar 0,4 kali.


Pada percobaan kali ini akan nampak pula bentuk gelombang yang
akan dihasilkannya pada osiloskop. Dari data pengamatan nampak bahwa
bentuk

gelombang

keluarannya

masukannya

(sefase).

Padahal

sama

jika

dengan

secara

teori

bentuk

gelombang

seharusnya

benuk

gelombang masukan akan berbeda dengan benuk gelombang keluarannya


atau dengan kata lain harusnya gelombangnya berbeda fase. Perbedaaperbedaan

yang

terjadi

pada

percobaan

ini,

baik

perbedaan

hasil

pengukuran pada osiloskop dan juga pada multimeter, serta perbedaan


antara hasil praktek dengan teori ini dapat terjadi karena berbagai macam
hal. Hal ini dapat saja terjadi karena penguat operasional yang digunakan
sudah tidak ideal lagi, ada kesalah-kesalahan yang dilakukan praktikan
pada saat merangkai sehingga mengakibatkan rangkaian menjadi tidak
sempurna atau dapat pula terjadi karena tingka ketelitian dari osiloskop
dan juga multimeter yang digunakan sudah menurun atau bahkan sudah
tidak layak lagi untuk digunakan.

3.

Penguat Operasional Tak Membalik (Non Inverting Op-Amp)

Rangkaian

penguat

tak membalik

ini

dapat

digunakan

untuk

memperkuat isyarat AC maupun DC dengan keluaran yang tetap sefase


dengan sinyal inputnya.
Pada

percobaan

ini,

disusun

rangkaian non-inverting sederhana

dengan nilai resistor pada masukan yaitu sebesar 10 k, nilai R L sebesar


200

dan

nilai

RL sebesar 2

k. Rangkaian non-inverting ini

dihubungkan dengan rangkaian sumber tegangan masukan V IN, dibuat


dari sebuah resistor dengan besar 20 k yang dirangkaikan secara seri
dengan potensiometer disertai dengan tegangan masukan pada rangkaian
ini sebesar 1,5 volt. Potensiometer sebagai resistor variabel atau resistor
yang dapat diubah-ubah nilainya sesuai yang kita butuhkan. Selain
daripada komponen tersebut, disini juga menggunakan osiloskop untuk
menampilkan bentuk/sinyal gelombang yang dihasilkan pada masukan dan
keluaran serta catu daya sebagai komponen yang digunakan untuk
mengaktifkan IC Op-Amp A741 dan sekaligus sebagai sumber tegangan
yang akan divariasikan untuk melihat dan mendeteksi hubungannya
dengan

penguatan

yang

dihasilakan.

Dalam

hal

ini

kita

hanya

menggunakan penguatan untuk isyarat DC.


Rangkaian Op-Amp tak membalik yang telah dihubungkan dengan
rangkaian sumber tegangan masukan dihubungkan lagi dengan osiloskop
(Ch1 pada masukan dan Ch2 pada keluaran). Setelah dihubungkan dengan
catu daya (power supply) diperoleh tegangan masukan (Vin) sebesar 1970
mV.Tegangan keluaran (Vout) yang dihasilkan sebesar 25,08 mV. Dengan
membandingkan tegangan keluaran dengan tegangan masukan diperoleh
penguatan

rangkaian

yang

besarnya 0,0127

kali. Dari

hasil

tersebut

terlihat bahwa tegangan yang dikeluarkan lebih besar dari tegangan


masukannya.hal ini terjadi karena IC Op-Amp berfungsi sebagai penguat.
Pada

penguat

tak

membalik,

Op-Amp dapat

dipasang

untuk

membentuk penguat tak membalik dimana isyarat dihubungkan dengan


masukan tak membalik (+) pada Op-Amp . Balikan melalui R2 dan R1 tetap
dipasang pada masukan membalik agar membentuk balikan negatif.

Karena Op-Amp merupakan penguat, maka tegangan masukan harus


lebih besar daripada tegangan keluaran. Ini dapat dibuktikan dengan
melihat gelombang yamg dimunculkan pada osiloskop. Dalam percobaan
yang kami lakukan gelomabng yang dimunculkan oleh osiloskop adalah
sefase. Dalam percobaan yang kami lakukan telah sesuai dengan teori
yang

dimana salah

satu

fungsipenguat

operasional adalah

sebagai

penguat tak membalik (non-inverting) dan mengeluarkan isyarat keluaran


yang sama tetapi lebih besar dari masukannya. Penguat tak-membalik
(Non-Inverting Amplifier) merupakan penguat sinyal dengan karakteristik
dasar sinyal output yang dikuatkan memiliki fase yang sama dengan
sinyal input.

4.

Rangkaian Penjumlah dan Pengurang Tegangan


Pada bagian ini Op-Amp sebagai operasi matematika penjumlah dan
pengurang. Rangkaian penjumlah atau adalah rangkaian penjumlah yang
dasar

rangkaiannya

adalah

rangkaian inverting

amplifier dan

hasil

outputnya adalah dikalikan dengan penguatan seperti pada rangkaian


inverting. Pada dasarnya nilai outputnya adalah jumlah dari penguatan
masing masing dari inverting. Untuk operasi penjumlahan, masukan tak
membalik dari Op-Amp dihubungkan dengan tanah sedangkan masukan
yang akan dijumlah diumpankan pada masukan membalik. Pada operasi
pengurangan atau penguat diferensial, dengan mengumpankan isyarat
pada

masukan

tak

membalik

dan

membalik

akan

didapat

selisih

keduanya. Rangkaian penguat ini penguatan tegangan ditentukan oleh


resistor

(tahanan)

pada

masing-masing

input

dan

tahanan

umpan

baliknya. Sedangkan rangkaian pengurang yang menggunakan Op-Amp


pada dasarnya adalah saling mengurangkan dari dua buah inputnya.
Penguat diferensial biasanya digunakan untuk mencari selisih dari dua
tegangan yang telah dikalikan dengan konstanta tertentu yang ditentukan
oleh nilai resistansi. Sedangkan rangkaian penjumlah, menjumlahkan
beberapa tegangan masukan.

Pada percobaan kali ini yang dilakukan, yaitu menyusun rangkaian


penjumlah dan pengurang tegangan . Pada rangkaian Op-Amp sebagai
penjumlah memiliki masukan pembalik dan tak pembalik. Sisi pembalik
penguat memiliki dua kanal masukan yaitu x dan y, dan sisi non pembalik
juga memiliki dua kanal masukan yaitu Vi1 dan Vi2. Dalam percobaan ini,
digunakan osiloskop digital agar dapat memudahkan kita untuk melihat
nilai Vpp serta bentuk sinyal gelombang masukan dan keluaran pada
rangkaian.
Pada rangkaian penjumlahan tegangan, untuk bentuk gelombang
yang dihasilkan melalui tampilan layar pada osiloskop tampak bahwa
gelombang

keluaran

Vout (pada

layar

osiloskop

menunjukan

layar

berwarna biru) memiliki amplitudo yang besar sedangkan pada gelombang


masukan

Vin (pada

kuning) memiliki

layar

amplitudo

osiloskop
yang

menunjukan

kecil.

Keadaan

layar
ini

berwarna

secara

teori

merupakan ciri khas dari rangkain penjumlah tegangan. Untuk rangkaian


pengurang tegangan, maka bentuk gelombang yang dihasilkan melalui
tampilan

layar

pada

osiloskop

tampak

bahwa

gelombang

keluaran

Vout (pada layar osiloskop menunjukan layar berwarna biru) memiliki


amplitudo yang kecil sedangkan pada gelombang masukan V in (pada layar
osiloskop menunjukan layar berwarna kuning) memiliki amplitudo yang
besar. Keadaan ini secara teori merupakan ciri khas dari rangkain
pengurang tegangan.

5.

Rangkaian Integrator
Rangkaian

dasar

sebuah

integrator

adalah

rangkaian Op-

Ampinverting, hanya saja rangkaian umpan baliknya (feedback) bukan


menggunakan resistor (R) melainkan menggunakan kapasitor (C) yang
menyimpan

muatan.

Rangkaian

integrator

dapat

dibangun

dengan

menggunakan dua buah komponen pasif, yaitu resistor dan kapasitor yang
dihubungkan secara seri. Op-Amp bisa juga digunakan untuk membuat
rangkaian-rangkaian

dengan

respons

frekuensi,

misalnya

rangkaian

integrator. Fungsi dari rangkaian ini adalah sebagai pengubah tegangan


kotak menjadi segitiga, atau dapat digunakan sebagai rangkaian filter
lolos rendah. Secara matematis tegangan keluaran rangkaian integrator
merupaan fungsi integral dari tegangan input. Aplikasi yang paling
populer menggunakan rangkaian integrator pembangkit sinyal dari input
yang berupa sinyal kotak. Kelemahan rangkaian integrator adalah titik
temu resistor dan kapasitor berupa pentanahan semu, ini berarti bahwa
kapasitor (C) muncul sebagai sebuah beban kapasitif pada keluaran
penguat operasi. Hal ini dapat memberikan pngaruh yang merugikan pada
kestabilan dan kecepatan turunnya sinyal keluaran pada penguat operasi.
Pada percobaan kali ini kita akan melihat rangkaian Op-Amp sebagai
fungsi integrasi yaitu dengan memberikan masukan berupa gelombang
kotak, segitiga, dan sinusoidal. Kita memasang pada rangkaian Ch.1
adalah keluaran dan Ch.2 adalah masukan, agar kita mendapatkan
gelombang sinusoidal, kotak, dan segitiga, namun kita tetap menganggap
bahwa pada Ch.1 adalah masukan dan Ch.2 adalah keluaran yang
dihasilkan pada osiloskop.
Pada eksperimen ini yang terlihat pada osiloskop saat memberikan
gelomabng kotak, isyarat keluaran yang ditampilkan adalah gelombang
segitiga. Selanjutnya dengan memberikan gelombang segitiga isyarat
keluarannya adalah gelombang berupa sinusoidal, sedangkan dengan
memberikan gelombang sinusoidal isyarat keluarannya adalah gelombang
sinusoidal

pula.

Hasil

sejalan

dengan

teori

karena

secara

teori

menyatakan bahwa apabila masukan gelombang kotak maka diperoleh


hasil integrasi berupa keluaran gelombang segitiga. Kemudian apabila
masukan gelombang segitiga maka diperoleh hasil integrasi berupa
keluaran gelombang

sinusoidal.

Dan

apabila

masukan

gelombang

sinusoidal maka diperoleh hasil integrasi berupa keluaran gelombang


sinusoidal pula.
Pada eksperimen pertama, isyarat masukan yang diberikan pada
masukan membalik (kaki 2 IC) berupa gelombang kotak yaitu dengan

frekuensi = 1,0 KHz dan Amplitudo 1,0 Vpp maka diperoleh hasil integrasi
berupa keluaran gelombang segitiga dengan harga Vmax = 240 mV, Vmin =
-40 mV dan Vpp = 720 mV. Pada eksperimen kedua, isyarat masukan yang
diberikan

pada

masukan

membalik

(kaki

IC)

berupa

gelombang segitiga yaitu dengan frekuensi = 1,0 KHz dan Amplitudo


1,0 Vpp maka diperoleh

hasil

integrasi

sinusoidal dengan harga Vmax =


dan Vpp = 188 mV. Pada
diberikan

pada

berupa

104

mV

eksperimen ketiga,

masukan

membalik

(kaki

keluaran gelombang
, Vmin =

isyarat
2

IC)

-84

mV

masukan

yang

berupa

gelombang

sinusoidal yaitu dengan frekuensi = 1,0 KHz dan Amplitudo 1,0Vpp maka
diperoleh hasil integrasi berupa keluaran gelombang sinusoidal pula
dengan harga Vmax = 180 mV, Vmin =

-40

mV dan Vpp =

120 mV.

Dalam

percobaan ini, dri pengmatan yang dihasilkan yaitu antara tegangan


masukan
penguatan

lebih
yang

besar

dari

diberikan

tegangan
tidak

keluarannya.

ada.

Karena

Ini

menunjukan

hal demikian

biasa

disebabkan oleh faktor-faktor luar seperti kerusakan pada alat atau pada
praktikan yang kurang teliti. Hal ini juag dipengaruhi karena terjadinya
kesalahan-kesalahan baik dari praktikan sendiri dan kesalahan pada alat.

6.

Tapis/Filter Lolos Rendah


Filter adalah suatu rangkaian yang berfungsi untuk melewatkan
sinyal-sinyal yang diperlukan dan menahan sinyal-sinyal yang tidak
dikehendaki serta untuk memperkecil pengaruh noise dan interferensi
pada sinyal yang dikehendaki. Filter dapat diklafisikasikan menjadi dua
yaitu filter analog dan digital. Filter tergantung dari tipe elemen yang
digunakan pada rangkaiannya, filter akan dibedakan pada filter aktif dan
filter pasif. Elemen pasif adalah tahanan, kapasitor dan induktor. Filter
aktif dilengkapi dengan transistor atau Op-Amp selain tahanan dan
kapasitor. Low Pass Filter (LPF) atau filter lolos bawah adalah filter yang
hanya melewatkan sinyal dengan frekuensi yang lebih rendah dari
frekuensi cut-of (fc) dan akan melemahkan sinyal dengan frekuensi yang

lebih tinggi dari frekuensi cut-of (fc). Pada filter LPF yang ideal sinyal
dengan frekuensi diatas frekuensi cut-of (fc) tidak akan dilewatkan sama
sekali (tegangan output = 0 volt). Rangkaian low pass filter RC merupakan
jenis

filter

pasif,

dengan

respon

frekuensi

yang

ditentukan

oleh

konfigurasi R dan C yang digunakan.


Pada praktikum ini, rangkaiaan Op-Amp dibentuk sebagai rangkaian
filter

lolos rendah yang

dimaksudkan

untuk

melewatkan

frekuensi rendahdan membatasi masukan sinyal berfrekuensi tinggi dari


isyarat masukan yang diberikan. Komponen utama dari rangkaian ini
adalah IC Op-Amp
yang terdiri dari 8 kaki yang berfungsi sebagai
penguat tegangan. Pada kaki 3 IC Op-Amp dihubungkan dengan kumparan
secara seri dengan sumber sinyal atau dengan meletakkan kapasitor
secara seri dengan sumber sinyal. Hal ini dilakukan agar isyarat masukan
yang

berfrekuensi

rendah

dapat

lolos

sedangkan frekuensi

tinggi tidak diloloskan.


Dari hasil analisis data, dimana frekuensi 100 Hz, isyarat masukan
1,08
V

V,

diperoleh

dan isyarat

besarnya

keluaran

penguatan 18,89 kali

20,4

penguatan.

Untuk frekuensi 300 Hz, isyarat masukan 1,08 V, dan isyarat keluaran
20,08

V diperoleh

besarnya

penguatan

19,259

kali

penguatan.

Untuk frekuensi 500 Hz, isyarat masukan 1,06 V, dan isyarat keluaran
20,40

V diperoleh

besarnya

penguatan

19,245 kali

penguatan.

Untuk frekuensi 1000 Hz, isyarat masukan 1,08 V, dan isyarat keluaran
21,20

diperoleh

besarnya

penguatan

19,63 kali

penguatan.

Untuk frekuensi 1400 Hz, isyarat masukan 1,1 V, dan isyarat keluaran
20,4 V diperoleh besarnya penguatan 18,545 kali penguatan. Dengan
memplot nilai-nilai penguatan yang diperoleh dengan besarnya frekuensi
yang digunakan maka dapat diketahui bahwa tinginya frekuensi yang
diberikan tidak seiring dengan kecilnya keluaranya. Hal ini tidak sesuai
dengan teori pada tapis/filter lolos rendah yang menyatakan bahwa
tegangan keluaran pada rangkaian tapis lolos rendah berubah dengan

frekuensi, makin tinggi frekuensi makin kecil keluaranya. Isyarat dengan


frekuensi rendah mempunyai tegangan keluaran sama dengan tegangan
masukan, sedangkan isyrat frekuensu tinggi mempunyai tenggangan
keluaran

yang

keluaranya.

diperlemah.

Dikatakan

Makin

isyarat

tinggi

dengan

frekuensi

frekuensi

makin

tinggi

lemah

mendapat

pelemahan. Inilah yang dimaksud sebagai tapis lolos rendah, artinya


setiap isyarat dengan frekuensi rendah lolos dan isyarat dengan frekuensi
tinggi tidak lolos yaitu diberi pelemahan. Lengkung yang menyatakan
hubungan antara perbandingan dengan isyarat keluaran dan isyarat
masukan dengan frekuensi disebut tanggapan ampilitudo. Disamping
berubah tegangan pada keluaranya, isyarat juga mengalami perubahan
fase dengan frekuensi. Hal tersebut disebabkan karena kesalahan dalam
pengambilan data serta praktikum pada tapis lolos rendah ini tidak
maksimal sehingga adanya ketidak sesuaian antara teori dan kesimpulan
pada praktikum ini.
7.

Tapis/Filter Lolos Tinggi


High pass filter adalah jenis filter yang melewatkan frekuensi tinggi,
tetapi mengurangi amplitudo frekuensi yang lebih rendah daripada
frekuensicut-of. Nilai-nilai pengurangan untuk frekuensi berbeda-beda
untuk tiap-tiap filter ini. Terkadang filter ini disebut low cut filter, bass cut
filter ataurumble filter yang juga sering digunakan dalam aplikasi audio.
High pass filter adalah lawan dari low pass filter. Filter ini sangat berguna
sebagai filter yang dapat memblokir komponen frekuensi rendah yang
tidak diinginkan dari sebuah sinyal kompleks saat melewati frekuensi
tertinggi. Filter ini sangat berguna sebagai filter yang dapat memblokir
component frekuensi rendah yang tidak diinginkan dari sebuah sinyal
kompleks saat melewati frekuensi tertinggi. High pass filter yang paling
simple terdiri dari kapasitor yang terhubung secara pararel dengan
resistor, dimana resistansi dikali dengan kapasitor (RXC) adalah time
constant ().

Pada percobaan ini bertujuan untuk menyusun rangkaian Op-Amp


sebagai rangkaian filter lolos tinggi dan mempelajari hubungan amplitudo
dengan fase antara isyarat masukan dan isyarat keluaran sebagai fungsi
frekuensi. Pada praktikum ini, rangkaiaan Op-Amp dibentuk sebagai
rangkaian

filter

lolos

tinggi

yang

dimaksudkan

untuk

melewatkan

frekuensi tinggi dan membatasi masukan sinyal berfrekuensi rendah dari


isyarat masukan yang diberikan. Komponen utama dari rangkaian ini
adalah IC Op-Amp
yang terdiri dari 8 kaki yang berfungsi sebagai
penguat tegangan. Pada kaki 3 IC Op-Amp dihubungkan dengan kumparan
secara seri dengan sumber sinyal atau dengan meletakkan kapasitor
secara seri dengan sumber sinyal. Hal ini dilakukan agar isyarat masukan
yang berfrekuensi rendah tidak dapat lolos sedangkan frekuensi tinggi
diloloskan.Dari hasil analisis data, dimana frekuensi 100 Hz, isyarat
masukan 0,096 V, dan isyarat keluaran 1,74 V diperoleh besarnya
penguatan

18,25 kali

penguatan.

Untuk frekuensi

500

Hz,

isyarat

masukan 0,098 V, dan isyarat keluaran 1,78 mV diperoleh besarnya


penguatan 18,163 kali penguatan. Untuk frekuensi 1.000 Hz, isyarat
masukan 0,098 V, dan isyarat keluaran 1,66 V diperoleh besarnya
penguatan 16,94 kali penguatan. Untuk frekuensi 10.000 Hz, isyarat
masukan 0,098 V, dan isyarat keluaran 1,64 V diperoleh besarnya
penguatan 16,73 kali penguatan. Untuk frekuensi 50.000 Hz, isyarat
masukan

0,098V,

dan

isyarat

keluaran

1,72

V diperoleh

besarnya

penguatan 17,55 kali penguatan. Dari hasil analisis ternyata tampak


bahwa jika frekuensi yang diberikan cukup tinggi maka menghasilkan
penguatan

yang

begitu

besar.

Sehingga

dapat

dikatakan

hasil

praktikum ini ternyata sesuai keadaan kharakteristik rangkaian filter


lolos

tinggi. Kemungkinan

kesalahan

praktikan

dalam

melakukan

percobaan dan kemungkinan pula adanya alat-alat praktikum yang kurang


akurat dan sudah tidak berfungsi dengan baik, sehingga memungkinkan
terjadinya kesalahan-kesalahan tersebut.

BAB V

PENUTUP
A.

Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami tarik dari hasil praktikum ini adalah
sebagai berikut.

1.

Dengan menyusun rangkaian menggunakan Op-Amp A741 8-pin kita

dapat

memeriksa Op-Amp. Hal ini dibuktikan dengan adanya tampilan gelombang yang
berbentuk kotak yang menandakan bahwa Op-Amp dalam keadaan yang baik.
2.

Rangkaian penguat operasional (Op-Amp) pembalik (inverting) akan menghasilkan


isyarat keluaran yang lebih besar dan juga berlawanan atau berbeda dengan isyarat
masukannya.

3.

Penguatan tegangan pada rangkaian jenis ini dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan dan diperoleh penguatan tegangannya sebesar -20 kali.

4.

Rangkaian penguat operasional pembalik sederhana (Inverting Op-Amp) dapat


disusun dengan menggabungkan rangkaian sumber tegangan masukan V in dengan
rangkaian Op-Amp DC.

5.

Penguat operasional tak membalik dapat bekerja jika dipasang pada balikan
negatif yang ditandai dengan masukan pada kaki positif.

6.

Dengan

menggunakan

metode penentuan

besar tegangan

maka

besarnya

penguatan untuk sumber tegangan diperoleh dengan besar tegangan yang


bervariasi.
7.

Ofset keluaran pada Op-Amp dapat disebabkan karena arus panjar masukan.

8.

Besarnya

tegangan

keluaran

pada

rangkaian

Op-Amp

sebagai

rangkaian

penjumlah merupakan hasil penjumlahan dari beberapa tegangan inputnya.

9.

Rangkaian pengurang yang menggunakan Op-Amp sebagai dasarnya adalah


mengurangkan dari dua buah inputnya. Hasil selisih keduanya merupakan besarnya
tegangan outputnya.

10. Rangkaian integrator dapat dibangun dengan menggunakan dua buah komponen
pasif, yaitu resistor dan kapasitor yang dihubungkan secara seri. Tegangan keluaran
rangkaian integrator merupaan fungsi integral dari tegangan input.
11. Proses integrasi dari suatu rangkaian integrator dihasilkan dari sumber isyarat
masukan. Rangkaian integrator tersebut dapat dipakai untuk mengubah gelombang
isyarat masukan. Dalam percobaan ini rangkaian integrator dengan isyarat
masukan gelombang kotak berubah menjadi gelombang segitiga dan isyarat
masukan gelombang sinusoidal berubah menjadi gelombang cosinus.
12. Rangkaian filter lolos rendah terdiri dari dua buah resistor yang dipasang secara
seri dengan sumber sinyal dan sebuah kapasitor dipasang secara paralel dengan
sumber sinyal sehingga mampu melewatka frekuensi rendah dan meredam
frekuensi tinggi.
13. Frekuensi pada filter lolos rendah berbanding terbalik dengan besarnya amplitudo
yang dihasilkan dan berbanding lurus dengan besarnya penguatan.
14. Rangkaian filter lolos tinggi terdiri dari kapasitor yang terhubung secara paralel
dengan resistor sehingga mampu melewatkan frekuensi tinggi dan meredam
frekuensi rendah.
15. Frekuensi pada rangkaian filter lolos tinggi berbanding lurus dengan besarnya
amplitudo dan penguatan yang dihasilkan.

B.

Saran
Adapun saran yang dapatsaya ajukan pada praktikum fisika modern adalah
sebagai berikut :

1. Diharapkan pada pihak laboratorium untuk menyiapkan panduan penyusunan


laporan lengkap sehingga adanya keseragaman pendapat antara asisten dan
praktikan dalam penyusunan laporan. Kemudian untuk alat-alat laboratorium yang
akan

dipergunakan

harap

jumlahnya

diperbanyak

demi

kelancaran

proses

praktikum.
2.

Sebaiknya memberikan fasilitas berupa AC atau kipas angin untuk meminimalisir


kurangnya kenyamanan (kepanasan).

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Penuntun Praktikum Elektronika Dasar II. Laboratorium pengembangan Unit
Fisika Universitas Haluoleo. Kendari.
Bishop, Owen. 2005. Dasar-Dasar Elektronika Edisi Pertama. Erlangga: Jakarta.
Blocher, Richard. 2004. Dasar elektronik. Andi: Yogyakarta.
Chattopadhay, D. 1989. Dasar Elektronika. Universitas Indonesia Press: Jakarta
Clayton. 2005. Operasional Amplifier. Erlangga: Jakarta.

yanto. 2008. Pengetahuan Teknik Elektronika Edisi Pertama. Penerbit Bumi


Aksara.
Dwihono. 1996. Rangkaian Elektronika Analog. PT.Elax Media: Jakarta.
Gunawan, Hanafi. 1996. Primsip prinsip Elektronika Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta.
Kurniawan, Alfredo. 2012. Low Pass Filter. http://elka-spirit.blogspot. com/p/ makalahrangkaian-filter.html.
Mukti, B. K. 2012. Rangkaian Filter Penyaring Pasif. http://ilmu elektnika.co.id/index.php/arus b
olak balik ac/rangkaian filter penyaringan pasif.html.
Pramudya. 2012. Op-Amp (Operasional Amplifier). http.//www.Op-Amp-operasionalamplifier.pdf
Sutanto. 2006. Rangkaian Elektronika. UI Press: Jakarta.
Sutrisno. 1987. Elektronika Teori dan Penerapannya Jilid 2. ITB: Bandung.

Turner, R., dkk. 1995. Rangkaian Elektronika. Gramedia. Jakarta.


Widowati. 1979. Pesawat Elektronika 2. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Diposkan oleh Mamad Faisal di 16.31


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Reaks
i:

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar
Posting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Translate

Diberdayakan oleh

Mengenai Saya
Mamad Faisal
Lihat profil lengkapku

Terjemahan

Arsip Blog

Laman
Beranda

Cari Blog Ini

Wikip
edia

Cari

Submit

Template Awesome Inc.. Gambar template oleh molotovcoketail. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai