: Rosyifa Zaoja
NPP
: 23.1390
Kelas
PENDAHULUAN
Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang mempunyai
peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia. Komoditas
ini mempunyai fungsi multiguna, baik untuk pangan maupun pakan. Penggunaan jagung
untuk pakan mencapai 50% dari total kebutuhan.
Meskipun jagung di Indonesia merupakan komoditi pangan terpenting ke dua setelah
padi/beras, namun bagi kehidupan sebagian masyarakat petani di daerah Nusa Tenggara
Barat (NTB) sampai tahapan sekarang, jagung masih merupakan komoditi pangan andalan.
Jagung selain sebagai sumber pendapatan dan lapangan kerja, juga sebagai komoditi tradable
yang dapat menghasilkan devisa negara melalui ekspor, khususnya di masa-masa mendatang.
Di masa depan terdapat indikasi kuat bahwa tingkat permintaan jagung oleh industri akan
terus meningkat, seiring dengan penambahan penduduk dan peningkatan kesadaran gizi
masyarakat, meskipun tingkat partisipasi konsumsi dan tingkat konsumsi rumah tangga
cenderung akan menurun, baik secara regional (di NTB) maupun secara nasional (di
Indonesia).
Tingkat konsumsi jagung rumah tangga di NTB menurun dari 16,8 kg/kap/thn pada
tahun 1990, menjadi 13,9 kg/kap/thn pada tahun 1998, dan di tingkat nasional menurun
dari 9,72 kg/kap/thn pada tahun 1990, menjadi 6,81 kg/kap/thn pada tahun 1993 (Diperta
NTB, 1998, Departemen Pertanian, 1999). Sementara tingkat partisipasi konsumsi keluarga
menurun dari 52,3 persen pada tahun 1993 menjadi 46,3 persen pada tahun 1996 (Erwidodo,
et al. 1998).
Berdasarkan informasi tersebut yang diiringi dengan proses penyejagatan ekonomi di
tingkat dunia, maka masalah perdagangan jagung di Indonesia, tidak terlepas dari situasi
perdagangan jagung di tingkat internasional, nasional, dan regional. Oleh sebab itu maka
daya saing jagung Indonesia, khususnya di NTB perlu diteliti bagaimana keunggulan
kompetitif, komparatif, dan dampak kebijakan pemerintah dalam penerapan harga dan
mekanisme pasar jagung setelah tiga tahun masa krisis berlangsung (1997).
II.
perkapita per hari dari ajuran nasional 52 gram perkapita per hari," kata Kepala Badan
Ketahanan Pangan Daerah (BUKPD) NTB, Ir. Husnanidiaty Nurdin di Mataram, Jumat.
Sedangkan dari prospek konsumsi pangan masyarakat NTB masih belum berimbang
dan masih didominasi komoditi kelompok padi-padian dengan skor Pola Pangan Harapan
(PPH) sebesar 72,7.
Khusus untuk beras, masyarakat NTB mengkonsumsi 556.777 ton per tahun atau ratarata 121,7 kg per kapita per tahun, diatas rata-rata nasional sekitar 110 kg per kapita per
tahun. "Besarnya konsumsi beras bagi masyarakat NTB, menunjukkan bahwa diversifikasi
makan di daerah ini masih rendah," katanya. Ia mengatakan, untuk merubah pola makan
masyarakat NTB dari beras keanekaragam makanan lain seperti jagung, ubi, ketela dan
singkong masih sulit.
Masih sering dijumpai di sejumlah desa yang masyarakatnya makan nasi yang dicapur
jagung dan ini sudah tradisi, namun tetap saja masyarakat tersebut dinilai kekurangan pangan.
Padahal dari segi produksi padi NTB kemungkinan tidak akan kekurangan beras malah
kelebihan. Produksi padi 2008 tercatat 1,7 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) atau setara
800.000 hingga 900.000 ton beras.
c. Prospek Komoditi jagung dari Sisi Permintaan
Komoditas jagung saat ini telah menjadi salah satu komoditas yang strategis.
Meskipun masyakarat Indonesia pada umumnya mengkonsumsi jagung bukan sebagai
makanan pokok, namun permintaan terhadap komoditas ini menunjukkan adanya
peningkatan. Peningkatan permintaan tersebut tidak terlepas dari semakin meningkatnya
permintaan jagung untuk kebutuhan bahan pangan, sebagai bahan baku industri maupun
pakan ternak.
Permasalahan Komoditi jagung dari Segi Agribisnis
Permasalahan dalam pemasaran produk pertanian khususnya jagung pada umumnya
adalah mutu produk yang belum standar, ketepatan pengiriman dan kontinyuitas produksi.
Masalah mendasar ini harus diatasi dengan manajemen hulu-hilir sesuai dengan peran
masing-masing dalam setiap simpul perdagangan dengan memaksimalkan peran asosiasi
yang difasilitasi pemerintah.
Sebagai sarana dalam hal pengadaan benih, pupuk, bahan kimia secara massal dan
b. Kelemahan:
c.
Peluang:
d. Ancaman:
III. PENUTUP
a. Kesimpulan
Program agribisnis berbasis jagung di Nusa Tenggara Barat (NTB) telah mengalami
perkembangan yang cukup pesat. Hal ini ditandai dengan peningkatan luas lahan yang
disertai dengan peningkatan produksi jagung. Keberhasilan program agribisnis berbasis
jagung di Nusa Tenggara Barat (NTB) disebabkan karena pengembangan program ini
didasarkan pada budaya dan kearifan lokal yang mengandalkan ketersediaan sumberdaya
alam (ketersediaan lahan, keseburan tanah, dukungan iklim, topografi) yang merupakan
kekuatan utama dari keberhasilan program tersebut. Dukungan pemerintah yang sangat besar
adalah peluang terhadap pengembangan program ini untuk mencapai tujuan peningkatan
perekonomian petani dan pemenuhan kebutuhan pasar. Akan tetapi rendahnya kualitas
sumberdaya manusia serta kurangnya kontrol terhadap perluasan lahan pertanian menjadi
kelemahan dari implementasi program agribisnis yang nantinya akan berdampak negatif
terhadap kelestarian lingkungan hidup. Ancaman yang cukup berarti terhadap berlangsungnya
program agribisnis adalah lemahnya dukungan lembaga finansial terhadap industri jagung
pedesaan, persaingan pasar jagung, serta ancaman terhadap degradasi lingkungan hidup.
b. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas strategi pengembangan program agribisnis berbasis
jagung harus diarahkan pada optimalisasi 9 (Sembilan) pilar agribisnis menuju pertanian
modern, pemanfaatan sinergitas budaya dan kearifan local melalui pemberdayaan masyarakat
serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan program yang diarahkan pada pengembangan
program agribisnis yang berwawasan lingkungan.