Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LATAR BELAKANG
Konektivitas merupakan suatu konsep keterhubungan suatu lokasi dengan lokasi
lainnya, hal ini seringkali diukur dengan jaringan transportasi baik transportasi darat,
kereta api , laut maupun transportasi udara. Berdasarkan laporan World Bank, indeks
konektivitas Indonesia hanya sebesar 2,01%, dimana angka tersebut merupakan indeks
konektivitas terendah diantara negara negara ASEAN, dan bahkan lebih rendah dari
Vietnam dengan indeks konektivitas sebesar 2,73%. Rendahnya indeks konektivitas
tersebut dapat merepresentasikan ketidakefisienan dalam perpindahan orang maupun
barang dan jasa.
Terdapat 3 (tiga) prinsip yang harus diperhatikan dalam konektivitas, yaitu
memaksimalkan pertumbuhan melalui kesatuan kawasan, memperluas pertumbuhan
melalui konektivitas wilayah wilayah melalui intermoda supply chain system yang
menghubungkan hinterland dan yang tertinggal dengan pusat pusat pertumbuhan
serta mencapai pertumbuhan inklusif dengan menghubungkan daerah terpencil dengan
infrastruktur dan pelayanan dasar dalam mendapatkan manfaat pembangunan.
Konektivitas yang lemah akan berdampak pada biaya ekonomi yang tinggi, biaya
angkutan baik angkutan orang maupun barang juga akan tinggi. Penguatan
konektivitas nasional perlu dilakukan baik dengan pendekatan pengembangan pusat
pusat pertumbuhan baru maupun dengan upaya peningkatan konektivitas intermoda.
Konektivitas intermoda salah satunya dipengaruhi oleh ketersediaan infratruktur
transportasi, yang terdiri dari sarana dan prasarana transportasi. Dengan konektivitas
intermoda tersebut diharapkan dapat mendorong perkembangan perekonomian
wilayah, dimana terhubungnya antar moda dapat meningkatkan aksesibiltas.
Mencermati uraian di atas, maka perlu dilakukan penyusunan kajian mengenai
kebijakan konektivitas intermoda dalam mendukung perekonomian wilayah, dengan
harapan dapat mengedepankan kebijakan konektivitas antar moda jalan, rel kereta apai
3.
SASARAN
Sasaran dari pekerjaan ini adalah:
a. Teridentifikasinya gambaran terkait dengan pelaksanaan kebijakan konektivitas
multimoda;
b. Teridentifikasinya
masalah
masalah
yang
menjadi
hambatan
dalam
manfaat
ekonomis
dalam
terlalaksananya
kebijakan
konektivitas intermoda;
d. Tersusunnya rekomendasi terkait langkah-langkah untuk implementasi kebijakan
koneksi intermoda yang lebih optimal.
4.
LOKASI KEGIATAN
Untuk menyelesaikan kajian ini, akan dilakukan survey dan pengumpulan data serta
Focus Group Discussion (FGD) untuk mendapatkan informasi yang komprehensif.
Adapun survey dan pengumpulan data akan dilakukan di Medan, Yogyakarta,
Surabaya, Bali dan Makassar.
5.
REFERENSI HUKUM
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h. Peraturan Presiden No. 26 tahun 2012 tentang Cetak Biru Sistem Logistik
Nasional;
i. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM Tahun 2005 tentang Sistem Transportasi
Nasional.
6.
LINGKUP KEGIATAN
Lingkup Kegiatan meliputi:
a. Melakukan kajian pustaka terhadap teori terkait konektivitas intermoda;
b. Melakukan review terhadap peraturan kebijakan konektivitas intermoda;
c. Melakukan survey data primer dan sekunder sebagai bahan untuk analisis dan
perencanaan;
d. Melakukan analisis data dari hasil survey data primer dan dara sekunder;;
e. Menyusun
kesimpulan
dan
rekomendasi
terkait
langkah-langkah
untuk
KELUARAN-KELUARAN
Keluaran yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
a. Laporan Pendahuluan, berisi tentang metodologi dan rencana pelaksanaan
pekerjaan;
b. Laporan Antara, berisi tentang hasil pengumpulan data dan diskusi;
c. Laporan Akhir Sementara, berisi tentang hasil analisis dan rekomendasi sementara
dari kegiatan;
d. Laporan Akhir, berisi tentang hasil akhir kegiatan yang mencakup seluruh lingkup
kegiatan yang ditetapkan dalam KAK;
e. Executive Summary berisi tentang ringkasan Laporan Akhir yang disiapkan untuk
panduan pemegang kebijakan;
8.
PERSONIL
Kajian ini dilakukan secara bersama dengan melibatkan Tenaga Ahli Perencana
Transportasi, Tenaga Ahli Kebijakan Publik serta Tenaga Ahli Ekonomi. Tenaga Ahli
Sistem Transportasi akan bekerja selama 90 hari kalender atau 3 bulan dengan
kualifikasi sebagai berikut :
Posisi
Tenaga Ahli
Sistem Transportasi
Kualifikasi
Minimal S2 Teknik Planologi/ Teknik Sipil/ Sistem
(3 MM)
Perencana Transportasi
dan tulisan).
Minimal S2 Teknik Planologi/ Teknik Transportasi,
(3 MM)
Kebijakan Publik
(3 MM)
Studi
Pembangunan,
dengan
pengalaman
kerja
pemecahan masalah.
Minimal S2 Ekonomi, dengan pengalaman kerja
(3 MM)
9.
PEMBIAYAAN
Kegiatan yang dilakukan oleh tenaga ahli transportasi ini akan dibiayai dari DIPA
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian tahun anggaran 2015 yaitu sebesar
Rp. 48.000.000,00 (empat puluh delapan juta rupiah).
TAHAPAN KEGIATAN
Minggu Ke
1
Tahap Persiapan
Pemahaman TOR/KAK
dan
10
11
12
penyusunan
rencana kegiatan
Studi Kepustakaan
Tahap Pelaksanaan Kegiatan
Pengumpulan data
Analisis dan identifikasi
Penyelenggaraan Workshop/FGD
Tahap Pelaporan
Penyusunan dan
pembahasan
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan dan pembahasan Laporan Antara
Penyusunan dan pembahasan Laporan Akhir
Sementara
Penyusunan dan pembahasan Laporan Akhir
dan Ringkasan Eksekutif
Demikian kerangka acuan kerja ini dibuat sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan.
Asisten Deputi Transportasi
Tulus Hutagalung