Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN

DEPARTEMEN MATERNITAS
PUSKESMAS TUMPANG MALANG

KELUARGA BERENCANA (KB)


Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners

Oleh :
Yesi Andriani
105070200111012

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
A. DEFINISI

Keluarga berencana adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan
sejahtera dengan membatasi kelahiran (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
2004:472).
KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan
jalan memberikan nasehat perkawinan,pengobatan kemandulan dan penjarangan
kelahiran (Depkes RI, 1999; 1).
KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang
diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran (Hartanto, 2004; 27).
Menurut WHO (dalam Imbarwati, 2009), keluarga berencana adalah tindakan
yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk:
a. Mendapatkan objektif2 tertentu
b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
d. Mengatur interval diantara kelahiran
e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga
Tujuan Keluarga Berencana
Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi :
1. Keluarga dengan anak ideal
2. Keluarga sehat
3. Keluarga berpendidikan
4. Keluarga sejahtera
5. Keluarga berketahanan
6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
7. Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS)
Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki kesehatan dan
kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa; Mengurangi angka kelahiran untuk
menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akan
pelayanan KB yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian
ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi
Menurut WHO (2003) tujuan KB terdiri dari : Menunda / mencegah kehamilan.
Menunda kehamilan bagi PUS (Pasangan Usia Subur) dengan usia istri kurang dari 20
tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya. Alasan menunda / mencegah kehamilan
:
1. Umur dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak dulu
karena berbagai alasan.
2. Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral, karena peserta masih muda.
3. Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda masih tinggi
frekuensi bersenggamanya, sehingga mempunyai kegagalan tinggi.
4. Penggunaan IUD (Intra Uterine Divice) bagi yang belum mempunyai anak pada
masa ini dapat dianjurkan, terlebih bagi calon peserta dengan kontra indikasi
terhadap pil oral.
2

Sasaran Program KB
a. Sasaran langsung
Pasangan usia subur yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan
cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan.
b. Sasaran tidak langsung
Pelaksana dan pengelola KB, dengan cara menurunkan tingkat kelahiran melalui
pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga
yang berkualitas, keluarga sejahtera (Handayani,2010; 29).
STRATEGI PELAKSANAAN KB
Terbagi dalam 2 strategi, yaitu:
1. Strategi dasar
Meneguhkan kembali program di daerah
Menjamin kesinambungan program
2. Strategi operasional
Peningkatan kapasitas system pelayanan program KB nasional
Peningkatan kualitas program dan program prioritas
Penggalangan dan pemantapan komitmen
Dukungan regulasi dan kebijakan
Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan
Ruang lingkup Program KB
Menurut Handayani (2010:29) ruang lingkup program KB,meliputi:
a. Komunikasi informasi dan edukasi.
b. Konseling.
c. Pelayanan infertilitas.
d. Pendidikan seks.
e. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan.
f. Konsultasi genetik
Akseptor Keluarga Berencana
Akseptor KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah dan
jarak anak serta waktu kelahiran(Barbara R.Stright,2004;78).
Jenis - Jenis Akseptor KB
a. Akseptor aktif adalah akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu
cara / alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.
b. Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah menggunakan
kontrasepsi selama 3 (tiga) bulan atau lebih yang tidak diselingi suatu kehamilan,
3

dan kembali menggunakan cara alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama
maupun berganti cara setelah berhenti / istirahat kurang lebih 3 (tiga) bulan berturut
turut dan bukan karena hamil.
c. Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali menggunakan alat / obat
kontrasepsi atau pasangan usia subur yang kembali menggunakan alat kontrasepsi
setelah melahirkan atau abortus.
d. Akseptor KB dini adalah para ibu yang menerima salah satu cara kontrasepsi dalam
waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus.
e. Akseptor langsung adalah para istri yang memakai salah satu cara kontrasepsi
dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.
f. Akseptor dropout adalah akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih
dari 3 bulan (BKKBN, 2007).
Pasangan usia subur
Pasangan usia subur yaitu pasangan suami istri yang istrinya berumur 25 - 35 tahun
atau pasangan suami istri yang istrinya berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid
atau istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih haid (datang bulan) (BKKBN,
2007;66).
Definisi kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti melawan atau mencegah dan konsepsi
adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan
kehamilan.

Maksud

dari

kontrasepsi

adalah

menghindari/mencegah

terjadinya

kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma.
Untuk itu, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan
hubungan intim/seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak
menghendaki kehamilan (Suratun, 2008).
Syarat - Syarat Kontrasepsi
Sebagai usaha untuk mencegah kehamilan hendaknya kontrasepsi memiliki syarat syarat sebagai berikut :
a. aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.
b. efek samping yang merugikan tidak ada.
c. lima kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
d. tidak mengganggu hubungan persetubuhan.
e. tidak memerlukan bantuan medik atau control yang ketat selama pemakaiannya.
f. cara penggunaannya sederhana.
4

g. harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas.


h. dapat diterima oleh pasangan suami istri.
B. KLASIFIKASI
Penemuan terkini Alat Kontrasepsi perkembangan teknologi memang terus berkembang
dan tidak terkecuali dengan alat kontrasepsi. beberapa alat kontrasepsi diantaranya :
1.

Metode Sederhana
a.

Metode tanpa alat


1)

KBA

2)

Metode kalender
a)

Mekanisme kerja
Metode kalender menggunakan prinsip berkala yaitu

tidak

melakukan persetubuhan pada masa subur istri. Untuk menentukan


masa subur istri digunakan tiga patokan, yaitu :
1. Ovulasi terjadi 14 hari sebelum haid yang akan datang
2. Sperma dapat hidup dan membuahi selama 48 jam setelah
ejakulasi
3. Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi
Nampaknya cara ini mudah dilaksanakan , tetapi dalam praktiknya
sukar untuk menetukan saat ovulasi dengan tepat, karena hanya
sedikit wanita yang mempunyai daur haid teratur, dan juga dapat
terjadi variasi terutama pascapersalinan dan
b)

pada tahun-tahun

menjelang menopause.
Cara menentukan masa aman
Pertama dicatat lama siklus haid selama tiga bulan
tentukan lama

siklus haid terpendek dan

terakhir,

terpanjang. Kemudian

sikus haid terpendek dikurangi 18 hari, dan siklus haid terpanjang


dikurangi 11 hari. Dua angka yang diperoleh merupakan rentang
masa subur. Dalam jangka waktu subur tersebut pasangan suami
istri harus pantang melakukan hubungan seksual, sedangkan diluar
waktu tersebut merupakan masa aman.
3)

Metode pantang berkala


Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam metode KB pantang berkala
dapat diambil suatu rangkuman sebagai berikut :
a)

Prinsipnya adalah tidak melakukan hubungan seksual pada masa


subur. Patokan masa subur adalah sebagai berikut :
1. Ovulasi terjadi 14 hari sebelum haid yang akan datang
2. Sperma dapat hidup dan membuahi selama 48 jam setelah
3.

ejakulasi
Ovum dapat hidup selama 24 jam setelah ovulasi
5

b)

Enam langkah menentukan masa aman dalam pantang berkala


1. Tentukan siklus haid terpendek
2. Tentukan siklus haid terpanjang
3. Siklus haid terpendek dikurangi 18
4. Siklus haid terpanjang dikurangi 11
5. Tentukan masa ovulasi
6. Tentukan masa aman
Contoh : haid terakhir tanggal 9 maret 2011, maka perhitungan
pantang berkala berdasarkan enam

langkah tersebut adalah

sebagai berikut :
Siklus terpendek = 29
Siklus terpanjang = 36
29-18 = 11
36-11 = 25
Masa ovulasi mulai dari hari ke 16 sampai dengan hari ke 25
siklus haid, yaitu 19 maret sampai dengan 2 april 2011. Masa
aman mulai hari pertama sampai ke-9 siklus haid dan hari ke 26
sampai 9 hari setelahnya yaitu mulai 9-17 maret dan 3-16 april
2011.
4)

Metode Suhu Basal


Cara lain untuk menentukan

masa aman

ialah dengan suhu basal

tubuh. Menjelang ovulasi suhu basal tubuh akan turun dan kurang lebih
24 jam setelah ovulasi suhu basal akan naik lagi sampai lebih tinggi dari
pada suhu sebelum ovulasi. Fenomena

ini dapat digunakan

untuk

menentukan waktu ovulasi. Suhu basal dicatat dengan teliti setiap hari.
Suhu basal diukur waktu pagi segera setelah bangun tidur dan sebelum
melakukan aktivitas.
Penggunaan suhu basal dan penentuan masa aman akan meningkatkan
daya guna pantang berkala. Namun suhu basal tubuh dapat pula
meningkat pada beberapa kondisi seperti infeksi, ketegangan dan waktu
tidur yang tidak teratur. Oleh karena itu dianjurkan untuk tidak melakukan
hubungan seksual sampai terlihat suhu tetap tinggi tiga hari (pada waktu
pagi) berturut-turut. Panjang siklus haid yang teratur adalah 28-30 hari.
Dengan mengenal tanda-tanda premenstruasi maka saat ovulasi dapat
diperkirakan.
a)

Efek samping
Pantang yang terlampau lama dapat menimbulkan frustasi. Hal ini
dapat diatasi dengan pemakaian kondom atau tablet vagina saat

b)

berhubungan.
Daya guna
6

Gana guna teoritis adalah 15 kehamilan per 100 wanita per tahun.
Daya guna pemakaian ialah 20-30 kehamilan per 100 wanita per
tahun. Daya guna dapat ditingkatkan dengan menggunakan pola
cara rintangan, misalnya kondom atau spermisida disamping
pantang berkala.
5)

Metode lendir serviks


Metode ovulasi dikembangkan pada tahun 1950-an oleh dua orang
dokter warga Negara Australia yaitu DRS. Evelyn dan
Validasi metode ini dilakukan dengan

John Billing.

menghubungkan pengawasan

terhadap perubahan lender servik wanita yang dapat dideteksi di vulva


dan peningkatan jumlah estrogen pada fase folikuler siklus menstruasi.
Pola yang diidentifikasi menunjukkan bahwa seorang wanita dapat
memperkirakan masa ovulasi dengan cukup akurat tanpa harus
memperhatikan perubahan basal tubuh. Perubahan lender serviks
selama siklus menstruasi merupakan pengaruh estrogen.

Pola yang

tidak subur dapat dideteksi baik pada fase pra ovulasi maupun pasca
ovulasi siklus menstruasi. Perubahan lender serviks selama siklus
menstruasi adalah sebagai berikut :
a)

Pada bagan terdapat beberapa hari setelah menstruasi dimana

b)
c)

wanita memiliki pola kering pada vulva yang tidak berubah.


Selanjutnya fase praovulasi
Hari-hari tidak subur pasca ovulasi dimulai pada hari keempat

setelah masa puncak dan berlanjut sampai menstruasi.


Pasangan yang ingin menghindari kehamilan harus mengikuti beberapa
aturan sebagai berikut :
a)
Peraturan hari awal
1. Hubungan seksual harus dihindari selama hari-hari perdarahan
menstruasi yang berat. Lender serviks dapat tidak terdeteksi
2.

karena ada perdarahan menstruasi


Hubungan seksual diperbolehkan setiap 2 malam selama hasil
pengamatan menunjukkan BIP. Sehari setelah melakukan
hubungan seksual dipertimbnagkan sebagai hari subur karena
ada cairan semen yang dapat menghalangi pengamatan

3.

terhadap lendir.
Apabila terlihat perubahan dari BIP, maka pasangan tidak boleh
melakukan hubungan pada hari tersebut dan hari-hari berikutnya
selama masih terjadi perubahan dan tiga hari kemudian ketika
BIP kembali
7

4.

Biasanya perubahan dari BIP mengidentifikasikan dimulainya

fase subur, semua perubahan ini berlanjut hingga hari puncak.


Peraturan pada hari puncak yaitu hindari hubungan seksual sampai

b)

hari keempat setelah hari puncak diidentifikasi.


6)

MAL
MLA merupakan metode kontrasepsi alamiah yang mengandalkan

pemberian ASI pada bayinya. Akan tetap mempunyai efek kontrasepstif


apabila menyusukan secara penuh (eksklusif), belum haid dan usia bayi
kurang dari 6 bulan. Mal berfungsi efektif hingga 6 bulan, dan bila tetap belum
ingin hamil, kombinasikan dengan metode kontrasepsi lain setelah bayi
berusia 6 bulan.
Konseling yang dilakukan kepada klien harus jelas dan informatif,
sehingga pencegahan kehamilan dapat terjadi, seperti : memberikan ASI
(secara penuh) dari kedua payudara sesuai kebutuhan (sekitar 6-10 kali per
hari), memberikan ASI paling sedikit satu kali pada malam hari (tidak boleh
lebih dari 4-6 jam diantara 2 pemberian), tidak menggantikan jadwal
pemberian ASI dengan makanan/cairan lain, jika frekuensi menyusukan
kurang dari 6-10 kali @ 60 ml per hari atau atau bayi tidur semalaman tanpa
menyusu (mendapat ASI), maka MLA kurang dapat diandalkan untuk metode
kontrasepsi, serta menggantikan jadwal pemberian ASI dengan makanan
atau suplemen lainnya maka daya hisap bayi akan berkurang sehingga
mengurangi efektifitas mekanisme kerja kontraseptif MLA
Mekanisme kerja pada MAL adalah dengan adanya sekresi GnRH yang
tidak teratur akan menganggu pelepasan hormon FSH (follicle stimulating
hormone) dan LH (leutinizing hormone) untuk menghasilkan sel telur dan
menyiapkan endometrium, penghisapan ASI yang intensif secara berulangkali
akan menekan sekresi hormon GnRH (gonadotrophin releasing hormone)
yang mengatur kesuburan, sehingga rendahnya kadar hormon FSH dan LH
menekan perkembangan folikel di ovarium dan menekan ovulasi.
2.

Metode Modern
1) Kondom
a. Kondom Pria
Kondom adalah sarung karet yang dipakai pada alat kemaluan pria selama
melakukan hubungan seksual. Cara menggunakan kondom:
1) Bila seorang pria tidak disunat tarik selaput kulit kepala penis ke
belakang. Kemudian masukan ujung penis kedalam mulut kondom dan
masukan sampai ke ujung akhir penis yang keras.
8

2) Dengan terus memencet ujung penis, buka gulungan kondom sampai


semua kondom bisa meliputi semua permukaan penis. Bagian ujung
kondom yang agak longgar akan menampung cairan sperma. Bila ujung
penis tidak berongga, kondom bisa pecah.
3) Setelah pria ejakulasi, maka dia sebaiknya memegang ujung dan
pinggiran kondom dan mengeluarkannya dari vagina sewaktu penis
masih dalam keadaan tegang.
4) Tarik keluar kondom. Jangan sampai bocor sehingga cairan sperma
keluar.
5) Bentuk ikatan pada pangkal kondom kemudian dibuang dengan cara
dibakar atau dikubur sehingga jauh dari kemungkinan permainan ankanak atau binatang.
b. Kondom Wanita
Kondom wanita yang bisa pas divagina dan menutupi bibir luar bisa dimasukan
ke dalam vagina sebelum melakukan hubungan seksual. Kondom hanya
digunakan sekali pakai, karena akan mudah robek bila dicuci dan digunakan
kembali. Kondom wanita merupakan cara KB yang efektif bisa melindungi dari
penularan PMS dan kehamilan serta berada dibawah kendali wanita. Cara
memakai kondom wanita:
1) Buka bungkusan kondom cari cincin dalam yang berupa cincin yang bertutup.
2) Pencet cincin dalam tersebut dan pegang oleh jari-jari tangan.
3) Masukan cincin ke dalam lubang vagina
4) Dorong cincin sampai betul-betul masuk vagina. Sedangkan cincin luar tetap
berada diluar vagina.
5) Bila melakukan hubungan seksual masukan penis sampai masuk ke dalam
cincin luar tersebut.
6) Lepaskan segera kondom wanita setelah selesai berhubungan sebelum kita
berdiri. Plintir cincin luar kondom supaya cairan sperma masih tetap berada di
dalam kondom.
2) Pil kombinasi (cara KB yang mengandung estrogen dan progestin)
Cara yang paling meyakinkan dalam mencegah kehamilan adalah pasangan
wanitanya menggunakan pil kontrasepsi. Terdapat beberapa jenis pil ini, tetapi
masing-masing mengandung hormone esterogen dan progesterone yang
menghambat ovulasi. Agar benar-benar efektif maka pil tersebut harus di
minum dengan tepat sesuai petunjuk yang tercantum.
Ada beberapa jenis pil kontrasepsi, antara lain :
a. Kontrasepsi Oral Kombinasi
Pil ini mengandung 30-50 g estrogen dan antara 0,5-2 mg progesterone
(noretisteron). Kombinasi estrogen menekan ovulasi dan progesterone di
tambahkan untuk mengendalikan siklus menstruasi. Maksud pemberian pil

ini adalah untuk mencegah pematangan folikel de Graaf dan pembentukkan


korpus luteum. Kombinasi-kombinasi kontrasepsi ini juga:
1) Menyebabkan mucus serviks tidak dapat di tembus oleh sperma dan
meningkatkan kekentalannya (viskositasnya).
2) Mengurangi gerakan atau motilitas tuba falopi dengan cara mengurangi
kerja peristaltik sehingga sperma yang tetap hidup akan sangat
mengalami kesulitan bergerak sepanjang tuba falopi untuk sampai
uterus.
Siklus menstruasi di tekan, tetapi withdrawal bleeding yang siklis tetap
terjadi apabila pil harian tersebut di ganti dengan placebo. Metode ini dapat
di terima karena mengurangi gangguan siklis dan secara estetik dapat di
terima, karena metode ini tidak berhubungan dengan masalah hubungan
seksual.
Efek Samping
Walaupun demikian, metode ini mempunyai kerugian, mempunyai efek
samping seperti :
Efek karena kelebihan estrogen
Ada rasa mual, kadang di sertai muntah, diare dan rasa perut kembung.
Selain itu menyebabkan retensi cairan karena kurangnya pengeluaran air
dan natrium. Retensi cairan ini dapat menyebabkan bertambahnya berat
badan. Oleh karena itu, pada akseptor di anjurkan untuk kurangi
konsumsi garam. Efek samping lainnya berupa sakit kepala, nyeri pada
mamae. Konsumsi pil yang cukup lama dengan dosis estrogen yang
tinggi dapat menyebabkan pembesaran mioma uteri, akan tetapi
biasanya pembesaran itu berhenti jika pemakaian pil di hentikan.
Rendahnya dosis estrogen dalam pil dapat mengakibatkan spotting dan
withdrawal bleeding dalam masa intermenstruum.
Efek karena kelebihan progesterone
Karena hal ini dapat menyebabkan nafsu makan meningkat disertai
bertambahnya berat badan. Dapat menimbulkan jerawat dan alopesia
karena efek androgenic dari jenis progesterone yang di pakai dalam pil.
Efek samping yang berat
Dapat terjadi trombo-emboli, trombo-emboli ini dapat terjadi apabila di
dukung oleh faktor-faktor predisposisi seperti merokok, hipertensi,
diabetes mellitus dan obesitas.
Menstruasi tidak teratur atau bercak-bercak. Pil kombinasi sering
membuat datang bulan lebih pendek dan lebih ringan.
Kontraindikasi
Tidak semua wanita dapat menggunakan pil kombinasi untuk kontrasepsi.
Kontraindikasinya antara lain :
10

Kontraindikasi mutlak
- Tumor-tumor yang dipengaruhi estrogen
- Penyakit-penyakit hati yang aktif, baik akut maupun menahun
- Pernah mengalami trombo phlebitis, trombo-emboli, kelainan serebrovaskular
- Diabetes mellitus
- Kehamilan
Kontraindikasi relatif
- Depresi
- Migraine
- Mioma uteri
- Hipertensi
- Oligomenorea dan amenorea
Kelebihan dan Kekurangan pil kombinasi
Kelebihan
- Efektivitasnya dapat di percaya
- Frekuensi koitus tidak perlu di atur
- Siklus haid tidak teratur
- Keluhan dismenorea yang primer menjadi berkurang atau hilang sama sekali
Kekurangan
- Pil harus di minum setiap hari
- Motivasi harus kuat
- Adanya efek samping walaupun efeknya sementara
- Kadang-kadang setelah berhenti minum pil dapat timbul amenorea yang
-

persisten
Harganya relative mahal

Cara pemakaian pil kombinasi:


Pil tersedia dalam paket berisi 21 atau 28 tablet. Bila memakai paket 28 tablet,
minumlah pil setiap hari selama sebulan. Segera setelah selesai 1 paket, mulailah
dengan paket yang baru dan seterusnya. Bila memakai paket 21 pil, minumlah pil
setiap hari selama 21 hari, kemudian tunggu 7 hari sebelum mulai dengan paket
yang baru.
Pil yang terlambat diminum atau lupa akan menyebabkan perdarahan sedikit,
seperti datang bulan yang ringan.
1. Pil Progesteron
Karena jenis pil ini tidak mengandung estrogen maka pil ini lebih aman bagi
wanita yang tidak cocok pil kombinasi dan bagi wanita timbul efek samping pada
pemakaian pil kombinasi. Pil ini juga lebih baik bagi ibu menyusui karena tidak
mengandung zat yang menyebabkan pengurangan produksi ASI. Penggunaan
pil ini sangat efektif bagi ibu-ibu menyusui.
Pada beberapa wanita pil ini menekan ovulasi secara sempurna. Pada beberapa
wanita yang lain folikel mengalaman pematangan secara normal, tetapi terjadi
fase luteal yang dipersingkat dan tidak terjadi produksi progesterone. Kerja
kontrasepsi pil progesterone saja terletak pada kerjanya pada mucus serviks
dengan membuat mukus ini lebih kental dan sulit dilewati sperma, dan dengan
11

mengurangi kerja peristaltik tuba falopi sehingga sperma yang tetap hidup
sangat sulit atau tidak mungkin mencapai uterus.
Efek samping yang umum terjadi:
Perdarahan tidak teratur atau bercak-bercak
Datang bulan terlambat
Sering pusing
2. Pil sekuensial
Pil ini hanya mengandung estrogen di minum selama setengah pertama siklus
mentruasi dan kemudian selama setengah siklus yang kedua diberikan pil yang
mengandung baik estrogen maupun progesterone. Efek keseimbangan hormone
ini ialah penekanan ovulasi, dan karena kadar estrogen tinggi, maka juga akan
menekan laktasi apabila diberikan kepada pasien post natal. Sekuensial
memberikan banyak efek samping, yang meliputi bertambahnya berat badan,
perubahan payudara, mual, sakit kepala dan penurunan libido.
Secara umum ada beberapa komplikasi yang terjadi pada kontrasepsi oral, yaitu
mencakup sebagai berikut :
A Abdominal pain, mengindikasikan masalah pada hepar atau kandung
empedu.
C Chest pain atau sesak napas, mengindikasikan adanya sumbatan pembuluh
darah pada paru atau jantung.
H Headaches, disebabkan oleh gangguan kardiovaskular atau hipertensi.
E Eye problem, mengindikasikan gangguan vascular atau hipertensi.
S Severe leg pain, mengidikasikan proses trombo-emboli.
3) Implant
Pengertian Kontrasepsi Implan

a. Kontrasepsi Implan adalah metode kontrasepsi yang diinsersikan pada bagian


subdermal, yang hanya mengandung progestin dengan masa kerja panjang, dosis
rendah, dan reversibel untuk wanita (Speroff & Darney, 2005).

b. Kontrasepsi Implan adalah sistem norplant dari implan subdermal levonorgestrel


yang terdiri dari enam skala kapsul dimethylsiloxane yang dibuat dari bahan
sylastic, masing-masing kapsul berisi 36 mg levonorgestrel dalam format kristal
dengan masa kerja lima tahun (Varney, 1997).
Cara Kerja Kontrasepsi Implan :
a. Lendir serviks menjadi kental
Kadar levonorgestrel yang konstan mempunyai efek nyata terhadap terhadap mucus
serviks. Mukus tersebut menebal dan jumlahnya menurun, yang membentuk sawar
untuk penetrasi sperma.
12

b. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi.


Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap maturasi siklik endometrium yang
diinduksi estradiol, dan akhirnya menyebabkan atrofi. Perubahan ini dapat mencegah
implantasi sekalipun terjadi fertilisasi; meskipun demikian, tidak ada bukti mengenai
fertilisasi yang dapat dideteksi pada pengguna implan.
c. Mengurangi transportasi sperma
Perubahan lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit, sehingga menghambat
pergerakan sperma.
d. Menekan ovulasi
Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap lonjakan luteinizing hormone (LH),
baik pada hipotalamus maupun hipofisis, yang penting untuk ovulasi.
Jenis jenis Kontrasepsi Implan
a. Norplant
Dipakai sejak tahun 1987. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan
panjang 3,4 cm , dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel
dan lama kerjanya 5 tahun. Pelepasan hormon setiap harinya berkisar antara 50 85
mcg pada tahun pertama penggunaan, kemudian menurun sampai 30 35 mcg per
hari untuk lima tahun berikunya. Saat ini norplant yang paling banyak dipakai.
b. Implanon
Terdiri dari satu batang putih lentur yang berisi progestin generasi ketiga, yang
dimasukkan kedalam inserter steril dan sekali pakai/disposable, dengan panjang kirakira 40 mm, dan diameter 2 mm, terdiri dari suatu inti EVA (Ethylene Vinyl Acetate)
yang berisi 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun. Pada permulaannya
kecepatan pelepasan hormonnya adalah 60 mcg per hari, yang perlahan-lahan turun
menjadi 30 mcg per hari selama masa kerjanya.
c. Jadena dan Indoplant
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja 3
tahun.
d. Uniplant
Terdiri dari 1 batang putih silastic dengan panjang 4 cm, yang mengandung 38 mg
nomegestrol asetat dengan kecepatan pelepasan sebesar 100 g per hari dan lama
kerja 1 tahun.
e. Capronor
Terdiri dari 1 kapsul biodegradable. Biodegradable implan melepaskan progestin dari
bahan pembawa/pengangkut yang secara perlahan-lahan larut dalam jaringan tubuh.
Bahan pembawanya sama sekali tidak perlu dikeluarkan lagi misal pada norplant.
13

Tetapi sekali bahan pembawa tersebut mulai larut, ia tidak mungkin dikeluarkan lagi.
Tingkat penggunaan kontrasepsi implan dapat diperbaiki dengan menghilangkan
kebutuhan

terhadap

pengangkatan

secara

bedah.

Kapsul

ini

mengandung

levonorgestrel dan terdiri dari polimer E-kaprolakton. Mempunyai diameter 0,24 cm,
terdiri dari dua ukuran dengan panjang 2,5 cm mengandung 16 mg levonorgestrel,
dan kapsul dengan panjang 4 cm yang mengandung 26 mg levonorgestrel. Lama
kerja 12 18 bulan. Kecepatan pelepasan levonorgestrel dari kaprolakton adalah 10
kali lebih cepat dibandingkan silastic.
Keuntungan dan Kerugian Kontrasepsi Implan
1) Keuntungan Kontrasepsi Implan, meliputi :
a. Daya guna tinggi
Kontrasepsi implan merupakan metode kontrasepsi berkesinambungan yang
aman dan sangat efektif. Efektivitas penggunaan implant sangat mendekati
efektivitas teoretis. Efektivitas 0,2 1 kehamilan per 100 perempuan.
b. Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
Kontrasepsi implan memberikan perlindungan jangka panjang. Masa kerja paling
pendek yaitu satu tahun pada jenis implan tertentu (contoh : uniplant) dan masa
kerja paling panjang pada jenis norplant.
c. Pengembalian kesuburan yang cepat
Kadar levonorgestrel yang bersirkulasi menjadi terlalu rendah untuk dapat diukur
dalam 48 jam setelah pengangkatan implan. Sebagian besar wanita memperoleh
kembali siklus ovulatorik normalnya dalam bulan pertama setelah pengangkatan.
Angka kehamilan pada tahun pertama setelah pengangkatan sama dengan angka
kehamilan pada wanita yang tidak menggunakan metode kontrasepsi dan
berusaha untuk hamil. Tidak ada efek pada jangka panjang kesuburan di masa
depan.Kembalinya
penundaan

dan

kesuburan setelah pengangkatan implan terjadi tanpa


kehamilan

berada

dalam

batas-batas

normal.

Implan

memungkinkan penentuan waktu kehamilan yang tepat karena kembalinya ovulasi


setelah pengangkatan implan demikian cepat.
d. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
Implan diinsersikan pada bagian subdermal di bagian dalam lengan atas.
e. Bebas dari pengaruh estrogen
Tidak mengandung hormon estrogen. Kontrasepsi implan mengandung hormon
progestin dosis rendah. Wanita dengan kontraindikasi hormon estrogen, sangat
tepat dalam penggunaan kontrasepsi implan.
f.

Tidak mengganggu kegiatan sanggama


14

Kontrasepsi implan tidak mengganggu kegiatan sanggama, karena diinsersikan


pada bagian subdermal di bagian dalam lengan atas.
g. Tidak mengganggu ASI
Implan merupakan metode yang paling baik untuk wanita menyusui. Tidak ada
efek terhadap kualitas dan kuantitas air susu ibu, dan bayi tumbuh secara normal.
Jika ibu yang baru menyusui tidak sempat nantinya (dalam tiga bulan), implan
dapat diisersikan segera Postpartum.
h. Klien hanya kembali ke klinik bila ada keluhan
i.

Dapat dicabut setiap saat

j.

Mengurangi jumlah darah haid


Terjadi penurunan dalam jumlah rata-rata darah haid yang hilang.

k. Mengurangi / memperbaiki anemia


Meskipun terjadi peningkatan dalam jumlah spotting dan hari perdarahan di atas
pola haid pra-pemasangan, konsentrasi hemoglobin para pengguna implan
meningkat karena terjadi penurunan dalam jumlah rata-rata darah haid yang
hilang.
Kerugian Kontrasepsi Implan, meliputi :
Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan
bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatkan jumlah darah haid, serta
amenorea.
Sejumlah perubahan pola haid akan terjadi pada tahun pertama penggunaan, kira-kira
80% pengguna. Perubahan tersebut meliputi perubahan pada interval antar
perdarahan, durasi dan volume aliran darah, serta spotting (bercak-bercak
perdarahan). Oligomenore dan amenore juga terjadi, tetapi tidak sering, kurang dari
10% setelah tahun pertama. Perdarahan yang tidak teratur dan memanjang biasanya
terjadi pada tahun pertama. Walaupun terjadi jauh lebih jarang setelah tahun kedua,
masalah perdarahan dapat terjadi pada waktu kapan pun.
Timbulnya keluhan-keluhan, seperti :
a. Nyeri kepala
Sebagian besar efek samping yang dialami oleh pengguna adalah nyeri kepala;
kira-kira 20% wanita menghentikan penggunaan karena nyeri kepala.
a. Peningkatan berat badan
Wanita yang meggunakan implan lebih sering mengeluhkan peningkatan berat
badan dibandingkan penurunan berat badan. Penilaian perubahan berat badan
pada pengguna implan dikacaukanoleh perubahan olahraga, diet, dan penuaan.
Walaupun peningkatan nafsu makan dapat dihubungkan dengan aktivitas
15

androgenik levonorgestrel, kadar rendah implan agaknya tidakmempunyai dampak


klinis apapun. Yang jelas, pemantauan lanjutan lima tahun pada 75 wanita yang
menggunakan implan Norplant dapat menunjukkan tidak adanya peningkatan
dalam indeks masa tubuh (juga tidak ada hubungan antara perdarahan yang tidak
teratur dengan berat badan).
b. Jerawat
Jerawat, dengan atau tanpa peningkatan produksi minyak, merupakan keluhan
kulit yang paling umum di antara pengguna implan. Jerawat disebabkan oleh
aktivitas androgenik levonorgestrel yang menghasilkan suatu dampak langsung
dan juga menyebabkan penurunan dalam kadar globulin pengikat hormon seks
(SHBG, sex hormonne binding globulin), menyebabkan peningkatan kadar steroid
bebas (baik levonorgestrel maupun testosteron). Hal ini berbeda dengan
kontrasepsi oral kombinasi yang mengandung levonorgestrel, yang efek estrogen
pada kadar SHBG-nya (suatu peningkatan) menghasilkan penurunan dalam
androgen bebas yang tidak berikatan. Tetapi umum untuk keluhan jerawat
mencakup pengubahan makanan, praktik higiene kulit yang baik dengan
menggunakan sabun atau pembersih kulit, dan pemberian antibiotik topikal
(misalnya larutan atau gel klindamisin 1%, atau reitromisin topikal). Penggunaan
antibiotik lokal membantu sebagian besar pengguna untuk terus menggunakan
implan.
c. Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness)
Pemasangan dan pengangkatan implan menjadi pengalaman baru bagi sebagian
besar wanita. Sebagaimana dengan pengalaman baru manapun, wanita akan
menghadapinya

dengan

berbagai

derajat

keprihatinan

serta

kecemasan.

Walaupun ketakutan akan rasa nyeri saat pemasangan implan merupakan sumber
kecemasan utama banyak wanita, nyeri yang sebenarnya dialami tidak separah
yang dibayangkan. Pada kenyataannya, sebagian besar pasien mampu
menyaksikan dengan santai proses pemasangan atau pengangkatan implannya.
Wanita harus diberitahu bahwa insisi yang dibuat untuk prosedur tersebut kecil
dan mudah sembuh, meninggalkan jaringan parut kecil yang biasanya sukar
dilihat karena lokasi dan ukurannya.
d. Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan.
Implan harus dipasang (diinsersikan) dan diangkat melalui prosedur pembedahan
yang dilakukan oleh personel terlatih. Wanita tidak dapat memulai atau
menghentikan metode tersebut tanpa bantuan klinisi. Insiden pengangkatan yang
mengalami komplikasi adalah kira-kira 5%, suatu insiden yang dapat dikurangi
16

paling baik dengan cara pelatihan yang baik dan pengalaman dalam melakukan
pemasangan serta pencabutan implan.
e. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk AIDS.
Implan tidak diketahui memberikan perlindungan terhadap penyakit menular
seksual seperti herpes, human papiloma virus, HIV AIDS, gonore atau clamydia.
Pengguna

yang

berisiko

menderita

penyakit

menular

seksual

harus

mempertimbangkan untuk menambahkan metode perintang (kondom) guna


mencegah infeksi.
f.

Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi.


Dibutuhkan klinisi terlatih dalam melakukan pengangkatan implan.

g. Efektivitas menurun bila menggunakan obat-obat tuberculosis (rifampisin) atau


obat epilepsy (fenitoin dan barbiturat).
Obat-obat ini sifanya menginduksi enzim mikrosom hati. Pada kasus ini,
penggunaan implan tidak dianjurkan karena cenderung menigkatkan risiko
kehamilan akibat kadar levonorgestrel yang rendah di dalam darah.
h. Insiden kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi.
Angka kehamilan ektopik selama menggunakan kontrasepsi implan adalah 0,28
per 1000 wanita per tahun penggunaan. Walaupun risiko terjadinya kehamilan
ektopik selama menggunakan implan rendah, jika kehamilan memang terjadi,
kehamilan ektopik harus dicurigai karena kira-kira 30% kehamilan pada saat
menggunakan implan merupakan kehamilan ektopik.

4) KB Suntikan
Salah satu tujuan utama dari penelitian kontrasepsi adalah untuk mengembangkan
suatu metode kontrasepsi yang berdaya kerja panjang (lama),

yang tidak

membutuhkan pemakaian setiap hari atau setiap akan bersanggama, tetapi tetap
reversibel. Dua kontrasepsi suntikan berdaya kerja lama yang sekarang banyak
dipakai adalah :
1. DMPA (Depot Medroxyprogesterone asetat) = Depo Provera
a. Dipakai di lebih dari 90 negara, telah digunakan selama kurang lebih 20 tahun
dan smapai saat ini akseptornya berjumlah kira-kira 5 juta wanita.
b. Diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg.
2. NET-EN (Norethindrone enanthate) = Noristerat
a. Dipakai lebih dari 40 negara, dengan jumlah akseptor kira-kira 1,5 juta wanita.
b. Diberikan dalam dosis 200 mg sekali setiap 8 minggu atau sekali setiap 8
minggu untuk 6 bulan pertama (= 3x suntikan pertama), kemudin selanjutnya
sekali setiap 12 minggu.
Baik DMPA maupun NET EN sangat aktif dengan angka kegagalan untuk :
DMPA
: < 1 per 100 wanita pertahun
NET EN
: 2 per 100 wanita pertahun
17

Efek samping utama : gangguan pola haid. Sedangkan efek samping lain kecil
sekali, antara lain :
Berat badan naik, antara 1-5 kg (DMPA).
Sebagian besar wanita belum kembali fertilitasnya selama 4-5 bulan setelah
menghentikan suntikannya.
Penelitian-penelitian membuktikan bahwa sampai saat ini kontrasepsi suntikan tidak
menambah risiko terjadinya karsinoma seperti karsinoma payudara atau serviks,
progesteron, termasuk DMPA digunakan untuk mengobati karsinoma endometrium.
Farmakologi dari Kontrasepsi Suntikan
DMPA :
1. Tersedia dalam larutan mikrokristaline.
2. Setelah 1 minggu penyuntikan 150 mg, tercapai kadar puncak, lalu kadarnya tetap
tinggi untuk 2-3 bulan, selanjutnya menurun kembali.
3. Ovulasi mungkin sudah dapat timbul setelah 73 hari penyuntikan, tetapi umumnya
ovulasi baru timbul kembali setelah 4 bulan atau lebih.
4. Pada pemakaian jangka alama, tidak tejadi efek akumulatif dari DMPA dalam
darah/serum.
NET EN :
1. Merupakan suatu progestin yang berasal dari testosterone, dibuat dalam larutan
minyak. Larutan minyak tidak mempunyai ukuran partikel yang tetap dengan
akibat pelepasan obat dari tempat suntikan kedalam sirkulasi darah dapat sangat
bervariasi.
2. Lebih cepat di metabolisir dan kembalinya kesuburan lebih cepat dibandingkan
dengan DMPA.
3. Setelah disuntikkan, NET EN harus di ubah menjadi norethindrone (NET) sebelum
ia menjadi aktif secara biologis.
4. Kadar puncak dalam serum tercapai dlam 7 hari setelah penyuntikan, kemudian
menurun secara tetap dan tidak ditemukan lagi dalam waktu 2,5 4 bulansetelah
disuntikkan.
Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntikan
1. Primer: Mencegah ovulasi
Kadar FSH dan LH menurun dan tidak terjadi sentakan LH (LH surge). Respons
kelenjar hypofisis terhadap gonadotropin-releasing hormon eksogenous tidak
berubah, sehingga memberi kesan proses terjadi di hipothalamus daripada
kelenjar di hypofisis. Ini berbeda dengan POK, yang tampaknya menghambat
ovulasi melalui efek langsung pada kelenjar hypofisis. Penggunaan kontrasepsi
suntikan tidak menyebabkan hipo-estrogenik.
Pada pemakaian PDMA, endometrium menjadi tipis dan atrofi dengan kelenjarkelenjar yang tidak aktif. Sering stroma menjadi edematous. Pemakaian jangka
panjang, endometrium dapat menjadi sedemikian tipisnya, sehingga tidak dapat
18

atau sedikit sekali jaringan bila dilakukan biopsi. Tetapi, perubahan-perubahan


tersebut akan kembali menjadi normal dalam waktu 90 hari setelah suntikan
DMPA terakhir.
2. Sekunder:
a. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga dapat menjadi barier
terhadap spermatozoa
b. Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk implantasi dari ovum
yang telah dibuahi
c. Kemungkinan besar mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba
fallopii
Kontra-Indikasi Suntikan
WHO menganjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi suntikan pada:
Kehamilan
Ca Mammae
Ca Traktus Genitalia
Pendarahan Abnormal Uterus
Disamping itu WHO juga menganjurkan untuk:
Mempertimbangkan kontra indikasi yang berlaku untuk POK
Pada wanita dengan DM atau riwayat DM selama kehamilan, harus dilakukan
follow up dengan teliti, karena dari beberapa percobaan laboratorium, ditemukan
bahwa DMPA mempengaruhi metabolism karbohidrat.
Efek Samping Suntikan
Gangguan haid; ini yang paling sering terjadi dan paling sering mengganggu.
a. Pola haid yang normal dapat berubah menjadi:
Amenore
Perdarahan ireguler
Perdarahan bercak
Perubahan dalam frekuensi, lama dan jumlah darah yang hilang
b. Efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian
Perdarahan inter-menstrual dan perdarahan bercak berkurang dengan
jalannya waktu, sedangkan kejadian amenore bertambah besar.
c. Insidens yang tinggi dari amenore diduga berhubungan dengan atrofi
endometrium. Sedangkan sebab-sebab dari perdarahan ireguler masih belum
jelas, dan tampaknya tidak ada hubungan dengan perubahan dalam kadar
hormone atau histologi endometrium.
d. DMPA lebih sering menyebabkan perdarahan, perdarahan- bercak dan
amenore dibandingkan dengan NET EN, dan amenore pada DMPA
tampaknya lebih sering terjadi pada akseptor dengan berat badan tinggi
e. Bila terjadi amenore, berkurangnya darah haid sebenarnya memberikan efek
yang menguntungkan yakni berkurangnya insidens anemia
f. Untung bahwa perdarahan yang hebat, yang dapat membahayakan diri
akseptor, jarang terjadi.
19

Berat badan yang bertambah


a. Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara <
1kg- 5 kg pada tahun pertama
b. Penyebab pertambahan berat badan tidak jelas. Tampaknya terjadi karena
bertambahnya lemak tubuh dan bukan karena retensi cairan tubuh
c. Hipotesa para ahli: DMPA merangsang pusat pengendalian nafsu makan di
hypothalamus, yang menyebabkan ekseptor makan lebih banyak dari pada
biasanya.
Sakit Kepala
Inseden sakit kepala adalah sama pada DMPA maupun NET EN dan terjadi pada
kurang dari 1-17% akseptor
System kardiovaskular
a. Tampaknya hampir tidak ada efek pada tekanan darah atau system
pembekuan darah maupun system fibrinolitik. Tidak ditemukan bukti-bukti
bahwa DMPA maupun NET EN menambah resiko timbulnya bekuan darah
atau gangguan sirkulasi lain.
b. Perubahan dalam metabolism lemak, terutama penurunan HDL kolesterol,
baik pada DMPA maupun NET EN dicurigai dapat menambah besar resiko
timbulnya penyakit kardiovaskuler. HDL kolesterol rendah menyebabkan
timbulnya arterosklerosis. Sedangkan terhadap trigliserida dan kolesterol total
tidak ditemukan efek apapun dari kontrasepsi suntikan.
Jenis kontrasepsi berdasarkan waktu pemberian:
a. Kontrasepsi suntikan jangka panjang yang baru
WHO meneliti dua macam kontrasepsi suntikan yang baru, yang merupakan
senyawa ester berasal dari NET atau Levonorgestrel. Ester adalah kombinasi
streroid dengan suatu asam:
1) HRP002
Berisi levonorgestrel butanoate, dosis 20mg akan mencegah ovulasi untuk 3
bulan, beredar tahun 1992
2) HRP011
Berisi levonorgestrel 3-oxime cyclopentyl carboxylate, yang secara kimiawi
serupa dengan progestin lain yaitu norgestimate. Senyawa tersebut kurang
mengakibatkan perubahan-perubahan endometrium. Dosis yang sedang
diteliti 20, 40, dan 60 mg. jangka penyuntikan 6 bulan beredar pada
pertengahan dasawarsa 1990.
Keuntungan dari kontrasepsi suntikan senyawa ester ini lebih banyak
dibandingkan kontrasepsi suntikan yang sudah ada atau standar:
Pelepasan hormon dari tempat suntikan berjalan hampir konstan, tanpa
pelepasan-awal yang tinggi seperti yang terjadi pada DMPA dan NET EN

20

Diberikan dalam larutan mikrokristaline yang aqueous seperti yang


dipakai pada DMPA, sehingga pembuatannya lebih mudah dan biaya nya
lebih murah.
b. Kontrasepsi suntikan sekali sebulan
Banyak digunakan di Negara-negara latin dan RRC terdiri dari kombinasi dari
estrogen dan progesteron.
Kontrasepsi sekali sebulan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan
kontrasepsi biasa atau standar, yaitu:
1) Menimbulkan perdarahan teratur setiap bulan
2) Kurang menimbulkan perdarahan bercak atau perdarahan irregular lainnya
3) Kurang menimbulkan amenore
4) Efek samping lebih cepat menghilang setelah suntikan dihentikan
Adapun kekurangan dari kontrasepsi sekali sebulan adalah:
a. Penyuntikan lebih sering
b. Biaya keseluruhan lebih tinggi
c. Kemungkinan efek samping karena estrogen
Efek Non-Kontraseptif
Kontrasepsi suntikan juga mempunyai efek non-kontraseptif yang menguntungkan,
yaitu:
a.

DMPA telah diakui sebagai terapi untuk karsinoma endometrium (primer maupun

b.
c.

mestatik)
Pada wanita yang sedang menyusui, DMPA dapat menambah jumlah ASI
Kadar Hb sering bertambah, sehingga dapat menolong mencegah anemia, baik

d.

pada DMPA maupu NET EN


Pada penderita penyakit sickle cell (suatu penyakit genetic di afrika), DMPA

e.

mengurangi rasa sakit dan terdapat lebih sedikit sel darah merah abnormal.
DMPA juga memberi proteksi terhadap beberapa macam infeksi traktus

f.
g.
h.

genitalia/PID
DMPA juga mencegah vulvo-vaginal candidiasis
DMPA mengurangi resiko karsinoma ovarium dan karsinoma endometrium
DMPA diperbolehkan di Amerika Serikat untuk dipakai pada karsinoma ginjal

i.
j.

(sebagai pengobatan paliatif)


DMPA kadang-kadang digunakan untuk mengobati pubertas praecox
DMPA dalam dosis sangat tinggi digunakan untuk mengurangi kadar
testosterone pada pria dengan kelakuan seksual yang abnormal.

5) Alat dalam rahim IUD (IUCD, COPPER-T, SPIRAL)


Kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device) merupakan alat kontrasepsi yang dipasang
dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil, suntik
dan kondom. Efektifitas metode IUD antara lain ditunjukkan dengan angka
kelangsungan pemakaian yang tertinggi bila dibandingkan dengan metode tersebut
diatas. Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga atau
21

campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas
dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode kerja
mencegah masuknya spermatozoa /sel mani ke dalam saluran tuba. Pemasangan
dan pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis (dokter atau
bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi namun tidak
boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi menular seksual (BKKBN,
2002).
Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah (Bari, 2006) :
a. Copper-T
Jenis IUD Copper-T berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada
bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini
mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik.
b. Copper-7
Jenis IUD Copper-7 berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan
ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya
sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T.
c. Multi load
Jenis IUD multi load terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri
dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung
bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan
250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran
multi load yaitu standar, small, dan mini.
d. Lippes loop
Jenis IUD Lippes loop terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau
huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada
ekornya. Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang
bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm
(benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran
30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan
yang rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi
perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyum batan usus, sebab terbuat
dari bahan plastik.
Cara Kerja IUD
Cara kerja dari IUD antara lain yaitu (Bari, 2006) :
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
2. Memengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri.
3. Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit masuk ke
dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi.
4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
22

Keuntungan dan Kelemahan IUD


Keuntungan dari penggunaan alat kontrasepsi IUD yakni (Bari, 2006) :
a. Sangat efektif. 0,6-0,8 kehamilan /100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1
kegagalan dalam 125-170 kehamilan).
b. IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.
c. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti).
d. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
e. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
f. Meningkatkan kenyamanan seksual karena karena rasa aman terhadap risiko
kehamilan
g. Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A.
h. Tidak memengaruhi kualitas dan volume ASI
i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi
infeksi).
j. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).
k. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
Kelemahan dari penggunaan IUD yaitu (Bari, 2006):
a. Efek samping yang umum terjadi, seperti : perubahan siklus haid (umumnya pada
3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), haid lebih lama dan
banyak, perdarahan antar menstruasi, saat haid lebih sakit.
b. Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila
pemasangan benar).
c. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
d. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti
pasangan.
e. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD,
penyakit radang panggul dapat memicu infertilitas.
f. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelviks diperlukan dalam pemasangan
IUD.
g. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD.
Biasanya menghilang dalam 1-2 hari
h. Pencabutan IUD hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter atau
bidan) yang terlatih.
23

i. Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD
dipasang segera setelah melahirkan).
j. Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.
Waktu Penggunaan IUD
Penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada saat (Bari, 2006) :
1. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil.
2. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
3. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pasca
persalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi
(MAL).
4. Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada
gejala infeksi.
5. Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi.
Waktu Kontrol IUD
Kelemahan dari penggunaan IUD adalah perlunya kontrol kembali untuk memeriksa
posisi benang IUD dari waktu ke waktu. Waktu kontrol IUD yang harus diperhatikan
adalah (Bari, 2006) :
a. 1 bulan pasca pemasangan
b. 3 bulan kemudian
c. Setiap 6 bulan berikutnya
d. Bila terlambat haid 1 minggu
e. Perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya
6) Sterilisasi
Terdapat beberapa cara operasi yang bisa membuat pria atau wanita hampir tidak
mungkin bisa mempunyai anak lagi. Karena hasil operasi ini bersifat permanen, maka
tindakan ini hanya tepat bagi ibu atau bapa yang betul-betul telah yakin tidak ingin
mempunyai anak lagi.
Untuk mendapatkan pelayanan tindakan operasi ini, ibu atau bapa harus pergi ke RS
yang mampu melayani operasi tersebut. Operasi ini cukup cepat dan aman yang
jarang menimbulkan efek samping.
a. Vasektomi (operasi pria)
Adalah suatu tindakan bedah yang sangat sederhana dimana dilakukan
pemotongan saluran yang membawa sperma dari buah pelir ke penis. Buah
pelirnya sendiri masih tetap utuh, tidak dipotong sama sekali. Operasi ini
24

dilakukan di Puskesmas, dimana petugas kesehatan telah dilatih untuk


melakukannya. Tindakan operasi ini hanya berlangsung beberapa menit.
Operasi ini tidak mengubah kemampuan untuk melakukan hubungan seksual
ataupun untuk merasakan kenikmatan hubungan seksual. Pria masih mampu
untuk ejakulasi cairan sperma atau semen tetapi cairan tersebut tidak
mengandung benih sperma. Setelah operasi, pria tersebut harus terlebih dahulu
ejakulasi sampai 20 kali sebelum benih sperma betul-betul telah bersih. Selama
menunggu pakailah cara-cara kb yang telah biasa dipakai.
b. Tubektomi (operasi wanita)
Pemutusan saluran telur wanita sedikit lebih rumit dari pada vasektomi, tetapi
tetap merupakan tindakan bedah yang aman hanya berlangsung sekitar 30 menit.
Petugas kesehatan membuat sayatan kecil di kulit perut ibu, kemudian memotong
atau mengikat saluran yang membawa sel telur dari indung telur kerahim.
Tindakan ini tidak akan mengubah kemampuan wanita untuk melakukan
hubungan seksual ataupun menikmati hubungan seksual. Penting: sterilisasi tidak
melindungi terhadap PMS, termasuk AIDS. Kita harus tetap memikirkan cara
untuk perlindungan untuk penyakit-penyakit tersebut.
7) MAL (Metode Aminorea Laktasi)
Metode Aminorea Laktasi (MAL) adalah metode kontrasepsi sementara yang
mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif artinya, diberikan ASI saja tanpa
tambahan makanan dan minuman lainnya.
Cara kerja
Cara kerja dari metode MAL adalah menunda atau menekan terjadinya ovulasi. Pada
saat

laktasi

atau

menyusui

hormon

yan

berperan

adalah

oksitosin

dan

prolaktin.semakin sering menyusui maka kadar prolaktin meningkat dan hormon


gonadotropin melepaskan hormon penghambat (inhibitor). Hormon penghambat akan
mengurangi kadar estrogen sehingga tidak terjadi ovulasi.
Manfaat
Metode MAL memberikan manfaat kontrasepsi dan non kontrasepsi. Manfaat non
kontrasepsi:
Untuk bayi:
Mendapatkan kekebalan pasif.
Peningkatan gizi.
Mengurangi resiko penyakit menular.
Terhidar dari keterpaparan terhadap kontaminasi air, susu formula, atau alat
minum yang dipakai.
Untuk ibu:
Mengurangi perdarahan post partum.
Membantu proses involusi uteri.
Mengurangi resiko anemia.
Meningkatkan hubungan psikologi antara ibu dan bayi.
Kelemahan:
Memerlukan persiapan dimulai sejak kehamilan.
25

Metode ini hanya efektif digunakan selama 6 bulan setelah melahirkan, belum
mendapat haid dan menyusui secara eksklusif.
Tidak melindungi dari penyakit menular.
Bukan merupakan pilihan bagi wanita yang tidak menyusui.
Kesulitan dalam mempertahankan pola menyusui secara eksklusif.
Menyusui bisa efektif mencegah kehamilan bila terdapat keadaan seperti berikut ini:
1. Bayi berumur kurang dari 6 bulan.
2. Datang bulan belum dimulai sejak melahirkan.
3. Ibu hanya memberikan ASI saja bagi bayi dan memberikannya setiap bayi
merasa lapar dengan jarak antara waktu makan kurang dari 6 jam baik siang
maupun malam. Bayi sering minum ASI di malam hari.

A. PATHWAY
1. Suntik
Suntik
Progesterone

Estrogen

26

Sirkulasi

GIT

Reproduksi

Retensi
cairan

Merangsang
pusat
reseptor
makanan

Stimulasi
hipotalamus

Pengentalan
lender serviks

Menekan
LH,FSH

Menghambat
penetrasi
sperma

Peningkatan
TD
Menghambat
sikluas
oksigenasi
Nyeri kepala
Nyeri
Asam
lambung
meningkat
Merangsang
muntah
Devisit
vol.cairan

Nafsu makan
meningkat
Menghambat
produksi
prostaglandin
Peningkatan
proteksi
terhadap
mukosa
lambung
Iritasi
mukosa
lambung

BB
meningkat
Kelebihan
nutrisi

Ovulasi
terhambat
Perubahan
maturasi
endometrium
Atropi

Perubahan
body image

Dinding
rahim sulit
lepas

Faktor
pembekuan
darah
meningkat
Trombosis

Sperma &
ovum tidak
bertemu
Lender
meningkat
Keputihan
Resiko infeksi

Amenorrhea
Ansietas

Nyeri

27

2. PIL KOMBINASI
Suntik
Progesterone

Estrogen

Sirkulasi

GIT

Reproduksi

Retensi
cairan & Na

Merangsang
pusat nafsu
makan

Stimulasi
hipotalamus

Peningkatan
TD
Menghambat
sikluas
oksigenasi
Nyeri kepala
Nyeri
Asam
lambung
meningkat
Merangsang
muntah
Devisit
vol.cairan

Nafsu makan
meningkat

Menghambat
produksi
prostaglandin
Peningkatan
proteksi
terhadap
mukosa
lambung
Iritasi
mukosa
lambung

BB
meningkat
Perubahan
body image

LH,FSH
menurun
Ovulasi
terhambat
Perubahan
maturasi
endometrium

Pengentalan
lender
serviks

Faktor
pembekuan
darah
meningkat
Trombosis

Menghambat
penetrasi
sperma
Sperma &
ovum tidak
bertemu

Atropi

Lender
meningkat

Dinding
rahim sulit
lepas

Konsepsi
tidak terjadi

Amenorrhea
Ansietas

28

3. IUD
IUD
Benda asing dalam uterus

Reaksi
radang di
cavum uteri
Fagosit
meningkat
Perubahan
endometrium
Keputihan
meningkat
Infeksi pelvis
Hipertermi

Perubahan
reaksi kimia
Perubahan
reaksi
enzimatik
uterus
Perubahan
endometrium
Nidasi tidak
terjadi

Terjadi efek mekanik

Erosi
endometrium

Kontraksi
uterus

Spotting

Iskemia otot
uterus

Infeksi
Makrofag
meningkat
Menekan
sperma
Sperma dan
ovum tidak
bertemu

Kurang
pengetahuan
tentang
prosedur
pemasangan
dan efek yg
terjadi
Ansietas

Pelepasan
mediator
inflamasi
Stimulasi saraf
simpatis &
parasimpatis
Persepsi nyeri
Nyeri

29

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien dan suami
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat mestruasi
e. Riwayat KB
f. Riwayat psikologi
g. Pemeriksaan fisik
h. Riwayat obstetri
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kontrasepsi suntik
Nyeri akut
Deficit volume cairan
Perubahan body image
Ansietas
b. Kontrasepsi pil
Nyeri akut
Perubahan body image
c. IUD
Nyeri akut
Perubahan suhu tubuh
Ansietas
Kurang pengetahuan

30

3. Intervensi Keperawatan
Nyeri akut
Tujuan
:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam klien tidak mengalami
nyeri
Kriteria hasil :
klien melaporkan nyeri berkurang
klien mengatakan mampu mengontrol nyeri
klien mampu mengenali nyeri
INTERVENSI

RASIONAL

Lakukan
pengkajian
nyeri
secara Memudahkan menentukan inetrvensi
komprehensif termasuk lokasi nyeri, durasi, selanjutnya
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Observasi
reaksi
ketidaknyamanan

nonverbal

dari Mengidentifikasi adanya nyeri pada


klien

Kontrol tekanan darah klien

Perubahan tekanan darah dapat


mengindikasikan adanya reaksi dari
pemberian obat-obatan

Kontrol
lingkungan
yang
dapat Mengurangi faktor pencetus nyeri
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri

Apabila faktor pencetus berkurang


maka intensitas nyeri akan berkurang

Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan


menemukan dukungan

Dukungan
dari
keluarga
dapat
membantu klien mengatasi nyeri

Ajarkan tentang teknik non farmakologi:


napas dada, relaksasi, distraksi, kompres
hangat/dingin

Teknik non farmakologi yang benar


akan membuat klien rileks dan nyaman
sehingga dapat mengurangi nyeri

Tingkatkan istirahat

Istirahat akan membuat klien merasa


nyaman,
sehingga
nyeri
dapat
berkurang

Kolaborasi:
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri,
seperti

Penggunaan agens-agens farmakologi


untuk mengurangi atau menghilangkan
nyeri

Ansietas
Tujuan

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam kecemasan klien


teratasi
Kriteria hasil

:
31

TTV klien dalam batas normal


Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
Klien mampu mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas
INTERVENSI

RASIONAL

Identifikasi tingkat kecemasan

Membantu
selanjutnya

Bantu klien mengenali


menimbulkan kecemasan

situasi

yang

menentukan

Mengidentifikasi
klien

sumber

intervensi
kecemasan

Dorong klien untuk mengungkapkan Mengungkapkan perasaan, ketakutan,


perasaan, ketakutan, persepsi
dan
persepsi
akan
mengurangi
kecemasan klien
Dengarkan dengan penuh perhatian

Membuat klien merasa tenang


mengurangi kekhawatiran klien

dan

Temani
klien
untuk
memberikan Memberikan keamanan pada klien dan
keamanan dan mengurangi takut
mengurangi takut
Jelaskan semua prosedur dan apa yang Mengurangi
kecemasan
klien,
dirasakan selama prosedur
meningkatkan
pemahaman
klien
mengenai prosedur tindakan yang akan
dilakukan
Libatkan keluarga untuk mendampingi
klien
Instruksikan
pada
klien
menggunakan teknik relaksasi
Kolaborasi:
Berikan obat anti cemas

Keluarga dapat member dukungan positif


kepada klien

untuk Untuk mengurangi


dirasakan klien

kecemasan

Pemberian obat anti cemas


dengan
kebutuhan
klien
mengurangi kecemasan klien

yang
sesuai
dapat

Kurang Pengetahuan
Tujuan

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam klien menunjukkan


pengetahuan tentang kontrasepsi
Kriteria hasil

Klien menyatakan kepahaman tentang kondisi kontrasepsi, jenis kontrasepsi,


kelebihan & kekurangan, serta cara menggunakannya
Klien mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
Klien mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan
lainnya
32

INTERVENSI

RASIONAL

Kaji tingkat pengetahuan klien

Membantu menentukan jenis pengetahuan


yang akan diberikan pada klien

Jelaskan tentang kontrasepsi, jenis- Meningkatkan pemahaman klien


jenis kontrasepsi, kekurangan &
kelebihan masing2 kontrasepsi dan
cara penggunaannya
Jelaskan cara mengatasi masalah yang Meningkatkan pemahaman klien dan
mungkin muncul setelah pemakaian membantu klien mengatasi masalah yang
kontrasepsi
muncul
Diskusikan pemilihan kontrasepsi

Memilih kontrasepsi yang tepat dan sesuai


dapat mengurangi kecemasan klien &
memenuhi kebutuhan klien

Dukung klien untuk mengeksplorasi Memperluas pemahaman klien


atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat

DAFTAR PUSTAKA
BkkbN. 2012. Evaluasi Program Kependudukan dan KB. Semarang
Carpenito,Lynda Juall.2007.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta : EGC
DepKes RI. 2011. Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2011
2014. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka
Rihama
Hanifah, Winkjosastro. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: yayasan bina
prawirohardjo.

pustaka sarwono

Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan
Leon, Speroff dan Philip Darney.2005.Pedoman Klinis kontrasepsi.Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius.
33

Pendit,Brahm U.2007.Ragam Metode Kontrasepsi.Jakarta : EGC


Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:
yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo.
Suratun,dkk.2008. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta:
Trans Infomedia
Wiknjosastro, Hanifa. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

34

Anda mungkin juga menyukai