DEPARTEMEN MATERNITAS
PUSKESMAS TUMPANG MALANG
Oleh :
Yesi Andriani
105070200111012
Keluarga berencana adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan
sejahtera dengan membatasi kelahiran (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
2004:472).
KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan
jalan memberikan nasehat perkawinan,pengobatan kemandulan dan penjarangan
kelahiran (Depkes RI, 1999; 1).
KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang
diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran (Hartanto, 2004; 27).
Menurut WHO (dalam Imbarwati, 2009), keluarga berencana adalah tindakan
yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk:
a. Mendapatkan objektif2 tertentu
b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
d. Mengatur interval diantara kelahiran
e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga
Tujuan Keluarga Berencana
Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi :
1. Keluarga dengan anak ideal
2. Keluarga sehat
3. Keluarga berpendidikan
4. Keluarga sejahtera
5. Keluarga berketahanan
6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
7. Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS)
Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki kesehatan dan
kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa; Mengurangi angka kelahiran untuk
menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akan
pelayanan KB yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian
ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi
Menurut WHO (2003) tujuan KB terdiri dari : Menunda / mencegah kehamilan.
Menunda kehamilan bagi PUS (Pasangan Usia Subur) dengan usia istri kurang dari 20
tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya. Alasan menunda / mencegah kehamilan
:
1. Umur dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak dulu
karena berbagai alasan.
2. Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral, karena peserta masih muda.
3. Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda masih tinggi
frekuensi bersenggamanya, sehingga mempunyai kegagalan tinggi.
4. Penggunaan IUD (Intra Uterine Divice) bagi yang belum mempunyai anak pada
masa ini dapat dianjurkan, terlebih bagi calon peserta dengan kontra indikasi
terhadap pil oral.
2
Sasaran Program KB
a. Sasaran langsung
Pasangan usia subur yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan
cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan.
b. Sasaran tidak langsung
Pelaksana dan pengelola KB, dengan cara menurunkan tingkat kelahiran melalui
pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga
yang berkualitas, keluarga sejahtera (Handayani,2010; 29).
STRATEGI PELAKSANAAN KB
Terbagi dalam 2 strategi, yaitu:
1. Strategi dasar
Meneguhkan kembali program di daerah
Menjamin kesinambungan program
2. Strategi operasional
Peningkatan kapasitas system pelayanan program KB nasional
Peningkatan kualitas program dan program prioritas
Penggalangan dan pemantapan komitmen
Dukungan regulasi dan kebijakan
Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan
Ruang lingkup Program KB
Menurut Handayani (2010:29) ruang lingkup program KB,meliputi:
a. Komunikasi informasi dan edukasi.
b. Konseling.
c. Pelayanan infertilitas.
d. Pendidikan seks.
e. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan.
f. Konsultasi genetik
Akseptor Keluarga Berencana
Akseptor KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah dan
jarak anak serta waktu kelahiran(Barbara R.Stright,2004;78).
Jenis - Jenis Akseptor KB
a. Akseptor aktif adalah akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu
cara / alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.
b. Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah menggunakan
kontrasepsi selama 3 (tiga) bulan atau lebih yang tidak diselingi suatu kehamilan,
3
dan kembali menggunakan cara alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama
maupun berganti cara setelah berhenti / istirahat kurang lebih 3 (tiga) bulan berturut
turut dan bukan karena hamil.
c. Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali menggunakan alat / obat
kontrasepsi atau pasangan usia subur yang kembali menggunakan alat kontrasepsi
setelah melahirkan atau abortus.
d. Akseptor KB dini adalah para ibu yang menerima salah satu cara kontrasepsi dalam
waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus.
e. Akseptor langsung adalah para istri yang memakai salah satu cara kontrasepsi
dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.
f. Akseptor dropout adalah akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih
dari 3 bulan (BKKBN, 2007).
Pasangan usia subur
Pasangan usia subur yaitu pasangan suami istri yang istrinya berumur 25 - 35 tahun
atau pasangan suami istri yang istrinya berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid
atau istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih haid (datang bulan) (BKKBN,
2007;66).
Definisi kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti melawan atau mencegah dan konsepsi
adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan
kehamilan.
Maksud
dari
kontrasepsi
adalah
menghindari/mencegah
terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma.
Untuk itu, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan
hubungan intim/seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak
menghendaki kehamilan (Suratun, 2008).
Syarat - Syarat Kontrasepsi
Sebagai usaha untuk mencegah kehamilan hendaknya kontrasepsi memiliki syarat syarat sebagai berikut :
a. aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.
b. efek samping yang merugikan tidak ada.
c. lima kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
d. tidak mengganggu hubungan persetubuhan.
e. tidak memerlukan bantuan medik atau control yang ketat selama pemakaiannya.
f. cara penggunaannya sederhana.
4
Metode Sederhana
a.
KBA
2)
Metode kalender
a)
Mekanisme kerja
Metode kalender menggunakan prinsip berkala yaitu
tidak
pada tahun-tahun
menjelang menopause.
Cara menentukan masa aman
Pertama dicatat lama siklus haid selama tiga bulan
tentukan lama
terakhir,
terpanjang. Kemudian
ejakulasi
Ovum dapat hidup selama 24 jam setelah ovulasi
5
b)
sebagai berikut :
Siklus terpendek = 29
Siklus terpanjang = 36
29-18 = 11
36-11 = 25
Masa ovulasi mulai dari hari ke 16 sampai dengan hari ke 25
siklus haid, yaitu 19 maret sampai dengan 2 april 2011. Masa
aman mulai hari pertama sampai ke-9 siklus haid dan hari ke 26
sampai 9 hari setelahnya yaitu mulai 9-17 maret dan 3-16 april
2011.
4)
masa aman
tubuh. Menjelang ovulasi suhu basal tubuh akan turun dan kurang lebih
24 jam setelah ovulasi suhu basal akan naik lagi sampai lebih tinggi dari
pada suhu sebelum ovulasi. Fenomena
untuk
menentukan waktu ovulasi. Suhu basal dicatat dengan teliti setiap hari.
Suhu basal diukur waktu pagi segera setelah bangun tidur dan sebelum
melakukan aktivitas.
Penggunaan suhu basal dan penentuan masa aman akan meningkatkan
daya guna pantang berkala. Namun suhu basal tubuh dapat pula
meningkat pada beberapa kondisi seperti infeksi, ketegangan dan waktu
tidur yang tidak teratur. Oleh karena itu dianjurkan untuk tidak melakukan
hubungan seksual sampai terlihat suhu tetap tinggi tiga hari (pada waktu
pagi) berturut-turut. Panjang siklus haid yang teratur adalah 28-30 hari.
Dengan mengenal tanda-tanda premenstruasi maka saat ovulasi dapat
diperkirakan.
a)
Efek samping
Pantang yang terlampau lama dapat menimbulkan frustasi. Hal ini
dapat diatasi dengan pemakaian kondom atau tablet vagina saat
b)
berhubungan.
Daya guna
6
Gana guna teoritis adalah 15 kehamilan per 100 wanita per tahun.
Daya guna pemakaian ialah 20-30 kehamilan per 100 wanita per
tahun. Daya guna dapat ditingkatkan dengan menggunakan pola
cara rintangan, misalnya kondom atau spermisida disamping
pantang berkala.
5)
John Billing.
menghubungkan pengawasan
Pola yang
tidak subur dapat dideteksi baik pada fase pra ovulasi maupun pasca
ovulasi siklus menstruasi. Perubahan lender serviks selama siklus
menstruasi adalah sebagai berikut :
a)
b)
c)
3.
terhadap lendir.
Apabila terlihat perubahan dari BIP, maka pasangan tidak boleh
melakukan hubungan pada hari tersebut dan hari-hari berikutnya
selama masih terjadi perubahan dan tiga hari kemudian ketika
BIP kembali
7
4.
b)
MAL
MLA merupakan metode kontrasepsi alamiah yang mengandalkan
Metode Modern
1) Kondom
a. Kondom Pria
Kondom adalah sarung karet yang dipakai pada alat kemaluan pria selama
melakukan hubungan seksual. Cara menggunakan kondom:
1) Bila seorang pria tidak disunat tarik selaput kulit kepala penis ke
belakang. Kemudian masukan ujung penis kedalam mulut kondom dan
masukan sampai ke ujung akhir penis yang keras.
8
Kontraindikasi mutlak
- Tumor-tumor yang dipengaruhi estrogen
- Penyakit-penyakit hati yang aktif, baik akut maupun menahun
- Pernah mengalami trombo phlebitis, trombo-emboli, kelainan serebrovaskular
- Diabetes mellitus
- Kehamilan
Kontraindikasi relatif
- Depresi
- Migraine
- Mioma uteri
- Hipertensi
- Oligomenorea dan amenorea
Kelebihan dan Kekurangan pil kombinasi
Kelebihan
- Efektivitasnya dapat di percaya
- Frekuensi koitus tidak perlu di atur
- Siklus haid tidak teratur
- Keluhan dismenorea yang primer menjadi berkurang atau hilang sama sekali
Kekurangan
- Pil harus di minum setiap hari
- Motivasi harus kuat
- Adanya efek samping walaupun efeknya sementara
- Kadang-kadang setelah berhenti minum pil dapat timbul amenorea yang
-
persisten
Harganya relative mahal
mengurangi kerja peristaltik tuba falopi sehingga sperma yang tetap hidup
sangat sulit atau tidak mungkin mencapai uterus.
Efek samping yang umum terjadi:
Perdarahan tidak teratur atau bercak-bercak
Datang bulan terlambat
Sering pusing
2. Pil sekuensial
Pil ini hanya mengandung estrogen di minum selama setengah pertama siklus
mentruasi dan kemudian selama setengah siklus yang kedua diberikan pil yang
mengandung baik estrogen maupun progesterone. Efek keseimbangan hormone
ini ialah penekanan ovulasi, dan karena kadar estrogen tinggi, maka juga akan
menekan laktasi apabila diberikan kepada pasien post natal. Sekuensial
memberikan banyak efek samping, yang meliputi bertambahnya berat badan,
perubahan payudara, mual, sakit kepala dan penurunan libido.
Secara umum ada beberapa komplikasi yang terjadi pada kontrasepsi oral, yaitu
mencakup sebagai berikut :
A Abdominal pain, mengindikasikan masalah pada hepar atau kandung
empedu.
C Chest pain atau sesak napas, mengindikasikan adanya sumbatan pembuluh
darah pada paru atau jantung.
H Headaches, disebabkan oleh gangguan kardiovaskular atau hipertensi.
E Eye problem, mengindikasikan gangguan vascular atau hipertensi.
S Severe leg pain, mengidikasikan proses trombo-emboli.
3) Implant
Pengertian Kontrasepsi Implan
Tetapi sekali bahan pembawa tersebut mulai larut, ia tidak mungkin dikeluarkan lagi.
Tingkat penggunaan kontrasepsi implan dapat diperbaiki dengan menghilangkan
kebutuhan
terhadap
pengangkatan
secara
bedah.
Kapsul
ini
mengandung
levonorgestrel dan terdiri dari polimer E-kaprolakton. Mempunyai diameter 0,24 cm,
terdiri dari dua ukuran dengan panjang 2,5 cm mengandung 16 mg levonorgestrel,
dan kapsul dengan panjang 4 cm yang mengandung 26 mg levonorgestrel. Lama
kerja 12 18 bulan. Kecepatan pelepasan levonorgestrel dari kaprolakton adalah 10
kali lebih cepat dibandingkan silastic.
Keuntungan dan Kerugian Kontrasepsi Implan
1) Keuntungan Kontrasepsi Implan, meliputi :
a. Daya guna tinggi
Kontrasepsi implan merupakan metode kontrasepsi berkesinambungan yang
aman dan sangat efektif. Efektivitas penggunaan implant sangat mendekati
efektivitas teoretis. Efektivitas 0,2 1 kehamilan per 100 perempuan.
b. Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
Kontrasepsi implan memberikan perlindungan jangka panjang. Masa kerja paling
pendek yaitu satu tahun pada jenis implan tertentu (contoh : uniplant) dan masa
kerja paling panjang pada jenis norplant.
c. Pengembalian kesuburan yang cepat
Kadar levonorgestrel yang bersirkulasi menjadi terlalu rendah untuk dapat diukur
dalam 48 jam setelah pengangkatan implan. Sebagian besar wanita memperoleh
kembali siklus ovulatorik normalnya dalam bulan pertama setelah pengangkatan.
Angka kehamilan pada tahun pertama setelah pengangkatan sama dengan angka
kehamilan pada wanita yang tidak menggunakan metode kontrasepsi dan
berusaha untuk hamil. Tidak ada efek pada jangka panjang kesuburan di masa
depan.Kembalinya
penundaan
dan
berada
dalam
batas-batas
normal.
Implan
j.
dengan
berbagai
derajat
keprihatinan
serta
kecemasan.
Walaupun ketakutan akan rasa nyeri saat pemasangan implan merupakan sumber
kecemasan utama banyak wanita, nyeri yang sebenarnya dialami tidak separah
yang dibayangkan. Pada kenyataannya, sebagian besar pasien mampu
menyaksikan dengan santai proses pemasangan atau pengangkatan implannya.
Wanita harus diberitahu bahwa insisi yang dibuat untuk prosedur tersebut kecil
dan mudah sembuh, meninggalkan jaringan parut kecil yang biasanya sukar
dilihat karena lokasi dan ukurannya.
d. Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan.
Implan harus dipasang (diinsersikan) dan diangkat melalui prosedur pembedahan
yang dilakukan oleh personel terlatih. Wanita tidak dapat memulai atau
menghentikan metode tersebut tanpa bantuan klinisi. Insiden pengangkatan yang
mengalami komplikasi adalah kira-kira 5%, suatu insiden yang dapat dikurangi
16
paling baik dengan cara pelatihan yang baik dan pengalaman dalam melakukan
pemasangan serta pencabutan implan.
e. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk AIDS.
Implan tidak diketahui memberikan perlindungan terhadap penyakit menular
seksual seperti herpes, human papiloma virus, HIV AIDS, gonore atau clamydia.
Pengguna
yang
berisiko
menderita
penyakit
menular
seksual
harus
4) KB Suntikan
Salah satu tujuan utama dari penelitian kontrasepsi adalah untuk mengembangkan
suatu metode kontrasepsi yang berdaya kerja panjang (lama),
yang tidak
membutuhkan pemakaian setiap hari atau setiap akan bersanggama, tetapi tetap
reversibel. Dua kontrasepsi suntikan berdaya kerja lama yang sekarang banyak
dipakai adalah :
1. DMPA (Depot Medroxyprogesterone asetat) = Depo Provera
a. Dipakai di lebih dari 90 negara, telah digunakan selama kurang lebih 20 tahun
dan smapai saat ini akseptornya berjumlah kira-kira 5 juta wanita.
b. Diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg.
2. NET-EN (Norethindrone enanthate) = Noristerat
a. Dipakai lebih dari 40 negara, dengan jumlah akseptor kira-kira 1,5 juta wanita.
b. Diberikan dalam dosis 200 mg sekali setiap 8 minggu atau sekali setiap 8
minggu untuk 6 bulan pertama (= 3x suntikan pertama), kemudin selanjutnya
sekali setiap 12 minggu.
Baik DMPA maupun NET EN sangat aktif dengan angka kegagalan untuk :
DMPA
: < 1 per 100 wanita pertahun
NET EN
: 2 per 100 wanita pertahun
17
Efek samping utama : gangguan pola haid. Sedangkan efek samping lain kecil
sekali, antara lain :
Berat badan naik, antara 1-5 kg (DMPA).
Sebagian besar wanita belum kembali fertilitasnya selama 4-5 bulan setelah
menghentikan suntikannya.
Penelitian-penelitian membuktikan bahwa sampai saat ini kontrasepsi suntikan tidak
menambah risiko terjadinya karsinoma seperti karsinoma payudara atau serviks,
progesteron, termasuk DMPA digunakan untuk mengobati karsinoma endometrium.
Farmakologi dari Kontrasepsi Suntikan
DMPA :
1. Tersedia dalam larutan mikrokristaline.
2. Setelah 1 minggu penyuntikan 150 mg, tercapai kadar puncak, lalu kadarnya tetap
tinggi untuk 2-3 bulan, selanjutnya menurun kembali.
3. Ovulasi mungkin sudah dapat timbul setelah 73 hari penyuntikan, tetapi umumnya
ovulasi baru timbul kembali setelah 4 bulan atau lebih.
4. Pada pemakaian jangka alama, tidak tejadi efek akumulatif dari DMPA dalam
darah/serum.
NET EN :
1. Merupakan suatu progestin yang berasal dari testosterone, dibuat dalam larutan
minyak. Larutan minyak tidak mempunyai ukuran partikel yang tetap dengan
akibat pelepasan obat dari tempat suntikan kedalam sirkulasi darah dapat sangat
bervariasi.
2. Lebih cepat di metabolisir dan kembalinya kesuburan lebih cepat dibandingkan
dengan DMPA.
3. Setelah disuntikkan, NET EN harus di ubah menjadi norethindrone (NET) sebelum
ia menjadi aktif secara biologis.
4. Kadar puncak dalam serum tercapai dlam 7 hari setelah penyuntikan, kemudian
menurun secara tetap dan tidak ditemukan lagi dalam waktu 2,5 4 bulansetelah
disuntikkan.
Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntikan
1. Primer: Mencegah ovulasi
Kadar FSH dan LH menurun dan tidak terjadi sentakan LH (LH surge). Respons
kelenjar hypofisis terhadap gonadotropin-releasing hormon eksogenous tidak
berubah, sehingga memberi kesan proses terjadi di hipothalamus daripada
kelenjar di hypofisis. Ini berbeda dengan POK, yang tampaknya menghambat
ovulasi melalui efek langsung pada kelenjar hypofisis. Penggunaan kontrasepsi
suntikan tidak menyebabkan hipo-estrogenik.
Pada pemakaian PDMA, endometrium menjadi tipis dan atrofi dengan kelenjarkelenjar yang tidak aktif. Sering stroma menjadi edematous. Pemakaian jangka
panjang, endometrium dapat menjadi sedemikian tipisnya, sehingga tidak dapat
18
20
DMPA telah diakui sebagai terapi untuk karsinoma endometrium (primer maupun
b.
c.
mestatik)
Pada wanita yang sedang menyusui, DMPA dapat menambah jumlah ASI
Kadar Hb sering bertambah, sehingga dapat menolong mencegah anemia, baik
d.
e.
mengurangi rasa sakit dan terdapat lebih sedikit sel darah merah abnormal.
DMPA juga memberi proteksi terhadap beberapa macam infeksi traktus
f.
g.
h.
genitalia/PID
DMPA juga mencegah vulvo-vaginal candidiasis
DMPA mengurangi resiko karsinoma ovarium dan karsinoma endometrium
DMPA diperbolehkan di Amerika Serikat untuk dipakai pada karsinoma ginjal
i.
j.
campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas
dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode kerja
mencegah masuknya spermatozoa /sel mani ke dalam saluran tuba. Pemasangan
dan pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis (dokter atau
bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi namun tidak
boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi menular seksual (BKKBN,
2002).
Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah (Bari, 2006) :
a. Copper-T
Jenis IUD Copper-T berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada
bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini
mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik.
b. Copper-7
Jenis IUD Copper-7 berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan
ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya
sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T.
c. Multi load
Jenis IUD multi load terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri
dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung
bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan
250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran
multi load yaitu standar, small, dan mini.
d. Lippes loop
Jenis IUD Lippes loop terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau
huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada
ekornya. Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang
bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm
(benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran
30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan
yang rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi
perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyum batan usus, sebab terbuat
dari bahan plastik.
Cara Kerja IUD
Cara kerja dari IUD antara lain yaitu (Bari, 2006) :
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
2. Memengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri.
3. Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit masuk ke
dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi.
4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
22
i. Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD
dipasang segera setelah melahirkan).
j. Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.
Waktu Penggunaan IUD
Penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada saat (Bari, 2006) :
1. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil.
2. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
3. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pasca
persalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi
(MAL).
4. Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada
gejala infeksi.
5. Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi.
Waktu Kontrol IUD
Kelemahan dari penggunaan IUD adalah perlunya kontrol kembali untuk memeriksa
posisi benang IUD dari waktu ke waktu. Waktu kontrol IUD yang harus diperhatikan
adalah (Bari, 2006) :
a. 1 bulan pasca pemasangan
b. 3 bulan kemudian
c. Setiap 6 bulan berikutnya
d. Bila terlambat haid 1 minggu
e. Perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya
6) Sterilisasi
Terdapat beberapa cara operasi yang bisa membuat pria atau wanita hampir tidak
mungkin bisa mempunyai anak lagi. Karena hasil operasi ini bersifat permanen, maka
tindakan ini hanya tepat bagi ibu atau bapa yang betul-betul telah yakin tidak ingin
mempunyai anak lagi.
Untuk mendapatkan pelayanan tindakan operasi ini, ibu atau bapa harus pergi ke RS
yang mampu melayani operasi tersebut. Operasi ini cukup cepat dan aman yang
jarang menimbulkan efek samping.
a. Vasektomi (operasi pria)
Adalah suatu tindakan bedah yang sangat sederhana dimana dilakukan
pemotongan saluran yang membawa sperma dari buah pelir ke penis. Buah
pelirnya sendiri masih tetap utuh, tidak dipotong sama sekali. Operasi ini
24
laktasi
atau
menyusui
hormon
yan
berperan
adalah
oksitosin
dan
Metode ini hanya efektif digunakan selama 6 bulan setelah melahirkan, belum
mendapat haid dan menyusui secara eksklusif.
Tidak melindungi dari penyakit menular.
Bukan merupakan pilihan bagi wanita yang tidak menyusui.
Kesulitan dalam mempertahankan pola menyusui secara eksklusif.
Menyusui bisa efektif mencegah kehamilan bila terdapat keadaan seperti berikut ini:
1. Bayi berumur kurang dari 6 bulan.
2. Datang bulan belum dimulai sejak melahirkan.
3. Ibu hanya memberikan ASI saja bagi bayi dan memberikannya setiap bayi
merasa lapar dengan jarak antara waktu makan kurang dari 6 jam baik siang
maupun malam. Bayi sering minum ASI di malam hari.
A. PATHWAY
1. Suntik
Suntik
Progesterone
Estrogen
26
Sirkulasi
GIT
Reproduksi
Retensi
cairan
Merangsang
pusat
reseptor
makanan
Stimulasi
hipotalamus
Pengentalan
lender serviks
Menekan
LH,FSH
Menghambat
penetrasi
sperma
Peningkatan
TD
Menghambat
sikluas
oksigenasi
Nyeri kepala
Nyeri
Asam
lambung
meningkat
Merangsang
muntah
Devisit
vol.cairan
Nafsu makan
meningkat
Menghambat
produksi
prostaglandin
Peningkatan
proteksi
terhadap
mukosa
lambung
Iritasi
mukosa
lambung
BB
meningkat
Kelebihan
nutrisi
Ovulasi
terhambat
Perubahan
maturasi
endometrium
Atropi
Perubahan
body image
Dinding
rahim sulit
lepas
Faktor
pembekuan
darah
meningkat
Trombosis
Sperma &
ovum tidak
bertemu
Lender
meningkat
Keputihan
Resiko infeksi
Amenorrhea
Ansietas
Nyeri
27
2. PIL KOMBINASI
Suntik
Progesterone
Estrogen
Sirkulasi
GIT
Reproduksi
Retensi
cairan & Na
Merangsang
pusat nafsu
makan
Stimulasi
hipotalamus
Peningkatan
TD
Menghambat
sikluas
oksigenasi
Nyeri kepala
Nyeri
Asam
lambung
meningkat
Merangsang
muntah
Devisit
vol.cairan
Nafsu makan
meningkat
Menghambat
produksi
prostaglandin
Peningkatan
proteksi
terhadap
mukosa
lambung
Iritasi
mukosa
lambung
BB
meningkat
Perubahan
body image
LH,FSH
menurun
Ovulasi
terhambat
Perubahan
maturasi
endometrium
Pengentalan
lender
serviks
Faktor
pembekuan
darah
meningkat
Trombosis
Menghambat
penetrasi
sperma
Sperma &
ovum tidak
bertemu
Atropi
Lender
meningkat
Dinding
rahim sulit
lepas
Konsepsi
tidak terjadi
Amenorrhea
Ansietas
28
3. IUD
IUD
Benda asing dalam uterus
Reaksi
radang di
cavum uteri
Fagosit
meningkat
Perubahan
endometrium
Keputihan
meningkat
Infeksi pelvis
Hipertermi
Perubahan
reaksi kimia
Perubahan
reaksi
enzimatik
uterus
Perubahan
endometrium
Nidasi tidak
terjadi
Erosi
endometrium
Kontraksi
uterus
Spotting
Iskemia otot
uterus
Infeksi
Makrofag
meningkat
Menekan
sperma
Sperma dan
ovum tidak
bertemu
Kurang
pengetahuan
tentang
prosedur
pemasangan
dan efek yg
terjadi
Ansietas
Pelepasan
mediator
inflamasi
Stimulasi saraf
simpatis &
parasimpatis
Persepsi nyeri
Nyeri
29
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien dan suami
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat mestruasi
e. Riwayat KB
f. Riwayat psikologi
g. Pemeriksaan fisik
h. Riwayat obstetri
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kontrasepsi suntik
Nyeri akut
Deficit volume cairan
Perubahan body image
Ansietas
b. Kontrasepsi pil
Nyeri akut
Perubahan body image
c. IUD
Nyeri akut
Perubahan suhu tubuh
Ansietas
Kurang pengetahuan
30
3. Intervensi Keperawatan
Nyeri akut
Tujuan
:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam klien tidak mengalami
nyeri
Kriteria hasil :
klien melaporkan nyeri berkurang
klien mengatakan mampu mengontrol nyeri
klien mampu mengenali nyeri
INTERVENSI
RASIONAL
Lakukan
pengkajian
nyeri
secara Memudahkan menentukan inetrvensi
komprehensif termasuk lokasi nyeri, durasi, selanjutnya
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Observasi
reaksi
ketidaknyamanan
nonverbal
Kontrol
lingkungan
yang
dapat Mengurangi faktor pencetus nyeri
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Dukungan
dari
keluarga
dapat
membantu klien mengatasi nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasi:
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri,
seperti
Ansietas
Tujuan
:
31
RASIONAL
Membantu
selanjutnya
situasi
yang
menentukan
Mengidentifikasi
klien
sumber
intervensi
kecemasan
dan
Temani
klien
untuk
memberikan Memberikan keamanan pada klien dan
keamanan dan mengurangi takut
mengurangi takut
Jelaskan semua prosedur dan apa yang Mengurangi
kecemasan
klien,
dirasakan selama prosedur
meningkatkan
pemahaman
klien
mengenai prosedur tindakan yang akan
dilakukan
Libatkan keluarga untuk mendampingi
klien
Instruksikan
pada
klien
menggunakan teknik relaksasi
Kolaborasi:
Berikan obat anti cemas
kecemasan
yang
sesuai
dapat
Kurang Pengetahuan
Tujuan
INTERVENSI
RASIONAL
DAFTAR PUSTAKA
BkkbN. 2012. Evaluasi Program Kependudukan dan KB. Semarang
Carpenito,Lynda Juall.2007.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta : EGC
DepKes RI. 2011. Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2011
2014. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka
Rihama
Hanifah, Winkjosastro. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: yayasan bina
prawirohardjo.
pustaka sarwono
Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan
Leon, Speroff dan Philip Darney.2005.Pedoman Klinis kontrasepsi.Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius.
33
34