Dosen :
Frenky Arif Budiman, S.Gz
Penyusun:
2013.05.002
Hendrik Imalika
2013.05.017
Tri Anggun
2013.05.031
Zella Widaronia
2013.05.034
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya, makalah
yang kami susun tentang DIIT Penyakit Ginjal dapat terselesaikan dengan baik.
Terima kasih kami ucapkan kepada :
1. Ibu Enggar Anggraeni, SST. Direktur Program Studi Akademi Gizi.
2. Ibu Cucuk Suprihartini, STP., M. Kes, dosen pengajar Mata Kuliah Dietetika Lanjut yang telah
memberi bimbingan dalam pembuatan makalah ini.
3. Bapak/Ibu staf karyawan Program Studi Akademi Gizi Stikes Karya Husada Kediri.
4. Teman-teman yang ikut serta membantu dalam proses pembuatan proposal ini, baik dalam
pemberian gagasan maupun dalam pemberian sarana dan prasarana.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan yang diberikan kepada kami.
Kami menyadari apabila proposal yang kami tulis ini jauh dari sempurna. Maka dari itu kami
memohon saran serta kritiknya baik dari Bapak/Ibu Dosen maupun teman-teman, supaya kami dapat
merefisi makalah ini sehingga menjadi lebih baik.
Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat, memberikan tambahan wawasan bagi
teman-teman mahasiswa gizi dan semoga bisa menjadi bahan referensi untuk pembelajaran kita
bersama.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting dalam mempertahankan kestabilan
lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit, dan asam basa dengan
cara menyaring darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit, serta
mengekskresi kelebihannya sebagai kemih. Ginjal juga mengeluarkan sampah metabolisme (urea,
kreatinin dan asam urat) dan zat kimia asing. Selain fungsi regulasi dan ekskresi, ginjal juga mensekresi
renin (penting untuk mengatur tekanan darah), juga bentuk aktif vitamin D (penting untuk mengatur
kalsium) serta eritropoietin (penting untuk sintesis darah). Kegagalan ginjal dalam melaksanakan fungsifungsi vital ini menimbulkan keadaan yang disebut uremia atau penyakit ginjal stadium akhir (End Stage
Renal Disease, ESRD) (Price, 2005).
Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah penyimpangan progresif, fungsi ginjal
yang tidak dapat pulih dimana kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan metabolik, dan
cairan dan elektrolit mengalami kegagalan, yang mengakibatkan uremia (Baughman, 2000).
Di Indonesia peningkatan penderita penyakit ini mencapai angka 20%. Pusat data dan informasi.
Perhimpunan Rumah Sakit seluruh Indonesia (PDPERSI) menyatakan jumlah penderita gagal ginjal
kronik diperkirakan sekitar 50 orang per satu juta penduduk. Berdasarkan data dari Indonesia Renal
Registry, suatu kegiatan registrasi dari perhimpunan nefrologi Indonesia pada tahun 2008 jumlah pasien
hemodialisis (cuci darah) mencapai 2260 orang dari 2146 orang pada tahun 2007. Hasil penelitian dari
Roderick, dkk (2008), menyatakan bahwa hampir setengah dari penduduk yang memiliki penyakit gagal
ginjal tidak mengetahui bahwa ada yang salah dengan ginjalnya. Jumlah penderita ginjal di Indonesia
diperkirakan sekitar 150 ribu pasien dan dari jumlah pasien sebanyak ini yang benar membutuhkan terapi
pengganti fungsi ginjal (cuci darah/dialisa, Continuous Ambulatori Peritoneal Dialsis (CAPD) dan
transplantasi) tidak kurang dari tiga ribu pasien (Litbang Depkes, 2006).
Banyak pula yang telah menjalani terapi dialisis meninggal dunia karena mahalnya biaya yang
harus dikeluarkan untuk berobat dan diproses dialisis. Gagal ginjal dapat menyerang siapa saja,
menyerang segala usia, baik pria maupun wanita, tidak memandang tingkat ekonomi. Pada anak, gagal
ginjal kronik banyak disebabkan karena kelainan ginjal bawaan dan tumor ginjal. Gejala gagal ginjal
stadium awal sering tidak terasa, semakin jelas bila sudah stadium akhir dimana keparahannya tidak dapat
dipulihkan seperti sedia kala. Untuk itu perlu adanya penyuluhan untuk lebih mewaspadai kondisi ginjal
kita dalam menjaga fungsi dan memelihara kesehatan ginjal yang kita miliki (Ramdhani, 2010).
Masalah-masalah penyakit kronis mempengaruhi individu sepanjang hidupnya. Penyakit kronis
terjadi pada individu yang sangat muda juga usia pertengahan atau bahkan orang yang sangat tua. Banyak
penyakit dan kondisi kronis yang sering terjadi pada salah satu kelompok usia dibangdingkan yang lain.
Frekuensi penyakit kronis terus meningkat sejalan dengan pertambahan usia dan banyak lansia menderita
lebih dari satu penyakit kronis. Penyakit kronis dapat terjadi pada semua jenis kelamin, tingkat sosial
ekonomi, etnik, budaya dan kelompok ras. Namun, penyakit kronis umum terjadi pada kelompok tingkat
sosial ekonomi rendah karena kurang akses perawatan kesehatan, nutrisi yang buruk, dan sering karena
gaya hidup yang tidak sehat. Penyakit kronis dapat berdampak kecil pada aktivitas atau gaya hidup
seseorang (seperti pada gangguan kulit kronis atau sinusitis kronis) atau dapat mengarah pada
ketergantungan terhadap teknologi canggih untuk menunjang hidup (seperti pada sklerosis amiotrofik
lateral atau penyakit tahap akhir). Individu dengan penyakit kronis dapat berfungsi secara mandiri dan
mengarah pada hidup sempurna hanya dengan gangguan minor yang lainnya membutuhkan pemantauan
sering dan ketat atau penempatan pada fasilitas perawatan jangka panjang (Suzanne & Brenda, 2002).
Tingginya kasus gagal ginjal berpotensi pada tingginya kasus kematian, penyebab kematian
biasanya karena gagal ginjal tidak dapat ditanggulangi dan ditambah dengan serangan jantung, stroke dan
sesak napas. Banyak orang tidak bisa menjaga pola makan dan menjaga kesehatannya, hal ini disebabkan
adanya zat pemanis, dan pewarna dalam minuman. Untuk itu diperlukannya penanganan yang optimal
supaya agar masalah tidak menjadi besar dan terjadi komplikasi (Amelia, 2011).
Peran ginjal terkadang sering diabaikan dibandingkan dengan organ-organ lainnya. Padahal ginjal
mempunyai peran yang sangat vital bagi bekerjanya tubuh kita dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
Begitu pentingnya sehinga manusia diberikan dua ginjal sebagai cadangan untuk menjaga kemungkinan
bila salah satu ginjal rusak atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Manusia tidak akan dapat bertahan
hidup lebih lama apabila kedua ginjalnya berhenti bekerja. Melihat fungsi ginjal yang begitu penting,
tentu dengan tidak bekerjanya ginjal secara maksimal akan banyak gangguan yang terjadi dalam tubuh
kita. Tubuh akan keracunan sampah hasil metabolisme karena tidak dapat dikeluarkan dengan baik
sehingga menumpuk di dalam darah, terbawa dalam sirkulasi aliran darah ke seluruh tubuh dan akan
menimbulkan gejala akibat terganggunya sistem organ. Bahkan protein yang sangat dibutuhkan untuk
membentuk sel-sel baru pada jaringan yang rusak dan beregenerasi seperti otot, tulang, kulit, rambut, dan
kuku dapat menjadi masalah karena terganggunya ginjal (Fransisca, 2011).
B. Rumusan Masalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam,
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan umumnya berakhir dengan gagal ginjal.
Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang
ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau
transplantasi ginjal (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2006).
Menurut Nursalam (2006), gagal ginjal kronis (chronic renal failure) adalah kerusakan ginjal
progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar
dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal. Gagal ginjal kronis
(GGK) atau penyakit ginjal tahap akhir merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan ireversibel
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lainnya dalam darah) (Smeltzer dan
Bare, 1997 dalam Suharyanto dan Madjid, 2009).
Menurut Brunner & Suddarth (2002), gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea
dan sampah nitrogen lain dalam darah). Gagal ginjal kronis menurut The Kidney Outcomes Quality
Initiative (K/DOQI) of National Kidney Foundation (NKF) pada tahun 2009 adalah kerusakan ginjal yang
terjadi selama atau lebih tiga bulan dengan laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/men./1,73 m2
(Perhimpunan Nefrologi Indonesia, 2003).
Penyakit
Pielonefritis kronik
Glomerulonefritis
Nefrosklerosis benigna
Nefrosklerosis maligna
Stenosis arteri renalis
Gangguan jaringan penyambung
Lupus eritematosus sitemik
Poliartritis nodusa
Sklerosis sistemik progresif
Gangguan kongenital dan herediter
Penyakit ginjal polikistik
Asidosid tubulus ginjal
Pemyakit metabolik
Diabetes Melitus
Gout Disease
Hipertiroidisme
Nefropati toksi
Penyalahgunaan analgesic
Nefropati timbale
Nefropati obstruksi
Saluran kemih bagian atas: kalkuli, neoplasma,
fibrosis retroperineal.
Saluran kemih bagian bawah : hipertropi
prostat, stritur uretra, anomali leher kandung
kemih dan uretra.
Berdasarkan perjalanan klinis, gagal ginjal dapat dibagi menjadi tiga stadium (Suharyanto dan
Madjid, 2009), yaitu:
a. Stadium I, dinamakan penurunan cadangan ginjal
Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal, dan penderita asimptomatik. Gangguan
fungsi ginjal hanya dapat diketahui dengan tes pemekatan kemih dan tes GFR yang teliti.
b. Stadium II, dinamakan insufisiensi ginjal
Pada stadium ini dimana lebih dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. GFR besarnya 25 % dari
normal. Kadar BUN dan kreatinin serum mulai meningkat dari normal. Gejala-gejala nokturia atau
seting berkemih di malam hari sampai 700 ml dan poliuria (akibat dari kegagalan pemekatan) mulai
timbul.
c. Stadium III, dinamakan gagal ginjal stadium akhir atau uremia
Sekitar 90 % dari massa nefron telah hancur atau rusak, atau hanya sekitar 200.000 nefron saja yang
masih utuh. Nilai GFR hanya 10 % dari keadaan normal. Kreatinin serum dan BUN akan meningkat
dengan mencolok. Gejala-gejala yang timbul karena ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan
homeostasis cairan dan elektrolit dalam tubuh, yaitu : oliguri karena kegagalan glomerulus, sindrom
uremik.
Menurut The Kidney Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) (dalam Desita, 2010), gagal ginjal
kronis dapat diklasifikasikan berdasarkan tahapan penyakit dari waktu ke waktu sebagai berikut :
Stadium 1 : kerusakan masih normal (GFR > 90 ml/min/1,73 m2)
Stadium 2 : ringan (GFR 60-89 ml/min/1,73 m2)
Stadium 3 : sedang (GFR 30-59 ml/min/1,73 m2)
Insiden
24 %
15 %
90 %
8%
8%
Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) tahun 2000 (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit
Dalam Indonesia, 2006) mencatat penyebab gagal ginjal yang menjalani hemodialisa di Indonesia, yaitu :
Penyebab
Gomerulonefritis
Diabetes Melitus
Obstruksi dan infeksi
Hipertensi
Sebab lain
Insiden
46,39 %
18,65 %
12,85 %
8,46 %
13,65 %
d.Neuromuskular : lemah, gangguan tidur, sakit kepala, letargi, gangguan muskular neuropati perifer,
bingung dan koma.
e.Metabolik/ endokrin : inti glukosa, hiperlipidemia, gangguan hormon seks menyebabkan penurunan
libido, impoten dan ammenore.
f.Cairan-elektrolit : gangguan asam basa menyebabkan kehilangan sodium sehingga terjadi dehidrasi,
asidosis, hiperkalemia, hipermagnesemia, hipokelemia.
g.Dermatologi : pucat, hiperpigmentasi, pluritis, eksimosis, uremia frost.
h.Abnormal skeletal : osteodistrofi ginjal menyebabkan osteomalaisia.
i. Hematologi : anemia, defek kualitas flatelat, perdarahan meningkat.
j. Fungsi psikososial : perubahan kepribadian dan perilaku serta gangguan proses kognitif.
tersusun dari semua elektrolit yang penting dengan konsentrasi ekstrasel yang ideal. Kelebihan cairan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan
menciptakan gradien tekanan, dimana air bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh
pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat). Gradient ini dapat ditingkatkan melalui
penambahan tekanan negative yang dikenal sebagai ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Tekanan negative
diterapkan pada alat ini sebagai kekuatan penghisap pada membran dan memfasilitasi pengeluaran air
(Suharayanto dan Madjid, 2009).
dipertahankan tanpa menimbulkan akumulasi toksik. Risiko timbuknya efek toksik akibat obat harus
dipertimbangkan (Brunner & Suddarth, 2002).
Protein untuk pemeliharaan jaringan tubuh dan mengganti sel-sel yang rusak sebesar 0,6 g/kg
BB. Apabila asupan energi tidak tercapai, protein dapat diberikan sampai dengan 0,75 g/kg
BB. Protein diberikan lebih rendah dari kebutuhan normal, oleh karena itu diet ini biasa
disebut Diet Rendah Protein. Pada waktu yang lalu, anjuran protein bernilai biologi
tinggi/hewani hingga 60 %, akan tetapi pada saat ini anjuran cukup 50 %. Saat ini protein
hewani dapat dapat disubstitusi dengan protein nabati yang berasal dari olahan kedelai sebagai
lauk pauk untuk variasi menu.
Lemak untuk mencukupi kebutuhan energi diperlukan 30 % diutamakan lemak tidak jenuh.
Kebutuhan cairan disesuaikan dengan jumlah pengeluaran urine sehari ditambah IWL 500
ml.
Garam disesuaikan dengan ada tidaknya hipertensi serta penumpukan cairan dalam tubuh.
Pembatasan garam berkisar 2,5-7,6 g/hari setara dengan 1000-3000 mg Na/hari.
Kalium disesuaikan dengan kondisi ada tidaknya hiperkalemia 40-70 meq/hari
Fosfor yang dianjurkan 10 mg/kg BB/hari
Kalsium 1400-1600 mg/hari
Sumber Lemak: minyak kelapa, minyak jagung, minyak kedele, margarine rendah garam,
mentega.
Sumber Vitamin dan Mineral
Semua sayur dan buah, kecuali jika pasien mengalami hipekalemi perlu menghindari buah dan
sayur tinggi kalium dan perlu pengelolaan khusus yaitu dengan cara merendam sayur dan buah
dalam air hangat selama 2 jam, setelah itu air rendaman dibuang, sayur/buah dicuci kembali
dengan air yang mengalir dan untuk buah dapat dimasak menjadi stup buah/coktail buah.
Hindari/batasi
makanan tinggi natrium jika pasien hipertensi, udema dan asites. Bahan makanan tinggi
natrium diantaranya adalah garam, vetsin, penyedap rasa/kaldu kering, makanan yang
diawetkan, dikalengkan dan diasinkan.
Lemak jenuh seperti jelantah, gajih, minyak trans, serta santan kental, jenis-jenis makanan
seperti otak, jeroan, merah telur, beberapa jenis seafood seperti cumi, kerang, kepiting, dan
udang juga harus dihindari atau dibatasi pemberiannya.
klinis
yang
terdiri
dari
proteinuria
masif,
hipoalbuminemia,
hiperkholesterolemia serta sembab. Yang dimaksud proteinuria masif adalah apabila didapatkan
proteinuria sebesar 50-100 mg/kg berat badan/hari atau lebih. Albumin dalam darah biasanya menurun
hingga kurang dari 2,5 gram/dl.
2.2.2 Epidemologi
Pada anak-anak (< 16 tahun) paling sering ditemukan nefropati lesi minimal (75%-85%) dengan
umur rata-rata 2,5 tahun, 80% < 6 tahun saat diagnosis dibuat dan laki-laki dua kali lebih banyak daripada
wanita. Pada orang dewasa paling banyak nefropati membranosa (30%-50%), umur rata-rata 30-50 tahun
dan perbandingan laki-laki dan wanita 2 : 1. Kejadian SN idiopatik 2-3 kasus/100.000 anak/tahun
sedangkan pada dewasa 3/1000.000/tahun.
2.2.3 Etiologi
Sebab pasti belum diketahui; akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit auto imun. Jadi
merupakan suatu antigen-antibodi. Secara klinis sindrom nefrotik dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
a. Sindrom nefrotik primer, faktor etiologinya tidak diketahui. Dikatakan sindrom nefrotik
primer oleh karena sindrom nefrotik ini secara primer terjadi akibat kelainan pada glomerulus
itu sendiri tanpa ada penyebab lain. Golongan ini paling sering dijumpai pada anak. Termasuk
dalam sindrom nefrotik primer adalah sindrom nefrotik kongenital, yaitu salah satu jenis
sindrom nefrotik yang ditemukan sejak anak itu lahir atau usia di bawah 1 tahun. Penyakit ini
diturunkan secara resesif autosom atau karena reaksi fetomaternal. Resisten terhadap semua
pengobatan. Gejalanya adalah edema pada masa neonatus. Pencangkokan ginjal pada masa
neonatus telah dicoba, tapi tidak berhasil. Prognosis buruk dan biasanya pasien meninggal
dalam bulan-bulan pertama kehidupannya.
Kelainan histopatologik glomerulus pada sindrom nefrotik primer dikelompokkan
menurut rekomendasi dari ISKDC (International Study of Kidney Disease in Children).
Kelainan glomerulus ini sebagian besar ditegakkan melalui pemeriksaan mikroskop cahaya, dan
apabila
diperlukan,
disempurnakan
dengan
pemeriksaan
mikroskop
elektron
dan
imunofluoresensi.
b. Sindrom nefrotik sekunder, timbul sebagai akibat dari suatu penyakit sistemik atau sebagai
akibat dari berbagai sebab yang nyata seperti misalnya efek samping obat. Penyebab yang
sering dijumpai adalah :
miksedema.
Infeksi : hepatitis B, malaria, schistosomiasis, lepra, sifilis, streptokokus, AIDS.
Toksin dan alergen: logam berat (Hg), penisillamin, probenesid, racun serangga, bisa
ular.
Penyakit sistemik bermediasi imunologik: lupus eritematosus sistemik, purpura
Henoch-Schnlein, sarkoidosis.
Neoplasma : tumor paru, penyakit Hodgkin, tumor gastrointestinal.
2.2.4 Patofisiologi
Reaksi antigen antibody menyebabkan permeabilitas membrane basalis glomerulus meningkat dan
diikuti kebocoran sejumlah protein (albumin). Tubuh kehilangan albumin lebih dari 3,5 gram/hari
menyebabkan
hipoalbuminemia,
diikuti
gambaran
klinis
sindrom
nefrotik
seperti
sembab,
glomeruli,
disertai
peningkatan
filtrasi
protein
plasma
dan
akhirnya
terjadi
tubulus
o
o
o
o
2. Hipoalbuminemia
vascular(EV). Plasma terutama terdiri dari albumin yang berat molekul 69.000. Hepar memiliki peranan
penting untuk sintesis protein bila tubuh kehilangan sejumlah protein, baik renal maupun non renal.
Mekanisme
kompensasi
dari
hepar
untuk
meningkatkan
sintesis
albumin,
terutama
untuk
mempertahankan komposisi protein dalam ruangan ekstra vascular(EV) dan intra vascular(IV).
o
NORMAL
SINDROM NEFROTIK
o
IV
EV
IV
EV
o
o
Walaupun
sintesis
albumin
meningkat
dalam
hepar,
selalu
terdapat
Kehilangan sejumlah protein dari tubuh melalui urin (prooteinuria) dan usus (protein losing enteropathy)
Katabolisme albumin, pemasukan protein berkurang karena nafsu makan menurun dan mual-mual
Bila kompensasi sintesis albumin dalam hepar tidak adekuat, plasma albumin menurun,
keadaan hipoalbuminemia. Hipoalbuminemia ini akan diikuti oleh hipovolemia yang mungkin
menyebabkan uremia pre-renal dan tidak jarang terjadi oligouric acute renal failure. Penurunan faal ginjal
ini akan mengurangi filtrasi natrium Na+ dari glomerulus (glomerular sodium filtration) tetapi keadaan
hipoalbuminemia ini akan bertindak untuk mencegah resorpsi natrium Na+ kedalam kapiler-kapiler
peritubular.
o
Resorpsi natrium na+ secara peasif sepanjang Loop of Henle bersamaan dengan resorpsi
ion Cl- secara aktif sebagai akibat rangsangan dari keadaan hipovolemia. Retensi natrium dan air H2O
yang berhubungan dengan system rennin-angiotensin-aldosteron (RAA) dapat terjadi bila sindrom
nefrotik ini telah memperlihatkan tanda-tanda aldosteronisme sekunder. Retensi natrium dan air pada
keadaan ini (aldosteronisme) dapat dikeluarkan dari tubuh dengan pemberian takaran tinggi diuretic yang
mengandung antagonis aldosteron.
o
o
o
Oleh karena adanya distensi abdomen baik disertai efusi pleura atau
tidak, maka pernapasan sering terganggu, bahkan kadang-kadang menjadi gawat.
Keadaan ini dapat diatasi dengan pemberian infus albumin dan diuretik.
Fungsi ginjal tetap normal pada sebagian besar pasien pada saat awal
penyakit. Penurunan fungsi ginjal yang tercermin dari peningkatan kreatinin
serum biasanya terjadi pada sindrom nefrotik dari tipe histologik yang bukan
SNKM. Tidak perlu dilakukan pencitraan secara rutin pada pasien sindrom
nefrotik. Pada pemeriksaan foto toraks, tidak jarang ditemukan adanya efusi
pleura dan hal tersebut berkorelasi secara langsung dengan derajat sembab dan
secara tidak langsung dengan kadar albumin serum. Sering pula terlihat
gambaran asites. USG ginjal sering terlihat normal meskipun kadang-kadang
dijumpai pembesaran ringan dari kedua ginjal dengan ekogenisitas yang normal.
Syarat Diet
1. Energi cukup, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif yaitu 35 kkal/kg BB per
hari.
o
2. Protein sedang, yaitu 1 g/kg BB, atau0,8 g/kg BB ditambah jumlah protein yang dikeluarkan
6. Kolesterol dibatasi < 300mg, begitu pula gula murni, bila ada peningkatan trigliserida darah.
o 7. Cairan disesuaikan dengan banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui urin ditambah 500 ml
pengganti cairan yang dikeluarkan melalui kulit dan pernafasan .
Penyakit gagal ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami
penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan
elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam
darah atau produksi urin. Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan kearah yang semakin buruk
dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana fungsinya.
o
o
o
Pada gagal ginjal akut, fungsi ginjal hilang dengan sangat cepat dan dapat terjadi dari
suatu luka tubuh yang bervariasi. Daftar dari penyebab-penyebab ini seringkali dikatagorikan berdasarkan
dimana luka terjadi. Terjadinya gagal ginjal disebabkan oleh beberapa penyakit serius yang diderita oleh
tubuh yang mana secara perlahan-lahan berdampak pada kerusakan organ ginjal. Adapun beberapa
penyakit yang sering kali berdampak kerusakan ginjal diantaranya (Susanto) :
o
Tanda-tanda dari gagal ginjal sebenarnya tidak kelihatan secara bersamaan. Dengan
pemeriksaan laboratorium, dapat diketahui dengan lebih cermat dan akurat apakah tanda-tanda itu
mengarah pada kemungkinan gagal ginjal.
(Anonim, 2010): Kencing terasa kurang dibandingkan dengan kebiasaan sebelumnya. Kencing berubah
warna, berbusa, atau sering bangun malam untuk kencing. Sering bengkak di kaki, pergelangan, tangan,
dan muka. Antara lain karena ginjal tidak bisa membuang air yang berlebih. Lekas capai atau lemah,
akibat kotoran tidak bisa dibuang oleh ginjal. Sesak napas, akibat air mengumpul di paru-paru. Keadaan
ini sering disalahartikan sebagai asma atau kegagalan jantung. Napas bau karena adanya kotoran yang
mengumpul di rongga mulut. Rasa pegal di punggung. Gatal-gatal, utamanya di kaki.
Kehilangan nafsu makan, mual, dan muntah Adapun tanda dan gejala terjadinya gagal
ginjal lainnya yang dialami penderita secara akut antara lain : nyeri pinggang hebat (kolik), kencing sakit,
demam, kencing sedikit, kencing merah /darah, sering kencing. Kelainan Urin: Protein, Darah / Eritrosit,
Sel Darah Putih / Lekosit, Bakteri (Anonim, 2010). Sedangkan tanda dan gejala yang mungkin timbul
oleh adanya gagal ginjal kronik antara lain : Lemas, tidak ada tenaga, nafsu makan, mual, muntah,
bengkak, kencing berkurang, gatal, sesak napas, pucat/anemi. Kelainan urin: Protein, Eritrosit, Lekosit.
Kelainan hasil pemeriksaan Lab. lain: Creatinine darah naik, Hb turun, Urin: protein selalu positif
(Anonim, 2010).
o
a. Stadium I
o
Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antar 40 % – 75 %). Tahap inilah yang
paling ringan, dimana faal ginjal masih baik. Pada tahap ini penderita ini belum merasasakan
gejala gejala dan pemeriksaan laboratorium faal ginjal masih dalam masih dalam batas normal.
Selama tahap ini kreatinin serum dan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) dalam batas normal dan
penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal mungkin hanya dapat diketahui dengan
memberikan beban kerja yang berat, sepersti tes pemekatan kemih yang lama atau dengan
mengadakan test GFR yang teliti.
o
b. Stadium II
o
Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20 % – 50 %). Pada tahap ini penderita dapat
melakukan tugas tugas seperti biasa padahal daya dan konsentrasi ginjaL menurun. Pada stadium
ini pengobatan harus cepat daloam hal mengatasi kekurangan cairan, kekurangan garam,
gangguan jantung dan pencegahan pemberian obat obatan yang bersifat mengganggu faal ginjal.
Bila langkah langkah ini dilakukan secepatnya dengan tepat dapat mencegah penderita masuk
ketahap yang lebih berat. Pada tahap ini lebih dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak.
Kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda
beda, tergantung dari kadar protein dalam diit.pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai
meningkat melebihi kadar normal. Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20 % – 50 %).
o
Pada tahap ini penderita dapat melakukan tugas tugas seperti biasa padahal daya dan
konsentrasi ginjaL menurun. Pada stadium ini pengobatan harus cepat daloam hal mengatasi
kekurangan cairan, kekurangan garam, gangguan jantung dan pencegahan pemberian obat obatan
yang bersifat menggnggu faal ginjal. Bila langkah langkah ini dilakukan secepatnya dengan tepat
dapat mencegah penderita masuk ketahap yang lebih berat. Pada tahap ini lebih dari 75 %
jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas normal.
Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda beda, tergantung dari kadar protein
dalam diit.pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar normal.
Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang terutama menyerang tubulus,
meskipun poliuria bersifat sedang dan jarang lebih dari 3 liter / hari. Biasanya ditemukan anemia
pada gagal ginjal dengan faal ginjal diantara 5 % – 25 % . faal ginjal jelas sangat menurun
dan timbul gejala gejala kekurangan darah, tekanan darah akan naik, , aktifitas penderita mulai
terganggu.
o
c. Stadium III
Uremi gagal ginjal (faal ginjal kurang dari 10 %). Semua gejala sudah jelas dan
penderita masuk dalam keadaan diman tak dapat melakukan tugas sehari hair sebaimana
mestinya. Gejala- gejaal yang timbul antara lain mual, munta, nafsu makan berkurang., sesak
nafas, pusing, sakit kepala, air kemih berkurang, kurang tidur, kejang kejang dan akhirnya terjadi
penurunan kesadaran sampai koma. Stadum akhir timbul pada sekitar 90 % dari massa nefron
telah hancur. Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal dan kadar kreatinin mungkin sebesar 5-10
ml / menit atau kurang.
Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan sangat
mencolok sebagai penurunan. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita mulai merasakan gejala
yang cukup parah karena ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan homeostatis caiaran dan
elektrolit dalam tubuh.
Penderita biasanya menjadi oliguri (pengeluaran kemih) kurang dari 500/ hari
karena kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit mula mula menyerang tubulus ginjal,
Kompleks menyerang tubulus gijal, kompleks perubahan biokimia dan gejala gejala yang
dinamakan sindrom uremik mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal
ginjal, penderita pasti akan menggal kecuali ia mendapat pengobatan dalam bentuk transplantasi
ginjal atau dialisis.
o
Terapi nutrisi pada penderita gagal ginjal dapat digunakan sebagai terapi pendamping
(komplementer ) utama dengan tujuan mengatasi racun tubuh, mencegah terjadinya infeksi dan
peradangan, dan memperbaiki jaringan ginjal yang rusak. Caranya adalah diet ketat rendah protein
dengan kalori yang cukup untuk mencegah infeksi atau berkelanjutannya kerusakan ginjal. Kalori yang
cukup agar tercapai asupan energi yang cukup untuk mendukung kegiatan sehari– hari, dan berat
badan normal tetap terjaga (Anonim, 2010).
o
ginjal dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang dimaksud antara lain motivasi atau keyakinan
sembuh terhadap program pengobatan yang diberikan. Sedangkan menurut Mechenbaum (1977) dikutip
dari Rindiastuti (2006), faktor penting dalam mencapai kepatuhan pasien yaitu melalui dukungan sosial
dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga yang lain, teman, dan uang. Pengaturan diet
pada penyakit gagal ginjal yang menjalani hemodialisis sedemikian kompleks, pengaturan diet tersebut
sangat sukar untuk di patuhi oleh pasien sehingga memberikan dampak terhadap status gizi dan kualitas
hidup penderita (Rindiastuti, 2006).
o
Penanganan serta pengobatan gagal ginjal tergantung dari penyebab terjadinya kegagalan
fungsi ginjal itu sendiri. Pada intinya, tujuan pengobatan adalah untuk mengendalikan gejala,
meminimalkan komplikasi dan memperlambat perkembangan penyakit. Sebagai contoh, pasien mungkin
perlu melakukan diet penurunan intake sodium, kalium, protein dan cairan. Bila diketahui penyebabnya
adalah dampak penyakit lain, maka dokter akan memberikan obat-obatan atau therapy misalnya
pemberian obat untuk pengobatan hipertensi, anemia atau mungkin kolesterol yang tinggi (Tim
Vitahealth, 2008).
o
Seseorang yang mengalami kegagalan fungsi ginjal sangat perlu dimonitor pemasukan
(intake) dan pengeluaran (output) cairan, sehingga tindakan dan pengobatan yang diberikan dapat
dilakukan secara baik. Dalam beberapa kasus serius, Pasien akan disarankan atau diberikan tindakan
pencucian darah {Haemodialisa (dialysis)}. Kemungkinan lainnya adalah dengan tindakan pencangkokan
ginjal atau transplantasi ginjal (Tim Vitahealth, 2008) .
o
o
o
o
o
Batu ginjal adalah bentuk deposit mineral, paling umum oksalat dan fosfat; namun asam
urat dan kristal lain juga pembentuk batu. Meskipun kalkus ginjal dapat terbentuk dimana saja dari
saluran perkemihan, batu ini paling umum ditemukan pada pelvis dan kalik ginjal. (Marilynn, 2000; 686)
Batu ginjal adalah batu (kalkuli) di dalam nefron dan keberadaanya dapat menghambat
aliran urin, terjadinya obstruksi, secara perlahan dapat merusak unit fungsional (nefron) ginjal. Selain itu
dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa dan ketidaknyamanan. (Smeltzer, 1996 ; 1460)
o
Menurut (Balai Penerbit FKUI Jakarta, 2001 hal : 378-379) sebagai berikut :
o 8.Batu sistin Sistinuria herediter ;batu lain seperti matriks, xantin 2.8dihidroksadenin, amoniumurat,
triamteren, silikat.
o
o 2.4.3 Patofiologi
o
Adapun patofisiologi menurut Long (1996; 323) dan Suddarth (2002; 1460) adalah: Batu
dalam perkemihan berasal dari obstruksi saluran kemih. Obstruksi mungkin hanya parsial atau lengkap.
Obstruksi yang lengkap bisa menjadi hidronefrosis yang disertai tanda-tanda dan gejala-gejalanya. Proses
pathofisiologis dari batu perkemihan sifatnya mekanis. Urolithiasis merupakan kristalisasi dari mineral
dari matrik seputar, seperti pus, darah, jaringan yang tidak vital, tumor atau urat. Komposisi mineral dari
batu ginjal bervariasi kira-kira tiga perempat bagiandari batu adalah kalsium, fosfat, samurin dan custine.
o
Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan rendah dan juga
peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau urin statis, mensajikan sarang untuk
pembentukan batu. Ditambah adanya infeksi meingkatkan kebasaan urin (oleh produksi amonium), yang
berakibat presipitasi kalsium fosfat dan magnesium ammonium fosfat.
Urolithiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) ditraktus urinarius. Batu terbentuk
ditraktus urinarius ketika konsentrasi substansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat dan asam
urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti sitrat yang
secara normal mencegah kristalisasi dalamurin. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu
mencakup pH urin dan status cairan pasien (batu cenderung terjadi pada pasien dehidrasi). Batu dapat
ditemukan di setiap bagian ginjal sampai ke kandung kemih dan ukurannya bervariasi dan deposit
granuler yang kecil, yang disebut pasir atau krikil, sampai batu membesar kandung kemih berwarna
orange.
o
Faktor tertentu yang mempengaruhi pembentukan batu, mencakup infeksi, statis urin,
periode immobilisasi (drainase renal yang lambat dan perubahan metabolism kalsium). Faktor-faktor ini
mencetuskan peningkatan konsentrasi kalsium di dalam darah dan urin, menyebabkan pembentukan batu
kalsium. Pembentukan batu urinarius juga dapat terjadi pada penyakit inflamasi usus dan pada individu
dengan ileustomi atau reseksi usus, karena individu ini mengabsorbsi oksalat secara berlebihan.
o
edema. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatik dan distensipiala ginjal serta ureter proksimal. Iritasi batu yang terus-menerus dapat
mengakibatkan terjadinya infeksi (pielonefritis dan sistitis) yang sering disertai dengan keadaan odemm,
mengggil dan disuia. Beberapa batudapat menyebabkan ketidaknyamanan dan nyeri yang luar biasa
(Brunner & Suddarth, 2001 hal 1461)
o
Prinsip diet Tinggi Sisa Asam, karena Ca dan P akan mengendap pada urine yang bersifat basa.
Energi 35 kal/kg BBI atau sesuai dengan kebutuhan
Rendah Ca <600 mg/hari
Protein, Fe, vitamin A , thiamin dan vitamin C sesuai kebutuhan.
Cairan 2500 3000 ml/hari
Pemilihan bahan makanan :
Bahan makanan tinggi oksalat dibatasi
Tahu, tempe maksimal 50 mg/hari
Kacang-kacangan kering maksimal 25 gram/hari
Sayuran dan buah segar maksimal 200 gram/hari
Makanan yang dianjurkan:
Bawang putih merupakan makanan super yang memiliki anti-oksidan dan antipembekuan yang dapat mengurangi resiko penyakit jantung. Bawang putih juga
mengurangi kadar kolesterol jahat dan peradangan dalam tubuh.
Ceri kaya akan vitamin dan rendah protein. Jadi, ceri dianjurkan untuk mengurangi kadar
kalium dalam tubuh dan meningkatkan kesehatan ginjal
Ikan banyak mengandung Omega-3 mengurangi peradangan dalam tubuh sehingga
melindungi ginjal dari penyakit. Ikan salmon, mackerel, herring dan tuna merupakan
jenis ikan sehat yang baik untuk ginjal.
Berries seperti stroberi, cranberry, raspberry dan blueberry sangat ramah pada ginjal.
Berries mengandung anti-inflamasi yang mengurangi peradangan dan meningkatkan
fungsi kandung kemih.
Orang dengan atau tanpa penyakit ginjal harus menyertakan paprika merah dalam
makanan mereka. Paprika ini rendah kalium dan kaya akan vitamin (A, C dan B6), asam
folat dan serat yang menjaga ginjal sehat dan juga mencegah beberapa jenis kanker
Anggur, ceri dan apel adalah buah-buahan yang sehat yang baik untuk detoksifikasi dan
membersihkan ginjal. Anda harus rutin menyantap apel setiap harinya
Kita semua tahu bahwa minyak zaitun adalah salah satu minyak terbaik yang baik untuk
jantung. Minyak zaitun mengandung anti-inflamasi asam lemak yang menurunkan
oksidasi dan berkhasiat pada ginjal.
Bawang dikonsumsi untuk menyembuhkan batu ginjal secara alami. Bawang merah
berfungsi sebagai penawar racun dan membersihkan ginjal
Kecambah membersihkan ginjal dan mengurangi kemungkinan batu ginjal. Lebih baik
dikonsumsi mentah daripada dimasak terlebih dahulu.
Kubis meningkatkan fungsi ginjal dan sering digunakan sebagai obat alami untuk
memperbaiki dan menyehatkan ginjal.
o
o
o
o
oGagal Ginjal Akut (GGA) adalah suatu sindrom akibat kerusakan metabolic atau patologik pada
ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang mendadak dalam waktu beberapa hari atau
beberapa minggu dengan atau tanpa oliguria sehingga mengakibatkan hilangnya kemampuan ginjal untuk
mempertahankan homeotasis tubuh.
o
o 2.5.2 Patofisiologi
o
Beberapa kondisi berikut yang menyebabkan pengurangan aliran darah renal dan
gangguan fungsi ginjal : hipovelemia, hipotensi, penurunan curah jantung dan gagal jantung kongestif,
obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah akibat tumor, bekuan darah atau ginjal, obstruksi vena atau
arteri bilateral ginjal. Jika kondisi itu ditangani dan diperbaiki sebelum ginjal rusak secara permanen,
peningkatan BUN, oliguria dan tanda-tanda lain yang berhubungan dengan gagal ginjal akut dapat
ditangani.
a. Stadium awal dengan awitan awal dan diakhiri dengan terjadinya oliguria.
b. Stadium Oliguria. Volume urine 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai
meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda-beda, tergantung dari kadar
dalam diit. Pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar normal.
o Azotemia biasanya ringan kecuali bila penderita mengalami stress akibat infeksi, gagal
jantung atau dehidrasi. Pada stadium ini pula mengalami gelala nokturia (diakibatkan oleh kegagalan
pemekatan) mulai timbul. Gejala-gejala timbul sebagai respon terhadap stress dan perubahan
makanan dan minuman yang tiba-tiba. Penderita biasanya tidak terlalu memperhatikan gejala ini.
Gejala pengeluaran kemih waktu malam hari yang menetap sampai sebanyak 700 ml atau penderita
terbangun untuk berkemih beberapa kalipada waktu malam hari. Dalam keadaan normal
perbandingan jumlah kemih siang hari dan malam hari adalah 3 : 1 atau 4 : 1. Sudah tentu nokturia
kadang-kadang terjadi juga sebagai respon teehadap kegelisahan atau minum yang berlebihan.
o Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang terutamam
menyerang tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang dan jarang lebih dari 3 liter/hari. Biasanya
ditemukan anemia pada gagal ginjal dengan faal ginjal diantara 5%-25 %. Faal ginjal jelas sangat
menurun dan timbul gelala-gejala kekurangan farahm tekanan darah akan naik, terjadi kelebihan,
aktifitas penderita mulai terganggu.
o c. Stadium III.
oSemua gejala sudah jelas dan penderita masuk dalam keadaan dimana tak dapat
melakukan tugas sehari-hari sebagaimana mestinya. Gejala-gejala yang timbul antara lain mual,
muntah, nafsu makan berkurang, kurang tidur, kejang-kejang dan akhirnya terjadi penurunan
kesadaran sampai koma. Stadium akhir timbul pada sekitar 90 % dari masa nefron telah hancur.
Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal dan kadar kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml/menit atau
kurang. Pada keadaan ini kreatnin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan sangat mencolok
sebagai penurunan. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita merasakan gejala yang cukup parah
karene ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit dalam tubuh.
Penderita biasanya menjadi oliguri (pengeluaran kemih) kurang dari 500/hari karena kegagalan
glomerulus meskipun proses penyakit mula-mula menyerang tubulus ginjal. Kompleks menyerang
tubulus ginjal, kompleks perubahan biokimia dan gejala-gejala yang dinamakan sindrom uremik
memepengaruhi setip sisitem dalam tubuh. Padastadium akhir gagal ginjal, penderita pasti akan
meninggal kecuali ia mendapat pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialisis.
o
o 2.5.3 Diagnostik
o
o
b.
Darah : BUN/kreatinin, Hitung darah lengkap, Sel darah merah, Natrium serum, Kalium,
f.
g. Ultrasono ginjal : Menunjukkan ukuran kandung kemih, dan adanya massa, kista, obstruksi pada
h.
Biopsi ginjal : Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk menetukan sel jaringan untuk
diagnosis histologis
o
i.
Endoskopi ginjal nefroskopi : Dilakukan untuk menemukan pelvis ginjal ; keluar batu, hematuria
j. EKG : Mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa, aritmia,
hipertrofi ventrikel dan tanda-tanda perikarditis.
o
a. Penderita tampak sangat menderita dan letargi disertai mual, muntah diare,
pucat (anemia), dan hipertensi.
e. Tremor tangan.
g. Nafas mungkin berbau urin (foto uremik), dan kadang-kadang dapat dijumpai
adanya pneumonia uremik.
h. Manisfestasi sistem saraf (lemah, sakit kepala, kedutan otot, dan kejang).
j. Peningkatan konsentrasi serum urea (tetap), kadar kreatinin, dan laju endap
darah (LED) tergantung katabolisme (pemecahan protein), perfusi renal, serta
asupan protein, serum kreatinin meningkat pada kerusakan glomerulus.
k. Pada kasus yang datang terlambat gejala komplikasi GGA ditemukan lebih
menonjol yaitu gejala kelebihan cairan berupa gagal jantung kongestif, edema
paru, perdarahan gastrointestinal berupa hematemesis, kejang-kejang dan
kesadaran menurun sampai koma.
o
o 2.5.5 Perjalanan Klinis
o
mengakibatkan kehilangan kemampuannya untuk menyaring. Kerusakan pada nefron dapat terjadi secara
cepat, sering sebagai akibat pelukaan atau keracunan. Tetapi kebanyakan penyakit ginjal menghancurkan
nefron secara perlahan dan diam-diam. Kerusakan hanya tertampak setelah beberapa tahun atau bahkan
dasawarsa. Sebagian besar penyakit ginjal menyerang kedua buah ginjal sekaligus.14 Gagal ginjal
terminal terjadi bila fungsi ginjal sudah sangat buruk, dan penderita mengalami gangguan metabolisme
protein, lemak, dan karbohidrat. Ginjal yang sakit tidak bisa menahan protein darah (albumin) yang
seharusnya tidak dilepaskan ke urin.
oAwalnya terdapat dalam jumlah sedikit (mikro-albuminuria). Bila jumlahnya semakin parah akan
terdapat pula protein lain (proteinuria). Jadi, berkurangnya fungsi ginjal menyebabkan terjadinya
penumpukan hasil pemecahan protein yang beracun bagi tubuh, yaitu ureum dan nitrogen.6 Kemampuan
ginjal menyaring darah dinilai dengan perhitungan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) atau juga dikenal
dengan Glomerular Filtration Rate (GFR). Kemampuan fungsi ginjal tersebut dihitung dari kadar
kreatinin (creatinine) dan kadar nitrogen urea (blood urea nitrogen/BUN) di dalam darah. Kreatinin
adalah hasil metabolisme sel otot yang terdapat di dalam darah setelah melakukan kegiatan, ginjal akan
membuang kretinin dari darah ke urin.
oBila fungsi ginjal menurun, kadar kreatinin di dalam darah akan meningkat. Kadar kreatinin
normal dalam darah adalah 0,6-1,2 mg/dL. LFG dihitung dari jumlah kreatinin yang menunjukkan
kemampuan fungsi ginjal menyaring darah dalam satuan ml/menit/1,73m2 . 14 Universitas Sumatera
Utara Kemampuan ginjal membuang cairan berlebih sebagai urin (creatinine clearence unit) di hitung dari
jumlah urin yang dikeluarkan tubuh dalam satuan waktu, dengan mengumpulkan jumlah urin tersebut
dalam 24 jam, yang disebut dengan C_crea (creatinine clearence). C_cre normal untuk pria adalah 95-145
ml/menit dan wanita 75-115 ml/menit.6,14 Perbandingan nilai kreatinin, laju filtrasi glomerulus dan
clearence rate untuk menilai fungsi ginjal dapat dikategorikan menjadi:
o
o
o
Ka
o
K
o
N
o
Pr
o
W
C
l
e
a
r
e
n
c
e
R
a
t
e
(
m
l/
m
e
n
it
)
P
ri
a
:
9
0
o
Ga
o
Pr
o
Ga
o
>
1
4
5
W
a
n
it
a
:
7
5
1
1
5
5
6
1
0
0
<
3
5
Diet tidak diberikan secara sembarangan, diet yang diberikan memiliki tujuan
khusus. Tujuan diet penyakit Gagal Ginjal Akut adalah untuk:
Syarat Diet
o
Untuk mempermudah pelaksanaan diet, perlu diketahui bahwa diet pada penderita GGA
perlu mendapat pengawasan dan pengontorolan karena ada bahan makanan yang sebaiknya tidak
diberikan dan ada pula bahan makanan yang dianjurkan.
o
o
o
Ba
ha
n
Ma
ka
na
n
Su
mb
er
Kar
boh
idr
at
Dia
nju
rka
n
Nas
i,
bih
un,
jag
ung
,
ken
tan
g,
ma
kar
oni,
tep
o Tidak
Dianjurkan/
Dibatasi
Su
mb
er
pro
tein
Su
mb
er
lem
ak
ung
tep
ung
an,
sin
gko
ng,
ubi,
ma
du.
Tel
ur,
dag
ing,
ika
n,
aya
m,
sus
u
Mi
nya
k
jag
ung
,
min
yak
kac
ang
tan
ah,
min
yak
kel
apa
saw
it,
min
yak
ked
elai
,
Kacangkacangan dan
hasil
olahannya,
seperti tempe
dan tahu,
Kelapa,
santan,
minyak
kelapa,
margarin,
mentega
biasa
dan
lemak
hewan.
Su
mb
er
vita
mi
n
dan
mi
ner
al
mar
gari
ne,
dan
me
nte
ga
ren
dah
gar
am.
Se
mu
a
say
ura
n
dan
bua
h,
kec
uali
pas
ien
den
gan
hip
erkl
ami
a
dia
nju
rka
n
yan
g
me
nga
ndu
ng
kali
um
ren
dah
Sayuran dan
buah tinggi
kalium pada
pasien
dengan
hiperklamia
/se
dan
g.
o
oPengaruh nutrisi pada penyakit gagal ginjal Penderita Gagal Ginjal tidak disarankan
mengonsumsi banyak buah dan sayur. Meski buah dan sayur adalah makanan yang baik untuk orang
sehat, namun untuk penderita ginjal makanan ini akan berpotensi memperparah kesehatan anda.Penderita
gagal ginjal harus mengetahui kandungan buah dan sayur yang mereka makan. Jangan sampai
mengkonsumsi jenis buah dan sayur yang mempunyai kadar Kalium (Potassium) yang tinggi. Hal
tersebut diketahui dapat mengganggu irama jantung.
o
Sebagai contoh bagi anda penderita gagal ginjal adalah hanya boleh mengkonsumsi buah apel
setengah saja setiap harinya. Namun apabila kondisi penderita gagal ginjal sudah terlalu parah, hentikan
konsumsi buah dan sayur hingga gejala penyakit ginjal (seperti sering kencing )menghilang.
o
Sumber Vitamin dan Mineral Hindari sayur dan buah tinggi kalium jika pasien
mengalami hiperkalemi. Bahan makanan tinggi kalium diantaranya adalah
bayam, gambas, daun singkong, leci, daun pepaya, kelapa muda, pisang, durian,
dan nangka. Hindari/batasi makanan tinggi natrium jika pasien hipertensi,
bengkak - bengkak dan perut membuncit yang berisi cairan. Bahan makanan
tinggi natrium diantaranya adalah garam, vetsin, penyedap rasa/kaldu kering,
makanan yang diawetkan, dikalengkan dan diasinkan.
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o BAB III
o PENUTUP
o
o 3.1 Kesimpulan
Ginjal adalah salah satu organ utama system kemih atau uriner yang bertugas menyaring dan
membuang cairan sampah metabolisme dari dalam tubuh.
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan,
berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria. Gejala
kliniknya dapat terlihat pada ginjal dan sistem urin, jantung dan sirkulasi darah, alat
pernapasan, kulit, sistem saraf, kelenjar endokrin, perubahan darah, otot dan tulang.
Sindrom nefrotik adalah salah satu penyakit ginjal yang sering dijumpai pada anak, merupakan
suatu kumpulan gejala-gejala klinis yang terdiri dari proteinuria masif, hipoalbuminemia,
hiperkholesterolemia serta sembab. Gejala klinisnya edema diseluruh tubuh (anasarka),
hepatomegali, nyeri perut, diare dsb.
Gagal ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga
akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit
tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam
darah atau produksi urin. Tanda atau gejalanya sering kencing, sering bengkak, cepat lemah,sesak
napas, gatal-gatal utama kaki dan napas bau.
Batu Ginjal adalah batu (kalkuli) di dalam nefron dan keberadaanya dapat menghambat aliran urin,
terjadinya obstruksi, secara perlahan dapat merusak unit fungsional (nefron) ginjal. Selain itu
dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa dan ketidaknyamanan. (Smeltzer, 1996 ; 1460)
Gagal Ginjal Akut adalah suatu penyakit tidak menular yang merupakan suatu sindrom klinis
yang ditandai dengan penurunan mendadak (dalam beberapa jam sampai beberapa hari) laju
filtrasi glomerulus (LFG), disertai sisa metabolisme (ureum dankreatinin). GGA merupakan suatu
sindrom klinis oleh karena dapat disebabkan oleh berbagai keadaan dengan patofisiologi yang
berbeda-beda.
B
a
h
a
n
m
a
k
a
n
a
n
S
u
m
b
e
r
k
a
r
b
o
h
i
d
r
a
t
o
o
o
o
Dianjurk
an
Nasi,
bihun,
jagung,
kentang,
makaroni,
mie,
tepung
tepungan,
singkong,
ubi, selai,
madu,
permen.
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Telur,
daging,
ikan,
ayam,
susu.
o
o
Minyak
Tida
k
dianj
urka
n/
dibat
asi
Kaca
ng
kacan
gan
dan
hasil
olaha
nnya,
sepert
i
temp
e dan
tahu.
Kelap
a,
santa
S
u
m
b
e
r
jagung,
minyak
kacang
tanah,
minyak
kelapa
sawit,
minyak
kedelai;
margarin
dan
mentega
rendah
garam.
p
r
o
t
e
i
n
o
o
o
o
o
o
S
u
m
b
e
r
l
e
m
a
k
o
o
o
o
o
Semua
sayuran
dan buah,
kecuali
pasien
dengan
hiperkale
mia
dianjurkan
yang
mengandu
ng kalium
rendah /
sedang.
n,
miny
ak
kelap
a;
marg
arin,
ment
ega
biasa
dan
lema
k
hewa
n.
o
o
o
o
S
u
m
b
e
r
v
i
t
a
m
i
n
Sayur
an
dan
buah
tinggi
kaliu
m
pada
pasie
n
denga
n
hiper
kale
mia.
d
a
n
m
i
n
e
r
a
l
o
o
Alasan :
Makanan yang harus dihindari adalah makanan yang mengandung kolesterol ini disebabkan pada
pasien PGK mengalami gangguan metabolisme lemak yang ditandai dengan kenaikan kolesterol
dan trigliserida.
Menghindari makanan atau buah seperti pisang, avokat, buah yang dikeringkan, seperti kismis,
raisin, air kelapa, cokelat, bawang putih, jamur, bayam, dan kopi kental karena banyak
mengandung kalium.
Jenis makanan yang mengandung fosfor harus dihindari karena dapat menaikkan kadar fosfor
dalam tubuh. Makanannya yaitu telur, hati, ekstrak daging dan ragi, cokelat, kakao, biji-bijian,
ikan yang dimakan bersama tulangnya dan seraal.
o
o DAFTAR PUSTAKA
o
o
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf
diakses
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-yunitachoi-6750-1-babi.pdf
diakses
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/diet_rendah_prot-nabati.pdf
diakses
pada
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/115/jtptunimus-gdl-maulinains-5734-3-babii.pdf
diakses
http://meetdoctor.com/question/bagaimana-seharusnya-pola-makan-penderita-ginjal?
ref=question_redirect diakses pada tanggal 10-11-2015
https://anomalitime.files.wordpress.com/2010/05/tinjauan-pustaka-sn-sn.doc
Hartono, Andry. 2008. Rawat Ginjal Cegah Cuci Darah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Poeddyasmoro, dkk. 2005. Buku Praktis Ahli Gizi. Malang: Politeknik Kesehatan Malang