Mengakali Akses Internet Agar Murah 01 2001
Mengakali Akses Internet Agar Murah 01 2001
Onno W. Purbo
Mungkin sebagian besar dari kita sudah mengetahui tentang keberadaan WARNET di
banyak tempat di Indonesia. Pada hari ini menurut data yang terdaftar di
http://www.natnit.net jumlah Warnet di seluruh Indonesia sekitar 1200 buah dengan
konsentrasi 600-an buah di Jakarta saja. Perkiraan kasar, kemungkinan besar jumlah
WARNET yang ada melebihi 1200-an tsb karena setiap hari paling tidak ada 4-10 warnet
yang mendaftar ke natnit.net demikian laporan rekan Chacha salah seorang direktur
natnit.net.
Apakah konsep WARNET ini terbatas pada WARNET yang kita kenal selama ini?
Dalam sebuah ruangan beberapa buah komputer tersambung dalam sebuah LAN.
Jawabnya sangat sederhana & singkat – TIDAK – konsep WARNET tidak di batasi pada
pola sederhana seperti itu. Diskusi-diskusi banyak dilakukan di mailing list asosiasi-
warnet@egroups.com.
Pada dasarnya dari sisi peralatan yang dibutuhkan adalah komputer yang tersambung
dalam LAN, sebuah server yang bisa juga di ganti dengan peralatan Internet Sharing
Server (ISS) agar memudahkan operator yang belum mengenal komputer yang
tersambung ke peralatan telekomunikasi yang biasanya berupa modem dan telepon.
Konsep ini bisa saja kita implementasikan di kantor-kantor, sekolah, madrasah,
pesantren, lembaga penelitian, perguruan tinggi agar banyak orang dapat mengakses
secara bersama-sama Internet dengan biaya murah. Semakin banyak orang yang bersama
mengakses akan semakin murah biayanya. Di UNPAR biaya / mahasiswa adalah Rp.
4300 / bulan / mahasiswa. Di SMKN1 Ciamis untuk e-mail biaya per siswa adalah Rp.
1000 / siswa / bulan untuk akses e-mail.
Dari sisi peralatan dan metoda akses juga bisa sangat beragam sekali tergantung
kebutuhan dan kejelian kita. Misalnya di beberapa tempat di Jakarta yang memiliki akses
kabelvision, mereka dapat menggunakan cable modem kecepatan 64-300-an Kbps untuk
akses Internet menggantikan telepon milik Telkom. Beberapa WARNET di Bandung,
Surabaya, Jogya, Malang dll. yang tergabung pada Koperasi Warnet Indonesia
(kowari@egroups.com) saat ini bahkan memasang stasiun bumi sendiri untuk akses
Internet ke satelit internasional berkecepatan tinggi 1Mbps-an dan menggunakan
microwave 2-11Mbps untuk di sebarkan ke WARNET & anggota lainnya. Sewa satelit
internasional yang sekitar US$5000-an / bulan menjadi murah jika di bayar oleh 10-20-an
WARNET secara bersama-sama. Beberapa teman & WARNET di Bogor sudah beberapa
lama experimen menggunakan teknologi Digital Subscriber Line (DSL) pada kecepatan >
128Kbps menggunakan kabel telepon milik Telkom. Teman-teman dari Corexindo
bahkan sekarang sudah mulai bereksperimen untuk menggunakan komunikasi cahaya
infra merah berkecepatan tinggi 10Mbps untuk menggantikan peralatan microwave tsb.
Dengan cara beramai-ramai menyewa satu saluran ini maka biaya komunikasi jarak jauh
dapat di tekan habis-habisan.
Konsep WARNET yang biasanya dibatasi satu ruangan dengan beberapa komputer yang
tersambung dalam LAN sebetulnya juga mulai di pertanyakan. Beberapa teman telah
mengembangkan konsep yang lebih kompleks lagi misalnya menyambungkan sebuah
Mall seperti Mall Ambassador & Mall Ratu Plaza yang sebagian besar tenant-nya mulai
di sambungkan ke Internet. Jadi LAN yang digunakan tidak lagi terbatas pada satu
ruangan tapi sudah satu gedung yang mereka sambungkan. Dari gedung tsb. biasanya
menggunakan microwave 2Mbps atau untuk Mall Ratu Plaza rasanya menggunakan
komunikasi cahaya infra merah kecepatan 10Mbps. Tentunya kompleks perkantoran
terutama yang berupa gedung tinggi akan sangat di untungkan dengan konsep-konsep
Internet Kampus Network ini dan beroperasi 24 jam. Biaya yang di tanggung para tenan
ini dalam orde beberapa ratus ribu rupiah saja (sekitar Rp. 200-300.000 / bulan / tenan)
untuk akses Internet 24 jam pada kecepatan akses lokal 2-10Mbps.
Bagi WARNET / institusi yang berada di daerah yang sulit di jangkau oleh Telkom –
sebetulnya kita masih bisa menggunakan teknologi radio paket kecepatan 1200-9600bps
untuk pengiriman e-mail / berita berupa text.
Bukan mustahil kita bisa melihat banyak orang Indonesia berada di dunia maya dengan
kemudahan & kemurahan akses Internet ini.