KAKAO
Disusun oleh :
Maisaroh (1417101010)
THP A/8
pasca
panen
pemeraman/penyimpanan,
yang
tepat
pemecahan
yaitu
buah,
pemanenan,
fermentasi,
sortasi
pencucian
buah,
dan
Maka dari itu, praktikum ini perlu dilakukan untuk mengetahui perbedaan biji
kakao yang diproduksi oleh rakyat dengan biji kakao yang diproduksi oleh pusat
penelitian kopi dan kakao.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum yang akan dilakukan adalah menentukan mutu
biji kakao berdasarkan SNI 2323-2008.
dan
warna
kulit
buah
kakao
sangat
bervariasi,
tergantung
padakultivarnya. Namun, pada dasarnya hanya ada dua macam warna, yaitu
buahyang
ketika
muda
berwarna
hijau/hijau
agak
putih,
bila
sudah
masakberwarna kuning dan buah yang ketika masih muda berwarna merah,
bilasudah masak berwarna orange (Wahyudi, 2008).
Biji di bungkus oleh daging buah (pulpa) yang berwarna putih, rasanya asam
manis dan diduga mengandung zat penghambat perkecambahan. Disebelah dalam
daging buah terdapat kulit biji (testa) yang membungkus duakotiledon dan poros
embrio. Biji kakao tidak memiliki masa dorman. Meskipun daging buahnya
mengandung zat penghambat perkecambahan, tetapi kadang-kadang biji
berkecambah di dalam buah yang terlambatdipanen karena daging buahnya telah
kering (Prawoto et. al,. 1994).
Struktur buah kakao secara garis besar terdiri dari empat bagian yaitukulit,
plasenta, pulp, dan biji. Buah kakao masak berisi 30-40 biji yangmasing-masing
diselimuti oleh pulp, sedangkan biji kakao terdiri dari duabagian yaitu kulit biji
dan keping biji. Keping biji meliputi 86% sampai 90%dari berat kering biji
sedangkan kulit biji sekitar 10-14% (Hasbawati, 2006).
Saat biji kakao dikeluarkan dari buah, biji diselimuti oleh lendir putihatau
pulp. Pulp pada mulanya steril, tetapi dengan adanya gula dan keasamanyang
tinggi
(pH
3,5)
karena
kandungan
asam
sitrat.
Kondisi
ini
ideal
buah
umumnya
berbentuk
tumpul,
sedikit
bengkok
tidakmemilikbottle neck.
g. Tiap buah berisi 30 40 biji yang bentuknya agak bulat sampai bulat.
h. Endospermnya berwarna putih.
i. Proses fermentasinya lebih cepat dan rasanya tidak begitu pahit.
j. Warna buah muda umumnya merah dan bila sudah masak menjadi
orange.
dan
Buahnya pendek dan bulat, kulitnya sangat halus dan licin, tanpa bottle
neck, sedangkan alur alur buahnya dangkal, bijinya gepeng dan rasanya
pahit, endosperm berwarna ungu.
2.3 Proses pengolahan buah kakao menjadi biji kakao kering menurut
(Unggul. dkk, 2012)
1. Panen Buah Masak
Panen kakao dilakukan dengan cara dipetik atau dipotong. Panen harus
dilakukan pada umur/waktu, cara dan sarana yang tepat. Alat panen yang
digunakan dengan menggunakan sabit, gunting atau alat lainnya.
Hal yang harus diperhatikan pada saat pemanenan ialah :
a.
Buah kakao dipanen atau dipetik tepat masak. Kriteria buah masak
adalah alur buah berwarna kekuningan untuk buah yang warna kulitnya
merah pada saat masih muda, atau berwarna kuning tua atau jingga
untuk buah yang warna kulitnya hijau kekuningan pada saat masih
muda.
b.
Menjaga agar buah tidak rusak atau pecah, dan menjaga agar bantalan
buah juga tidak rusak karena ini merupakan tempat tumbuhnya bunga
untuk periode selanjutnya.
c.
2. Sortasi Buah
Buah yang kualitasnya baik segera dipisahkan dengan buah yang rusak
karena hama atau penyakit. Buah yang sehat langsung diproses fermentasi
sedangkan buah yang rusak terserang hama atau penyakit segera dikupas kulitnya.
Setelah diambil bijinya, kulit buah 15 segera ditimbun dalam tanah untuk
mencegah penyebaran hama atau penyakit ke seluruh kebun.
3. Pemeraman buah
Pemeraman buah kakao dilakukan untuk mengurangi kandungan lendir
atau pulp (sampai batas tertentu) yang melapisi biji kakao basah serta untuk
memperoleh jumlah yang sesuai untuk pengolahan. Pemeraman baik dilakukan
terutama pada saat panen rendah sambil menunggu buah hasil panen terkumpul
cukup banyak 400 500 buah atau setara dengan 35 40 kg biji kakao basah,
agar jumlah minimal untuk fermentasi dapat dipenuhi.
4. Pemecahan Buah
Pemecahan buah kakao dilakukan untuk mengeluarkan dan memisahkan
biji kakao dari kulit buah dan plasentanya. Pemecahan buah harus dilakukan
secara hati-hati agar tidak melukai atau merusak biji kakao. Disamping itu juga
harus dijaga agar biji kakao tetap bersih atau tidak tercampur dengan kotoran dan
tanah. Pemecahan buah kakao sebaiknya menggunakan pemukul kayu atau
memukulkan buah satu dengan buah lainnya. Apabila pemecahan buah
menggunakan golok atau sabit maka harus dilakukan dengan hati-hati supaya biji
kakao tidak terlukai atau terpotong oleh alat pemecah, karena akan meningkatkan
jumlah biji cacat dan mudah terinfeksi oleh jamur.
5. Fermentasi biji Kakao
Fermentasi biji kakao bertujuan untuk membentuk citarasa khas cokelat,
warna coklat dan keping bijinya berongga serta mengurangi rasa pahit dan sepat
yang ada dalam biji kakao sehingga menghasilkan biji dengan mutu dan aroma
yang baik, serta warna coklat cerah dan bersih. Lama fermentasi biji optimal
adalah 4 5 hari (4 hari bila udara lembab dan 5 hari bila udara terang). Proses
fermentasi biji yang terlalu singkat (kurang dari 3 hari) menghasilkan biji ungu
agak keabu-abuan sedangkan biji yang tidak terfermentasi akan menghasilkan biji
slaty dengan tekstur pejal. Proses fermentasi biji yang terlalu lama (lebih dari 5
hari) menghasilkan biji rapuh dan berbau kurang sedap atau berjamur. Keduanya
merupakan cacat mutu. Fermentasi biji dapat dilakukan dengan menggunakan
kotak kayu atau keranjang bambu.
Selain itu faktor yang mempengaruhi mutu kakao adalah penanganan
pasca panen yang kurang tepat seperti proses fermentasi. Sedangkan proses
fermentasi adalah titik berat pengolahan biji kakao. Pada proses ini akan terjadi
pembentukan cita rasa khas kakao, pengurangan rasa pahit dan sepat, dan
perbaikan kenampakan fisik kakao. Di samping proses fermentasi menentukan
mutu biji kakao, fermentasi juga mempermudah penghancuran lapisan pulp yang
melengket pada biji (Susanto, 1994).
Biji kakao di samping mengandung lemak, karbohidrat, protein juga
mengandung senyawa polifenol yaitu senyawa yang sangat sepat, yang terdiri dari
antosianin dan leukoantosianin, katekin dan polifenol komplek. Selama proses
fermentasi polifenol teroksidasi oleh polifenol oksidase membentuk quinon dan
diquinon. Selama fermentasi biji kakao juga mengalami perubahan. Perubahan ini
dibantu oleh aktivitas enzim, enzim yang dapat menghidrolisis : Polifenol menjadi
antosianin, protein pada biji menjadi asam amino dan polipeptida lainnya, ada
pula perubahan gula menjadi alkohol. Alkohol akan dikonversi selanjutnya
menjadi asam organik, selain itu akan terbentuk kompleks flavonoid yang
mengakibatkan warna coklat pada biji kakao, sedangkan antosianin sebagai hasil
hidrolisis polifenol dapat mengubah warna biji menjadi ungu. Warna coklat pada
biji kakao adalah hasil reaksi antara quinon dari turunan senyawa polifenol yang
bereaksi dengan enzim polyphenoloxidase (ppo) dan asam-asam amino bebas
(hasil aktivitas hidrolisa protein oleh enzim protease yang terdapat pada biji kakao
(Biehl, 1984; Voigt,et al., 1994). Pada proses fermentasi ini terjadi sejumlah reaksi
yang dapat membentuk prekursor aroma dan warna. Hubungan antara
pembentukan prekursor aroma kakao, proteolisis protein, derajat pengasaman dan
lama fermentasi berpengaruh meningkatkan kualitas kakao.
6. Perendaman dan Pencucian Biji
Perendaman dan pencucian biji bukan merupakan cara baku, namun
dilakukan atas dasar permintaan pasar. Tujuan perendaman dan pencucian adalah
c. Benda asing
d. Biji berjamur
e. Biji Slaty
f. Biji berserangga
g. Kotoran
i.Pecahan biji
j. Pecahan kulit
k. Biji pipih
l. Biji berkecambah
Jenis uji
Serangga hidup
Serangga mati
Kadar air (b/b)
Biji berbau asap
Satuan
%
atau -
5.
Maks 2
6.
kulit, (b/b)
Kadar benda-benda asing
Tidak ada
dan
Persyaratan
Tidak ada
Tidak ada
Maks 7,5
Tidak ada
Kakao
Biji
Biji
slaty Biji
Kotoran
Biji
mulia
lindak
berjamur
maksimum
berser maksimum
berkecambah
maksimu
(%)
angga
maksimum
m
IF
IB
(%)
Maks 2
(%)
(%)
Maks 3
Maks
Maks 1.5
Maks 2
Maks 2
Maks 3
Maks 3
Maks 3
(AA-S) (AA-S)
IIF
IIB
Maks 4
Maks 8
1
Maks
(AA-S) (AA-S)
IIF
IIIB
Maks 4
Maks 20
2
Maks
(AA-S) (AA-S)
(%)
3.1.1 Alat
1. Neraca analitik
2. Oven
3. Eksikator
4. Piasau
5. Botol timbang
6. Penjepit
3.1.2 Bahan
1. Kakao Fermentasi
2. Kakao Rakyat
3.2 Skema Kerja Dan Fungsi Perlakuan
3.2.1 Skema Kerja
1. Adanya Serangga Hidup dan Benda Asing
Kakao dalam kemasan
Pembukaan
Pengecilan ukuran
2. Penentuan Kadar Air
Pemasukan pada botol timbang
Pengovenan 103oC 2oC, 16 jam
Eksikator 15 menit
Penimbangan
Pembelahan
Pengamatan aroma
Gambar 3. Diagram alir Penentuan biji berbau asap abnormal atau berbau asing
4. Penentuan kadar kotoran
1000 gram biji kakao
Pengamatan kotoran
Penimbangan
Penghitungan kadar kotoran
Gambar 4. Diagram Alir Penentuan kadar kotoran
5. Jumlah biji kakao per 100 gram
100 gram kakao
Penggolongan
Gambar 5. Diagram Alir Penentuan jumlah biji kakao per 100 gram
6. Penentuan kadar biji baik dan cacat pada kakao (biji berjamur, slaty,
berserangga, dan berkecambah)
150 keping biji kakao
Pemotongan memanjang
Pengamatan
Perhitungan
Kakao Rakyat
Ada
Ada
4,4 %
2,2 g/1000 g
80,02 g/1000 g
298,18 g/1000 g
74,66 g/1000 g
283,41 g/1000 g
16 biji/150biji
16 biji/150biji
22 biji/150 biji
10 biji/150 biji
Hasil
Kakao fermentasi
Ada
Ada
4,2 %
4,38 g/1000 g
4,19 g/1000 g
111,14 g/1000 g
112
108
34 biji/150 biji
32 biji/150 biji
22 biji/150 biji
-
Hasil
Kakao Rakyat
ada
ada
5,5
2,2 g/1000 g
80,02 g/1000 g
298,18 g/1000 g
74,66 g/1000 g
Kakao fermentasi
Ada
Ada
4,3
4,38 g/1000 g
4,19 g/1000 g
biji pipih
Ranting
jumlah biji/100gram
biji berjamur
biji slaty
biji berserangga
bji berkecambah
283,41 g/1000 g
136
18 biji/150 biji
56 biji/150 biji
2 biji/150 biji
1 biji/150 biji
111,14 g/1000 g
119
42 biji/150 biji
22 biji/150 biji
15 biji/150 biji
-
Ulangan
Berat
botol
botol
Bahan
air yang
kadar
sampel
timbang
timbang
setelah
menguap
air
(g)
kosong
dan bahan
pengove
(g)
setelah
nan (g)
0,22
0,22
rata-rata
0,21
0,21
rata-rata
4,4
4,4
4,4
4,2
4,2
4,2
pengovena
Rakyat
1
2
5
5
22,03
11,07
n (g)
26,81
15,85
4,78
4,78
Puslit
1
2
5
5
11,54
11,77
16,33
16,56
4,79
4,79
kakao
Berat
botol
botol
Bahan
air yang
kadar
sampel
timbang
timbang
setelah
menguap
air
kosong
dan bahan
pengovenan
setelah
Rakyat
5
5
pengovenan
12,77
17,47
11,66
16,41
Puslit
5
5
12,67
11,78
17,46
16,56
Sift
1.
Presentase (%)
10,67
biji berjamur
2.
1.
12
10,67
biji slaty
2.
1.
37,33
14,67
biji berserangga
2.
1.
1,33
6,67
bji berkecambah
2.
0,67
4,7
4,75
0,3
0,25
Rata-rata
4,79
0,21
4,78
0,22
Rat-rata
6
5
5,5
4,2
4,4
4,3
BAB 5 PEMBAHASAN
Berdasarkan data pengamatan dan data perhitungan yang diperoleh dari
ulangan 1 dan ulangan 2 pada praktikum dapat diketahui bahwa biji kakao
fermentasi dengan biji kakao rakyat memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
Pada biji kakao fermentasi tidak terdapat plasenta., sedangkan pada biji kakao
rakyat terdapat plasenta sebanyak 2,2 g/1000 g. Begitu pula pada data dari sift 2.
Hal tersebut terjadi karena pada kakao rakyat tidak dilakukan fermrmtasi sehingga
pulpa beserta plasenta biji kakao tidak dapat terurai secara sempurna. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan (Susanto, 1994) yang menyatakan bahwa fermentasi
dapat mempermudah penghancuran lapisan pulpa yang melengket pada biji.
Dengan adanya plasenta tersebut, pada biji kakao rakyat sift 1 dan 2 biji kakao
yang berdempet yaitu sebanyak 80,02 g/1000 g, biji yang pecah sebanyak 298,18
g/1000 g, pecahan kulit biji sebanyak 74,66 g/1000 g, dan biji yang pipih
sebanyak 283,41 g/1000 g.
Syarat umum mutu biji kakao meliputi serangga hidup, kadar air, biji berbau
asap atau biji berbau asing dan kadar benda asing. Pada praktikum ini bahan yang
digunakan kakao dari rakyat dan kakao fermentasi jenis lindak. Perbedaan dari
kedua biji ini terletak pada proses fermenetasi. Pada biji kakao fermentasi
diketahui bahwa terdapat serangga hidup di dalam kemasan, tidak terdapat bau
asing maupun asap. Berdasarkan SNI 2323-2008 pada persyaratan mutu biji
kakao berbau asap abnormal atau berbau asing tidak ada pada setiap biji kakao,
jadi sampel biji kakao yang digunakan tersebut sudah memenuhi persyaratan mutu
SNI. Bau abnormal atau bau benda asing pada biji kakao dipengaruhi oleh lemak
yang tergantung pada biji kakako. Lemak pada biji kakao dapat menyerap dan
mengikat bau yang ada disekitar biji kakao. Menurut Almatsier (2004) apabila
lemak bersentuhan dengan udara untuk jangka waktu yang lama akan terjadi
perubahan yang dinamakan proses ketengikan (rancidity). Oksigen akan terikat
pada ikatan rangkap dan membentuk peroksida aktif. Senyawa ini sangat reaktif
dan dapat membentuk hidroperoksida yang bersifat sangat tidak stabil dan mudah
pecah menjadi senyawa dengan rantai karbon yang lebih pendek berupa asamasam lemak, aldehida-aldehida dan keton yang bersifat volatil/mudah menguap,
menimbulkan bau tengik pada lemak dan potensial bersifat toksik.
Sehingga berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa kakao ferementasi
tidak memenuhi standar SNI 2323-1008, dikarenakan menurut SNI serangga
hidup dalam biji kakao memiliki persyaratan tidak ada biji kakao yang
berserangga. Hal tersebut menunjukkan bahwa kakao yang dihasilkan kualitasnya
tidak terlalu baik. Untuk kakao rakyat diperoleh data bahwa juga terdapat
serangga hidup.
Kandungan kadar air dalam biji kakao menurut SNI 2323-2008 maksimal
adalaah 7,5 %. Rata-rata Kandungan kadar air pada biji kakao fermentasi dan biji
kakao rakyat adalah kadar air ulangan 1 adalah 4,2% dan 4,4%. Sedangkan untuk
ulangan ke 2 adalah 4,3% dan 5,5%. Berdasarkan data yang dihasilkan tersebut
maka kadar air biji kakao yang di uji masih memenuhi SNI. Menurut Wahyudi
(2008), kadar air berpengaruh pada daya tahan biji kakao terhadap kerusakan
terutama saat penyimpanan dan pengangkutan. Biji kakao yang mempunyai kadar
air tinggi, sangat rentan terhadap serangan jamur dan serangga. Standar kadar air
biji kakao mutu ekspor adalah 6 - 7 %. Jika lebih tinggi dari nilai tersebut, biji
kakao tidak aman disimpan dalam waktu lama, sedang jika kadar air terlalu
rendah biji kakao cenderung menjadi rapuh.
Persayaratan
kualitas
biji
kakao
kering
ditentukan
berdasarkan
penggolongan biji kakao menurut ukuran berat bijinya per 100 gram.
Penggolongan ini terbagi menjadi lima yaitu mutu AA, A, B, C dan S.
Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa jumlah biji kakao fermentasi
per 100 gram sebanyak 108 biji sehingga kakao fermentasi termasuk dalam grade
atau mutu B. Untuk pengulangan 2, terdapat 119 biji, sehingga kakao fermentasi
termasuk dalam grade atau mutu C. Pada biji kakao rakyat dapat diketahui bahwa
jumlah biji kakao rakyat per 100 gram sebanyak 112 untuk pengulangan 1
sehingga termasuk mutu C dan sebanyak 136 untuk pengulangan 2 sehingga
termasuk mutu S. Jika dirata-rata biji kakao fermentasi dengan jumlah/100 gram
menjadi 114 sehingga diperoleh mutu C. Sedangkan pada biji rakyat jika diratarata menjadi 124 sehingga diperoleh mutu S. Dari data tersebut diketahui bahwa
kualitas biji kakao puslit lebih baik dari pada kakao rakyat. Menurut Hartobudoyo
(1995) ukuran biji buah kakao berdasarkan posisi pada pohon dan posisi dalam
buah itu berbeda. ukuran biji kakao juga dipengaruhi oleh fermentasi dan tingkat
kematangan buah. Tingkat kematangan buah dapat memberikan pengaruh pada
pengukuran jumlah biji per seratus gramnya, karena saat proses fermentasi biji
kakao yang matang optimum menghasilkan biji kakao yang utuh dan cukup berat.
Sehingga saat pengukuran jumlah biji kakao per seratus gram biji fermentasi
jumlahnya lebih sedikit
Pada ulangan 1 biji kakao rakyat diperoleh data bahwa persentase biji
berjamur adalah 10,67%, biji slatty 10,67%, biji berserangga 14,67%, dan biji
berkecambah 6,67%. Sedangkan pada ulangan 2 biji kakao rakyat diperoleh data
bahwa persentase biji berjamur adalah 12%, biji slatty 37,33%, biji berserangga
1,33%, dan biji berkecambah 0,67%. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui
bahwa kakao rakyat pada ulangan ke 2 hanya memenuhi syarat SNI dari segi
persentase biji berserangga yaitu pada kelas II B dan III B. Namun secara
keseluruhan tidak memenuhi standart SNI 2323-2008 sehingga kualitas kakao
rakyat sangat rendah.
Pada ulangan 1 biji kakao yang difermentasi diperoleh data bahwa persentase
biji berjamur adalah 22,67%, biji slatty 21,33%, biji berserangga 14,67%, dan biji
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Biji kakao rakyat dan biji kakao fermentasi terdapat serangga hidup dan
benda asing, sehingga biji kakao tersebut tidak memenuhi syarat SNI
2323-2008 yang menyatakan bahwa pada biji kakao kering harus tidak ada
serangga dan benda asing
2. Pada biji kakao yang difermentasi mengandung kadar air yang lebih
rendah dari pada biji kakao rakyat yaitu. Hal tersebut terjadi karena pada
biji kakao rakyat tidak dilkukan fermentasi. Namun kadar air biji kakao
fermentasi dan biji kakao rakyat memenuhi persyaratan SNI 2323-2008
yang menyatakan bahwa kadar air maksimum pada biji kakao adalah 7,5%
3. Biji kakao rakyat terdapat plasenta, sedangkan pada biji kakao fermentsi
tidak terdapat plasenta. Hal ini terjadi karena pengaruh proses fermentasi
yang dapat mengurai pulpa beserta plasenta oleh mikroba.
4. Jumlah biji per 100 g pada biji kakao rakyat lebih bayak dari pada biji
kakao fermentasi. Hal tersebut disebabkan karena biji kakao fermentasi
memiliki bentuk yang lebih besar. Pada biji kakao rakyat tidak dilakukan
fermentasi sehingga bijinya banyak yang cacat.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Umum.
Jakarta.
Biehl, B., 1984. Cocoa Fermentation and Problems of Acidity Over Fermentation
and Low Cocoa Flavor. Proceedings of the Internatinal Comference of
Cocoa and Coconut, Kualalumpur.
Hartobudoyo. 1995. Bertanam Cacao. Penerbit Kansius. Yogyakarta.
Hasbawati, 2006. Karakteristik Fisik Biji Buah Kakao Menurut Posisinya Pada
Pohon. Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Karmawati, E., Z. Mahmud, M. Syakir, J. Munarso, K. Ardana dan Rubiyo. 2010.
Budidaya dan Pasca Panen Kakao. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan. 92 hal
Mulato W, Misnawi S. 2005. Petunjuk Teknis Produk Primer dan Sekunder
Kakao. Jember: Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
Prawoto A.A dan Iskandar Abdul Karneni, 1994. Pengaruh Tinggi Tempat
Penanaman Kakao Terhadap Kadar Lemak dan Komposisi Asam Lemak.
Pusat Penelitian Kopi dan kakao. Jember. Indonesia
Rohan, T.A ., 1993. Processing of raw cocoa for the market. FAO agric. Roma
dan
pembinaan
usaha
direktorat
jendral
perkebunan
kementrian pertanain.
Voigt,J., Heinrichs, H., Voigt,G.& Biehl, B. 1994. Cocoa-specific aroma
precursors are generated by proteolytic digestion of the vicilinlike globulin
of cocoa seeds. J Food Chemistry 50 1994, p 177-184.
Wahyudi T, T.R. Panggabean, dan Pujiyanto, 2008. Panduan Lengkap Kakao.
Penebar Swadaya.Jakarta.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
1. Kelompok 1 (Shift 1)
a. Kakao rakyat
Kadar air (ulangan 1) =
0,22(gram)
x 100
5 (gram)
= 0,044 x 100
= 4,4 %
0,22(gram)
x 100
5 (gram)
= 0,044 x 100
= 4,4 %
ulangan 1+ulangan 2
2
4,4 +4,4
2
= 4,4 %
b. Kakao Puslit
Kadar air (ulangan 1) =
0,21(gram)
x 100
5 (gram)
= 0,042 x 100
= 4,2 %
0,21(gram)
x 100
5 (gram)
= 0,042 x 100
= 4,2 %
ulangan 1+ulangan 2
2
4,2 + 4,2
2
= 4,2 %
2. Kelompok 2 (Shift 2)
a. Kakao rakyat
Kadar air (ulangan 1) =
0,3( gram)
x 100
5 (gram)
= 0,06 x 100
=6%
0,25( gram)
x 100
5 ( gram)
= 0,05 x 100
=5%
ulangan 1+ulangan 2
2
6 +5
2
= 5,5 %
b. Kakao Puslit
Kadar air (ulangan 1) =
0,21(gram)
x 100
5 (gram)
= 0,042 x 100
= 4,2 %
0,22(gram)
x 100
5 (gram)
= 0,043 x 100
= 4,3 %
ulangan 1+ulangan 2
2
4,2 + 4,3
2
= 4,25 %
3. Perhitungan kadar biji cacat
Sift 1 kakao rakyat
16
x 100 =10,67
150
16
x 100 =10,67
b. Biji slaty
=
150
22
x 100 =14,67
c. Biji berserangga =
150
10
x 100 =6,67
d. Biji berkecambah =
150
a. Biji berjamur
Biji slaty
22
x 100 =14,67
150
15
x 100 =10
=
150
==
Biji berserangga
Biji berkecambah
LAMPIRAN FOTO