Anda di halaman 1dari 8

STROKE !

Klasifikasi dan gejala Stroke :

Suatu sindrom yg ditandai dengan tanda klinisi yang


berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak baik fokal
maupun global yg berlangsung > 24 jam, tanpa adanya
penyebab lain selain vaskular.

Anatomi Penting

A. carotis interna : 2/3 depan dari kedua belahan otak + subkortikal (lobus
frontalis, parietalis dan sebagian lobus temporalis.
A. vertebrobasiler : serebelum, korteks oksipital bagian posterior dan
batang otak
ADO (aliran darah otak)
otak/menit
ADO = CPP = (MAP ICP)
CVR
CVR

50-60

cc/100

gram

Berdasarkan jenis tipe pembuluh darah :


Sistem - Amourosis fugax
karotis - Gangguan pergerakan bola mata (deviasi conjugated)
- Gangguan lapang pandang (hemianopsia)
- Hemiparesis kontralateral
- Hemihipestesi
- Gangguan fungsi luhur (afasia, agnosia, apraxia)
- Kesadaran biasanya tdk terganggu kecuali pd stroke yg luas
- N.kranialis yg sering terkena : parese N.VII dan N.XII
- Kadang2 ditemukan sindrom horner
- Pada fase akut refleks fisiologis pd sisi yg lumpuh bisa menghilang,
stlh bbrp hari muncul refleks patologis dan refleks fisiologis
kembali.
Sistem - Penurunan kesadaran yg cukup berat
verte- - Gangguan bulbar : parestesia perioral, hemianopia altitudinal dan
skew deviation (mata di sisi lesi melihat ke bawah dan ke dalam,
brobasi
sedangkan mata yang satu lagi melihat ke atas dan ke luar)
ler
- Hemiparesis alternans (parese N. cranialis ipsilateral, hemiparese
kontralateral)
- Vertigo, diplopia, dan gangguan bulbar
- Vertigo + parestesi keempat anggota gerak (ujung-ujung distal).
Klasifikasi Bamford untuk tipe infark :
1. Total Anterior Circulation Infark (TACI) : triasnya hemiparesis, disfasia,
hemianopia homonym.
2. Partial Anterior Circulation Infark (PACI) : 2 dari 3 gejala TACI atau
disfungsi kortikal tunggal atau deficit motorik dan sensorik sebagian.
3. Lacunar Infark (LACI) : gangguan motorik murni, gangguan sensorik
murni, ataksia hemiparesis.
Stroke Lakunar

Stroke lakunar : oklusi salah satu cabang arteri penetrasi yang mensuplai darah ke
struktur bagian dalam otak. Karena arteri ini (penetrating arteries) hanya memiliki
sedikit hubungan kolateral maka disebut juga end arteries, sehingga obstruksi pada
arteri ini menyebabkan area infark yang hanya terbatas.

Infark lakunar adalah apabila ditemukan infark dengan ukuran < 15mm pada daerah
vaskularisasi suatu pembuluh darah kecil.

Infark lacunar sering ditemukan di ganglia basalis (putamen, nucleus kaudatus),


thalamus, pons, dan krus posterior kapsula interna

4.

Posterior Circulation Infark (POCI) : gangguan batang otak, serebelum,


homonymous heninopia.
Patologi anatomi dan penyebab :
1. Stroke Iskemik
a. TIA
b. Trombosis serebri
c. Embolia serebri

2.

Stroke Hemoragik
a. Perdarahan intra serebral
b. Perdarahan subarakhnoid
Perjalanan klinis/stadium :
1. TIA : gejala < 24 jam
2.

3.
4.

Iskemik : 1) mekanisme aterosklerosis dan atherotrombus, 2) thrombus bisa lepas


menjadi emboli dan menyumbat arteri di otak, 3) penurunan ADO < 18-20 ml/100
gr otak/menit iskemik, < 8-10 ml/100 gr otak/menit nekrosis.
Perbedan gejala stroke dari lokasi lesi

Sumbatan kecil iskemik kompensasi kolateral dan vasodilatasi lokal gejala hilang
dalam 24 jam.
Lesi korteks : perbedaan kelumpuhan yang nyata antara lengan dan tungkai,

Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND) : gejala 24 jam 3


minggu

timbulnya gejala UMN lebih lambat.

Sumbatan agak besar iskemik lebih luas penurunan ADO lbh besar kompensasi
Lesi subkorteks : kelumpuhan lengan dan tungkai sama beratnya, timbulnya
gejala pulih hari 2 minggu
gejala UMN lebih cepat.

Stroke in Evolution : gejala bertahan > 21 hari, tapi gejala memburuk


progresif.
Completed stroke : gejala bertahan > 21 hari, gejala sifatnya menetap
tidak berkembang lagi.

Iskemik otak luas daerah inhomogen, tdd 3 lapis :


1. Ischemic-core : degenerasi neuron, vasodilatasi tanpa aliran darah nekrosis
2. Penumbra : sel neuron tdk mati, fungsi sel terhenti, functional paralysis, dilatasi kolateral,
jaringan warna pucat masih bisa diselamatkan.
3. Luxury perfusion : dilatasi kolateral maksimal

Faktor Resiko Stroke


Tdk dpt dimodifikasi : Usia, jenis kelamin, genetik (sickle cell disease)
Modifikasi : Penyakit kardiovaskular, hipertensi, merokok, diabetes,
fibrilasi atrium, dyslipidemia, carotid stenosis, terapi sulih hormone,
kontrasepsi oral (berhubungan dgn fungsi estrogen yang melapisi tunika
intima), diet dan nutrisi, aktivitas fisik, obesitas dan lemak tubuh, konsumsi
alkohol.
Faktor resiko stroke emboli
Emboli kardiak akibat atrial fibrilasi, gangguan katup jantung, endocarditis
bacterial.
Patogenesis
Hemoragik intraserebral : hipertensi kronis pembuluh arteriola mengalami
hipohialinosis, nekrosis fibrinoid aneurisma tipe Bouchard (vaskulopati
serebral) ketika tekanan darah naik secara tiba-tiba pecahnya pembuluh
darah terutama pd pagi hari dan sore hari early afternoon. Perdarahan akan
berlanjut sampai 6 jam. Absorbsi darah terjadi dalam waktu 3-4 minggu.
Hemoragik SAH : pecahnya aneurisme sakuler, aneurisma fusiform/aterosklerosis
pb arteri basilar.

Pemeriksaan penunjang
Bisa ditemukan hiperglikemia reaktif, bisa mencapai 250 mg.
Pemeriksaan EKG : pada sebagian kecil penderita stroke terdapat perubahan EKG,
bisa berarti kemungkinan mendapat serangan infark jantung, atau pada stroke
dpt terjadi perubahan-perubahan EKG sbg akibat perdarahan otak yg menyerupai
suatu infark miokard.
Foto toraks : melihat keadaan jantung (pembesaran ventrikel kiri? Hipertensi?),
kelainan paru (pengaruh kepada manajemen pasien dan prognosis buruk jika
disertai kelainan paru).
Indikasi CT scan
Pasien perburukan
Diagnosis : letak lesi, luas lesi dan komplikasi
Indikasi rawat inap

pd fase akut (1-2 mgg) bisa perburukan krn infark meluas atau krn edem
serebri atau krn komplikasi lain.
Mencegah kerusakan lebih lanjut
Memperbaiki kerusakan
Mencari faktor resiko untuk pencegahan stroke berulang (atasi
kegawatdaruratannya).

Indikasi pulang
Perbaikan pulih.
Manajemen stroke iskemik

ABC + sirkulasi + mencegah infeksi sekunder pada saluran napas dan saluran
kemih + stabilisasi nutrisi cairan dan elektrolit + mencegah decubitus dgn DVT +
mencegah timbulnya stress ulcer (pemberian antasida atau PPI) + pasang NGT
Anti-Hipertensi : MAP > 140 mmHg, obat pilihan : ACE inhibitor, Ca
blocker
Antiplatelet :
1). Cyclooxygenase ihbitors, contoh : aspirin, dosis 150-300 mg, dosis
maintenance 75 mg.
2). Adenosine diphospate (ADP) receptor inhibitor, contoh : klopidogrel,
dosis 80 mg.
3). Phosphodiesterase inhibitors, contoh : cilostazol (pletal)
4). Glycoprotein IIB/IIIA inhibitors, contoh : abciximab (ReoPro)
5). Adenosine reuptake inhibitors, contoh : dipiridamol (persantin),
dosis 300-600 mg sehari.
Anti hiperkolesterolemia : simvastatin 1 x 10 mg
Neuroprotektor : dgn memperbaiki aliran darah otak serta
metabolisme regional didaerah iskemia otak, contoh : cithicolin 3 x 500
mg, pentoxyfilline, pirasetam.
Asam folat
Manajemen stroke hemoragik

Antihipertensif
Manitol 20-25% dosis 0,75-1 mg/kgBB bolus diikuti 0,25-0,5 mg/kgBB
setiap 3-5 jam, komplikasi : hipotrnsi, hypokalemia, gangguan fungsi
ginjal krn hiperosmolaritas, gang jantung kongestif dan hemolysis.

Prognosis
Pada ICH volume darah > 60 cc maka resiko kematian sebesar 93% pd
perdarahan dalam dan 71% pada perdarahan lobar, perdarahan serebelar dgn
volume 30-60 cc resiko kematian 75%, perdarahan pons volume 5 cc bisa
berakibat fatal.
Edema serebri
Edema sitotoksik : gangguan pompa Na-K pada sel otak pembengkakan sel.
Contoh : pada stroke dan trauma
Talak : manitol
Edema vasogenik : kerusakan BBB permeabilitas kapiler rusak cairan serta
protein bertambah mudah memasuki ruangan ekstraseluler. Contoh : pada tumor
dan infeksi
Talak : dexametason
Belajar Pemeriksaan Fisik Neurologis
E4 spontan
M6 menurut perintah
GCS
E3 perintah verbal
E2 rangsang nyeri
E1 tidak ada reaksi

Indikasi tindakan bedah


Volume darah > 55 cc, midline shift 5 mm, perdarahan pada ICH
Komplikasi stroke
Komplikasi infark serebri luas menyebabkan edema sitotoksi (pembengkakan sel
akibat kegagalan pompa Na-K peningkatan TIK.
Komplikasi SAH menyebabkan :
1.
2.
3.

Hidrosefalus karena gangguan absorpsi cairan otak di Granulatio


Pacchioni.
Re-bleeding pada 2 minggu pertama.
Vasospasme serebral hebat disertai infark otak, umumnya timbul pada
hari ke-3 dan meningkat pd hari ke 7-10.

Gangguan metabolik pada stroke

Dehidrasi
Hiponatremia
Hiperglikemia dan hipoglikemia (krn katekolamin release? Atau stress
respone meningkatkan steroid?)

Mata
TRM

M5 tahu lokasi nyeri


M4 reaksi menghindar
M3 fleksi (dekortikasi)
M2 ekstensi
(deserebrasi)
M1 tidak ada reaksi

V5
V4
V3
V2

baik, orientasi+
kalimat, disorientasi
kata2, tidak tepat
mengerang

V1 tdk ada jawaban

Nilai Pupil : isokor/anisokor, bentuk, ukuran, RCL, RCTL


Kaku kuduk (jangan lupa singkirkan kemungkinan adanya kuduk
kaku pada keadaan myositis otot kuduk, artritis cervical, tetanus,
penyakit Parkinson) + Brudzinski I (hasil (+) jika ada fleksi kedua
tungkai)
Laseque (harusnya bisa mencapai sudut >70, hasil (+) jika <70
bisa didapatkan hasil (+) pada keadaan meningitis, perdarahan
subarachnoid isialgia, HNP-lumbal) + Brudzinski II (hasil (+) jika
tungkai yang satu ikut terfleksi)
Kernig (harusnya bisa mencapai sudut >135, hasil (+) jika <135
bisa didapatkan hasil (+) pada keadaan meningitis, perdarahan
subarachnoid positif bilateral, HNP-lumbal bisa positif unilateral)
Catatan : tidak valid dinilai pada pasien lumpuh

Nervus
Kranialis

Nervus Olfaktorius (N.I)


Anamnesis : gangguan penciuman, tidak dapat menikmati lezatnya
makanan
PF : periksa lubang hidung jgn ada ingus, polip, suruh pasien mencium
bau kopi atau teh dengan menutup hidung satunya yg sedang tdk
diperiksa.
Hasil : normosmia/hiposmia/hiperosmia.
Sindrom foster kennedy :
1)Anosmia ipsilateral, 2)Atrofi optik ipsilateral, 3)Papilledema kontralateral

Nervus Optikus (N.II)


Anamnesis : ketajaman penglihatan , ada bagian yang tdk keliatan,
ada bercak didalam lapangan pandang yg tdk dpt dilihat, mata mudah
jd silau
PF : 1) pemeriksaan tajam penglihatan (dengan jari2 dari jarak 1
meter sampai 6 meter, hasil /60, dan lapang pandang kasar (dengan
cara pasien dan pemeriksa berhadapan dgn jarak 1 meter, jika ingin
periksa mata kanan, mata kiri pasien ditutup maka pemeriksa
menutup mata kanannya, fiksasi mata pasien pada pemeriksa,
pemeriksa menggerakkan jarinya dari arah luar ke dalam, dilakukan
dari semua jurusan, 3) pemeriksaan oftalmoskopi.

darah kepala, kuduk dan konjungtiva ipsilateral >> muka memerah,


anhidrosis kepala dan muka ipsilateral

2) pupil yang dinilai besar (isokor/anisokor), bentuk, ukuran normal 23 mm


3) reaksi cahaya pupil dgn menyenter mata sambil pasien melihat kea
rah jauh kedepan, kita nilai pupilnya hasil (+) jika pupil miosis. parese
N.II jika RCL () tapi RCTL (+), parese N.III jika RCL (-) dan RCTL (-)
Pupil Argyll Robertson
Gejala : refleks pupil (-) tapi refleks akomodasi (+)
Pada penyakit : sifilis, DM, arteriosclerosis, tumor
alkoholisme kronis.

otak,

meningitis,

4) reaksi akomodasi dgn cara saat pasien melihat jauh kemudian


didekatkan sebuah benda misal jari pemeriksa, hasil (+) jika pupil
miosis,
5) kedudukan bola mata apakah ortoposisi / strabismus konvergen /
strabismus divergen,
6) gerakan bola mata dgn cara penderita disuruh mengikuti jari-jari
pemeriksa yang digerakkan ke segala arah lalu perhatikan bisa
mengikuti? Lancar dan mulus? Atau kaku?,

Nervus Okulomotorius, Trokhlearis, dan Abdusen (N.III, IV dan


VI)
Anamnesis : pandangan ganda atau dobel saat liat jauh (n.VI) saat liat
dekat (N.III), kesulitan naik atau turun tangga (N.IV)
Anatomi :
N. III >> m. oblikus inferior, m. rektus superior, m. rektus inferior, m.
rektus medialis, m. levator palpebral (mengangkat palpebra superior),
m. sfingter pupil (ngatur kontraksi pupil), m. siliare (ngatur lensa
mata).
N. IV >> m. oblikus superior
N. VI >> m. rektus lateralis, (saraf kranialis terpanjang jalannya di
intracranial)
Cara pemeriksaan : 1) ptosis dgn cara bandingkan celah mata dan
nilai kekuatan motorik dgn menyuruh pasien menutup mata dan
pemeriksa memberi tahanan enteng pada kelopak mata selagi
menyuruh pasien membuka mata dan beri tekanan pada alis mata
untuk meniadakan tenaga kompensasi dari m. frontalis,
Sindrom horner : lesi serabut simpatis pada leher
Gejala : ptosis enteng (lumpuh m. tarsalis palpebral superior), miosis
(lumpuh m. dilator pupil), enoftalmus (lumpuh m.muller), vasodilatasi pb

7) nistagmus
Hasil :
Lesi N. III : total (ptosis, sikap bola mata terlirik keluar dan bawah,

pupil midriasis, RCL dan RCTL -, tidak bereaksi terhadap konvergensi),


sebagian.
Lesi N. IV : diplopia (melihat ganda) bila mata dilirikkan ke nasal
bawah
Lesi N. VI : diplopia horizontal, posisi mata sedikit mengalami aduksi

Anamnesis : disartria (cadel, pelo, gangguan pengucapan kata-kata),


tersedak (UMN : tersedak saat minum cair dan padat, LMN : tersedak
saat minum cair saja)
PF : 1) fungsi motorik : disfonia/afonia, pemeriksaan dgn pasien
mengucapkan aaaaa.. dan ari lari di lorong-lorong lurus, pasien
buka mulut perhatikan palatum molle, arkus faring, dan uvula, 2)
Refleks faring, dgn cara menekan pangkal lidah dgn spatel tongue, (+)
bila faring terangkat dan lidah tertarik, jika ada gangguan refleks (-),
3) pengecapan : 1/3 posterior lidah.

Nervus Trigeminus (N.V)


Anamnesis : hipestesi atau anestesi di muka, parestesi (kesemutan),
rasa nyeri hebat datang dlm bentuk serangan (tic douloureux),
gangguan menguyah, mulut tdk dapat dibuka lebar (trismus).
PF :
motorik dgn cara 1) merapatkan gigi serapat mungkin, raba m.
maseter dan m. temporalis, catet : besarnya, tonusnya, konturnya, 2)
suruh pasien buka mulut lalu perhatikan adanya deviasi rahang
bawah, 3) pasien suruh menggigit, menilai kekuatan otot saat
menggigit, 4) gerakkan rahang bawah ke samping kanan dan kiri
sampil pemeriksan memberi tahanan, menilai m. pterigoideus
lateralis, 5) periksa jaw refleks, ketoka dagu pasien diatas jari
pemeriksa yg diletakan melintang diatas dagu
Sensorik dgn cara periksa rasa raba, nyeri, dan suhu.
Nervus fasialis (N.VII)
Anamnesis : mulut mencong, mata sulit ditutup, ngiler, bicara pelo,
hilangnya pengecapan 2/3 lidah depan.
PF :
Motorik dgn cara angkat alis, kerut dahi, memejamkan mata,
menyeringai, mecucurkan bibir, menggembungkan pipi, gejala
chvostek (dgn cara diketok dibagian depan telinga, hasil (+) jika ada
kontraksi otot yang dipersarafinya, biasanya pada pasien tetani.
Sensorik dgn cara menaruh dilidahnya gula, garam, kopi, asam sitrat,
bergiliran diselingi istirahat, pasien menjawab dengan isyarat, missal
1 manis, 2 asin, dll.
Nervus vestibulo-kokhlearis (N.VIII)
Anamnesis : tuli, tinnitus, atau hiperakusis vertigo, gangguan
keseimbangan
PF : 1) ketajaman pendengaran, dgn cara pemeriksaan rutin dgn
mendengarkan bisikan atau suara jam pada jarak tertentu atau
dengan tes rhinne, weber, dan schwabach , 2) cara menimbulkan
nistagmus : manuver hallpike, tes kalori
Nervus glosofaringeus, dan vagus (N.IX dan X)

Nervus aksesorius (N.XI)


Anamnesis :
PF : 1) menilai kekuatan otot sternokleidomastoideus dgn cara suruh
pasien menoleh kekanan dan kekiri dan pemeriksan memberi tahanan
sebaliknya, 2) menilai kekuatan otot trapezius, dgn cara tempatkan
tangan pemeriksa di atas bahu pasien, kemudian suruh pasien angkat
bahu dan kita tahan.
Pada lesi perifer : parese + atrofi + fasikulasi.

Motorik

Nervus hipoglosus (N.XII)


Anamnesis : bicara cadel
PF : 1) pasien disuruh membuka mulut, perhatikan lidah dalam
keadaan istirahat dan bergerak, 2) nilai kekuatan lidah dgn cara
pasien menekan pipi dengan lidah dan pemeriksa memberi tahanan
Pada lesi perifer : parese + atrofi + tremor + fasikulasi.
Kekuatan motorik :
0-kontraksi otot (-) = lumpuh total
1-Cuma ada kontraksi otot (+)
2-gerakan (+), ga bisa lawan
gravitasi

3-bisa melawan gravitasi


4-bisa lawan gravitasi + tahanan
5-tidak ada kelumpuhan (normal)

Trofik : besar (isi) kontur (bentuk) otot : atrofi /hipotrofi /eutrofi


/hipertrofi. Cara pengukuran : mengukur keliling otot dari tempat
dilakukan pengukuran, patokan tonjolan tulang. Missal 3 cm diatas
olecranon.
Tonus :
Gerakan involunter :
Tremor : serentetan gerakan involunter, agak ritmis, merupakan
getaran, yang timbul krn berkontraksinya otot-otot yg berlawanan
secara bergantian.
Khorea : gerakan otot yg berlangsung cepat, sekonyong-konyong,
aritmik dan kasar yg melibatkan satu ekstremitas, separuh badan atau
seluruh badan, terutama melibatkan bagian distal.

Sensorik

Fungsi
cerebellar dan
koordina
si

Atetose : gerakan yg lbh lamban, spt gerak ular, dan melibatkan otot
bagian distal dan cenderung menyebar ke proksimal
Mioklonik : gerakan yg timbul krn kontraksi otot secara cepat,
sekonyong-konyong, sebentar, aritmik, asinergik dan tidak terkendali.
Tics : suatu gerakan yg terkoordinir, berulang dan melibatkan
sekelompok otot dalam hubungan yg sinergistik.
Proprioseptif : mencakup rasa gerak (kinetik), rasa sikap
(statognesia) dari otot dan persendian, rasa getar (pallesthesia), rasa
tekan-dalam, rasa nyeri-dalam otot.
Cara pemeriksaan : 1) rasa-gerak dan rasa-sikap dgn cara
menggerakkan jari-jari secara pasif dipegang dilateral dgn mata
pasien terpejam, tanyakan bisa merasakkan gerakan tsb? Arahnya
kemana atas atau bawah?
Eksteroseptif : mengurus rasa-raba, rasa nyeri, rasa suhu.
Cara pemeriksaan : 1) rasa raba dgn cara sepotong kertas, kapas atau
kain ujung dibuat sekecil mungkin, periksa seluruh tubuh bandingkan
bagian yang simetris, 2) rasa nyeri dgn cara menusuk jarum atau
peniti, periksa seluruh tubuh bandingkan bagian yang simetris, 3) rasa
suhu dgn cara tabung reaksi berisi air es (suhu 10-20) untuk rasa
dingin dan berisi air panas (40-50C) untuk rasa panas, periksa
seluruh tubuh bandingkan bagian yang simetris.
Hasil : anesthesia/hipestesia/normal/hiperestesia
Ataxia : gangguan koordinasi gerakan, gerakan jd terpecah-pecah
Tes rhomberg : cara pemeriksaan : berdiri dengan kedua kaki rapat
dan mata terbuka 30 dilanjutkan dengan mata tertutup. Hasil (+) jika
saat matanya ditutup pasien terhuyung dan jatuh.
Disdiadokinesia : ketidakmampuan melakukan gerakan yang
berlawanan berturut-turut. Cara pemeriksaan : suruh pasien
merentangkan tangan kedepan, suruh pasien supinasi-pronasi lengan
bawah bergantian dan cepat.
Jari-jari : cara pemeriksaan : pasien merentangkan tangan
kesamping, sambil tutup mata, lalu pertemukan jari-jarinya ditengah
depan. Lengan di sisi lesi akan ketinggalan dalam gerakan ini, dan
mengakibatkan jari sisi yang sehat melampaui garis tengah.
Jari-hidung : cara pemeriksaan : pasien disuruh menunjuk telunjuk
pemeriksa kemudian menunjuk hidungnya, berulang-ulang. Pada lesi
serebelar telunjuk tidak sampai di hidung tetapi melewatinya dan
sampai di pipi + tremor intensi.
Tumit-Lutut : cara pemeriksaan : pasien berbaring kedua tungkai
lurus, suruh menempatkan tumit di lutut kaki sebelahnya. Jika ada
kelainan terlihat pasien fleksi lutut berlebihan sehingga tumit
melampaui lutut dan sampai di paha.

Fungsi
luhur

Rebound phenomenon : tidak mampu menghentikan gerakan tepat


pada waktunya. Cara pemeriksaan : pasien meluruskan lengan,
kemudian suruh pasien fleksi siku sambil pemeriksa beri tahanan, bila
tahanan dilepas mendadak terlihat gerakan tangan akan memukul
bahu atau muka dengan keras.
Hipotoni : ekstensi bisa dilakukan lebih jauh, missal pada persendian
paha, siku, lutut, dll.
Fungsi luhur : daya ingat, daya pikir, orientasi, pemahaman,
berhitung, kemampuan belajar berbahasa dan kemampuan menilai.
Astereognosia : agnosia taktil. Kelainan di lobus parietal yang nondominan. Cara pemeriksaan : suruh pasien tutup mata sambil
menggenggam suatu benda dan minta pasien mengenali benda
tersebut.

Agnosia adalah gangguan persepsi sensasi, walaupun sensibilitas


primernya normal. Contoh agnosia : agnosia visual, jari,
anosognosia (tidak mengakui adanya penyakit) dan agnosia taktil
(astereognosia)
Apraksia : ketidakmampuan melakukan gerakan terampil dari otot
wajah dan otot berbicara sedangkan komprehensi, tenaga otot, dan
koordinasi otot normal.
Afasia : gangguan dalam memproduksi dan/atau memahami bahasa.
Pemeriksaan kelancaran berbahasa spontan :

Menyebutkan nama hewan. Orang normal usia < 69 thn dapat


menyebutkan 18-20 nama hewan selama 60 dtk, dgn variasi 57. Gangguan : skor < 13 nama dalam 60 dtk.

Menyebutkan kata dgn awalan S, A, dan P tdk termasuk nama


orang atau nama kota. Normalnya 30-60 kata, tergantung usia,
intelegensi dan tingkat pendidikan. Gangguan : < 12 kata tiap
awalan huruf.
Pemeriksaan pemahaman (komprehensi) :
Konversasi : bercakap-cakap

Suruhan : dari tingkat sederhana (satu langkah) sampai sulit


(beberapa langkah). Normalnya bisa menunjuk 4 atau lebih objek
pada suruhan beruntun. Gangguan : menunjuk 1-2 objek saja.

Ya atau tidak : paling sedikit 6 pertanyaan . Gangguan : > 50%


jawaban salah.
Menunjuk : sederhana sampai sulit.
Pemeriksaan Repetisi (mengulang) :

Harus diperhatikan : parafasia, salah tatabahasa, kelupaan dan


penambahan

Normalnya : mampu mengulang kalimat yang mengandung 19

suku-kata
Jika pasien afasia + gangguan repetisi kelainan patologis
melibatkan daerah peri-sylvian.
Pemeriksaan menamai (naming) :
Cara pemeriksaan : terangkan pada pasien dia akan disuruh
menyebutkan nama beberapa objek juga warna dan bagian dari
objek tersebut. Kita memperlihatkan : arloji, bolpoin, kacamata,
dll. Gunakan 20 objek.
Nilai membaca dan menulis untuk menilai adanya aleksia dan agrafia.
Pasien afasia selalu agrafia dan sering aleksia.
Jenis afasia :

Bentuk
afasia
Motorik
Sensorik
Global

Fungsi
otonom
Refleks
fisiologi
s

Refleks
patologi
s

Bicara
spontan
Tdk
lancar
Lancar
Tidak
lancar

Komprehensif
relative
trpelihara
tergangg
u
tergangg
u

Repetisi

Naming

Membaca

Menulis

tergangg
u
tergangg
u
tergangg
u

tergangg
u
tergangg
u
tergangg
u

Bervarias
i
tergangg
u
tergangg
u

tergangg
u
tergangg
u
tergangg
u

Miksi
Defekasi
Sekresi keringat
Bisep lengan semifleksi ketok tendon m. biseps pusat refleks
C5-C6 respon fleksi lengan bawah
Trisep lengan semifleksi ketok tendon m. triseps pusat refleks
C6-C8 respon lengan bawah ekstensi
Radius lengan bawah fleksi dan sedikit pronasi ketok prosesus
stiloideus radius pusat refleks C5-C6 respon lengan bawah fleksi
dan supinasi
Dinding perut menggores dinding perut dgn benda yg agak
runcing pusat refleks Th6-L1 respon m. rektus abdominis
kontraksi dgn terlihat pusar bergerak ke arah otot yg berkontraksi.
Otot perut
Patella
Achiles
Kremester
Sfinkter ani
Hoffman-tromner
Babinsky
Chaddock
Gordon
Gonda
Schaefer
Klonus lutut

Keadaan
psikis

Klonus tumit
Intelegensia
Tanda regresi. Cara pemeriksaan : 1) Refleks memegang (Grasp
reflex) dgn cara menaruh jari telunjuk dan tengah pemeriksa di
telapak tangan pasien (+) jika jari pemeriksa dipegang pasien. 2)
Refleks menetek (Suck reflex) dgn cara menyentuh bibir pasien
dengan sebatang pensil (+) jika bibir pasien dicucurkan secara
reflektorik seolah-olah mau menetek. 3) Snout reflex dgn cara
mengetuk bibir atas atau bawah (+) jika m. orbicularis oris
berkontraksi. 4) Refleks glabela dgn cara mengetuk glabella (+) jika
pasien memejamkan matanya. 5) refleks palmomental dgn cara
menggores kulit tenar (+) jika ada kontraksi otot mentalis
ipsilateral. 6) Refleks korneomandibular dgn cara menggores kornea
(+) jika ada pemejaman mata ipsilateral + gerakan mandibular ke
sisi kontralateral. 7) Refleks kaki tonik dgn cara menggores pada
telapak kaki (+) jika ada kontraksi tonik dari kaki berikut jarijarinya.
Demensia : dengan MMSE.

MMSE (Mini Mental State Examination)


No.

Pertanyaan

Orientasi
1.
Sekarang ini (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari)
2.
Kita berada di mana? (negara), (provinsi), (kota), (RS), (lantai)
Registrasi
3.
Sebutkan 3 objek : tiap satu detik, pasien disuruh mengulangi nama
ketiga objek tadi. Nilai 1 untuk tiap nama objek yang disebutkan benar.
Ulangi lagi sampai pasien menyebut dengan benar: buku, pensil,
kertas
Atensi dan Kalkulasi
4.
Pengurangan 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar.
Hentikan setelah 5 jawaban, atau eja secara terbalik kata B A G U S
(nilai diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan).
Mengenal kembali (recall)
5.
Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama objek di atas tadi
Bahasa
6.
Pasien disuruh menyebut : pensil, buku
7.
Pasien disuruh mengulangi kata : Jika tidak, dan atau tapi
8.
Pasien disuruh melakukan perintah : Ambil kertas itu dengan tangan
anda, lipatlah menjadi 2, dan letakkan di lantai
9.
Pasien disuruh membaca, kemudian melakukan perintah kalimat
pejamkan mata
10. Pasien disuruh menulis dengan spontan (terlampir)
11. Pasien disuruh menggambar bentuk (terlampir)
Hasil :

Nilai
max
5
5
3

3
2
2
2
1
1
1
30

Range : < 21 increased odds of dementia, > 25 decreased odds of


dementia
Severity : 24-30 no cognitive impairment, 18-23 mild, 0-17 severe.

Trauma Kepala
CKR
GCS 13-15
Pingsan < 10 menit
Defisit neurologis (-)
CT Scan normal

CKS
GCS 9-12
Pingsan > 10 mnt6
jam
Deficit neurologis (+)
CT Scan abnormal
Hematoma Epidural
Hematoma Epidural di
Fossa Posterior
Lucid interval (+)
Penurunan kesadaran
lucid interval tdk jelas
Late hemiparese
fraktur kranii oksipital
kehilangan kesadaran
kontralateral lesi
Pupil anisokor
cepat
Babinsky (+)
gang.serebelum,
kontralateral lesi
batang otak, dan
Fraktur daerah temporal
pernapasan
pupil isokor

CKB
GCS 3-8
Pingsan > 6 jam
Defisit neurologis (+)
CT Scan abnormal
Hematoma Subdural
sakit kepala
kesadaran menurun +/-

Fraktur
Basis
Kranii Fraktur
Basis
Kranii Fraktur
Basis
Kranii
Anterior
Media
Posterior
Rhinorea
Otorrhea
Bilateral battles sign
Bilateral Raccoon eye
Gangguan n. VII dan n.
anosmia
VIII
Duffuse axonal injury SAH traumatika
(DAI)
kaku kuduk

Prolonged koma
Disfungsi saraf otonom
Demam tinggi

nyeri kepala
bisa didapati gangguan
kesadaran

Indikasi operasi trauma kepala


1. EDH
2. SDH
3. ICH
> 40 cc + midline SDH luas (>40 cc / > 5 Penurunan
kesadaran
shifting
daerah
mm) + GCS > 6 +
progresif
temporal
/frontal
fungsi batang otak Cushing reflex : Hipertensi
+ bradikardi + tanda
/parietal
+
fungsi
masih baik
gangguan nafas
batang
otak
masih SDH + edema serebri /
defisit
kontusio serebri + Perburukan
baik
> 30 cc daerah fossa
neurologi fokal
midline shift + fungsi
posterior
+
tanda
batang otak msh baik
penekanan
batang
otak / hidrosefalus
EDH progresif
4. Fraktur impresi > 1 (satu) diploe
5. Fraktur kranii + laserasi serebri
6. Fraktur kranii terbuka (pencegahan infeksi intra-kranial)
7. Edema serebri berat + tanda peningkatan TIK
Kasus Ringan
Pasien dipulangkan dengan pengawasan ketat oleh keluarga selama 48 jam,
balik ke RS kalo dirumah ada tanda-tanda : somnolen, sakit kepala memberat,
muntah proyektil.
Perlu dirawat kalo : gangguan orientasi, sakit kepala dan muntah, kejang, tanda
fraktur basis kranii (otorhea + rinore), lesi di temporal (karena daerah tsb
merupakan daerah tipis sehingga a. meningea media bisa mudah mengalami
trauma dan potensi mengalami EDH)

Anda mungkin juga menyukai