Anda di halaman 1dari 39

PRINSIP DASAR:

Interaksi antara REM (pada umumnya Uv atau

Vis.) dengan materi (yaitu logam dalam


bentuk ATOM dan fasa gas)
Atom akan menyerap REM (Uv-Vis) pada
panjang gelombang tertentu dan
karakteristik/spesifik tergantung pada sifat
unsur yang di analisis.
Misalnya logam Na = 589 nm dan K = 766,5
nm

REM pada panjang gelombang ini,

mempunyai energi yang cukup untuk


menyebabkan terjadinya eksitasi elektron
dari atom pada keadaan dasar ke
keadaan tereksitasi
Banyaknya energi radiasi yang diserap
sebanding dengan konsentrasi atom
dalam sampel
Jumlah kuantitatif dari logam yang
dianalisis, merupakan jumlah yang
sangat kecil (hanya sekelumit) atau
merupakan trace element, bahkan sangat
sekelumit atau ultra trace element.

Pada prinsipnya, senyawa yang

mengandung unsur logam (garam,


oksida logam) dilarutkan dalam pelarut
yang sesuai, diatomkan (atomized)
pada suhu tinggi, biasanya dengan
nyala api, kemudian diradiasi/disinari
dengan sumber radiasi pada panjang
gelombang tertentu, intensitas absorpsi
(berupa garis) diteruskan ke detektor
lewat monokromator, akhirnya signal
dapat dibaca pada rekorder (read out).

Pada metode ini suatu sumber radiasi

yang sesuai (biasanya lampu katoda


cekung = Hollow Cathode Lamp, HCL)
dilewatkan ke dalam nyala api yang berisi
sampel yang telah teratomisasi,
kemudian radiasi tersebut diteruskan ke
detektor melalui monokromator.

Untuk membedakan antara radiasi yang

berasal dari sumber radiasi dan radiasi


dari nyala, digunakan chopper yang
dipasang sebelum radiasi dari sumber
radiasi mencapai nyala api.

Detektor akan menolak (tak

merespon) signal arus searah (DC)


dari emisi nyala dan hanya mengukur
arus bolak balik (signal absorpsi) dari
sumber radiasi dan sampel.
Konsentrasi unsur diukur

berdasarkan perbedaan intensitas


radiasi pada waktu ada atau tidaknya
unsur yang diukur (sampel) di dalam
nyala api.

Intensitas absorpsi bergantung pada

populasi atom pada keadaan dasar


sementara pada spektrometri emisi
bergantung pada pada populasi
keadaan eksitasi, yang besarnya
dihitung berdasarkan Hukum
Distribusi Boltzman

Hukum Distribusi Boltzman :


Ni = banyaknya atom dalam keadaan

tereksitasi
No = banyaknya atom dalam keadaan
dasar
Ei = energi keadaan tereksitasi (excited
state)
Eo = energi keadaan dasar (ground state)
gi & go = faktor statistik yang ditentukan
oleh banyaknya tingkat energi yang
mempunyai energi sama pada setiap tingkat
energi

BAGAN INSTRUMENTASI:

SUMBER RADIASI:

Ada dua macam sumber radiasi, yaitu :


Sumber radiasi kontinu : yaitu sumber

radiasi yang memancarkan radiasi


pada berbagai panjang gelombang.
Contoh : Lampu deuteurium (D2) untuk
UV, lampu wolfram (W) untuk visible.
Sumber radiasi diskontinu : yaitu
sumber radiasi yang memancarkan
radiasi secara diskontinu (pada panjang
gelombang tertentu). Contoh : Lampu
Katoda Cekung (Hollow Cathode Lamp,
HCL), Electrodless Discharges Lamp
(EDL).

Sumber radiasi yang paling banyak

digunakan untuk pengukuran secara


spektroskopi absorpsi atom adalah
lampu katoda cekung (hollow
cathode lamp/HCL).

HCL terdiri atas anoda tungsten

(bermuatan positif) dan katoda silindris


(bermuatan negatif) dimana kedua
elektroda tersebut berada di dalam
sebuah tabung gelas yang diisi dengan
gas Neon (Ne) atau Argon (Ar) dengan
tekanan 1-5 torr.

Umumnya gas yang digunakan

adalah Argon karena massanya lebih


besar untuk memungkinkan
terjadinya kabut (sputtering) dan
potensial eksitasinya lebih besar
untuk memungkinkan terjadinya garis
resonansi

Katoda tersebut terbuat dari logam

atau dilapisi logam dari unsur yang


dianalisis. Umumnya HCL dibuat
hanya untuk analisis satu unsur saja.
Akan tetapi saat ini terdapat katoda
yang terbuat dari campuran
beberapa logam sehingga sebuah
HCL dapat digunakan untuk analisis
lebih dari satu unsur.
Karena pengaruh tegangan yang
tinggi antar elektroda (katoda dan
anoda) maka akan terjadi eksitasi gas
pengisi (ada juga yang terionisassi).

Ar ------> Ar* serta ada juga yang

terionisasi : Ar ------> Ar+ + 1

Ion Ar+ akan mempunyai energi kinetik

yangg tinggi sehingga sebagian dari Ar+


akan menuju katoda dengan energi
kinetik yang besar yang berakibat
lepasnya atom-atom logam pada
permukaan katoda di dalam rongga.
Pada proses ini dihasilkan suatu kabut
atom yang disebut sputtering. Sebagian
dari kabut atom berada dalam keadaan
tereksitasi dan memancarkan radiasi
emisi pada waktu atom-atom logam
kembali ke permukaan katoda (keadaan
dasar). M* ------> M + h

ATOMIZER:
Atomizer adalah piranti (device) untuk

mengubah materi/sampel menjadi atomatom bebas. Karena umumnya atomatom berada dalam keadaan berikatan
pada suhu rendah, maka umumnya
melibatkan suhu tinggi tetapi harus
dikendalikan agar tidak terjadi ionisasi

Tujuan : untuk membuat rasio Ni/No

sekecil mungkin, agar atom pada ground


state jauh lebih besar (No >>> Ni)

Makin rendah suhu maka untuk

memproduksi atom pada ground


state makin baik.
Atomizer yang banyak digunakan
secara luas adalah nyala (flame).
Untuk ini pemilihan bahan bakar dan
pengoksida harus diperhatikan karena
mempengaruhi suhu nyala. Selain itu,
nyala dengan asetilen dan dinitrogen
oksida sering memberikan emisi
background yang nyata. Emisi ini
dapat dihindarai dengan choper
(pemotong radiasi).

Kelemahan Spektroskopi Nyala Atom:


Hanya larutan yang dpat dianalisis
Memerlukan sampel relatif besar (1 2
mL)
Kurang sensitif (dibanding tungku grafit)
Ada masalah dg refractory elements
Keuntungan :
Tidak mahal (peralatan dan
pelaksanaannya)
Bisa utk jumlah sampel banyak sekaligus
Mudah penggunaannya
Presisi tinggi

Salah satu keuntungan analisis

dengan spektroskopi absorpsi


atom adalah tidak perlu
dilakukan pemisahan unsur yang
satu dari lainnya. Larutan sampel
dapat langsung dianalisis
kandungan unsurnya

PREPARASI SAMPEL:
Penyiapan sampel sebelum pengukuran

tergantung dari jenis unsur yang


ditetapkan, jenis substrat darisampel
dan cara atomisasi.

Pada kebanyakan sampel hal ini

biasanya tidak
dilakukan bila atomisasi dilakukan
menggunakan batang grafit secara
elektrotermal karena pembawa (matriks)
dari sampel dihilangkan melalui proses
pengarangan (ashing) sebelum
atomisasi.

Pada atomisasi dengan nyala,

kebanyakan sampel cair dapat


disemprotkan langsung ke dalam nyala
setelah diencerkan dengan pelarut yang
cocok.
Sampel padat biasanya dilarutkan dalam
asam tetapi adakalanya didahului dengan
peleburan alkali.
Asam klorida, asam nitrat, dan asam
sulfat
biasanya digunakan untuk melarutkan
logamlogam
atau logam campur.

Asam nitrat biasanya membentuk

senyawa
yang mudah terurai tetapi sukar menguap
sehingga ia lebih disukai daripada asam
klorida untuk pengarangan.
Campuran asam nitrat, asam sulfat, dan

asam
perklorat (3:1:1) sangat berguna untuk
oksidasi basah terhadap senyawasenyawa organik.

Perlu diingat bahwa asam-asam pereaksi

mungkin mengandung pengotoranpengotoran logam seperti Cr pada asma


nitrat, Pb pada asam klorida dan Cd pada
asam sulfat.
Pelarut organik dapat digunakan untuk
menyari logam-logam secara selektif
setelah pembentukan kompleks dalam
larutan air, lalu sari tersebut dapat
langsung disemprotkan ke dalam nyala.
Pelarut organik yang biasa digunakan
adalah metil isobutil keton (MIBK) dan etil
asetat.

REFERENCE STANDART:
Larutan sampel dan standar sedapat

mungkin harus sama.

Pereaksi yang digunakan harus bebas

dari unsur yang ditetapkan.

Standar dan sampel harus disimpan

dalam botol plastik polietilen karena


beberapa logam terserap pada
permukaan gelas.

Standar dengan konsentrasi rendah

(kurang dari 1 ppm), harus dibuat


baru dari larutan persediaan yang
lebih pekat untuk menghindari
kesalahan karena adsorbsi.

METODA KURVA KALIBERASI:


Dengan membuat sederetan larutan

standar dengan konsentrasi yang telah


diketahui secara pasti diukur
absorbansinya, kemudian dibuat kurva
hubungan antara absorbansi versus
konsentrasi yang akan diperoleh garis
linier. Konsentrasi sampel dapat
dihitung dengan cara mengeplotkan
absorbansi yang terukur dalam kurva.

Menurut hukum Beer absorbansi

berbanding lurus dengan konsentrasi,


namun demikian pada kenyataannya
penyimpangan sering terjadi. Untuk
menghindari hal ini, maka kurva
kalibrasi harus dibuat setiap kali
analisis.

Dalam teknik ini larutan sampel dengan

volume yang sama dimasukkan ke dalam


masing-masing labu takar, kemudian
Metode
Penambahan Baku
ditambah larutan standar dengan
(Standrad
Method)
: dari
konsentrasi Addition
yang berbeda.
Absorbansi
masing-masing labu takar diukur setelah
diencerkan sampai volume tertentu (tanda
tera). Kemudian dibuat kurva hubungan
antara absorbansi total dengan konsentrasi
standar.

Diperoleh hubungan :

AX = k CX
AT = k (CS + CX)
dimana :
CX = konsentrasi unsur dalam larutan
sam
CS = konsentrasi unsur dalam larutan
standar yang ditambahkan
AX = absorbansi larutan sampel
AT = absorbansi larutan sampel dan
standar

CONTOH PERHITUNGAN:
Penetapan kadar Ca dan Mg dalam cairan

hemodialisis, sbb.
Sampel dilarutkan dalam asam nitrat 0,1 M
untuk menghindari terbentuknya logam
hidroksida, selanjutnya dilakukan hal-hal sbb.
Dibuat larutan baku yang mengandung 10,7
mg Ca dan 11,4 mg Mg/100 ml dalam air.
Diambil 10,0 ml larutan di atas lalu
dimasukkan ke dalam labu takar 100,0 ml
dan diencerkan sampai tanda

Dibuat seri konsentrasi baku


dengan
VOLUME
VOLUME
SERAPAN
SERAPAN
melakukan
pengenceran
sbb.:
YANG

AKHIR

Ca

Mg

0,002
0,154
0,310
0,379
0,619
0,772

0,005
0,168
0,341
0,519
0,585
0,835

DIAMBIL

O ml
5 ml
10 ml
15 ml
20 ml
25 ml

100
100
100
100
100
100

ml
ml
ml
ml
ml
ml

Berapa konsentrasi Ca dan Mg dalam

cairan dialisis (mmol/L),


menggunakan data berikut:
Larutan hemodialisis diencerkan dari
5 ml ke 250 mL sblm analisis Ca
Larutan hemodialisis dari 10 ml
diencerkan ke 100 mL
Pembacaan absorbansi atom Ca dlm
sampel yg telah diencerkan = 0,343
Pembacaan absorbansi atom Mg dlm
sampel yg telah diencerkan = 0,554

PERHITUNGAN:
Konsentrasi baku Ca = 10,7 mg/mL.

Pd awalnya lart baku diencerkan 10


kali (dari 10 mL ---> 100 mL). ----->
[Ca] =1,07 mg/mL. Selanjutnya
larutan diencerkan lagi dari 5 ml
menjadi 100 mL. Jadi ada
pengenceran 20x. ----> konsentrasi
baku = 1,07/20= 0,0535 mg/100 mL.

Untuk pengambilan selanjutnya,

konsentrasi baku diperoleh dengan


mengalikan 0,0535 mg/100 mL dengan
faktor 2, 3, 4, 5 sehingg didapatkan
kadar Ca 0,107, -0,165, 0,214, dan
0,2675 mg100 mL. Selanjutnya dicari
persamaan regresi linear yang
menyatakan hubungan antara
konsentrasi (x) vs absorbansi (y):
dipeoleh persamaan Y = 2,664 x 0,007

Dengan demikian pembacaan

absorbansi Ca = 0,343 memberikan


kadar Ca:
{(Y + 0,007)/2,664} x faktor
pengenceran.
Karena pengenceran dari 5 mL ke 250
mL = 50, maka
Kadar Ca = {(0,343 + 0,007)/2,664} x
50 = 6,57 mg/100 mL
Jadi [Ca] = 65,5/40 mmol/ L = 1,643
mmol/L

Aplikasi SSA
Analisis air (misal kandungan Ca, Mg, Fe,
Si, Al, Ba)
Analysis makanan
Analysis bahan makanan ternak (mis.
elemen logam: Mn, Fe, Cu, Cr, Se,Zn)
Analisis zat additive dlm minyak pelumas
and greases (Ba,Ca, Na, Li, Zn, Mg)
Analisis tanah (elemen logam)
Analisis klinik (sample darah:
total,plasma,serum; Ca, Mg, Li, Na, K, Fe),
Obat dan Kosmetik.

Anda mungkin juga menyukai