Anda di halaman 1dari 16

PEMODELAN 2D DISTRIBUSI PANAS SISTEM

PANAS BUMI MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA


Guna memenuhi tugas mata kliah Metoda Numerik II yang diampu oleh Dr. Irwan Ary Dharmawan

Disusun Oleh:
Alif Septian (140710130005)
R. Karina Inadindya W (140710130036)
Arief Rachman H. (140710130040)

PROGRAM STUDI GEOFISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Tujuan dan Maksud


Panas bumi merupakan salah satu alternatif. Energi panas bumi ini
merupakan energi panas dari dalam bumi yang dibangkitkan oleh proses
magmatisasi lempeng-lempeng tektonik. Besarnya potensi cadangan suatu
lapangan panas bumi dapat digambarkan dengan beberapa parameter reservoir
seperti temperatur, tekanan, dan entalpi yang merepresentasikan energi panas yang
terkandung di dalam fluida reservoir.
Hal penting dalam sistem panas bumi yang dapat ditinjau adalah distribusi
panas. Dalam penelitian ini dilakukan pemodelan kedepan distribusi panas
konduksi pada sistem panas bumi dari reservoir hingga ke permukaan.

1.2.

Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pemodelan distribusi panas dalam sistem panas bumi dalam 2
Dimensi dengan menerapkan metoda beda hingga (finite difference)?

BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1

Sistem Panas Bumi


Sistem panas bumi mencakup daerah di permukaan bumi dimana dalam
batas tertentu terdapat energi panas bumi dalam suatu kondisi hidrologi batuan.
Energi panas bumi adalah energi panas yang keluar dari dalam bumi yang
terkandung pada batuan dan fluida yang mengisi rekahan dan pori batuan pada
kerak bumi. Fluida dan batuan reservoar dalam sistem panas bumi biasanya saling
bereaksi mengakibatkan perubahan fase padat dan cair, sehingga menghasilkan
mineral baru. Perubahan fase ini disebabkan adanya distribusi suhu yang berbedabeda dalam reservoar panas bumi. Secara umum bentuk alterasi hidrotermal
meliputi mineralogi, tekstur, dan respon kimia batuan termal maupun lingkungan
kimianya berubah yang ditandai oleh kenampakan air panas, uap air, dan gas.
Pemanfaatan energi panas bumi yang paling efisien adalah dengan
memanfaatkan batuan terobosan yang masih panas dan relatif dangkal, yang
umumnya terletak di sekitar gunungapi. Untuk mendapatkan energi panas bumi
tersebut, perlu adanya reservoar air bawah permukaan yang dipanaskan oleh
batuan beku panas atau magma yang disebut sebagai sistem hidrotermal. Energi
panas bumi di daerah gunungapi bila ditinjau dari pola penyebaran aliran panas
(heat flow) merupakan daerah anomali. Daerah anomali tersebut meliputi: erupsi,
aliran lava, fumarol, dan air panas.

2.2

Perpindahan kalor
Perpindahan kalor dari suatu tempat ke tempat lain dapat melalui
gelombang elektromagnetik (radiasi), gerakan material yang panas (konveksi), dan
interaksi antar material berbeda suhu (konduksi) [8]. Panas yang berada dalam
bumi dapat naik dan menerobos ke permukaan bumi sebagai akibat dari proses
konveksi dan konduksi. Perpindahan panas secara konduksi adalah transport panas

melalui material oleh karena adanya interaksi atomik/molekul penyusun material


tersebut dalam mantel.
Pada kasus ini, pemodelan dilakukan dalam 2 dimensi. Dapat dirumuskan
bahwa:

2 2
= [ 2 + 2 ] + (, )

Pada sistem dominasi konduksi panas merambat dari sumber panas


(magma) di dalam bumi menuju ke permukaan secara konduksi hingga ke batuan
kerak bumi, menyebabkan bumi mempunyai gradien suhu, tetapi aliran panas ini
bervariasi dari tempat satu ke tempat lain di permukaan bumi dan bergantung pula
pada konduktivitas batuan.

Berikut cuplikan gambar yang menunjukan sebaran ideal reservoir panas


bumi menuju setiap lapisan diatasnya

Berikut cuplikan gambar bagaimana konseptual model seharusnya dari sebuah kawasan
geothermal

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

from
from
from
from

Listing Program
numpy import *
math import *
matplotlib.pyplot import *
pylab import *

Lx=Ly=1
Nx=Ny=9
T=1
dx=1/(Nx+0.0)
dy=1/(Ny+0.0)
dx2=dx*dx
dy2=dy*dy
gamma=0.5
k=3
dt=(gamma*dx2)/k
M=int(round(T/float(dt)))
x=linspace(0,Lx,Nx+1)
y=linspace(0,Ly,Ny+1)
X,Y=meshgrid(x,y)
tg=linspace(0,T,M+1)
u0=zeros([Nx+1,Ny+1])
U=zeros([Nx+1,Ny+1])
Ua=zeros([Nx+1,Ny+1])
for i in range(0,Nx+1):
for j in range(0,Ny+1):
u0[i,j]=0
u=u0
t=0
ctr=0
ion()
show()

while t<T:
ctr=ctr+1
t=ctr*dt
#Pengulangan Pada Lapisan Pertama (Lapisan Reservoar)

for i in range(0,Nx): #Pada Lintasan x dari 0 Hingga Nx


for j in range(0,3): #Pada Lintasan y dari 0 Hingga 3
#Persamaan Numerik Heat Equation
U[i,j]=gamma*(u[i-1,j]+u[i+1,j]+u[i,j-1]+u[i,j+1]4*u[i,j])+u[i,j]
#Syarat Batas
U[0,:]=270
U[:,0]=U[:,1]-10*dx
U[:,9]=U[:,8]+10*dx
U[9,1]=35
U[9,4]=35
U[9,5]=35
U[9,8]=30
U[9,6]=50
U[8,6]=50
U[7,6]=50
U[6,6]=50
U[5,6]=50
U[9,7]=50
U[8,7]=50
U[7,7]=50
U[6,7]=50
U[5,7]=50
U[9,2]=(10*dx)+U[9,1]
U[8,2]=(10*dx)+U[8,1]
U[7,2]=(10*dx)+U[7,1]
U[6,2]=(10*dx)+U[6,1]
U[5,2]=(10*dx)+U[5,1]
U[9,4]=U[9,5]-(10*dx)
U[8,4]=U[8,5]-(10*dx)
U[7,4]=U[7,5]-(10*dx)
U[6,4]=U[6,5]-(10*dx)
U[5,4]=U[5,5]-(10*dx)

#Pengulangan Pada Lapisan Kedua (Lapisan Cap Rock)


for i in range(0,Nx): #Pada Lintasan x dari 0 Hingga Nx
for j in range(3,6): #Pada Koordinat y 3-6
U[i,j]=0.6*gamma*(u[i-1,j]+u[i+1,j]+u[i,j-1]+u[i,j+1]4*u[i,j])+u[i,j]
U[0,:]=270
U[:,0]=U[:,1]-10*dx
U[:,9]=U[:,8]+10*dx
U[9,1]=35
U[9,4]=35
U[9,5]=35
U[9,8]=30
U[9,6]=50
U[8,6]=50
U[7,6]=50
U[6,6]=50

U[5,6]=50
U[9,7]=50
U[8,7]=50
U[7,7]=50
U[6,7]=50
U[5,7]=50
U[9,2]=(10*dx)+U[9,1]
U[8,2]=(10*dx)+U[8,1]
U[7,2]=(10*dx)+U[7,1]
U[6,2]=(10*dx)+U[6,1]
U[5,2]=(10*dx)+U[5,1]
U[9,4]=U[9,5]-(10*dx)
U[8,4]=U[8,5]-(10*dx)
U[7,4]=U[7,5]-(10*dx)
U[6,4]=U[6,5]-(10*dx)
U[5,4]=U[5,5]-(10*dx)

#Pengulangan Pada Lapisan Ketiga (Lapisan Manifestasi)


for i in range(0,Nx): #Pada Lintasan x dari 0 Hingga Nx
for j in range(6,9): #Pada Lintasan y dari 6 hingga 9
U[i,j]=0.2*gamma*(u[i-1,j]+u[i+1,j]+u[i,j-1]+u[i,j+1]4*u[i,j])+u[i,j]
U[0,:]=270
U[:,0]=U[:,1]-10*dx
U[:,9]=U[:,8]+10*dx
U[9,1]=35
U[9,4]=35
U[9,5]=35
U[9,8]=30
U[9,6]=50
U[8,6]=50
U[7,6]=50
U[6,6]=50
U[5,6]=50
U[9,7]=50
U[8,7]=50
U[7,7]=50
U[6,7]=50
U[5,7]=50
U[9,2]=(10*dx)+U[9,1]
U[8,2]=(10*dx)+U[8,1]
U[7,2]=(10*dx)+U[7,1]
U[6,2]=(10*dx)+U[6,1]
U[5,2]=(10*dx)+U[5,1]
U[9,4]=U[9,5]-(10*dx)
U[8,4]=U[8,5]-(10*dx)
U[7,4]=U[7,5]-(10*dx)
U[6,4]=U[6,5]-(10*dx)
U[5,4]=U[5,5]-(10*dx)

clf()
Z=U
pcolor(X,Y,Z)
colorbar()
xlabel('panjang lintasan')
ylabel('Distribusi Panas')
draw()
show()
u=U

Tampilan Program

Sumur Steam

Sumur Injeksi

Cap Rock

Reservoir

Konseptual Model Sebaran Panas 2 Dimensi Dengan Parameter Sintetik

Analisa Program
Pada percobaan kali ini, kami telah membuat sebuah program sebaran panas pada
konseptual model geothermal dengan segala parameter sintetik hasil asumsi kami sendiri.
Dengan parameter-parameter tertentu yang telah ditentukan, dibuat sebuah solusi numeric
untuk sebaran panas pada konseptual model geothermal.
Kami membuat sebuah konseptual model geothermal dengan panjang x sama
dengan panjang y. kami membuat pembagian grid menjadi 9x9. Kami membuat 2 buah
sumur pada konseptual model geothermal, sumur sebelah kanan adalah sumur injeksi air
dan sumur sebelah kiri adalah sumur alami yang mengeluarkan steam. Kami
mengasumsikan ukuran kedua sumur tersebut yaitu 1 grid. Dengan diasumsikan daerah
geothermal ini memiliki 3 lapisan yaitu; reservoir, cap rock, dan tuva. 3 lapisan berbeda
diartikan oleh nilai k yang dipengaruhi gamma yang berbeda pula.
Hasil pengamatan terhadap listing, kami membuat sebuah cara agar nilai gamma
tidak sama karena kami ingin membuat 3 lapisan berbeda dengan masing-masing lapisan
yaitu reservoir, cap rock, dan batuan tuva dengan cara membuat sebuah perbandingan
gamma antara lapisan bawah dengan lapisan atasnya dengan nilai gamma pada setiap
lapisan sebagai berikut; gamma lapisan 1 = 0.2 , gamma lapisan 2 = 0.6 , dan gamma
lapisan 3 = 1 mengingat syarat stabilitas gamma adalah 0.5, oleh karena itu solusi akan
singular jika syarat stabilitas tidak dipenuhi.
Untuk maslaah syarat batas yang kami buat adalah sebagai berikut; syarat batas

kiri dan batas kanan ( Noimann) = 10 , syarat batas bawah (Dirichlet) 270o, syarat batas
atas (Dirichlet) 300-350, syarat batas sumur injeksi (Dirichlet) 50 o, dan syarat batas steam
(Noimann)

= 10. Syarat batas disini jika kita artikan secara fisis yaitu pada batas kiri,

kami membuat sebuah syarat batas Noimann

= 10 dari koordinat (0,0) hingga (0,9)

yang artinya bahwa pada batas tersebut dapat terlihat sebaran suhunya dengan syarat batas
Noimann begitupunm dengan dinding sebelah kanan dengan koordinat (9,0_ hingga (9,9)
juga dapat terlihat sebaran panasnya. Untuk batas bawah dengann koordinat (0,0) hingga
(0,9) kami membuat syarat batas Dirichlet dikarenakan kami membuat sebuah sumber
panas sesuai konseptual model geothermal yaitu panas reservoir geothermal bertipe heated
adalah rentang 250-300 derajat celcius. Untuk syarat batas atas kami memberikan syarat
batas Dirichlet yang bervariasi yaitu 30-35 derajat celcius. Untuk syarat batas yang kami
terapkan pada sumur injeksi, kami memberikan syarat batas Dirichlet 50 derajat celcius

karena kami menginginkan pada daerah sumur injeksi tidak ada heat flux yang keluar
dikarenakan disana adalah recharge area konseptual model geothermal. Untuk sumur yang
mengeluarkan steam, kami membuat syarat batas Noimann

= 10 karena kami

menginginkan disana terjadi sebuah heat flux sesuai kondisi nyata bahwa sumur steam
mengeluarkan uap panas.
Tampilan berikut dapat menjelaskan seluruh analisa yang telah dikemukakan:

Sumur Steam

Cap Rock

Reservoir

Sumur Injeksi

BAB IV
KESIMPULAN
Pada tugas kali ini, kami telah dapat melakukan simulasi sebaran panas geothermal
dengan parameter-parameter yang kami tentukan sendiri. Kami juga telah dapat membuat
sebuah grid yang logis untuk daerah geothermal pada bagian-bagian geothermal seperti
recharge area (sumur injeksi) dan outflow area (sumur steam) sesuai dengan konseptual
model pada keadaan nyata lapangan geothermal.

DAFTAR PUSTAKA

Arif Ismul Hadi Dan Refrizon, Distribusi Sumber Panas Bumi Berdasarkan Survai
Gradien Suhu Dekat Permukaan Gunungapi Hulu Lais, Jurnal Gradien 1(2) Juli
(2005) 64-68.
Rybach, L., dan L.G.P. Muffler, Geothermal Sistem: Principles and Case Histories, 1981,
John Wiley and Sons, Chichester.
Stacey, F.D., Physics of the Earth, Second Edition, 1997, John Wiley and Sons Inc., New
York, USA.
Wohletz, K., dan G. Heiken, Volcanology and Geothermal Energy, 1992, University of
California Press, Los Angeles.

Anda mungkin juga menyukai