Kistoma Ovari
Kistoma Ovari
pada bagian tubuh sekitar seperti vesika urinaria sehingga dapat menyebabkan
inkontinensia atau retensi. Jarang terjadi tapi mudah menjadi ganas terutama pada
usia di atas 45 tahun atau kurang dari 20 tahun.
b) Kista coklat (endometrioma)
Terjadi karena lapisan di dalam rahim tidak terletak di dalam rahim tapi melekat pada
dinding luar indung telur. Akibatnya, setiap kali haid, lapisan ini akan menghasilkan
darah terus menerus yang akan tertimbun di dalam ovarium dan menjadi kista. Kista
ini dapat terjadi pada satu ovarium. Timbul gejala utama yaitu rasa sakit terutama
ketika haid atau bersenggama.
c) Kista dermoid
Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan sebagian
lagi padat. Dapat terjadi perubahan kearah keganasan, seperti karsinoma epidermoid. Kista
ini diduga berasal dari sel telur melalui proses partenogenesis. Gambaran klinis adalah nyeri
mendadak diperut bagian bawah karena torsi tangkai kista.
d) Kista endometriosis
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang berada di luar rahim.
Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan
sehingga menimbulkan nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan infertilitas.
e) Kista hemorhage
Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan sehingga menimbulkan nyeri di salah
satu sisi perut bagian bawah.
f) Kista lutein
Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista lutein yang sesungguhnya,
umumnya berasal dari korpus luteum haematoma.
g) Kista polikistik ovarium
Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat pecah dan melepaskan sel telur secara
kontinyu. Biasanya terjadi setiap bulan. Ovarium akan membesar karena bertumpuknya kista
ini. Untuk kista polikistik ovarium yang menetap (persisten), operasi harus dilakukan untuk
mengangkat kista tersebut agar tidak menimbulkan gangguan dan rasa sakit.
3. PENYEBAB
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi ada beberapa factor pemicu yaitu :
1)
Gaya hidup tidak sehat. Diantaranya :
a)
Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
b)
Zat tambahan pada makanan
c)
Kurang olah raga
d)
Merokok dan konsumsi alcohol
e)
Terpapar dengan polusi dan agen infeksius
f)
Sering stress
g)
Zat polutan
2)
Faktor genetic
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang disebut
protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat
karsinogen, polusi, atau terpapar zat kimia tertentuatau karena radiasi, protoonkogen ini dapat
berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.
4. TANDA DAN GEJELA
Kebanyakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian besar gejala yang
ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormon atau komplikasi tumor tersebut.
Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulakan gejala dalam waktu yang
lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.
Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain :
a. Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.
b. Perasaan penuh dan dtertekan diperut bagian bawah.
c. Nyeri saat bersenggama.
d. Perdarahan menstruasi yang tidak biasa. Mungkin pendarahan lebih lama, mungkin lebih
pendek, atau mungkin tiak keluar darah menstruasi pada siklus biasa atau siklus menstruasi
tidak teratur.
Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:
a. Gangguan haid
b. Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.
c.
Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri
spontan dan sakit diperut.
d. Nyeri saat bersenggma
Pada stadium lanjut :
a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam rongga perut (usus dan
hati)
c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
d. Gangguan buang air besar dan kecil.
e.
Sesak nafas akibat penumpukan cairan terjadi pada rongga dada akibat penyebaran
penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan penderita sangat merasa sesak nafas.
Bila ditemukan sifat kista seperti tersebut diatas, harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium seperti tindakan USG dengan Doppler
untuk menentukan arus darah dan bahkan mungkin diperlukan untuk menunjang diagnosis
adalah pemeriksaan tumor marker seperti Ca-125 dan Ca 72-4, beta HCG dan
alfafetoprotein. Semua pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis kanker ovarium,
akan tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan operasi. Prosedur operasi
pada pasien yang tersangka kanker ovarium sangat berbeda dengan kista ovarium biasa.
5. PATOFISIOLOGI
Kista terdiri atas folikel folikel praovulasi yang telah mengalami atresia (degenerasi). Pada
wanita yang menderita ovarium polokistik, ovarium utuh dan FSH dan SH tetapi tidak terjadi
ovulasi ovum. Kadar FSH dibawah normal sepanjang stadium folikular daur haid, sementara
kadar LH lebih tinggi dari normal, tetapi tidak memperlihatkan lonjakan. Peningkatan LH
yang terus menerus menimbulkan pembentukan androgen dan estrogen oleh folikel dan
kelenjar adrenal. Folikel anovulasi berdegenerasi dan membentuk kista, yang menyebabkan
terjadinya ovarium polikistik. (Corwin, 2002)
Kista bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan dengan abdomen dan
pelvis dan sel sel yang menempatkan diri pada rongga abdomen dan pelvis. Penyebaran
awal kanker ovarium dengan jalur intra peritonial dan limfatik muncul tanpa gejala atau tanda
spesifik.
Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat pada pelvis.
Sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi gastro intestinal, seperti rasa penuh, mual,
tidak enak pada perut, cepat kenyang dan konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi
perdarahan abnormal vagina skunder akibat hiperplasia endometrium, bila tumor
menghasilkan estrogen beberapa tumor menghasilkan testosteron dan menyebabkan virilisasi.
(Price, Wilson, 2006)
Kista nonneoplastik sering ditemukan, tetapi bukan masalah serius. Kista folikel dan luteal di
ovarium sangat sering ditemukan sehingga hampir dianggap sebagai varian fisiologik.
Kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel graaf yang tidak ruptur atau pada
folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali. Kista demikian seringnya adalah
multipel dan timbul langsung di bawah lapisan serosa yang menutupi ovarium, biasanya
kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan serosa yang bening, tetapi ada kalanya
penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai diameter 4 hingga 5 cm sehingga dapat
di raba massa dan menimbulkan nyeri panggul. Jika kecil, kista ini dilapisi granulosa atau sel
teka, tetapi seiring dengan penimbunan cairan timbul tekanan yang dapat menyebabkan atropi
sel tersebut. Kadang kadang kista ini pecah, menimbulkan perdarahan intraperitonium, dan
gejala abdomen akut. (Robbins, 2007).
6. PATHWAY
7.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan pemeriksaan:
1.
Ultrasonografi (USG)
Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan untuk mengirim dan
menerima gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound) yang menembus bagian
panggul, dan menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar monitor. Gambaran ini
dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk memastikan keberadaan kista, membantu
mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi
cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material padat memerlukan pemeriksaan lebih
lanjut.
2.
Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui pembedahan
kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, menghisap cairan dari kista atau
mengambil bahan percontoh untuk biopsi.
3.
Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis.
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan kiste ovarii yang besar biasanya adalah pengangkatan melalui tindakan
bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan atau
fisiologis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan
aktivitas ovarium dan menghilangkan kiste.
Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan pembedahan
abdomen. Penurukan tekanan intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kiste
yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat, komplikasi ini dapat
dicegah dengan pemakaian gurita abdomen yang ketat.
9. PROSES PENYEMBUHAN LUKA
Tanpa memandang bentuk, proses penyembuhan luka adalah sama dengan yang lainnya.
Perbedaan terjadi menurut waktu pada tiap-tiap fase penyembuhan dan waktu granulasi
jaringan.
Fase-fase penyembuhan luka antara lain :
1.
Fase I
Pada fase ini Leukosit mencerna bakteri dan jaringan rusak terbentuk fibrin yang
menumpuk mengisi luka dari benang fibrin. Lapisan dari sel epitel bermigrasi lewat luka
dan membantu menutupi luka, kekuatan luka rendah tapi luka dijahit akan menahan
jahitan dengan baik.
2.
Fase II
Berlangsung 3 sampai 14 hari setelah bedah, leukosit mulai menghilang dan ceruk mulai
kolagen serabut protein putih semua lapisan sel epitel bergenerasi dalam satu minggu,
jaringan ikat kemerahan karena banyak pembuluh darah. Tumpukan kolagen akan
menunjang luka dengan baik dalam 6-7 hari, jadi jahitan diangkat pada fase ini,
tergantung pada tempat dan liasanya bedah.
3.
Fase III
Kolagen terus bertumpuk, hal ini menekan pembuluh darah baru dan arus darah
menurun. Luka sekarang terlihat seperti berwarna merah jambu yang luas, terjadi pada
minggu ke dua hingga enam post operasi, pasien harus menjaga agar tak menggunakan
otot yang terkena.
4.
Fase IV
Berlangsung beberapa bulan setelah pembedahan, pasien akan mengeluh, gatal disekitar
luka, walau kolagen terus menimbun, pada waktu ini menciut dan menjadi tegang. Bila
luka dekat persendian akan terjadi kontraktur karena penciutan luka dan akan terjadi
ceruk yang berlapis putih.
10. KOMPLIKASI
Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya kanker
ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker masih belum jelas
namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan skrining
atau deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kanker ovarium.
Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral terutama yang
berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila seorang wanita usia subur
menggunakan metode konstrasepsi ini dan kemudian mengalami keluhan pada siklus
menstruasi, lebih baik segera melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan
terjadinya kanker ovarium.
11. PROSES KEPERAWATAN
1.
Pengkajian fokus
a. Biodata Klien
b. Riwayat penyakit sekarang
c. Keluhan utama
Klien biasanya merasa berat pada daerah pelvis dan cepat merasa lelah.
d. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan apakah klien pernah mengalami penyakit ini sebelumnya
Perubahan pola istirahat dan jam tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur seperti: nyeri, cemas, berkeringat malam.
Perubahan buang air kecil : nyeri saat berkemih, nematuri, sering berkemih.
Keadaan / kebiasaan diet buruk : rendah serat, tinggi lemak, adiktif, bahan
pengawet
6)
7)
h.
1)
2)
3)
4)
2.
Anorexsia, mual-muntah.
Intoleransi makanan.
Perubahan berat badan.
Perubahan pada kulit: edema, kelembaban.
Neurosensori
Pusing, sinkope (kehilangan kesadaran secara tiba-tiba)
Nyeri
Derajat nyeri (ketidaknyamanan ringan sampai dengan berat)
Pemeriksaan Fisik Head to Toe
Inspeksi
Kepala
: Rambut rontok, mudah tercabut, warna rambut.
Mata
: Konjungtiva tampak anemis, icterus pada sklera.
Leher
: Tampak adanya pembesaran kelenjar limfe dan bendungan vena
jugularis.
Payudara : Kesimetrisan bentuk, adanya massa.
Dada
: Kesimetrisan, ekspansi dada, tarikan dinding dada pada inspirasi,
frekuensi per-nafasan.
Perut
: Terdapat luka operasi, bentuk, warna kulit, pelebaran vena-vena
abdomen, tampak pembesaran striae.
Genitalia : Sekret, keputihan, peradangan, perdarahan, lesi.
Ekstremitas : Oedem, atrofi, hipertrofi, tonus dan kekuatan otot.
Palpasi
Leher
: Pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar submandibularis.
Ketiak
: Pembesaran kelenjar limfe aksiler dan nyeri tekan.
Payudara : Teraba massa abnormal, nyeri tekan.
Abdomen : Teraba massa, ukuran dan konsistensi massa, nyeri tekan, perabaan
hepar, ginjal dan hati.
Perkusi
Abdomen : Hipertympani, tympani, redup, pekak, batas-batas hepar.
Refleks
: Fisiologis dan patologis
Auskultasi
Abdomen meliputi peristaltik usus, bising usus, aorta abdominalis arteri renalis dan
arteri iliaca.
Diagnosa Keperawatan
a. Preoperasi
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses penyakit
(penekanan/kompresi) jaringan pada organ ruang abdomen.
2. Gangguan eliminasi urinarius, perubahan/retensi berhubungan dengan adanya
edema pada jaringan lokal.
3. Cemas berhubungan dengan diagnosis dan rencana pembedahan
b. Post operasi
1. ngguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan luka post operasi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif dan pembedahan
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobilitas (nyeri paska
pembedahan)
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah kulit
(jaringan, perubahan sirkulasi).
Dx
Perencanaan
Tujuan
Intervensi
Rasional
1.
2.
II
3.
III
Klien
dapatberkaitan
denganpedoman tindakan selanjutnya.
menuturkan pemahananpenyakitnya.
Informasi
yang
tepat
kondisi, efek prosedur Libatkan orang terdekatmenambah
wawasan
klien
dan pengobatan
ssesuai
indikasi
bilasehingga klien tahu tentang
Klien
keputusan penting akankeadaan dirinya.
dapat menunjukkan
dibuat.
prosedur
yang
Menjamin sistem pendukung
diperlukan
dan
untuk klien dan memungkinkan
menjelaskan
alasan
orang terdekat terlibat dengan
suatu tindakan
tepat.
Klien
memulai
perubahan gaya hidup
yang diperlukan dan ikut
serta dalam program
perawatan
.
Post Operasi
No
Dx
Perencanaan
Tujuan
Intervensi
Rasional
1.
Gangguan
rasa Kaji skala nyeri
Untuk mengetahui tingkat
nyaman (nyeri)
nyeri
berkurang
/
hilang Kaji
faktor
yang Dapat membantu perawat
setelah
tindakanmemperberat
dandalam memberikan intervensi
keperawatan 2 24 jam. memperingan nyeri
berikutnya
Kriteria hasil:
Observasi TTV
Peningkatan Tekanan Darah
Klien
mengatakan
dan nadi menandakan adanya
tidak pernah nyeri lagi
nyeri
Klien tidak tampak Atur
posisi
klien Mengurangi rasa nyeri
meringis lagi
senyaman mungkin
Klien
tidak
lagi Anjurkan tehnik relaksasi
Memberikan rasa nyaman
memegangi area nyeri
pada klien
Skala nyeri 0 (tidak Alihkan perhatian klien Agar klien tidak terlalu
ada nyeri) dari skaladari rasa nyeri
merasakan nyerinya
nyeri 0-10.
Ciptakan
lingkungan Memberikan
kenyamanan
TTV dalam batasnyaman bagi klien
sehingga mengurangi nyeri
normal
Kolaborasi:
Kolaborasi:
Klien tampak rileks
Berikan analgetik sesuai Analgetik dapat mengurangi
indikasi
nyeri
2.
II
III
4.
IV
Untuk menentukan
dan
Kaji defisit perawatan dirimengetahui
tingkat
defisit
klien
perawatan
klien
guna
Defisit perawatan diri
memberikan perawatan.
tidak terjadi setelah
Agar kebersihan diri klien
dilakukan
tindakan Anjurkan keluarga untuktetap terjaga
keperawatan 2 24 jam. menyeka klien tiap pagi dan
Kriteria hasil:
sore hari
Agar klien merasa nyaman
Klien dapat mandi Anjurkan keluarga kliendengan pakaian yang bersih.
sendiri
untuk mengganti pakaian
Klien bebas dari bau klien 2 sehari
Untuk
meningkatkan
Klien
tampak Berikan
penjelasanpengetahuan
klien
tentang
menunjukkan kebersihankepada klien dan keluargapersonal hygene setelah post
Klien nyaman
tentang
pentingnyaoperasi
kebersihan diri setelah post
operasi.
Personal hygene terpenuhi
Agar klien merasa nyaman
Menyeka klien
dan bersih.
Mengganti sprei
Mengobservasi
adanya
kegagalan proses penyembuhan
Luka operasi mencapai Periksa
luka
secaraluka
penyembuhan
setelahteratur, catat karakteristik Mencegah kontaminasi luka
tindakan keperawatan 2dan integritas kulit.
24 jam.
Anjurkan pasien untuk
Kriteria hasil :
tidak menyentuh daerah luka Mengurangi resiko trauma
Tercapainya
Secara hati-hati lepaskankulit.
penyembuhan luka
perekat dan pembalut saat
Mencegah
mengganti balutan
komplikasi
Kolaborasi
Diberikan secara profilaksis
Tidak timbul jaringan Pemberian antibiotik
atau untuk mengobati infeksi
parut
khusus
dan
meningkatkan
penyembuhan.
DISUSUN OLEH :
1. Antris Kurnia
2. Lutfi Bahtiyar
3. Novy Noor Hidayah
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Post Op Laparatomy Kistoma Ovari P4 A0 Di
Ruang Baugenville RSU RA. Kartini Jepara, telah disetujui dan disahkan pembimbing pada,
Hari
:
Tanggal
:
Pembimbing Klinik
Fitri, S.Kep.,Ners
BAB II
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS DENGAN POST OP LAPARATOMY
KISTOMA OVARI P4 A0 DI RUANG BAUGENVILLE RSU RA. KARTINI JEPARA
PENGKAJIAN
Hari/ tanggal : Kamis, 01 Oktober 2015
Jam
: 14.00 WIB
Tempat: ruang bougenville RSUD Kartini Jepara
Oleh
: Antris Kurnia, Lutfi Bahtiyar, Novy Noor Hidayah
A. ANAMNESA
1. Identitas pasien
Nama
: Ny. S
Umur
: 44 th
Agama
: Islam
Pend. Terakhir
: SMA
Pekerjaan
: Pedagang
Alamat
: Petekeyan 20/4
2. Identitas Penaggung Jawab
Nama
: TN. S
Umur
: 50 th
Agama
: Islam
Pend. Terakhir
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Petekeyan 20/4
Hub. dg pasien : Suami
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan terdapat tumor didalam perutnya.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke RSU RA. Kartini Jepara pada tanggal 28 September
2015 di poli kandungan, dengan keluhan perutnya terasa makin lama
membesar, terasa penuh, kadang kala tidur terasa sesak. Setelah dilakukan
pemeriksaan USG pasien dianjurkan untuk dilakukan pembedahan. Kemudian
pasien menyetujui untuk dirawat diruang baugenville. Pada tanggal 30
September 2015 pasien diantar ke IBS untuk dilakukan pembedahan kistoma
ovari, pasien datang ke baugenville jam 10.00 untuk perawatan dengan post op
laparatomy kistoma ovari P4 A0. Pada waktu pengkajian diruang baugenville
tanggal 1 Oktober 2015, jam 14.00 WIB pasien mengeluhkan perutnya
membesar, terasa penuh, kadang sesak nafas, pasien mengatakan badanya
lemas, kebutuhan istirahat kadang terganggu dengan lingkungan rumah sakit
yang panas, tidur dari pukul 23.00 03.00 WIB, makan 3x sehari dari rumah
sakit, diit nasi, habis porsi dengan lauk pauk, eliminasi urin dengan DC,
haluaran urin 150cc/5jam, pasien mengatakan belum BAK, bau khas. Aktivitas
sehari-hari selama post op dibantu kelurga, dengan TD 135/90 mmHg, Nadi :
83x/m, Suhu : 36,5C, RR : 24x/m.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan belum pernah opname bahkan operasi
sebelumnya. Pasien mengatakan tidak pernah sakit yang serius, hanya
penyakit ringan saja dan kalau sakit hanya diperiksakan ke dokter umum
maupun bidan setempat.
d. Riwayat penyakit keluarga
Anak ke
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Penolong
Dukun
Dukun
Dukun
Bidan
Umur
sekarang
22 th
19 th
17 th
15 th
Cara lahir
PN
PN
PN
PN
BBL
3000 gr
3000 gr
3500 gr
3500 gr
f. Riwayat Haid
Menarche
: 12 th
Siklus
: 30 hari
Lama haid
: 7 hari
Keluhan
: nyeri perut/ disminore
g. Riwayat kontrasepsi
Pasien menggunakan KB suntik 1 bulan dan 3 bulan, lama pemakaian 6 tahun.
Efek samping : tidak ada.
B. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL
1. Kebutuhan pola istirahat
Sebelum sakit pola tidur cukup, pasien tidur 6-8 jam per hari. Selama sakit dan
dirawat dirumah sakit pola tidur pasien kurang dikarenakan lingkungan yang
ramai, pasien menjadi sering bangun. Pasien tidur 4-5 jam/hr.
2. Kebutuhan pola eliminasi
Sebelum sakit pola BAB dan BAK pasien teratur, BAB 1 x/hr, dengan knsistensi
lembek, bau khas. BAK 4-5 x/hr, tidak keluhan. Sedangkan selama sakit dan
setelah operasi pasien belum BAB. Untuk BAK pasien, pasien terpasang DC
jumlah 150 cc/hr.
3. Kebutuhan pola nutrisi
Sebelum sakit kebutuhan pola nutrisi pasien tercukupi, makan 3x/hr dengan menu
sayur, lauk pauk, terkadang makan buah-buahan, asupan cairan pasien juga
terpenuhi. Selama sakit dan setelah dioperasi pasien makan 3x/hr porsi dari rumah
sakit tanpa tambahan lain, pasien makan habis porsi, minum 3-6x/hari @250 cc
dengan air putih dan teh. Pasien dan keluraga mengatakan pola makan pasien agak
dibatasi untuk jenis makanan tertentu karena takut jika dapat mempengaruhi luka
operasi.
4. Kebutuhan personal hygiene
Sebelum sakit pasien mandi 3 x/ hr, sikat gigi 2 x/hr, dan keramas 3 x seminggu.
Setelah operasi dan dirawat dirumah sakit pasien hanya sibin 2 x/hr yaitu pada
pagi hari dan sore hari dibantu oleh perawat dan keluraga pasien. Pasien tidak
melakukan keramas selama di rs, pasien mengatakan tidak gosok gigi selama
dirumah sakit, pasien ganti pakaian 1x/hari.
5. Kebutuhan aman dan nyaman
Pasien mengatakan kurang nyaman dengan suasana rumah sakit, tetapi hal itu
tidak menjadi masalah bagi pasien, pasien mengatakan nyeri dibagian post op
laparatomy kistoma ovari P4 A0.
6. Kebutuhan sexualitas
Selama dirawat dirumah sakit pasien tidak pernah melakukan hubungan
sexualitas.
7. Kebutuhan aktivitas
Pasien merupakan seorang istri dan ibu bagi ke empat anaknya, pasien juga
seorang pedagang. Pasien mempunyai toko kecil-kecilan yang dikelolanya sendiri
dirumah. Selama sakit dan dirawat dirumah sakit pasien tidak melakukan aktivitas
tersebut karena keadaan yang tidak memungkinkan dan harus bedrest dirumah
sakit, pasien mengatakan aktivitas miring dibantu oleh keluarganya.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : cukup
kesadaran : composmentis
2. TTV : TD 135/90 mmHg, Nadi : 83x/m, Suhu : 36,5C, RR : 24x/m.
3. Kulit
: kulit warna sawo matang, turgor kulit elastis
4. Kepala
: bentuk mesocephal, rambut hitam keriting sebahu,distribusi merata,
rambu lengket.
5. Leher
: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
6. Mata
: fungsi penglihatan baik, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis,
mata simetris kanan dan kiri, kantung mata menghitam
7. Hidung
: fungsi penciuman baik, tdk terpasang oksigen, tdk ada polip,
kebersihan hidung cukup
8. Mulut
: tidak ada stomatitis, bibir agak kering
9. Kuku
: kebersihan cukup
10. Dada
:
Paru-paru :
I : simetris kanan-kiri, tdk ada retraksi dinding dada
P : tdk ada nyeri tekan, tdk ada benjolan, taktil fremitus sama kanan
dan kiri
Pe : suara normal, tdk ada penumpukan air udara pada rongga dada,
A : suara nafas vesikuler.
Jantung : I : tdk tampak ictus cordis, tidak ada jejas, tidak tampak pulsasi
P : ictus cordis teraba di 4 5 midclavikula sinistra
Pe: suara pekak, tidak ada pelebaran jantung
A : bunyi jantung S1 dan S2 tidak ada suara tambahan.
11. Abdomen : I : terdapat luka op laparatomy P: 8 cm, tidak ada tanda tanda infeksi
A : peristaltik usus 10 x/mnt
P: tdk dilakukan pemeriksaan
Pe: bunyi timpani
Nilai normal
80 -150
10 50
0,5 - 0,9
2,4 5,7
8,1 10,4
13,5 15,5
3,5 - 5,5
95 105
1,7 2,4
negatif
E. PEMERIKSAAN PSIKOLOGIS
1. Respon terhadap penyakitnya
Pasien mengatakan selalu siap menghadapi tindakan medis yang
dilakukannya, pasien menerima dengan ikhlas penyakitnya, pasien juga
mengatakan terkadang cemas dengan penyakitnya
2. Persepsi terhadap tindakan operasinya
Pasien mengatakan optimis dan percaya kepada dokter dan tim medis untuk
tindakan yang dilakukan, demi kesembuhan penyakitnya.
3. Sikap terhadap penyakitnya
Pasien bersikap lapang dada atas pemberian penyakit yang diberikan Allah.
Pasien hanya bisa berusaha mencari pengobatan yang tepat untuk penyakitnya.
F. DATA PENGETAHUAN
1. Penyakitnya
Pasien mengatakan belum begitu tahu tentang penyakitnya secara mendetail
2. Penyebab penyakitnya
Pasien mengatakan belum tahu penyebab penyakitnya
3. Tanda gejala yang khas
Pasien mengatakan belum tahu gejala yang khas mengenai penyakitnya
4. Cara merawat penyakitnya
Pasien mengatakan belum tahu cara merawat penyakit yang ditimbulkan
ANALISA DATA
NO
1.
2.
3.
SYMTOM
ETIOLOGI
Ds :
Pasien mengatakan terdapat
tumor didalam perutnya.
terasa penuh, kadang kala tidur
terasa sesak
pasien mengatakan tidak bisa
tidur lingkungan rumah sakit
yang panas
Do :
TD : 135/90 mmHg, Nadi :
83x/m, Suhu : 36,5C, RR :
24x/m.
Tidur tidur dari pukul 23.00
03.00 WIB
Pasien tampak gelisah
Kantung mata menghitam
Ds :
Pasien mengatakan makan 3x
sehari dari rumah sakit
Pasien
dan
keluraga
mengatakan pola makan pasien
agak dibatasi untuk jenis
makanan tertentu
Do :
diit nasi, habis porsi dengan
lauk pauk
minum 3-6x/hari @250 cc
dengan air putih dan teh
BB : 65 kg
Ds :
Pasien mengatakan BAK
diselang
PROBLEM
Kecemasan
Ketidakseimbangan
Intake output tidak
nutrisi kurang dari adekuat
kebutuhan tubuh
Retensi urin
penekanan pada
uretra
4.
5.
6.
Do :
eliminasi urin dengan DC,
haluaran urin 150cc/5jam
warna urin kuning jernih
protein urin negatif
kadung kemih teraba penuh
Ds :
Konstipasi
Pasien mengatakan belum
BAB, selama di RS
Do :
Peristaltik usus 10x/m
Perut teraba keras
terdapat luka op laparatomy P:
8 cm
Ds :
Defisit perawatan diri
Pasien
mengatakan
sibin
dibantu perawat dan keluarga
Pasien mengatakan belum
keramas selama di RS
Pasien mengatakan gosok gigi
satu kali dalam sehari
Pasien
mengatakan
ganti
pakaian 1x/hari
Do :
pasien hanya sibin 2 x/hr
rambut pasien lengket ketika
dipegang perawat
kulit pasien lengket
Ds :
Nyeri Akut
pasien
mengatakan
nyeri
dibagian post op laparatomy
kistoma ovari P4 A0
P:
insisi laparatomy kista ovari
Q : cekot cekot
T:
setelah bergerak, dan tertekan
Ds :
terdapat luka insisi post
laparatomy
kista
ovari,
panjang 8 cm
tidak terdapat tanda tanda
infeksi
menurunnya
mobilitas intestinal
Kelemahan (post
laparatomy kista
ovari)
Insisi post
laparatomy kistama
ovary
7.
8.
9.
S : skala 5
R:
dibawah
pusat,
diatas
sympysis pubis
Ds :
Pasien mengatakan badan nya
lemas
Pasien mengatakan tidak
melakukan aktivitas sehari
hari
pasien mengatakan aktivitas
miring dibantu oleh
keluarganya.
Do :
Pasien
tampak
bedrest
dirumah sakit.
Pasien tampak, aktivitas sehari
hari
dibantu
oleh
keluarganya.
Ds :
Pasien mengatakan belum
begitu
tahu
tentang
penyakitnya secara mendetail
Pasien mengatakan belum tahu
penyebab penyakitnya
Pasien mengatakan belum tahu
gejala yang khas mengenai
penyakitnya
Pasien mengatakan belum tahu
cara merawat penyakit yang
ditimbulkan
Ds :
Wajah pasien tampak bingung
Pasien
bertanya
kepada
perawat mengenai penyakitnya
Ds :
Do :
Terdapat luka post laparatomy
kistoma ovary, panjang 8 cm
Luka tampak belum kering
Leukosit
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Intoleransi aktivitas
Kelemahan fisik
Kurangnya
pengetahuan
kurangnya informasi
tentang penyakitnya
Resiko Infeksi
Insisi
luka
post
laparatomy kistoma
ovary
H. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO HARI/TGL/JAM
1.
2.
Kamis, 01
Oktober 2015
Jam 15.00 WIB
Kamis, 01
DX
NOC
I.
II.
NIC
1.
2.
Monitor TTV
Kaji skala nyeri P, Q,
R, S, T
3.
Berikan
posisi
senyaman mungkin / mobilisasi
4.
Ajarkan
teknik
relaksasi : nafas dalam / distraksi / benson
5.
Kolaborasi pemberian
terapi analgetik...
TTD
Oktober 2015
Jam 15.00 WIB
3.
Kamis,
01 III.
Oktober 2015
Jam 15.00 WIB
I. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/
NoDx
Implementasi
Tgl/Jm
Jumat
3
1. mengkaji tingkat
2/10/2015
pengetahuan pasien
08.00
tentang penyakitnya
Respon/Hasil
DS:
DO:
-
08.15
DS:
-
DO:
08.20
09.00
3. memberikan
posisi DS:senyaman mungkin / DO:
mobilisasi
4. mengajarkan
teknik
relaksasi
:
nafas
dalam / distraksi /
benson
Ttd
bertanya
DS:
Pasien mengatakan mau diajari
DO:
Pasien kooperatif mengikuti instruksi
perawat.
.
09.15
2
5. mengkaji kondisi luka
09.30
09.30
09.50
10.00
DS:
8. menganjurkan
ibu Pasien mengatakan bersedia
untuk mencuci tangan DO:sebelum dan sesudah
menyentuh luka
DS:
9. menganjurkan untuk Pasien mengatakan 1 porsi makanan
mengkonsumsi
RS sudah dihabiskan
makanan tinggi protein DO:
seperti telur
1 porsi makanan nampak habis.
10. Memberikan injeksi
ceftriaxone 1 gr dan
ketorolac 30 mg
DS:
DO:
-
10.45
1
11. Memantau TTV
DS:DO:
TD: 120/80 mmHg, N: 92 x/mnt, S:
367 oC.
12.00
DS:
12. Memantau skala nyeri Pasien mengatakan luka masih nyeri
P, Q, R, S, T
P : nyeri akut
Q : cekot-cekot,seperti tertekan .
R : perut bagian bawah pada luka
operasi
S : skala 5
T : intensitas sering dan saat bergerak
DO:
Pasien nampak meringis mengerutkan
dahi, kesakitan saat dipegang bagian
lukanya, nampak tidak nyaman.
13.00
DS:
13. Menganjurkan untuk Pasien mengatakan sudah bisa
melakukan
relaksasi melakukan nafas dalam dan ASI
nafas dalam.
keluar banyak
DS:
Pasien
dalam.
13.15
1
14. Memantau TTV
nampak
melakukan
nafas
DS:DO:
120/80 mmHg, N: 90 x/mnt, S: 368
o
C, SB: 37 oC
15.00
DS : 15. Memberikan
injeksi DO : obat telah masuk melalui selang
ketorolac 30 mg.
infus.
16.00
DS : 16. Memberikan
injeksi DO : obat telah masuk memalui selang
ceftriaxone 1 gr.
infus.
16.15
DS:
17. mengkaji pengetahuan Pasien mengatakan masih bingung
pasien
tentang dengan keadaan penyakitnya
penyakitnya
DO:
Pasien nampak bertanya kepada
perawat.
17.15
DS:
18. mengkaji skala nyeri P, Pasien mengatakan nyeri pada jahitan
Q, R, S, T
operasinya
P : nyeri
Q : terasa perih
R : perut bagian bawah pada luka
operasi
S : skala 3
T : intensitas kadang-kadang saat
bergerak
DO:
Pasien nampak meringis mengerutkan
dahi, kesakitan saat dipegang bagian
lukanya, nampak tidak nyaman.
18.30
DS:19. memberikan
posisi DO:
senyaman mungkin / pasien nampak nyaman dengan posisi
mobilisasi
duduk disangga bantal
19.00
1
20. mengajarkan
relaksasi
:
DS:
teknik Pasien mengatakan mau diajari
nafas DO:
dalam /
benson
Sabtu
3/10/2015
08.00
1. Memberikan
injeksi DS :
ketorolac 30 mg.
DO :
-
2. menjelaskan penyakit,
08.05
tanda
gejala, cara
08.15
Pasien tersenyum
Pasien tampak menggarukgaruk kepalannya
Q, R, S, T
08.30
4. mengajarkan
menganjurkan
08.45
dan DO :
-
napas dalam
pasien
mengatakan
nyerinya
09.00
6. mengkaji
I
tanda-tanda
infeksi
11.00
7. menganjurkan
untuk
II
12.00
14.00
14.35
mengkonsumsi
15.00
II
III
DS: DO:
pasien
kooperatif
injeksi
antibiotik masuk intravena, lancar
DS: DO: pasien kooperatif, pasien tampak
paham saat diberi informasi.
I
DS:DO:
pasien nampak nyaman dengan
posisi duduk disangga bantal
J. EVALUASI
No.
Tgl /
Jam
1.
No. Dx
Evaluasi
2.
II
3.
III
Paraf
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
A. Pengkajian
Pada pembahasan laporan kasus ini dalam pengkajian penulis menggunakan
metode wawancara pasien dan keluarga. Pemeriksaan fisik juga dilakukan dalam
memperoleh data pasien. Melalui pemeriksaan diperoleh data yang valid dan sesuai
kenyataan yang ada pada pasien saat itu. Sedangkan wawancara bila tidak terarah dan
tidak fokus membutuhkan waktu yang lama dan bisa saja mengatakan yang tidak
sebenarnya. Pengkajian pasien juga diperoleh dengan melihat status perkembangan
kesehatan di ruangan. Data yang diambil adalah pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan
laboratorium.
B. Diagnosa
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan
dan refleks spasme otot sekunder akibat tumor.
Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat
akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah
seperti kerusakan (International Association for the Study of Pain) awitan yang tiba-tiba
atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan. Nyeri dapat didiagnosis
berdasarkan laporan pasien saja karena kadang-kadang hanya hal tersebut yang
merupakan tanda nyeri. Nyeri dapat juga menjadi etiologi yaitu faktor yang berhubungan
untuk diagnosis keperawatan yang lain.
2.
Resiko infeksi berhubungan dengan insisi luka post laparatomy kistoma ovari.
Resiko infeksi adalah invasi tubuh oleh pathogen atau mikroorganisme yag mampu
menyebabkan sakit. Beberapaktor yang mencetuskan resiko infeksi pada pasien
adalah agen (mikroorganisme yang amasuk bisa karena agennya sendiri atau karena
toksin yang dilepas. Host (host itu yang terinfeksi, jadi biarpun ada agen, kalau tidak
ada yang bisa dikena, tidak ada infeksi. Host biasanya orang atau hewan yang sesuai
dengan kebutuhan agan untuk bisa bertahan hidup atau berkembang biak.
3. Kurangnya pengetahuan bd kurangnya informasi tentang penyakitnya
Diagnosa ditegakkan karena pasien belum tahu tentang penyebab penyakitnya.
Kurangnya pengetahuan juga dipengaruhi oleh pendidikan dari tiap tiap
individu dalam menyerap informasi yang diterima
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilyn E (2000). Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta.
http://atmeyvriska.blogspot.com/2013/05/askep-kista-ovarium.html diakses pada tanggal 21
jini 2014
http://putri-yohana.blogspot.com/2013/02/kista-ovarium.html diakses pada tanggal 21 juni
2014
http://d3keperawatanperintis.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-kista-ovarium.html
diakses pada tanggal 21 juni 2014
http://jerryns-ilmukeperawatanj-ry.blogspot.com/2013/10/askep-kista-ovarium_31.html
diakses pada tanggal 21 juni 2014
http://nurlizaa-anissa.blogspot.com/ diakses pada tanggal 21 Juni 2014
http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/11/laporan-pendahuluan-kistaovarium.html#.U6ciU7EZJOJ diakses pada tanggal 21 juni 2014
http://patofis.blogspot.com/2012/04/kista-ovarium.html diakses pada tanggal 21 juni 2014
Mansjoer, Arif.1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta; Media Aesculapius. FKUI
Mohtar Rustam. 1999. Sinopsis Obstetris, Obstetri Fisiologis, Obstetri Patologi Edisi 2.
Jakarta; EGC.
Prawirto Hardjo, Sarwono. 1997. Ilmu Kandungan Edisi 2. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka.