di Probolinggo serta berhubungan langsung dengan Laut Jawa. Produksi perikanan laut
Probolinggo tahun 2009 sebesar 42201,00 ton, tahun 2010 sebesar 36087,80 ton dan tahun
2011 sebesar 17341,63 ton (BPS Kota Probolinggo 2012). Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
Mayangan merupakan salah satu pelabuhan ikan tempat seluruh transaksi perikanan tangkap
di kota Probolinggo karena terdapat fasilitas yang mendukung seperti pasar ikan, pabrik es,
akses jalan mudah dan lain-lain sehingga aktivitas perekonomian perikanan nelayan berpusat
di sana (Faisol 2012).
Akan tetapi, masih kurangnya teknologi yang digunakan oleh nelayan Indonesia
mengakibatkan pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan dan kelautan kurang maksimal.
Bagi nelayan negara maju, pemakaian satelit oseanografi yang menampilkan citra suhu
permukaan laut (SPL) dan sebaran klorofil, sering digunakan untuk memudahkan dalam
mencari daerah tangkapan ikan yang potensial. Nelayan Indonesia sendiri melakukan kegiatan
produksinya masih mengandalkan naluri dan pengalaman turun menurun untuk menangkap
ikan. Disamping itu, pemakaian teknologi maju seperti GPS (Global Positioning System)
sebagai alat bantu navigasi yang dapat memandu mencari lokasi yang ditunjukkan citra satelit
oseanografi, sampai saat ini masih langka digunakan oleh nelayan di Indonesia (Syamsudin
2006).
Oleh karena itu, perlu adanya sebuah penelitian untuk membantu memaksimalkan
perkembangan perikanan serta membantu masyarakat pada umumnya para nelayan untuk
memprediksi daerah potensi ikan. Dengan pemakaian satelit oseanografi, akan didapatkan
parameter-parameter yang dapat membantu memprediksi daerah potensi tangkapan ikan.
Parameter oseanografi seperti suhu permukaan laut, salinitas, konsentrasi klorofil laut, cuaca
dan sebagainya, berpengaruh pada pergerakan air laut baik secara horisontal maupun vertikal.
Parameter parameter laut yang dapat diperoleh dengan penggunaan data penginderaan jauh
akan lebih cepat, efektif, efisien dan dapat mencakup wilayah cakupan yang lebih luas.
Penentuan posisi tangkapan ikan dapat diprediksi dari parameter suhu permukaan
laut, penyebaran klorofil-a dan arus. Suhu merupakan parameter lingkungan yang paling
sering dibutuhkan di laut karena berguna dalam mempelajari proses-proses fisik,kimia, dan
biologi yang terjadi di laut. Pola distribusi suhu permukaan laut dapat digunakan untuk
mengindentifikasi parameter-parameter laut seperti arus, upwelling dan front. Front yaitu
pertemuan antara dua massa air yang mempunyai karakteristik yang berbeda, baik temperatur
maupun salinitas. Sedangkan upwelling adalah penaikan massa air laut dari suatu lapisan
dalam ke lapisan permukaan. Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin,
salinitas tinggi, dan zat-zat hara yang kaya ke permukaan (Nontji 1993).
Dengan melihat besarnya potensi ikan di perairan Probolinggo, maka dilakukan
penelitian pada daerah tersebut untuk mengetahui zona tangkapan ikan yang ditunjukkan dari
parameter oseanografi dan menggunakan citra satelit. Parameter yang digunakan yaitu
distribusi spasial suhu permukaan laut (SPL) dan konsentrasi klorofil-a untuk analisis
pemetaan zona tangkapan ikan (fishing ground) khususnya ikan pelagis agar memudahkan
dan menambah efektivitas nelayan Probolinggo dalam penangkapan ikan.
METODE PENELITIAN
Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian tentang penentuan tangkapan ikan dengan menggunakan paramaeter
oseanografi dan menggunakan citra satelit TERRA MODIS di daerah perairan Probolinggo
dengan koordinat lintang 720'28.41"S sampai 741'6.74"S dan bujur 113 6'29.97"E
sampai 11334'45.27"E. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 21 April 2013, 28 April
2013 dan 26 Juni 2013. Pada tanggal 21 April 2013, waktu penelitian dimulai pukul 04.00
ISBN : 978-602-97491-7-5
B-27-2
BBWI sampai 11.00 BBWI. Tanggal 28 April 2013, penelitian dimulai pukul 03.30 BBWI
sampai 15.30 BBWI. Untuk tanggal 26 Juni 2013, penelitian dimulai pukul 03.30 BBWI
sampai dengan 10.00 BBWI.
Spot 1
Spot 2
Spot 3
P. Gili Ketapang
- Jaket pelampung
- GPS Handheld Garmin e-Trek
- Wadah Air Sampel 2L
- Benang senar
- Kamera Digital
- ENVI 4.6.1
- ArcView GIS 3.3
- Microsoft Office 2007
Pengolahan Data
Pengambilan dan Pengolahan Data In-situ
Data lapangan dalam penelitian ini diambil dari hasil penelitian lapangan pada bulan April
2013 dan pada bulan Juni 2013. Pengambilan data lapangan berupa sampel air 2 liter yang
selanjutnya diujikan di laboratorium untuk mengetahui klorofil-a, salinitas dan derajat
keasaman (pH). Pengambilan data juga menggunakan thermometer laboratorium untuk
mengetahui suhu permukaan lautnya pada saat tersebut. Data lapangan yang selanjutnya yaitu
koordinat titik dari penyebaran jaring ikan, pengambilan sampel air serta pengukuran suhunya.
Pengukuran dilakukan pada saat nelayan menyebarkan jaring ikan.
Pengolahan Citra
Algoritma MODIS untuk Perhitungan Klorofil-a
Algoritma yang digunakan dalam pengolahan nilai konsentrasi klorofil yang mengacu pada
algoritma OReilly et al. (1998).
Log (klor)=0.283 2.753*R + 1.457* R2+ 0.659*R31.403*R4.....(1)
Dimana
R = rasio reflaktan band 9 dan 12
Koefisien
T 0.7
T > 0.7
C1
C2
C3
C4
1,228552
0,9576555
0,1182196
1,774631
1,692521
0,9558419
0,0873754
1,199584
ISBN : 978-602-97491-7-5
B-27-4
Sehingga, untuk menghitung suhu permukaan laut, band harus dikonversi menjadi suhu
kecerahan air dahulu dengan menggunakan persamaan invers fungsi Planck yaitu sebagai
berikut :
Tb = c2/ (Vi * ln(c1/ (Vi5 * radiansi) + 1)) ........(3)
Dimana
Tb
=
suhu kecerahan air (oK)
c1,c2
=
konstanta radiasi, dimana nilai c1 adalah 1,1910659x108 [W m-2 sr-1 (m-1)-4 ],
dan nilai c2 adalah 1,438833x104 [K m]
Vi
=
panjang gelombang pusat (central wavelength),
Radiansi =
merupakan band MODIS yang akan dihitung nilai suhu kecerahan airnya.
Tahapan Penelitian
Tahapan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah:
ISBN : 978-602-97491-7-5
B-27-5
Koordinat (derajat)
No
Tanggal
21-Apr
2
3
28-Apr
Nama
Titik
Lintang
Bujur
Sampel 1
-7.683971
113.171918
Sampel 1
-7.700639
113.3796456
Sampel 2
-7.708749
113.390523
Sampel 3
-7.701827
113.364041
Sampel 1
-7.735333
113.3259793
Sampel 2
-7.735632
113.3308107
Sampel 3
-7.727091
113.332567
Sampel 4
-7.739976
113.3332268
26 Juni
Salinitas
(ppt)
SPL ( C)
Lapangan
Hasil
Tangkapan
Ikan (kg)
8.30
22.10
50
22.2
8.20
27.10
0.510
23
7.70
26.70
0.144
24
8.20
26.50
05.35
0.316
23.2
7.71
21.00
06.38
0.210
23.1
7.82
21.30
07.39
0.236
23
7.83
21.70
08.35
0.105
23.5
7.73
22.10
Waktu
(BBWI)
pH
Lapangan
Lapangan
09.30
0.549
24.4
06.05
0.263
08.04
11.07
184
115
ISBN : 978-602-97491-7-5
B-27-6
Pengambilan data di lapangan dilakukan dalam dua hari pada bulan April ini. Hari
pertama pada tanggal 21 April 2013. Penelitian dimulai pukul 04.00 BBWI dengan ikut
nelayan berangkat melaut dan kembali ke pelabuhan pukul 11.00 BBWI. Kapal yang
digunakan pada saat pengambilan data ini adalah KM Komando. Kapal ini kembali ke
pelabuhan lebih awal dari rencana melaut dikarenakan mesin kapal yang bermasalah. KM
Komando termasuk jenis kapal jonggrang. Dari kapal ini didapat ikan sebanyak 50 kg dengan
tiga kali menurunkan jaring. Untuk menghitung hasil tiap jaringnya, berat totalnya dibagi rata
dengan jumlah menyebar jaring. Ini dikarenakan tiap hasil jaring tidak dilakukan
penimbangan. Penimbangan dilakukan hanya pada saat mencapai pelabuhan. Hasil tiap
melempar jaring pada hari itu juga relatif sama, sehingga untuk mengetahui hasil per jaring,
berat total dibagi dengan tiap kali menurunkan jaring. Jadi tiap menurunkan jaring
mendapatkan 17 kg dan dari tiga titik diambil satu sampel air.
Pada tanggal 21 April 2013 dari data TPI Probolinggo, hasil tangkapan ikan dari kapal
purseseine sebanyak 15500 kg dari lima kapal motor harian yang melaut, sedangkan dari
kapal jonggrang 13568 kg. Dengan hasil ini, pada tanggal 21 April merupakan hari yang
berpotensi banyak ikan. Titik pengambilan data ini bisa digolongkan daerah yang berpotensi
banyak ikan. Namun hasil tangkapan ikan dari titik pengambilan data sedikit. Ini bisa
disebabkan pada saat menarik jaring ikan, mesin penarik jaring sering kali mati dan mesin
kapal juga sering mati, sehingga hasilnya kurang maksimal. Dari tiga kali menyebarkan
jaring, hanya satu titik penyebaran yang diambil sampel untuk mengetahui parameter
oseanografinya. Lokasi titik ini berada pada koordinat 7412,3 LS dan 1131018,9.
Kondisi oseanografi pada titik ini dengan nilai klorofil-a 0,549 mg/m3, suhu permukaan laut
sebesar 24,4 C, pH 8.30 dan salinitas sebesar 22,10 .
Hari kedua tanggal 28 April 2013, penelitian dimulai pukul 03.30 BBWI sampai 15.30
BBWI. Kapal yang digunakan yaitu KM Lancar Jaya. Pada pengambilan kedua ini, tidak
terjadi masalah seperti pada hari pertama, sehingga kegiatan melaut sesuai dengan rencana.
Dari hari kedua ini didapatkan ikan sebanyak 184 kg dengan 8 kali penyebaran jaring dengan
titik lokasi yang berbeda. Dari data TPI Probolinggo pada hari tersebut, untuk kapal
purseseine tidak ada yang melakukan kegiatan melaut, sedangkan dari kapal jonggrang
sebanyak 1915 kg dari 6 kapal jonggrang harian. Sehingga lokasi ini bisa disebut lokasi
berpotensi besar mendapatkan ikan.
Dari 8 titik penyebaran jaring ini, hanya diambil tiga sampel untuk mengetahui
parameter oseanografinya. Sampel kesatu diambil pada saat menyebar jaring pertama. Sampel
kedua diambil pada saat penyebaran jaring yang ketiga. Sampel ketiga diambil pada saat
penyebaran jaring yang kelima. Dari ketiga sampel yang diambil, sampel yang kedua yang
paling banyak mendapatkan ikan, kemudian sampel kesatu dan yang mendapatkan ikan paling
sedikit diantara ketiga sampel itu adalah sampel ketiga. Tetapi perbedaan pendapatan ikan ini
tidak terlalu mencolok.
Kondisi oseanografi dari sampel kesatu untuk klorofil-a sebesar 0,263 mg/m3, suhu
permukaan lautnya 22,2 C, pH sebesar 8,20 dan untuk salinitas sebesar 27,10 . Untuk
sampel kedua nilai klorofil-a sebesar 0,510 mg/m3, suhu permukaan laut sebesar 23C, pH
sebesar 7,70 dan salinitasnya sebesar 26,70 . Kondisi oseanografi untuk sampel ketiga nilai
klorofilnya sebesar 0,144 mg/m3, suhu permukaan lautnya sebesar 24C, pH sebesar 8,20 dan
salinitasnya sebesar 26,50 (Tabel 4.1).
Hari ketiga dilakukan pada tanggal 26 Juni 2013 dengan menggunakan kapal
jonggrang KM Manis. Pengambilan dimulai pukul 03.30 BBWI sampai pukul 10.00 BBWI.
Ini selesai lebih cepat dari yang direncanakan dikarenakan kondisi mesin yang rusak, sehingga
harus ditarik kapal lain yang mau kembali ke pelabuhan untuk menurunkan muatan. Dari hari
ketiga ini, sampel yang diambil sebanyak empat sampel dengan hasil tangkapan ikan
ISBN : 978-602-97491-7-5
B-27-7
sebanyak 115 kg dari empat kali menyebar jaring. Lokasi penangkapan ikan ini merupakan
lokasi potensi banyak ikan. Meskipun banyaknya nelayan yang menjaring ikan dilokasi
tersebut, tetapi hasil ikan yang didapat dari penelitian banyak. Menurut hasil di TPI
Probolinggo, hasil tangkapan ikan dari kapal purseseine sebesar 2338 kg dari kapal harian dan
dari kapal jonggrang sebesar 10987 kg dari 18 kapal harian, 1 kapal box.
Kondisi parameter oseanografi dari sampel 1 dengan nilai kandungan klorofil-a 0,316
mg/m3 dengan suhu permukaan lautnya 23,2 C, pH sebesar 7.71 dan salinitas 21,00 .
Untuk sampel 2, nilai kandungan klorofil-a sebesar 0,210 mg/m3 dengan suhu permukaan laut
23,1C, pH 7,82 dan salinitas 21,30 . Pada sampel 3 memiliki nilai kandungan klorofil-a
sebesar 0,236 mg/m3, suhu permukaan laut sebesar 23C, pH 7,83 dan salinitas 21,70 .
Yang terakhir, sampel 4, memiliki nilai klorofil-a sebesar 0,105 mg/m3, suhu permukaan laut
sebesar 23,5 C, pH 7,73 dan salinitas 22,10 .
Dalam kondisi normal, nelayan kapal jonggrang harian di Probolinggo melakukan
kegiatan melaut pada pukul 03.00 BBWI berangkat dari pelabuhan dan kembali ke pelabuhan
pukul 15.00 BBWI. Daerah potensi ikan didapat dari perbandingan hasil tangkapan ikan dari
kapal jonggrang yang digunakan dalam penelitian dengan hasil tangkapan kapal jonggrang
harian lainnya dalam satu hari yang sama. Hubungan dari parameter oseanografi dan hasil
tangkapan ikan memiliki hubungan yang berbanding lurus dengan nilai kandungan klorofil-a
dan nilai derajat keasaman yang mendekati netral. Untuk hubungan antara suhu permukaan
laut dan salinitas dengan hasil tangkapan ikan memiliki perbandingan yang kurang signifikan.
Daerah potensi banyak ikan pada perairan Probolinggo ini ditunjukkan dengan nilai klorofil-a
yang tidak besar yaitu 0,2-0,5 mg/m3, suhu permukaan yang dingin dengan rentan 22C
25C dan derajat keasaman 7,70 8,00 dengan salinitas rendah sebesar 21,00 - 26,70
pada bulan April dan Juni atau triwulan II.
Penentuan Zona Potensi Penangkapan Ikan (Fishing Ground)
Untuk penentuan zona fishing ground mengacu pada parameter oseanografi dari data
lapangan dengan hasil tangkapan. Daerah potensi banyak ikan ditunjukkan dengan nilai
klorofil-a berkisar 0,2-0,5 mg/m3, suhu permukaan laut dengan rentang 22C 25C dan
derajat keasaman 7,70 8,00 dengan salinitas rendah sebesar 21,00 - 26,70. Dari hasil
parameter in-situ ini akan digunakan sebagai klasifikator pada hasil pengolahan citra untuk
mengetahui zona potensi penangkapan ikan. Akan tetapi, dari data hasil pengolahan citra dan
data hasil in-situ terdapat selisih yang sangat besar. Sehingga untuk penentuan zona potensi
penangkapan ikan, digunakan parameter oseanografi hasil pengolahan citra dari tiga spot
pengambilan data sebagai acuan zona potensi banyak ikan. Tiga spot tersebut berdasarkan
pada pengambilan data yang dilakukan di lapangan dengan hasil tangkapan ikan banyak. Spot
pertama yaitu pada pengambilan data tanggal 21 April 2013. Spot kedua yaitu pada tanggal 28
April 2013 dan spot ketiga pada tanggal 26 Juni 2013. Zona potensi penangkapan ikan yang
dipetakan hanya pada bulan April dari tahun 2010 sampai 2013 yang berdasarkan spot 1 dan
2, dan pada bulan Juni dari tahun 2010 sampai 2013 berdasarkan spot 3.
Pada bulan April dari data spot 1 dan 2, daerah potensi banyak ikan ditandai dengan
nilai klorofi-a dari 0,000027-0,0045 mg/L dan suhu permukaan laut berkisar antara 28,5C
30C. Menurut Hasyim 2009, dengan menggunakan data citra NOAA-AVHRR dari tahun
1996-2005, pada bulan April terjadi thermal front pada suhu berkisar 28,2C 30C,
sehingga mengacu dari spot lapangan dan hasil peneltian Hasyim 2005, klasifikasi zona
potensi banyak ikan dengan kriteria klorofil-a lebih besar dari 0,00003 dan suhu permukaan
laut berkisar antara 28,2C 30C.
Pada bulan Juni dari data spot 3, daerah potensi banyak ikan ditandai dengan nilai
klorofi-a dari 0,0002-0,003 mg/L dan suhu permukaan laut berkisar antara 27,9C 28C.
ISBN : 978-602-97491-7-5
B-27-8
Menurut Hasyim 2009, dengan menggunakan data citra NOAA-AVHRR dari tahun 19962005, pada bulan April terjadi thermal front pada suhu yang tinggi berkisar 29C 31C,
sehingga mengacu dari spot lapangan dan hasil peneltian Hasyim 2005, klasifikasi zona
potensi banyak ikan dengan kriteria klorofil-a lebih besar dari 0,0002 dan suhu permukaan
laut berkisar antara 27,9C 31C.
Pada bulan April 2010, daerah potensi banyak ikan di Selat Madura menyebar di
sepanjang pesisir Sidoarjo, Gresik, Surabaya, pesisir Pasuruan bagian barat, pesisir tengah
kota probolinggo dan pesisir bagian barat Situbondo. Di Sidoarjo, daerah potensi banyak ikan
menyebar dari sepanjang pesisir utara sampai selatan dan 6 km dari pesisir. Untuk Kota
Gresik, daerah potensi banyak ikan hanya menyebar di daerah pesisir pabrik Maspion sampai
2 km ke arah tengah Selat. Di Surabaya, daerah potensi banyak ikan berada di daerah teluk
Lamong dan di Probolinggo, daerah potensi banyak ikan terdapat di pesisir pulau Gili dan
pelabuhan Probolinggo. Daerah potensi banyak ikan yang paling banyak pada tahun ini berada
di daerah pesisir PPI Besuki Situbondo sampai jarak dari pesisir hingga 10 km ke tengah
Selat.
Pada bulan April 2011, daerah potensi banyak ikan tersebar lebih sedikit daripada
tahun 2010. Daerah potensi banyak ikan itu tersebar sekitar pesisir bagian tengah Pasuruan,
pesisir bagian barat Probolinggo dan pesisir bagian barat Situbondo. Untuk wilayah Pasuruan,
daerah potensi menyebar dari tengah kota ke bagian timur kota sampai jarak 6 km dari pesisir.
Di kota Probolinggo, daerah potensi banyak ikan menyebar dari tengah kota menuju barat
sampai jarak 2 km dari pesisir menuju ke tengah selat.
Pada bulan April 2012 dengan citra tanggal 29 April 2012, menunjukkan persebaran
daerah potensi banyak ikan lebih banyak daripada daerah potensi sedikit ikan. Daerah potensi
banyak ikan banyak menyebar di tengah selat Madura karena pada daerah pesisir suhu
permukaan lautnya lebih panas. Pada daerah Probolinggo banyak terdeteksi sebagai daerah
potensi sedikit ikan. Ini dikarenakan pada citra satelit terdapat awan tipis yang tidak dapat
dieliminasi oleh proses cloud masking, sehingga menunjukkan suhu permukaan laut yang
lebih rendah dari sekitarnya.
Pada bulan April 2013, dari citra tanggal 29 April 2012 menunjukkan daerah potensi
banyak ikan menyebar di daerah pesisir Sidoarjo bagian barat, Pasuruan, Probolinggo dan
pesisir bagian barat Situbondo. Pada daerah Sidoarjo dan Pasuruan, persebaran daerah potensi
banyak ikan menyebar dari daerah pesisir sampai ke tengah Selat Madura. Untuk daerah
Probolinggo, daerah potensi banyak ikan menyebar di daerah pesisir bagian barat sampai ke
tengah Selat Madura, pesisir bagian tengah sampai 5 km dari pesisir Pulau Gili dan pesisir
bagian timur sampai 10 km ke tengah Selat. Di daerah Situbondo, daerah potensi banyak ikan
hanya terdapat di daerah pesisir PPI Besuki sampai 10 km ke tengah Selat.
Dari hasil penentuan daerah potensi banyak ikan dari tahun 2010 sampai 2013 pada
bulan April, daerah potensi banyak ikan menyebar di daerah pesisir Pasuruan, pesisir
Probolinggo bagian timur dan barat, Sidoarjo bagian selatan, dan pesisir Situbondo daerah
barat. Pada penelitian Hasyim 2009, zona potensi penangkapan ikan pada bulan April banyak
terdapat di pesisisr Besuki Situbondo, Sidoarjo, pesisir bagian timur Pasuruan, pesisir bagian
barat dan timur Probolinggo, dan di tengah Selat Madura.
Pada bulan Juni 2010, daerah potensi banyak ikan banyak menyebar di hampir
sepanjang pesisir dari Surabaya sampai Situbondo dan sepanjang pesisir Pulau Madura.
Persebaran daerah potensi ini memiliki jarak 1 3 km dari pesisir menuju tengah Selat. Pada
bulan ini, daerah potensi paling banyak berkumpul di pesisir Pasuruan dan di pesisir selatan
Pamekasan. Untuk daerah lainnya, daerah potensi hanya berjarak 1-2 km dari pesisir ke
tengah selat.
ISBN : 978-602-97491-7-5
B-27-9
Pada bulan Juni 2011, penyebaran daerah potensi banyak ikan menyebar di pesisir
Probolinggo daerah timur dan pesisir Pulau Gili, pesisir Pasuruan bagian timur, sepanjang
pesisir Surabaya sampai pesisir Sidoarjo bagian utara, pesisir pesisir perbatasan Bangkalan
dan Sampang, dan pesisir Pamekasan. Untuk daerah tengah selat Madura, didominasi daerah
potensi sedikit sedikit ikan. Daerah potensi banyak ikan berkumpul paling banyak di daerah
pesisir Pamekasan bagian selatan.
Pada bulan Juni tahun 2012, daerah potensi banyak ikan menyebar di sepanjang pesisir
Surabaya sampai perbatasan Sidoarjo, pesisir Pasuruan bagian atas dan timur, pesisir
Probolinggo bagian tengah dan timur, pesisir Bangkalan sampai perbatasan Sampang, pesisir
tanjung Pecinan Situbondo dan pesisir Pamekasan. Dari daerah ini, daerah potensi banyak
ikan banyak mengumpul di pesisir Pamekasan bagian timur. Untuk daerah tengah selat,
didominasi daerah potensi sedikit ikan.
Pada bulan Juni 2013, daerah potensi banyak ikan menyebar di sepanjang pesisir
Surabaya sampai Situbondo, pada pesisir Bangkalan sampai Sumenep dan Selat Madura
bagian timur. Untuk Selat Madura bagian Barat, banyak didominasi daerah potensi sedikit
ikan. Daerah potensi sedikit ikan di Selat Madura ini menyebar dari utara Probolinggo ke
timur sampai utara Situbondo.
Dari tahun 2010 sampai 2013 pada bulan Juni, daerah potensi banyak ikan di Selat
Madura menyebar dari pesisir Surabaya sampai Sidoarjo, pesisir Pasuruan bagian timur,
pesisir Probolinggo bagian timur, pesisir Pamekasan bagian timur dan Tanjung Pecinan
Situbondo. Dari penelitian Hasyim 2009, zona potensi penangkapan ikan di Selat Madura
menyebar di tengah Selat Madura, pesisir Surabaya, pesisir Pamekasan dan Tanjung Pecinan
Situbondo
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan dari penelitian tentang analisis pemetaan zona penangkapan ikan (fishing
ground) dengan menggunakan citra satelit TERRA MODIS dan parameter oseanografi, dapat
diambil kesimpulan:
1. Dari bulan April dari tahun 2010 sampai tahun 2013, pola suhu permukaan laut
dari hasil pengolahan citra hampir sama dengan suhu dominan berkisar antara
27C -30C dan untuk suhu permukaan laut pada bulan Juni dari tahun 2010
sampai 2013 mengalami kenaikan dengan nilai suhu permukaan laut dominan
tahun 2010 terendahnya bernilai 27C dan untuk tahun 2013 nilai suhu dominan
terendahnya bernilai 28C. Untuk nilai suhu dominannya berkisar antara 27C 29C.
2. Dari bulan April dari tahun 2010 sampai tahun 2013, nilai konsentrasi klorofil-a
dari hasil pengolahan citra dominan mengalami penurunan dari nilai dominan
terendah 0,001 mg/L menjadi 3x10-6 mg/L dan untuk bulan Juni nilai klorofil-a
juga mengalami penurunan. Nilai klorofil-a pada bulan April dan Juni dari tahun
2010 sampai 2013 semakin menurun dan nilai klorofil-a dominan terendahnya
0,0002 mg/L menjadi 0,00003 mg/L .
3. Hasil penentuan daerah potensi banyak ikan dari tahun 2010 sampai 2013, pada
bulan April, daerah potensi banyak ikan menyebar di daerah pesisir Pasuruan,
pesisir Probolinggo bagian timur dan barat, Sidoarjo bagian selatan, pesisir
Situbondo daerah barat dan pada bulan Juni, daerah potensi banyak ikan di Selat
Madura menyebar dari pesisir Surabaya sampai Sidoarjo, pesisir Pasuruan bagian
ISBN : 978-602-97491-7-5
B-27-10
timur, pesisir Probolinggo bagian timur, pesisir Pamekasan bagian timur dan
Tanjung Pecinan Situbondo.
Saran
Berdasarkan dari penelitian analisis pemetaan zona penangkapan ikan (fishing ground)
dengan menggunakan citra satelit TERRA MODIS dan parameter oseanografi disarankan :
1. Perlu banyaknya data penyebaran titik penangkapan ikan yang dilakukan nelayan
sehingga dapat diketahui daerah penangkapan beserta kondisi oseanografinya
untuk mendapatkan data daerah tangkapan yang lebih akurat.
2. Perlu adanya penelitian suhu permukaan laut yang dilakukan berkala dan
menggunakan alat pengukur suhu yang lebih teliti.
3. Dalam pengambilan sampel air untuk menguji parameter oseanografi, sebaiknya
jarak waktu antara pengambilan data dan pengujian kurang dari 24 jam untuk
menghindari perubahan zat pada sampel air.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Khairul. 2002. Hubungan Kondisi Oseanografi (SPL, Klorofil-a dan arus) Dengan
Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Kecil Studi Kasus:Selat Sunda. Thesis. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Arafah, Feny. 2011. Modifikasi Algoritma AVHRR Untuk Estimasi Suhu Permukaan Laut
(SPL) Citra Satelit TERRA MODIS. Tugas Akhir Institut Teknologi Sepuluh
Nopember
Badan Pusat Statistika Kota Probolinggo. 2012. Kota Probolinggo Dalam Angka 2012.
Brown, O. B dan P. J. Minnet. 1999. MODIS Infrared Sea Surface Temperature Algorithm.
ATBD Version 2.0. Hal 5. University of Miami. Miami. vii + 98 h.
Curran, P.J., Dungan J.L., Macler B.A., and Plummer S.E.1985. The effect of a read leaf
pigment on the relationships between red edge and chlorophyll concentration.
Remote Sensing of Environment, Vol. 35, hal. 69-76.
Dahuri R., 2003. Keanekaragaman Hayati Laut; Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia.
Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama
Departemen Kelautan dan Perikanaan RI Kota Probolinggo. 2011.
Faisol, Ahmad. 2012. Probolinggo, Kota Ikan yang Terus Berbenah, Kompas online :
<URL:http://regional.kompas.com/read/2012/12/10/23100018/Probolinggo.Kota.Ikan.
yang.Terus.Berbenah>
Dikunjungi pada tanggal 11 Februari 2013, jam 19.00 BBWI.
Fauziyah dkk., 2010. Densitas Schooling Ikan Pelagis pada Musim Timur Menggunakan
Metode Hidroakustik di Perairan Selat Bangka. I; Jurnal Penelitian Sains Volume 13
Nomer 2(D) 13210
Hasyim, Bidawi. 2009. Pengelolaan Zona Penangkapan Ikan Di Selat Madura Dan Sekitarnya
Dengan Pendekatan Spasial dan Temporal. Desertasi Institut Pertanian Bogor
Hendra, Briliana dkk. 2011. Modfikasi Algoritma AVHRR Untuk Estimasi Suhu Permukaan
Laut (SPL) Citra Aqua MODIS. Tugas Akhir Institut Teknologi Sepuluh Nopember
ISBN : 978-602-97491-7-5
B-27-11
ISBN : 978-602-97491-7-5
B-27-12
ISBN : 978-602-97491-7-5
B-27-13