Anda di halaman 1dari 5

ETIKA PROFESI

KASUS KECURANGAN TENDER DALAM PROYEK PEMBANGUNAN FASILITAS


PEMERINTAHAN KABUPATEN KONAWE UTARA (KONUT)

DOSEN :

Ir.Hary Wahjono, MT-Ars, IAI

Disusun Oleh :
Rahardyan Anindito Putra
052.12.091

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
2015

I. PENGERTIAN
Etika profesi merupakan suatu tatanan metode yang telah disepakati oleh suatu
kelompok masyarakat tertentu. umumnya termasuk dalam norma sosial, namun bila ada kode
etik yang memiliki sangsi yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma hukum.
Etika profesi juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Etika profesi merupakan pola aturan atau tata cara
sebagai pedoman berperilaku. Tujuannya agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya
kepada pemakai atau nasabahnya dan melindunginya dari perbuatan yang tidak profesional.
II. HAK DAN KEWAJIBAN PROFESSIONAL ARSITEK

HAK DAN WEWENANG ARSITEK ( Menurut IAI-2007)

1. Mendapatkan imbalan jasa atas layanan jasa profesional yang telah dikerjakan sesuai
dengan ketentuan, termasuk jasa tambahan bila pengguna jasa melakukan
penambahan tugas atau permintaan perubahan rancangan.
2. Menolak penilaian estetika atas hasil karyanya oleh Pengawas / Pengguna Jasa.
3. Mengembalikan penugasan yang telah diberikan kepadanya karena alasan-alasan:
a) Pertimbangan pribadi, b) Force majeure, c) Akibat kelalaian pengguna jasa
4. Mengajukan perubahan rancangan dan mengambil tidakan yang dianggap perlu untuk
memenuhi persyaratan konstruksi dan segera menginformasikan kepada pengguna
jasa atas perubahan tersebut, termasuk perubahan waktu dan biaya.
5. Dalam pengawasan berkala arsitektur, arsitek punya hak dan wewenang:
a.

Memerintahkan Pelaksana Konstruksi secara tertulis melalui Pengawas Terpa-

utk. melakukan pekerjaan tsb. atas persetujuan Pengguna Jasa, dgn. syarat biayanya

du
tak

melebihi biaya yg. dialokasikan a.l. untuk pekerjaan tak terduga.


b.

Menilai pembayaran angsuran tahap pekerjaan yang telah diselesaikan dan


menjadi hak pelaksana konstruksi, sesuai dengan Penilaian besarnya bobot
prestasi pekerjaan yang telah dilaksanakn sampai dengan waktu tertentu.

KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB ARSITEK ( Menurut IAI-2007)

1. Memberikan (menggunakan) keahlian dan kemampuannya sesuai dengan standar


kinerja keahlian arsitek bersertifikat.
2. Tunduk pada Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek IAI.

3. Memahami dan menjunjung tinggi hak kekayaan intelektual seseorang dengan


mengacu pada peraturan perundang-undangangan yg. berlaku tentang Hak Cipta.
4. Memenuhi syarat-syarat Kerangka Acuan Kerja yg ditentukan Pengguna Jasa. Bila
ada syarat yg. tak dpt. dipenuhi secara teknis/peraturan, maka wajib memberitahu &
menjelaskan kepada pengguna jasa sebelum/sewaktu pelaksanaan pekerjaan.
5. Mengindahkan, menguasai, dan menerapkan peraturan perundang-undangan yg.
berlaku bagi terlaksananya penyelenggaraan konstruksi.
6. Melakukan tugas koordinasi pekerjaan perancangan dengan ahli, sekelompok ah-li,
atau konsultan lainnya, baik yang ditunjuk oleh pengguna jasa ataupun oleh arsitek,
agar proses perancangan dapat memenuhi sasaran mutu, waktu, & biaya.
7.

Dalam hal penugasan penuh seluruh tahapan, wajib melakukan pengawasan berkala
atau pemeriksaan agar konstruksi dilaksanakan sesuai dengan gambar-gambar
rancangan, rencana kerja, dan syarat-syarat (RKS) atau ketentuan lainnya.

III. KASUS KECURANGAN TENDER DALAM PROYEK PEMBANGUNAN


FASILITAS PEMERINTAHAN KABUPATEN KONAWE UTARA (KONUT)
Kecurangan pembangunan fasilitas pemerintahan Kabupaten Konawe Utara (Konut) makin
terkuak. Ternyata, bukan hanya gambar desain kantor DPRD Konut yang diduga hasil
jiplakan gedung DPRD lain, tapi juga desain kantor bupati dan masjid raya yang tidak
ditenderkan ke konsultan. "Ada tiga paket yaitu kantor DPRD, kantor bupati dan masjid raya
yang tidak ditenderkan desain gambarnya. Padahal ketiga proyek tersebut, anggarannya
milyaran rupiah. Sebaiknya BPKP, Bawasda dan kejaksaan menelusuri proses tendernya,"
kata Ir Ilham, Ketua Umum Persatuan Konsultan Indonesia (Perkindo) Sultra.
Menurutnya, biaya desain gedung DPRD Konut sekitar Rp 200 juta, sedangkan kantor bupati
berkisar Rp 400 juta. "Kalau memang benar dugaan DPRD bahwa desain gambar hasil
jiplakan, tidak hanya anggaran desain yang harus dikembalikan. Tapi harus diproses secara
hukum karena jelas terjadi pelanggaran Keppres nomor 80 tahun 2003," ujarnya.
Khusus untuk proses tender kantor bupati Konut, Ilham mensinyalir telah terjadi pelanggaran
Keppres. Ini didasarkan pada saat pengambilan dokumen tender. "Memang ada gambar tapi
tidak ada Bill Off Quantity (BOQ) atau volume pekerjaan. Waktu anuweijzing, para
kontraktor minta BOQ dan panitia saat itu menyetujui. Tapi hingga pemasukan dokumen
penawaran, BOQ tidak dikeluarkan panitia lelang tanpa alasan yang jelas. Jadi para rekanan

tidak bisa menghitung volume pekerjaan secara tepat. Tapi anehnya, ada perusahaan rekanan
yang kami duga mendapat BOQ," bebernya. Pernyataan Ilham dipertegas lagi Fadli S
Tanawali, Ketua BPP Asosiasi Kontraktor Umum Indonesia (Askumindo) Sultra. Panitia
proyek melalui Biro Ekonomi dan Pembangunan Pemkab Konsel, tidak memperlihatkan
review desain. Sehingga seenaknya saja melakukan perubahan, termasuk rincian biaya.
Kecurangan proses tender proyek kantor DPRD dan bupati, sudah diketahui Aswad Sulaiman
pelaksana jabatan bupati Konut. Namun tidak ditindak lanjuti. "Anehnya lagi, proyek
milyaran tidak dikerjakan instansi teknis tapi biro ekonomi dan pembangunan. Ada kesan
dipaksakan dikerjakan," kata Fadli.
IV.ANALISA HUBUNGAN PENGARUH ANTARA PRAKTEK PROFESSIONAL
ARSITEK DENGAN KEPENTINGAN PUBLIK
Kecurangan pembangunan fasilitas pemerintahan Kabupaten Konawe Utara (Konut) Jelas
telah melanggar Keppres nomor 80 tahun 2003, biaya desain gedung DPRD dan Kantor
Bupati Konut miliyaran rupiah tanpa rincian Dana yang Jelas. Ini didasarkan pada saat
pengambilan dokumen tender. ada gambar tapi tidak ada Bill Off Quantity (BOQ) atau
volume pekerjaan. Waktu anuweijzing, para kontraktor minta BOQ dan panitia saat itu
menyetujui. Tapi hingga pemasukan dokumen penawaran, BOQ tidak dikeluarkan panitia
lelang tanpa alasan yang jelas. Jadi para rekanan tidak bisa menghitung volume pekerjaan
secara tepat.
V.KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam perencanaan pembangunan fasilitas pemerintahan kabupaten Konawe Utara (Konut),
Gambar Kerja Kantor Bupati, DPRD Dan Masjid Raya ternyata meniru gambar Kerja
bangunan Fasilitas pemerintahan yang sudah terbangun di daerah lain dan tidak memiliki
rincian anggaran biaya pembangunan yang jelas. seharusnya panitia memeriksa gambar kerja
dan meminta BQQ (Volume Pekerjaan) pada saat pengambilan dokumen tender .Pelanggaran
tersebut harusnya ada sanksi tegas atau tindak lanjut dari pemerintah setempat untuk kasuskasus seperti ini agar Etika Profesi dapat diaplikasikan secara nyata .
DAFTAR PUSTAKA
http://andrii20.blogspot.co.id/2015/04/kode-etik-profesi.html
http://widya17211391.blogspot.co.id/2014/10/profesi.html

Anda mungkin juga menyukai