Sejak dikemukan oleh Stein dan Leventhal pada tahun 1935, pada mulanya diterangkan bahwa Sindroma Ovarium Polikistik (SOPK) merupakan suatu kumpulan gejala yang terdiri dari amenorrhea, haid yang tidak teratur, infertil, hirsutisme dan obesitas. Belakangan diketahui bahwa wanita dengan siklus haid yang reguler dengan keadaan hiperandrogen dengan atau tanpa ovarium polikistik juga dapat menderita SOPK. Selain itu pada beberapa wanita dengan sindroma ini dapat menderita ovarium polikistik tanpa tanda-tanda klinis hiperandro-gen namun terdapat bukti adanya disfungsi ovarium.1 Gambaran klinis dan biokimia beragam, masih menjadi perdebatan apakah keadaan ini merupakan penyakit tunggal atau merupakan kumpulan gejala. Pada akhir-akhir ini semakin jelas bahwa SOPK bukan hanya penyebab
tersering
kejadian
ovulasi
dan
hirsutisme
namun
juga
berhubungan dengan gangguan metabolisme yang memiliki pengaruh
penting dalam kesehatan wanita. 2,3 Kejadian SOPK dengan gejala klinis beragam dan memberikan gambaran angka yang bervariasi. Penderita sindroma ovarium polikistik (SOPK) yang didiagnosa secara sonografi, didapati 30% menderita amenorrhea, 75% dengan oligomenorrhea, dan 90% didapati adanya peningkatan konsentrasi kadar luteinizing hormon (LH) dan androgen.4 Wanita dengan SOPK mempunyai peningkatan resiko gangguan toleransi glukosa, diabetes mellitus tipe II dan hipertensi. Penyakit
kardiovaskuler mempunyai prevalensi kejadian yang tinggi pada wanita
dengan SOPK dan diperkirakan juga mempunyai resiko yang lebih besar terkena infark miokard. Banyak gangguan lipid seperti kadar High Density Lipoprotein (HDL) lebih rendah daripada trigleserida, serta gangguan fibrinolysis juga sering ditemukan pada pasien dengan SOPK.5 1.2 Tujuan a. Untuk mengetahui definisi, patofisiologi dan etiologi Sindroma Ovarium Polikistik. b. Untuk mengetahui gejala klinis, pemeriksaan fisik dan penunjang Sindroma Ovarium Polikistik. c. Untuk mengetahui penatalaksanaan dan prognosis Sindroma Ovarium