Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan Pengaruh Ketinggian Terhadap Hold Up Gas


Tabel 4.1 Pengaruh ketinggian terhadap hold up gas
Variabel (ketinggian)

total

90,5 cm

0,004

0,0055

91,5 cm

0,0066
0,0065

0,0052

0,006

92 cm

0,0078

0,0065

0,0073

0.01
0.01
0.01
0.01
0.01

raiser
downcomer

total

0
0
0
0
90.4 90.6 90.8 91 91.2 91.4 91.6 91.8 92 92.2

Gambar 4.1 Hubungan Ketinggian Kolom Terhadap Hold Up Gas


Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa semakin besar ketinggian kolom
maka semakin besar pula hold up gas yang dihasilkan. Hal ini dipengaruhi oleh
tekanan hidrostatis dari cairan dalam kolom.
P=gh
Dari persamaan tersebut diketahui bahwa semakin tinggi kedalaman suatu
cairan maka tekanan hidrosatisnya akan semakin besar (Awwaliyah dkk, 2014).
Tekanan hidrosatis yang semakin besar akan menahan laju alir dari gas yang melalui
cairan tersebut lambat. Sehingga waktu tinggal gas dalam lebih lama. Akibatnya

fraksi kekosongan dalam cairan yang disebabkan oleh gas semakin bertambah.
Sesuai persamaan:

(Haryani dan Widayat, 2011)


Hal ini menyebabkan semakin tinggi cairan dalam kolom maka nilai hold up
gasnya semakin besar.
4.2 Hasil Percobaan Pengaruh Ketinggian Terhadap Laju Sirkulasi
Tabel 4.2 Pengaruh ketinggian terhadap laju sirkulasi
Variabel (ketinggian)

ULr (cm/s)

ULd (cm/s)

90,5 cm
91,5 cm
92 cm

13,66
12,80
8,91

20
18,75
13,04

25
20
15
Laju Sirkulasi (cm/s)

Raiser

10

Downcomer
5
0
90 90.5 91 91.5 92 92.5

Tinggi Kolom (cm)

Gambar 4.2 Hubungan Ketinggian Kolom Terhadap Laju Sirkulasi


Dari gambar hasil percobaan dapat dilihat bahwa semakin tinggi ketinggian
larutan semakin lambat laju sirkulasi cairan. Hal ini berhubungan dengan hold up
gas. Hold up gas menunjukan fraksi kekosongan dalam cairan yang mana mewakili
waktu tinggal dalam gas. Semakin besar hold up gas menunjukkan bahwa gas yang

tertahan di dalam cairan semakin besar. Artinya semakin besar nilai hold up gas
menjadikan laju sirkulasi gas menjadi lebih lambat.
Dari grafik diatas juga diketahui bahwa laju sirkulasi pada kolom downcomer
lebih besar dari pada kolom riser. Hal ini dapat ditinjau dari persamaan berikut:
Ulr.Ar = Uld.Ad
Dari persamaan tersebut diketahui bahwa laju sirkulasi berbanding terbalik dengan
luas penampang kolom. Semakin besar luas penampang kolom semakin kecil laju
sirkulasinya. Sehingga laju sirkulasi pada kolom downcomer lebih besar dari pada
kolom riser. (Neves dkk., 2001)
4.3 Hasil Percobaan Pengaruh Ketinggian Terhadap KLa
Tabel 4.3 Pengaruh ketinggian terhadap KLa

Variabel I (ketinggian 90,5 cm)


t (menit)

V titran (ml)

KLa (L/s)

8,4

1,45514

10

9,6

0,72758

15

11

0,485061

20

11

0,363796

25

11

0,291037

KLa rata-rata = 0,664523 L/s

Variabel II (ketinggian 91,5 cm)


t (menit)

V titran (ml)

KLa (L/s)

5,8

1,471763

10

5,9

0,735883

15

5,9

0,490588

20

5,9

0,367941

KLa rata-rata = 0,766544 L/s

Variabel III (ketinggian 92 cm)


t (menit)

V Na 2 S2 O3 (
ml)

KLa (L/s)

1,478367

10

2,8

0,739191

15

2,8

0,492794

20

2,8

0,369595

KLa rata-rata = 0,769987 L/s


0.78
0.76
0.74
0.72
0.7
KLa (L/s)

0.68
0.66

KLa

0.64
0.62
0.6
90.6
91
91.4
91.8
92.2
90.4
90.8
91.2
91.6
92
Tinggi Kolom (cm)

Gambar 4.3 Hubungan Ketinggian Kolom Terhadap Koefisien Transfer Massa (KLa)
Gambar diatas menunjukkan semakin tinggi kolom maka koefisien transfer
massa (KLa) juga akan semakin besar pula. Nilai KLa menunjukkan kecepatan
spesifik dari perpindahan massa (gas teradsorbsi per unit waktu, per unit luas kontak,
per beda konsentrasi). Nilai KLa pada percobaan ini ditentukan dengan metode
sulfit. Metode ini berdasarkan pada reaksi reduksi natrium sulfit. Mekanisme reaksi
yang terjadi :
Reaksi dalam reaktor :
Na2SO3 + 0,5 O2 Na2SO4 + Na2SO3(sisa)
Reaksi saat analisa :
Na2SO3(sisa) + KI + KIO3 Na2SO4 + 2KIO2 + I2(sisa)
I2 (sisa) + 2 Na2S2O3 Na2S4O6 + 2NaI
Konsentrasi natrium sulfit pada setiap variabel sama yaitu 0,05 N.
mol Na2 SO3 awal=V reaktor x

N Na 2 SO3
eq

Dengan konsentrasi yang sama pada setiap variabel maka jumlah mol natrium
sulfit bergantung pada volume cairan dalam kolom reaktor. Sedangkan volume cairan
tiap variabel berbanding lurus dengan ketinggian cairan dari masing-masing variabel
V = Ax h

Sehingga semakin tinggi cairan dalam kolom volume larutan akan semakin besar.
Sehingga jumlah mol natrium sulfit yang dibutuhkan semakin besar pula. Dengan
laju alir yang sama berarti jumlah mol oksigen yang dipasok sama. Sehingga
semakin banyak mol natrium sulfit jumlah oksigen yang dapat bereaksi juga
semakin besar. Inilah yang menyebabkan nilai KLa semakin meningkat dengan
bertambahnya ketinggian cairan dalam kolom reaktor.
4.4 Hasil Percobaan Hubungan Waktu Tinggal Terhadap KLa
1.6
1.4
1.2
1
KLa (L/s)

0.8

Variabel 1

0.6

Variabel 2

0.4

Variabel 3

0.2
0
0

10

15

20

25

30

Waktu (menit)

Gambar 4.4 Hubungan Waktu Tinggal Terhadap Koefisien Transfer Massa (KLa)
Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa semakin lama waktu tinggal maka
nilai KLa akan semakin menurun. Hal ini disebabkan karena semakin lama waktu
tinggal maka larutan tersebut semakin jenuh terhadap gas.
Reaksi dalam reaktor :
Na2SO3 + 0,5 O2 Na2SO4 + Na2SO3(sisa)
Reaksi saat analisa :
Na2SO3(sisa) + KI + KIO3 Na2SO4 + 2KIO2 + I2(sisa)
I2 (sisa) + 2 Na2S2O3 Na2S4O6 + 2NaI
Dalam reaksi tersebut semakin lama jumlah natrium sulfit yang akan bereaksi
dengan oksigen semakin berkurang atau jenuh. Hal ini ditandai dengan perpindahan
massa cairan yang semakin kecil dengan harga KLa yang merupakan koefisien
perpindahan massa gas-cair akan menurun. Dengan demikian, harga KLa akan
semakin kecil dengan bertambahnya waktu. (Riris, 2011)

Anda mungkin juga menyukai