Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

NEGARA DAN KONSTITUSI


Menurut Logeman dan Karl Max, Negara dapat dipergunakan dalam pengertian kekuasaan
Negara. Sedangkan Negara menurut pendapat HJ Laski dan Soenarko diartikan sebagai organisasi
territorial suatu bangsa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Negara adalah masyarakat atau wilayah
yang merupakan suatu kesatuan politis, atau Negara adalah lembaga pusat yang menjamin kesatuan
politis itu, yang menata dan menguasai wilayah.
Undang-undang Dasar dapat memiliki pengertian lebih sempit daripada konstitusi dalam
praktek. Konstitusi dan Undang-undang Dasar tidaklah sama. Undang-undang Dasar merupakan
suatu bentuk konstitusi yang tertulis.
A. Sistem Konstitusi
Dalam pengertian terminologinya, istilah system berasal dari bahasa Yunani yaitu
systeme yang mengandung arti sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan
secara teratur dan merupakan seuatu keseluruhan. Pada umumnya, suatu system meliputi
tujuan, fungsi, komponen, interaksi, proses transformasi, dan lainnya.
Fungsi suatu tujuan yang harus dicapai suatu system menuntut terlaksananya berbagai
fungsi yang diperlukan untuk menunjang usaha mencapai tujuan itu. Bagian suatu system
yang melaksanakan suatu fungsi untuk menunjang usaha mencapai tujuan system disebut
komponen. Komponen yang melakukan proses transformasi disebut sub system. Masingmasing komponen itu juga memiliki tujuan dan terdiri dari komponen-komponen yang lebih
kecil pula. Kedudukan, fungsi dan tujuan konstitusi selalu berubah dan berkembang
bersamaan dengan perkembangan IPTEK.
Suatu Negara mempunyai konstitusi yang memiliki peran sangat penting yaitu sebagai
pemerintahan Negara yang dimaksud disini adalah sebagai aparatur Negara. Konstitusi
diperlukan sebagai suatu batas kekuasaan para aparatur Negara.
Konstitusi menentukan masa jabatan pejabat suatu Negara dan tugas serta wewenang
lembaga-lembaga Negara. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa konstitusi berfungsi
untuk membatasi kesewenangan tindakan pemerintah, untuk menjamin hak-hak rakyat dan
merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat.
Tujuan konstitusi yaitu:
1. Membebaskan kekuasaan dari kontrol untuk para penguasa, dan menetapkan
batas-batas bagi mereka

2. Memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan politik.


Konstitusi menjadi barometer kehidupan bernegara dan berbangsa yang sarat dengan
bukti sejarah perjuangan para pendahulu sekaligus ide dasar yang diwariskan the funding
fathers, serta memberikan arahan pada generasi muda untuk memimpin Negara. Jadi,
konstitusi suatu Negara memiliki derajat yang lebih tinggi daripada peraturan-peraturan lain
dan undang-undang.
Sifat fleksibel dan rigid, tertulis dan tidak tertulis merupakan sifat konstitusi. Suatu
konstitusi pada pokoknya adalah merupakan landasan bagi peraturan-peraturan hokum
lainnya, sehingga konstitusi hendaknya sulit untuk dirubah, dan bisa bersesuaian dengan
perkembangan

masyarakat

(fleksibel).

Dalam

praktek

ketatanegaraan,

kebiasaan

ketatanegaraan sering merubah ketentuan yang sudah ada.


KC Wheare berpandapat tentang macam-macam klasifikasi suatu konstitusi atau
Undang-undang Dasar., yang intinya:
1.
2.
3.
4.
5.

Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan


Konstitusi fleksibel dan konstitusi rigid
Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi derajat tidak tinggi
Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis
Konstitusi system pemerintahan dan konstitusi parlementer

B. Sistem Politik dan Ketatanegaraan Indonesia


Menurut David Easton, system politik adalah merupakan alokasi daripada nilai-nilai
yang bersifat paksaan dan mengikat masyarakat sebagai suatu keseluruhan. System politik
dapat dikenankan sebagai seperangkat interaksi yang diabstraksikan dari seluruh tingkah laku
social yang dialokasikan secara otoritatif kepada masyarakat. Sedangkan menurut Gabriel A.
Almond, system politik adalah merupakan system interaksi yang terjadi di dalam masyarakat
yang merdeka. Sehingga dapat ditarik kesimpulan, system politik adalah merupakan suatu
system interaksi atau hubungan dalam masyarakat dengan mempergunakan paksaan fisik
yang sedikit banyak bersifat sah.
Dalam system politik, baik yang tradisional maupun modern terjadi interaksi atau
hubungan antara actor-aktor politik. Hal ini berhubungan dengan pengalokasian nilai-nilai
pada masyarakat. Nilai yang dimaksud adalah merupakan hal yang mempunyai harga yang
tinggi di mata masyarakat. tiap nilai memiliki harganya masing-masing, tergantung pada
masyarakatnya. Perbedaan penghargaan pada suatu nilai pada hakikatnya disebabkan oleh
perbedaan kebutuhan dari masing-masing masyarakatnya.

Nilai di suatu masyarakat dialokasikan dengan mempergunakan paksaan fisik yang


sedikit banyak bersifat sah. Keragu-raguan terhadap keabsahan ini terutama ditujukan pada
system politik yang totaliter dan segala macam bentuk kekuasaan pemerintah.
Ciri atau karakter system politik menurut Gabriel A. Almond:
1. Semua struktur politik, baik yang modern maupun yang primitive, tetap
mempunyai multi fungsional
2. Semua system politik memiliki struktur politik.
3. Semua system politik merupakan system campuran apabila dipandang dari
pengertian kebudayaan
4. Semua system politik menjalankan fungsi yang sama walaupun frekuensinya
berbeda dikarenakan perbedaan struktur.
C. Ketatanegaraan Indonesia
Di dalam Amandemen UUD banyak terdapat pemikiran-pemikiran baru tentang
hokum di Indonesia. Perubahan (amandemen) Undang-undang Dasar merupakan perubahan
yang fundamental. Sebagai pendukung Negara, warga negara ikut menentukan susunan
Negara berupa peraturan-peraturan hokum yang berlaku di dalam Negara. Disini warga
Negara sebagai orang yang memiliki hak politik dalam Negara yang dilaksanakan melalui
badan perwakilan rakyat.
Banyak lembaga-lembaga Negara baru yang dibentuk secara otomatis mengubah
hubungan antar kelembagaan. Ada beberapa yang terbentuk pasca amandemen, yaitu:
1. Hubungan Fungsional
a. Hubungan antara DPR dan DPD dalam membuat peraturan atau kebijakan
yang berhubungan dengan otonomi daerah
b. Komisi Hukum Nasional dengan pemerintah dalam menyelenggarakan
pemilihan umum
c. Hubungan antara DPR/DPD dan Presiden dalam pembuatan undang-undang
d. Hubungan antara BPK dengan lembaga Negara lain
e. KPU dengan pemerintah dalam menyelenggarakan pemilihan umum
f. KPK dengan kepolisian dan Kejaksaan Agung dalam pemberantasan korupsi
g. Hubungan antara KY, DPR, dan Presiden dalam pengangkatan hakim
2. Hubungan Pengawasan
a. Hubungan antara DPD dan pemerintah pusat dan daerah khususnya dalam
pelaksanaan otonomi daerah
b. KPK dengan pemerintah
c. MA dengan Presiden untuk menguji peraturan perundang-undangan di bawah
undang-undang
d. Hubungan antara DPR dan Presiden dalam melaksanakan pemerintahan
e. MK dengan pembentuk UU untuk menguji konstitusionalitas UU
f. Komisi Ombudsman Nasional dengan pemerintah dan aparatur Negara
3. Hubungan yang berkaitan dengan penyelesaian sengketa

a. MK dengan penyelenggara pemilu untuk menyelesaikan perselisihan hasil


pemilu
b. MK dengan lembaga Negara lain, untuk mnyelesaikan kewenangan antar
lembaga Negara
4. Hubungan pelaporan atau pertanggungjawaban
a. DPR/DPD dengan MPR
b. Presiden dengan komisi-komisi Negara
c. DPR dengan komisi-komisi Negara

Anda mungkin juga menyukai