Anda di halaman 1dari 10

Pneumonia pada Anak

Leopold Karsa Prapaskalis


102013309
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat Tlp : 5666952
leopold.karsa@ymail.com

Pendahuluan
Sesak napas merupakan keluhan yang paling sering menyebabkan orangtua meminta
pertolongan tenaga kesehatan dan membawa anaknya ke rumah sakit. Sayangnya
seringkali anak dibawa terlambat dan sudah berada dalam kondisi berat serta mengalami
kondisi gagal napas. Gagal napas merupakan komplikasi sesak napas yang memerlukan
bantuan napas segera dan berisiko mengalami kematian. Oleh karenanya orang tua harus
mengetahui tanda awal gagal napas.1
Sesak napas merupakan tanda awal gagal napas. Penyebab sesak napas sangat
bervariasi, bisa karena proses infeksi, alergi saluran napas termasuk asma, tersedak benda
asing, dan kelainan bawaan saluran napas. Sesak napas karena proses infeksi paru
(pneumonia) merupakan penyebab kematian utama anak usia kurang dari 5 tahun.
Pneumonia diawali dengan batuk, pilek dan panas badan, kemudian diikuti sesak napas
yang makin berat. Sesak napas yang tiba-tiba misalnya karena tersedak benda asing
biasanya lebih mengundang perhatian orangtua untuk segera membawa anaknya ke
rumah sakit. Sesak napas yang awalnya ringan dan berkembang menjadi berat kadangkadang luput dari perhatian orang tua dan tiba di rumah sakit dalam keadaan sangat berat
dan sulit diatasi.1

Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Hal-hal yang
ditanyakan dalam anamnesis adalah berupa keluhan utama, riwayat penyakit sekarang
1

(RPS), riwayat penyakit dahulu (RPD), profil penderita dan riwayat medik keluarga.
Keluhan utama mencerminkan masalah sebagaimana yang diidentifikasikan oleh
penderita. Riwayat penyakit sekarang mengalir sesuai dengan keluhan utama untuk
menyelidiki lebih lanjut mengenai keluhan utama. Riwayat penyakit dahulu ditanyakan
untuk mengetahui apakah pasien sebelumnya pernah dirawat di rumah sakit, penyakitpenyakit jangka lama yang memerlukan pengobatan yang ekstensif, dan riwayat trauma
berat. Profil penderita untuk memperkenalkan masalah-masalah yang sangat pribadi dan
sensitif, yang bukan merupakan kebiasaan penderita untuk mendiskusikannya dengan
orang yang tidak dikenal. Riwayat medik keluarga untuk membentuk genogram (pohon
keluarga) dari kesehatan dan penyakit, dan pencarian terhadap pola familial rekuren yang
umum. Hal ini berguna untuk survey terhadap pola-pola penyakit.2
- Riwayat kehamilan ibu: kunjungan antenatal dan kepada siapa kunjungan antenatal itu
dilakukan (dukun, perawat, bidan, dokter umum, dokter spesialis), apakah ibu
mendapatkan toksoid tetanus, terkena infeksi TORCH (toksoplasma, rubella,
cytomegalovirus, dan herpes simpleks), merokok atau minum minuman keras, serta
-

makanan ibu selama hamil.


Riwayat kelahiran: tanggal dan tempat kelahiran, siapa yang menolong, cara kelahiran
(spontan, ekstraksi cunam, ekstraksi vakum, bedah cesar), adanya kehamilan ganda,
keadaan segera setelah lahir, dan morbiditas pada hari-hari pertama setelah lahir.
Masa kehamilan juga perlu ditanyakan (apakah cukup bulan, kurang bulan, atau lewat
bulan). Berat dan panjang lahir, APGAR score yang bisa dilihat di kartu tempat anak
itu lahir, morbiditas yang berhubungan dengan kelahiran dan selama masa neonatus

seperti asfiksia, trauma lahir, infeksi intrapartum, ikterus dan lain-lain.


Riwayat makanan: ASI, PASI, makanan tambahan, jenis dan jumlah, serta jadwal

pemberian.
Riwayat imunisasi
Riwayat tumbuh kembang: kurva berat badan dan tinggi badan, serta kemampuan

motor kasar, motor halus, sosial-personal, dan bahasa-adaptif; perkembangan pubertas


Riwayat keluarga
Corak reproduksi ibu: umur ibu pada saat hamil, jarak kelahiran, dan jumlah kelahiran
(paritas), jumlah persalinan termasuk aborsi.

Pemeriksaan fisik
Berbeda dengan pendekatan pada orang dewasa, pada pemeriksaan fisik pada anak
diperlukan cara pendekatan tertentu agar pemeriksa dapat memperoleh informasi keadaan

fisik pada anak secara lengkap dan akurat. Cara tersebut dimaksudkan agar anak tidak
merasa takut, tidak menangis, dan tidak menolak untuk diperiksa.3
Dalam pemeriksaan fisik pada anak, kesadaran dan perilaku anak secara umum harus
diperhatikan. Selanjutnya lakukan observasi pada anak dengan melihat penampilannya
secara keseluruhan. Lihat apakah bentuk kepala, bentuk telinga, posisi mata, proporsi
tubuh atau posturnya yang tidak biasa? Apakah anak tampak seperti orangtuanya? Apakah
anak mempunyai kelainan mayor atau minor yang dapat dikenali?3,4
Kemudian perlu dilakukan penilaian spesifik terhadap ukuran tubuhnya secara
keseluruhan, proporsi tubuhnya, dan status gizinya. Sifat distribusi kelainan kulitnya juga
diperhatikan. Lalu lakukan pemeriksaan pada daerah yang dicurigai.3,4
Pemeriksaan fisik pada bayi dan anak pada umumnya sama dengan cara pemeriksaan
fisik orag dewasa, yaitu mulai dengan inspeksi (periksa lihat), palpasi (periksa raba),
perkusi (periksa ketuk), dan auskultasi (periksa dengar). Pada bayi dan anak dianjurkan
untuk melakukan auskultasi abdomen dan auskultasi jantung.3
Inspeksi
Inspeksi dapat dibagi menjadi inspeksi umum dan inspeksi lokal. Pada inspeksi umum
pemeriksa melihat perubahan yang terjadi secara umum, sehingga dapat diperoleh kesan
keadaan umum pasien. Pada inspeksi lokal dilihat perubahan-perubahan lokal sampai
sekecil-kecilnya. Pada kasus didapatkan kesadaran compos mentis, anak tampak sesak
dan rewel, tidak ada sianosis, pernapasan cuping hidung (+), retraksi interkostal (+), dan
faring hiperemis.
Palpasi
Setelah inspeksi, pemeriksaan dilanjutkan dengan palpasi, yakni pemeriksaan dengan
meraba, mempergunakan telapak tangan dan memanfaatkan alat peraba yang terdapat
pada telapak dan jari tangan.

Perkusi
Setelah palpasi pemeriksaan dilanjutkan dengan perkusi. Tujuan perkusi adalah untuk

mengetahui perbedaan suara ketuk, sehingga dapat ditentukan batas-batas suatu organ
misalnya jantung, paru, dan hati, atau mengetahui batas-batas massa yang abnormal di
rongga abdomen.
Auskultasi
Adalah pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop. Dengan auskultasi dapat
didengar suara pernapasan, bunyi dan bising jantung, peristaltik usus, dan aliran darah
dalam pembuluh darah. Pada kasus didapatkan ronkhi basah halus dan wheezing pada
kedua lapang paru.

Setelah itu pemeriksaan diteruskan dengan penilaian tanda-tanda vital, terutama


frekuensi jantung (normalnya 120-160 denyut/menit), frekuensi pernapasan (normalnya
30-60 pernapasan/menit), suhu (36-37oC), tekanan darah (sering dicadangkan untuk bayi
sakit). Selain itu, panjang tubuh, berat badan, dan lingkar kepala harus diukur dan
dicatat.5

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan dan sering diperlukan dalam
menangani penyakit paru adalah:5
Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan jumlah haemoglobin untuk menentukan apakah terdapat anemia,
pemeriksaan packed cell volume (PCV) untuk menentukan adanya polisitemia yang

disebabkan oleh bronkhitis kronik atau emfisema.


Pemeriksaan mikrobiologik darah
Pemeriksaan sputum : tampilannya, pemeriksaan mikrobiologik dan sitologik sputum.
Untuk mendapatkan sputum, dapat dilakukan dengan menggunakan teknik aspirasi

transtrakeal.
Pemeriksaan rontgen dada (chest X-ray)
Pemeriksaan biokimia : kadar 1-antitripsin,autoantibodi, dan IgE untuk allergen

spesifik.
Tes faal paru : spirometry, analisis gas darah arteri, tes difusi
Aspirasi cairan pleura ataupun drainase serta water sealed drainage.
Bronkoskopi : visualisasi, washing, brushing, biopsy, BAL
Torakoskopi
Mediastinoskopi
Ultrasonografi
Computed tomography (CT scan)
Magnetic resonance imaging (MRI)
Radioisotope lung scanning
Pemeriksaan dengan penanda tumor
Skin prick test
Tes provokasi, exercise test

Working Diagnosis
Pneumonia adalah radang parenkim paru. kebanyakan kasus pneumonia disebabkan
oleh mikroorganisme, tetapi ada sejumlah penyebab non-infeksi yang kadang-kadang
perlu dipertimbangkan. Penyebab non infeksi ini meliputi, tetapi tidak terbatas pada,
aspirasi makanan dan atau asam lambung, benda asing, hidrokarbon, dan bahan lipoid;
4

reaksi hipersensitivitas dan penyakit akibat obat atau radiasi. Infeksi pada neonatal dan
hospes terganggu imun lain berbeda dari infeksi yang terjadi pada bayi dan anak yang
normal.6
Virus pernapasan adalah penyebab pneumonia yang paling sering selama usia
beberapa tahun pertama. Mycoplasma pneumonia mendapat peran dominan pada usia
anak sekolah dan anak yang lebih tua. Meskipun bakteri menurut angka kurang penting
sebagai penyebab pneumonia, tetapi mereka cenderung menimbulkan infeksi yang lebih
berat. Bakteri penyebab paling lazim pada anak normal adalah Streptococcus
pneumoniae, S. pyogenes, dan Staphylococcus aureus, Haemophilus influenza tipe b juga
menyebabkan pneumonia bakteri pada anak muda pada masa yang lalu, tetapi mungkin
akan berkurang dengan penggunaan vaksin efektif rutin yang luas.6
Menurut penyebabnya pneumonia dibagi menjadi:
Pneumonia bakteri
Pneumonia bakteri dapat menyerang siapa saja, pada usia berapa pun.Pneumonia bakteri
dapat terjadi dengan sendirinya atau berkembang setelah Anda memiliki pilek atau flu. Orang
yang menghadapi risiko terbesar untuk pneumonia bakteri termasuk orang pulih dari operasi,
orang-orang dengan penyakit pernapasan atau infeksi virus dan orang-orang yang sistem
kekebalannya melemah. Jika pertahanan tubuh yang melemah oleh penyakit, usia tua,
malnutrisi, atau kekebalan terhadap bakteri pneumonia terganggu, yang dapat hidup di
tenggorokan yang sehat, dapat berkembang biak dan bekerja ke paru-paru. Infeksi dapat
dengan cepat menyebar melalui aliran darah dan menyerang seluruh tubuh. 7
viral Pneumonia
Kebanyakan virus pernapasan menyerang saluran pernapasan bagian atas, tetapi beberapa
penyebab pneumonia, terutama pada anak-anak. Sebagian besar pneumonia ini tidak serius
dan bertahan singkat tapi orang lain bisa parah. Viral pneumonia yang disebabkan oleh virus
influenza bisa berat dan kadang-kadang fatal. Virus menyerang paru-paru dan multiplikasi.
Namun, hampir tidak ada tanda-tanda fisik dari jaringan paru yang menjadi penuh dengan
cairan. Pneumonia ini yang paling serius pada orang yang yang sudah memiliki penyakit
jantung atau paru-paru dan ibu hamil. Dalam kasus ekstrim, pasien sangat membutuhkan
udara dan sesak napas yang ekstrim. Pneumonia virus dapat menjadi rumit oleh invasi
bakteri, dengan semua gejala khas pneumonia bakteri. 7
Mycoplasma Pneumonia
Mycoplasma adalah agen penyakit terkecil yang hidup bebas pada manusia. Mereka tidak
diklasifikasikan sebagai bakteri atau virus, tetapi mereka memiliki sifat-sifat dari keduanya.
Mycoplasma biasanya menyebabkan bentuk ringan dari pneumonia, tetapi bisa berat. Mereka

mempengaruhi semua kelompok usia, tetapi paling sering terjadi pada anak-anak yang lebih
tua dan orang dewasa muda. 7
Jenis lain dari Pneumonia
Tuberkulosis dapat menyebabkan pneumonia (radang paru-paru TBC). Ini adalah infeksi
paru-paru yang sangat serius dan sangat berbahaya jika tidak diobati dini. 7
Pneumocystis carinii Pneumonia (PCP) disebabkan oleh organisme yang diyakini sebagai
jamur. PCP mungkin merupakan tanda pertama dari penyakit pada banyak orang dengan
AIDS. PCP dapat berhasil diobati pada banyak kasus. Ini bisa kambuh beberapa bulan
kemudian, namun pengobatan dapat membantu mencegah atau menunda rekurensi. 7
Pneumonia lain yang kurang umum mungkin cukup serius dan lebih sering terjadi.
Berbagai pneumonia khusus disebabkan oleh inhalasi makanan, cairan, gas atau debu, dan
jamur. 7
Rickettsia (juga dianggap organisme antara virus dan bakteri) penyebab Rocky Mountain
spotted fever, demam Q, tipus dan psittacosis, penyakit yang mungkin memiliki efek ringan
atau parah pada paru-paru. 7
Demam, menggigil, takipneu, batuk, malaise, nyeri dada akibat
pleuritis, retraksi, dan iritabilitas akibat sesak respiratorik, sering
terjadi pada bayi yang lebih tua dan anak. Pneumonia virus lebih sering
berasosiasi dengan batuk, mengi, atau stridor, dan gejala demam lebih
tidak menonjol tipikal berasosiasi dengan demam tinggi, menggigil,
batuk,

dispneu,

dan

pada

auskultasi

ditemukan

adanya

tanda

konsolidasi paru. Pneumonia atipikal pada bayi kecil ditandai oleh


gejala yang khas seperti takipneu, batuk, ronki kering (crackles) pada
pemeriksaan auskultasi, dan seringkali ditemukan bersamaan dengan
timbulnya konjungtiva chlamydial. Gejala klinis lainnya yang dapat
ditemukan retraksi interkosta dan subkosta, dan merintih (grunting).
Semua jenis pneumonia memiliki ronki kering yang terlokalisir dan
penurunan suara respiratori.8
Sepanjang waktu, hidung dan saluran udara menyaring kuman dari udara yang
dihirup. Hal ini menjaga paru-paru dari infeksi. Tapi kadang-kadang kuman menemukan
cara untuk memasuki paru-paru dan menyebabkan infeksi. Hal ini lebih mungkin terjadi
bila sistem kekebalan tubuh lemah, kuman yang sangat kuat atau hadir dalam jumlah
besar, atau tubuh gagal untuk menyaring kuman dari udara yang dihirup.7
Ketika kuman penyebab pneumonia mencapai paru-paru, kantung udara paru-paru
(alveoli) menjadi meradang dan terisi dengan cairan. Hal ini menyebabkan gejala
pneumonia, seperti batuk, demam, menggigil, dan kesulitan bernapas.7
6

Bila memiliki pneumonia, oksigen mungkin kesulitan mencapai darah. Jika oksigen di
dalam darah terlalu sedikit, sel-sel tubuh tidak dapat bekerja dengan baik. Karena ini dan
infeksi menyebar melalui tubuh, pneumonia dapat menyebabkan kematian.7
Pneumonia mempengaruhi paru-paru dengan dua cara. Mungkin, hanya satu bagian
atau lobus paru-paru yang disebut lobar pneumonia atau, mungkin luas dengan gambaran
pada keseluruhan kedua paru, yang disebut pneumonia bronkial atau bronchopneumonia.7
Kemungkinan komplikasi meliputi:7
Kegagalan pernapasan, yang membutuhkan mesin pernapasan atau ventilator.
Sepsis, suatu kondisi di mana ada peradangan yang tidak terkontrol dalam tubuh, yang

dapat menyebabkan kegagalan organ luas.


Acute Respiratory Distress Syndrom (ARDS), bentuk parah dari kegagalan

pernapasan.
Abses paru-ini jarang terjadi, namun serius, komplikasi pneumonia. Hal ini terjadi
ketika terbentuk kantong nanah di dalam atau di sekitar paru-paru. Ini kadang-kadang
perlu dikeringkan dengan operasi.
Untuk penatalaksanaan beri ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM

setiap 6 jam), yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama. Bila anak
memberi respons yang baik maka diberikan selama 5 hari. Selanjutnya terapi dilanjutkan
di rumah atau di rumah sakit dengan amoksisilin oral (15 mg/ kgBB/kali tiga kali sehari)
untuk 5 hari berikutnya.9
Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam, atau terdapat keadaan yang berat
(tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan semuanya, kejang, letargis
atau tidak sadar, sianosis, distres pernapasan berat) maka ditambahkan kloramfenikol (25
mg/kgBB/kali IM atau IV setiap 8 jam). 9
Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat, segera berikan oksigen dan pengobatan
kombinasi ampilisin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin.9 Sebagai alternatif, beri
seftriakson (80-100 mg/kgBB IM atau IV sekali sehari). 9
Bila anak tidak membaik dalam 48 jam, maka bila memungkinkan buat foto dada.
Apabila diduga pneumonia stafilokokal (dijelaskan di bawah untuk pneumonia
stafilokokal), ganti antibiotik dengan gentamisin (7.5 mg/kgBB IM sekali sehari) dan
kloksasilin (50 mg/kgBB IM atau IV setiap 6 jam) atau klindamisin (15 mg/kgBB/hari 3
kali pemberian). Bila keadaan anak membaik, lanjutkan kloksasilin (atau dikloksasilin)
secara oral 4 kali sehari sampai secara keseluruhan mencapai 3 minggu, atau klindamisin
secara oral selama 2 minggu.9
Satu-satunya agen spesifik yang tersedia untuk pengobatan infeksi virus pernapasan
adalah amantadine oral (atau rimantadin) dan ribavirin aerosol.6

Beri oksigen pada semua anak dengan pneumonia berat. Gunakan nasal prongs, kateter
nasal, atau kateter nasofaringeal. Penggunaan nasal prongs adalah metode terbaik untuk
menghantarkan oksigen pada bayi muda. Masker wajah atau masker kepala tidak
direkomendasikan. Oksigen harus tersedia secara terus-menerus setiap waktu. Lanjutkan
pemberian oksigen sampai tanda hipoksia (seperti tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam yang berat atau napas > 70/menit) tidak ditemukan lagi.9

Differential diagnosis
Bronkhitis
Bronkitis adalah suatu kondisi yang timbul bila dinding bagian dalam saluran
pernapasan utama terinfeksi dan meradang. Keadaan ini biasanya diikuti dengan infeksi
pernapasan seperti demam. Bronkitis terbagi menjadi dua yaitu bronkitis akut dan kronis.
Pada anak-anak umumnya yang terjadi adalah bronkitis akut yang disebabkan oleh
infeksi virus (90%). Alergi, cuaca, polusi udara dan infeksi saluran napas atas kronik
dapat memudahkan terjadinya bronkhitis akut. Gejala dari bronkitis akut adalah batuk
yang menyebabkan sulit bernapas, umumnya diawali dengan batuk kering dan dalam
beberapa hari (2 - 3 hari) berubah menjadi batuk produktif dengan dahak, dapat pula
disertai mengi. Anak dapat mengeluhkan sakit di retrosternal. Anak dapat muntah akibat
batuknya, terdapat demam yang tidak terlalu tinggi, dan terdapat influenza atau pilek.
Pada beberapa hari tidak ada kelainan pada pemeriksaan dada, tetapi kemudian dapat
timbul ronki basah kasar dan suara nafas kasar.10
Bronkitis akut adalah penyakit ringan yang akan sembuh dengan sendirinya (12
minggu). Yang perlu dilakukan adalah membuat suasana nyaman di rumah. Berikan anak
banyak minuman, apabila ada humidifier atau alat untuk memberikan uap untuk anak di
rumah maka dapat diberikan, serta anak membutuhkan obat batuk untuk mengencerkan
dahaknya dan mengurangi batuknya.
Bronkitis akut umumnya disebabkan oleh virus sehingga tidak membutuhkan
antibiotik. Gejalanya akan berlangsung antara 5-10 hari dan akan membaik dalam 10-14
hari. Selain virus, terdapat faktor risiko iritan yang memudahkan peradangan saluran
pernapasan seperti asap rokok dan polusi udara. Karena itulah selain obat-obatan dan
minuman yang adekuat, penghindaran asap rokok dan polusi udara juga sebaiknya
dilakukan.10
Bronkitis kronik ditandai dengan batuk kronik yang mengeluarkan sputum 3 bulan
dalam setahun untuk sedikitnya 2 tahun. Penyebab batuk kronik seperti tuberkulosis,
bronkitis atau keganasan harus disingkirkan dahulu.

Bronkiolitis
Bronkiolitis adalah suatu peradangan pada bronkiolus (saluran udara yang merupakan
percabangan dari saluran udara utama), yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus.
Bronkiolitis biasanya menyerang anak yang berumur di bawah 2 tahun. Penyebabnya
adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV). Virus lainnya yang menyebabkan bronkiolitis
adalah parainfluenza, influenza dan adenovirus. Virus ditularkan melalui percikan ludah /
droplet. Meskipun pada orang dewasa RSV hanya menyebabkan gejala yang ringan,
tetapi pada bayi bisa menyebabkan penyakit yang berat. Faktor resiko terjadinya
bronkiolitis adalah Usia kurang dari 6 bulan, Tidak pernah mendapatkan ASI, Prematur,
Menghirup asap rokok. 6,8
Gejala klinis yang timbul pada bronkiolitis adalah batuk, wheezing (bunyi nafas
mengi), sesak nafas atau gangguan pernafasan, sianosis (warna kulit kebiruan karena
kekurangan oksigen), takipneu (pernafasan yang cepat), retraksi interkostal (otot di sela
iga tertarik ke dalam karena bayi berusaha keras untuk bernafas), pernafasan cuping
hidung (cuping hidung kembang kempis), demam (pada bayi yang lebih muda, demam
lebih jarang terjadi). 6,8
Setelah 1 minggu, biasanya infeksi akan mereda dan gangguan pernafasan akan
membaik pada hari ketiga. Angka kematian kurang dari 1%. Masa paling kritis adalah 4872 jam pertama. Jarang terjadi bronkiolitis ulang. 6,8
Tuberkulosis pada anak
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit akibat infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis
yang bersifat sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi
terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer. Terdapat perbedaan
antara infeksi TB dengan sakit TB. Seorang anak yang positif terinfeksi TB belum tentu
menderita sakit TB.8
Gejala sistemik/umum TB anak adalah sebagai berikut: (1) berat badan turun tanpa
sebab yang jelas atau berat badan tidak naik dengan adekuat atau tidak naik dalam 1
bulan setelah diberikan upaya perbaikan gizi yang baik; (2) demam lama (2 minggu)
dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan demam tifoid, infeksi saluran kemih,
malaria, dan lain-lain). Demam umumnya tidak tinggi. Keringat malam saja bukan
merupakan gejala spesifik TB pada anak apabila tidak disertai dengan gejala-gejala
sistemik/umum lain; (3) batuk lama 3 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak
pernah reda atau intensitas semakin lama semakin parah) dan sebab lain batuk telah dapat
disingkirkan; (4) nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal tumbuh
9

(failure to thrive); (5) lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain; dan (6) diare
persisten/menetap (>2 minggu) yang tidak sembuh dengan pengobatan baku diare.8

Prognosis
Dengan pengobatan yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan sampai
kurang dari 1%. Anak dalam keadaan malnutrisi dan datang terlambat menunjukan
mortalitas yang lebih tinggi.

Kesimpulan
Pneumonia adalah penyakit yang diakibatkan oleh infeksi dan merupakan salah satu
penyakit anak yang berbahaya jika tidak segera ditangani,hal tersebut dikarenakan
pneumonia dapat menyebabkan gagal napas yang bisa berakibat pada kematian.

Daftar pustaka
1) Available from URL: http://idai.or.id/public-articles/klinik/keluhan-anak/bilaanak-sesak-napas-kapan-harus-dibawa-ke-unit-emergensi.html. Diunduh pada 06
Juli 2015
2) Willms JL, Schneiderman H. Diagnosis fisik : evaluasi diagnosis dan fungsi di
bangsal. Jakarta:EGC;2005.h.9-13,30-1.
3) Matondang CS, Wahidiyat I, Sastroasmoro S. Diagnosis fisis pada anak. Edisi ke2. Jakarta:Sagung Seto;2009.h.19-22
4) Hull D, Johnston DI. Dasar-dasar pediatri. Ed 3. Jakarta: EGC; 2008.h.3-7.
5) Djojodibroto D. Respirologi. Jakarta:EGC;2009.h.74-5.
6) Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson : ilmu kesehatan anak. Edisi ke-15. Jakarta:
EGC;2009.h.883.
7) Available from URL:http://www.lung.org/lung-disease/pneumonia/understandingpneumonia.html?referrer=https://www.google.co.id/?
referrer=http://www.lung.org/lung-disease/pneumonia/understandingpneumonia.html. Diunduh pada 06 Juli 2015.
8) Tanto C. Kapita selekta kedokteran. Edisi ke-4. Jakarta: Media Aesculapius;
2014.h.163,174,180-3.
9) Available from URL: http://www.ichrc.org/422-pneumonia-berat-diagnosis-dantatalaksana. Diunduh pada tanggal 07 Juli 2015.
10)
Nataprawira HMD. Diagnosis asma anak. dalam: Rahajoe NN, Supriyatno B,
Setyanto DB, penyunting. Buku ajar respirologi anak. Badan Penerbit IDAI;
2008. Jakarta: Edisi ke-1: h.105-18.

10

Anda mungkin juga menyukai