Anda di halaman 1dari 11

Mengetahui Lebih Dalam Mengenai Pneumonia

Penyusun:
Micco Joshua Apriano

102009204

Enrico Esbianto Syahputra

102011216

Trivana Costafina Renmaur

102012083

Glenn Joshua Sumadi

102013089

Adethya Evy Yuniar Simatupang

102013092

Angelia Yohana Kakauhe

102013217

Leopold Karsa Praspaskalis

102013309

Valentine Febry Yohana

102013359

Stevia Artha Natalia Purba

102013453

Charles Ting Cheng Zhi

102013485

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna Utara No. 06 Jakarta 11510. Telephone: (021)5694-2051

ABSTRAK
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah parenkim paru yang
mengenai jaringan paru-paru yang meliputi alveolus dan jaringan interstisial yang disebabkan
oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Cara penularan
melalui percikan ludah, kontak langsung lewat mulut atau kontak tidak langsung melalui
peralatan yang terkontaminasi pada saluran pernafasan. Gejala klinis pneumonia antara lain
demam, batuk, sesak, pernapasan dangkal, retraksi sela iga, pernapasan cuping hidung, nafas
mendengkur, bahkan sianosis.
Kata Kunci : Pneumonia, Infeksi Saluran Nafas

ABSTRACT
Pneumonia is a respiration tract infection on down side lung parenchyma which
contaminate lung tissues such as alveoli and interstitial tissue caused by bacterias, viruses,
parasitic fungi, and the other unknown objects. The transmission through saliva splashed, direct
contact through mouth and undirect contact through hospital equipments which contaminated to
respiration tract. The manifestation of pneumonia are fever, cough, asphyxiate, shallow breath,
costal retraction, snoring breath, even cyanosis.
Key Word : Pneumonia, Respiratory Tract Infection

PENDAHULUAN
Pneumonia adalah suatu penyakit infeksi atau peradangan pada organ paru-paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun parasit di mana alveolus yang bertanggung jawab
menyerap oksigen dari atmosfer terinflamasi dan terisi oleh cairan. Pneumonia dapat juga
disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya,
seperti kanker paru-paru atau terlalu banyak minum alkohol, namun penyebab yang paling sering
ialah serangan bakteria Streptococcus pneumoniae, atau pneumokokus. Sebelum penemuan dari
antibiotik-antibiotik, satu per tiga dari semua orang-orang yang telah mengembangkan
pneumonia meninggal karena terinfeksi. Saat ini, lebih dari tiga juta orang-orang
mengembangkan pneumonia setiap tahun di Amerika. Lebih dari setengah juta dari orang-orang
ini diopname disebuah rumah sakit untuk perawatan. Meskipun kebanyakan dari orang-orang ini
sembuh, kira-kira 5% akan meninggal dari pneumonia. Pneumonia adalah pemimpin ke enam
penyebab kematian di Amerika. Pneumonia sering kali diderita sebagian besar orang yang lanjut
usia dan mereka yang memiliki penyakit kronik sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh
akan tetapi pneumonia juga bisa menyerang kaum muda yang bertubuh sehat. Saat ini di dunia
penyakit pneumonia dilaporkan telah menjadi penyakit utama di kalangan kanak-kanak dan
merupakan satu penyakit serius yang merenggut nyawa beribu-ribu warga tua setiap tahun.
Diagnosis pneumonia secara klinis umumnya mudah ditegakkan. Tanda dan gejalanya sangat
khas yakni bila ditemukan demam, batuk berdahak (sputum yang produktif) atau nyeri dada.
2

Diagnosis lebih meyakinkan bila didapatkan infiltrat pada pemeriksaan foto rontgen paru dan
penemuan mikroba penyebabnya.1

ISI
ANAMNESIS
Pada anamnesis kasus pneumonia dapat ditanyakan identitas, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang (RPS), riwayat penyakit dahulu (RPD), riwayat penyakit keluarga (RPK)
riwayat persalinan ibu, riwayat perkembangan anak dan riwayat sosial ekonomi pasien.
Pada anamnesis identitas cermati alamat untuk tahu apakah anak tinggal di daerah
berpolusi atau tidak. Pada anamnesis KU tanyakan apakah anak terdapat batuk/sesak /demam.
Pada anamnesis RPS tanyakan, apakah sebelumnya anak tersedak. Pada anamnesis RPK
tanyakan adakah keluarga yang mengalami sakit serupa. Pada anamnesis RPD tanyakan apakah
pernah mengalami sakit serupa atau riwayat asma dan alergi, cermati ada tidaknya
gastroesofageal refluks (tanyakan apakah pernah heartburn, sering mual/muntah). Pada
anamnesis riwayat persalinan cermati apakah anak lahir BBLR (berat badan bayi lahir rendah),
apakah ada kelainan anatomi bawaan. Pada anamnesis riwayat perkembangan tanyakan apakah
anak minum ASI eksklusif dan apakah anak rutin imunisasi. Pada riwayat sosial ekonomi
tanyakan apakah anak tinggal di rumah yang sempit atau tidak.1
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan pada pneumonia umumnya dilakukan dengan cara TTV (tanda-tanda vital),
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pada TTV biasanya didapatkan suhu subfebril atau
tinggi, takikardi, dan peningkatan frekuensi nafas. Pada inspeksi harus diperhatikan bentuk
thoraks dan pergerakannya, keadaan sela iga (pada pneumonia sela iga akan mencekung
/retraksi). Selain itu juga yang bisa kita inspeksi adalah apakah pasien mengalami sesak napas,
batuk-batuk atau sianosis dan juga melihat apakah napas pasien cepat atau lambat. Pada palpasi
thoraks anterior dan posterior pasien, raba sela iga (normal, mencembung/mencekung) dan
melakukan pemeriksaan vokal fremitus pada thoraks anterior dan posterior. Pada perkusi
pemeriksa mengetuk dinding dada dan mendengar hasilnya apakah pekak (adanya massa
tumor/cairan), hipersonor (pada emfisema), redup (adanya infiltrate), dan timpani (pada
penyakit pneumothorak). Pada auskultasi pemeriksa mendengarkan suara paru-paru. Hilangnya
suara nafas normal, adanya suara retak, atau peningkatan suara bisikan (whispered
pectoryloqui) dapat mengenali daerah pada paru yang keras dan yang penuh cairan yang
dinamakan konsolidasi.2

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan lab darah hasil pemeriksaan yang bermakna adalah terdapatnya
leukositosis sebagai penanda adanya infeksi. Hitung jenis leukosit pada pneumonia viral
seringkali normal ataupun sedikit meningkat, dengan limfosit predominan, sedangkan pada
pneumonia bakterial hitung jenis leukosit mengalami peningkatan (>20.000/mm 3) dengan
predominan netrofil.
Biakan darah harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan menentukan bakteri
penyebab pneumonia. Biakan darah positif ditemukan pada 10-20% pneumonia bakterial dan
merupakan konfirmasi sebagai penyebab pneumonia apabila hasilnya positif pada kuman yang
diketahui sebagai patogen respiratori.
Pemeriksaan Radiologi
Tes penting untuk mendeteksi pneumonia pada keadaan yang tidak jelas ialah
dengan foto thoraks. Foto thoraks dapat menampakan daerah opak (terlihat putih) yang
menggambarkan konsolidasi. Pneumonia tidak selalu dilihat oleh sinar x, selain karena
penyakitnya hanya pada tingkat permulaan atau karena mengenai bagian paru tertentu yang
sulit dilihat dengan sinar x. Dalam beberapa kasus CT (computed tomography) dapat
menunjukan pneumonia yang tidak terlihat dengan foto thorax sinar x. Sinar x dapat keliru,
karena masalah lain, seperti parut pada paru dan gagal jantung kongestif dapat menyerupai
pneumonia pada foto thorax sinar x. Foto thorax juga digunakan untuk evaluasi adanya
komplikasi dari pneumonia.
Pemeriksaan Serologi
Tes urin antigen detection adalah suatu cara untuk mendeteksi antigen Legionella
pneumophila serogrup 1. Deteksi ini dapat dilakukan pada hari ke 3 infeksi sampai 1 tahun. Oleh
karena itu tidak dapat digunakan untuk deteksi infeksi baru pada pasien dengan riwayat pernah
infeksi Legionella. Sensitivitas pada pemeriksaan ini adalah 90-94%, dan spesifitasnya adalah
97-100%.
DIAGNOSIS KERJA
Pneumonia adalah suatu proses peradangan di mana terdapat konsolidasi yang
disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada
daerah yang mengalami konsolidasi dan darah yang dialirkan ke sekitar alveoli yang tidak
berfungsi. Hipoksemia dapat terjadi tergantung banyaknya jaringan paru-paru yang sakit. Cara
penularan pneumonia dapat melalui percikan ludah, kontak langsung lewat mulut atau kontak
tidak langsung melalui peralatan yang terkontaminasi dengan saluran pernafasan. Biasanya

penularan organisme terjadi dari orang ke orang, namun penularan melalui kontak sesaat sering
terjadi. Masa inkubasi tidak diketahui pasti, mungkin 1-3 hari.3
DIAGNOSIS BANDING
Bronkitis Akut
Bronkitis merupakan akibat beberapa keadaan lain saluran pernapasan atas dan bawah,
dan trakea biasanya terlibat. Pada anak-anak umumnya yang terjadi adalah bronkitis akut yang
disebabkan oleh infeksi virus (90%). Bronkitis akut biasanya didahului oleh infeksi pernapasan
atas. Infeksi sekunder biasanya diakibatkan oleh Streptococcus pneumoniae, Moraxella
catarrhalis, Haemophilus influenzae dapat terjadi. Khasnya pada anak ialah datang dengan batuk
sering, tidak produktif dan timbulnya relatif bertahap, mulai 2-3 hari setelah rhinitis. Bronkitis
lazim terjadi pada bayi dan anak-anak, dan umumnya terjadi di musim dingin dan musim semi.
Bronkiolitis
Bronkiolitis akut terjadi akibat obstruksi saluran pernapasan kecil penyakit ini terjadi
pada usia 2 tahun pertama. Penyakit ini paling sering mengakibatkan anak harus rawat inap.
Bronkiolitis ditandai dengan adanya obstruksi bronkiolus yang disebabkan oleh edema dan
kumpulan mukus serta kumpulan puing-puing seluler dan oleh invasi oleh bagian-bagian
bronkus yang lebih kecil oleh virus sehingga terjadi penebalan pada dinding bronkiolus.
Penebalan sesedikit apapun pada pronkiolus pada bayi dapat sangat mempengaruhi aliran udara.
Anak mula-mula menderita infeksi ringan saluran napas atas disertai dengan ingus dan bersin.
Gejala ini biasanya berakhir beberapa hari dan dapat disertai dengan penurunan nafsu makan
serta demam 38,5-39oC. Perkembangan kegawatan biasanya disertai dengan batuk proksimal,
dispnea, dan iritabilitas.
Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat
sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi
organ paru-paru (90%) dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Penderita yang terinfeksi
biasanya akan mengalami demam subfebris yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam
hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat
hilang timbul. Gejala lain, penurunan nafsu makan dan berat badan, batuk-batuk selama lebih
dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah), perasaan tidak enak (malaise), dan lemah. Gejala
lain antara lain dahak bercampur darah/batuk darah, sesak nafas dan rasa nyeri pada dada,
demam/meriang lebih dari sebulan, berkeringat pada malam hari tanpa penyebab yang jelas,
badan lemah dan lesu, nafsu makan menurun dan terjadi penurunan berat badan.4

KLASIFIKASI
Terdapat 3 klasifikasi pneumonia, berdasarkan rentang usia, klinis dan epidemiologis,
agen penyebab, dan predileksi infeksi.
Berdasarkan rentang usia, pneumonia dibagi menjadi pneumonia pada anak kurang dari 2
bulan dan anak 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak kurang dari 2 tahun pneumonia
dibagi menjadi pneumonia berat dan bukan pneumonia (batuk biasa). Pneumonia berat ditandai
dengan adanya nafas cepat yaitu frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih.
Bukan Pneumonia ditandai dengan batuk pilek biasa. Sedangkan pada anak usia 2 bulan hingga
kurang dari 5 tahun dibagi menjadi pneumonia berat, pneumonia, dan bukan pneumonia.
Pneumonia berat ditandai dengan adanya sesak atau tarikan dinding dada bagian bawah.
Pneumonia disertai dengan nafas cepat, bila usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun 50 kali per
menit, dan untuk usia 1 hingga kurang dari 5 tahun 40 kali per menit. Bukan pneumonia ditandai
dengan batuk pilek biasa, tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam dan tidak ada
nafas cepat.
Berdasarkan klinis dan epidemiologis pneumonia dibagi menjadi pneumonia komuniti
(community-acquired
pneumonia),
pneumonia
nosokomial
(hospital-acquired
pneumonia/nosocomial pneumonia), pneumonia aspirasi, dan pneumonia pada penderita
immunocompromised. Pneumonia nosokomial dibagi menjadi tiga jenis yaitu hospital acquired
pneumonia (HAP), ventilator associated pneumonia (VAP) dan health care associated
pneumonia (HCAP).
Berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dibagi menjadi pneumonia bakteri/tipikal,
pneumonia akibat virus, pneumonia akibat jamur dan pneumonia atipikal. Pneumonia
bakteri/tipikal dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan
pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga
mereka yang telah lanjut usia. Para peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental, pasien
pascaoperasi, orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang
mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu.
Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi,
bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru. Jika terjadi
infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan sebagian besar
dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi
cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui
peredaran darah. Bakteri Pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab
pneumonia bakteri tersebut. Pneumonia akibat virus biasanya disebabkan oleh virus influenza
(bedakan dengan bakteri Hemofilus influenza yang bukan penyebab penyakit influenza, tetapi
bisa menyebabkan pneumonia juga). Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi
pneumonia karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bakterial. Salah satu tanda
terjadi superinfeksi bakterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah
6

tua. Pneumonia akibat jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada
penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised), bias juga didapat pada individu yang
terlalu lama berada di ruangan yang terdapat aerosol dari air yang lama tergenang misalnya dari
unit pendingin ruangan atau alat pelembab yang kotor, bias mengidap pneumonia Legionella.
Pneumonia atipikal disebabkan oleh Mycoplasma, Legionella, dan Chlamydia.
Berdasarkan predileksi infeksi pneumonia dibagi menjadi pneumonia lobaris dan
pneumonia bronkopneumonia. Pneumonia lobaris adalah pneumonia yang terjadi pada satu lobus
(percabangan besar dari pohon bronkus) kanan maupun kiri. Pneumonia bronkopneumonia
ditandai bercak-bercakninfeksi pada berbagai tempat di paru, baik di kanan Maupin kiri yang
disebabkan oleh virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua.1-3
GEJALA KLINIS
Demam dan batuk (awalnya nonproduktif) merupakan gejala umum. Dapat juga terjadi
nyeri dada dan sesak napas. Gambaran sistemik (lebih sering terjadi namun tidak spesifik untuk
pneumonia atipik) diantaranya adalah nyeri kepala, confusion, mialgia, dan malaise. Adanya
masa prodormal yang lama lebih spesifik bagi organism atipik. Pada pemeriksaan fisik bisa
ditemukan tanda-tanda konsolidasi lokal dan ronki kasar (crackles) pada lobus yang terkena.
Takipnea, hipotensi, dan sianosis merupakan tanda beratnya penyakit.4
ETIOLOGI
Baik pneumonia komuniti maupun pneumonia nosokomial keduanya memiliki etiologi
yang sama yaitu kuman patogen seperti Streptokokus pneumonia, Haemophilus influenzae,
Moraxella catarrhalis dan beberapa bakteri atipikal. Penyebab utama pneumonia nosokomial
adalah bakteri gram negatif Haemophilus influenza. Meski demikian, sekitar 17% pneumonia
nosokomial disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa yang ternyata menjadi penyebab
kematian dan kesakitan pada pneumonia nosokomial. Pneumonia karena jamur tidak banyak
ditemukan tetapi biasanya terdapat pada pasien dengan gangguan imunologik seperti AIDS dan
pemakaian obat-obatan imunosupresan pada pasien transplantasi, kemoterapi dan pada penyakit
imunocompromised lainnya.
Jamur yang sering menimbulkan pneumonia adalah Candida, Aspergillus, Histoplasma
capsulateum, Cryptococcus neoformans dan Coccidiodes immitis. Pneumonia pada pasien
imunocompromised disamping penyebabnya adalah bakteri dan jamur opoturnistik dapat juga
disebabkan virus seperti Cytomegalovirus (CMV), Epstein-Barr virus, Rhinovirus, Adenovirus,
Paramyxovirus, Parainfluenza virus, Herpes simpleks, Herpes virus 6 dan Herpes virus 8. Untuk
dapat mengetahui penyebab lainnya dapat dilihat pada tabel 1.5

Tabel 1. Agen Infeksius Penyebab Pneumonia.5


Golongan
Bakteri

Rickettsia
Chlamydia

Agen Penyebab
Streptococcus pneumonia
Streptococcus pyogenes
Staphylococcus aureus
Klebsiella pneumonia
Pseudomonas aeruginosa
Escherichia coli
Yersinia pestis
Legionnaires bacillus
Peptostreptococcus, Peptococcus
Bacteroides
Fusobacterium
Veillonella
Actinomyces israelii
Nocardia steroids
Coccidioides immitis
Histoplasma capsulatum
Blastomyces dermatiditis
Aspergillus
Phycomycetes
Cixiella burnetti
Chlamydia psittaci

Mycoplasma
Virus
Protozoa

Mycoplasma pneumonia
Influenza virus, adenovirus
Pneumocystis carinii

Actinomycetes
Fungi

Tipe Pneumonia
Pneumonia bacterial

Penyakit Legionnaires
Pneumonia aspirasi (anaerob)

Aktinomikosis pulmonar
Nokardiosis pulmonar
Koksidiomikosis
Histoplasmosis
Blastomikosis
Aspergilosis
Mukomikosis
Demam Q
Psitakosis
Omitosis
Pneumonia mikoplasma
Pneumonia viral
Pneumonia pneumositis

EPIDEMIOLOGI
Pneumonia yang didapat di masyarakat sangat sering terjadi. Insiden di masyarakat
adalah 1-3/1000 orang dewasa. Seperempat jumlah kasus membutuhkan perawatan di rumah
sakit. Insiden kejadian pada laki-laki sama dengan perempuan, walaupun penyakit Legionaire
lebih sering didapatkan pada laki-laki. Pneumonia nosokomial lebih sering terjadi pada manula,
merupakan 2,5% komplikasi dari seluruh perawatan di rumah sakit dan 10-15% dari semua kasus
infeksi yang didapat di rumah sakit. Pada pneumonia pasien dengan system imun rendah
meningkat akibat insiden penggunaan obat-obatan imunosupresif (transplantasi, vaskulitis),
kemoterapi, dan infeksi HIV.5

PATOFISIOLOGI
Pneumonia Komunitas
Pneumonia yang didapat di masyarakat cenderung terjadi pada usia ekstrem, namun tetap
merupakan penyebab morbiditas yang penting dan bahkan penyebab moralitas pada dewasa
muda. Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet. Organisme bermultiplikasi dalam paru dan jika
telah berhasil mengalahkan mekanisme pertahanan paru maka akan terjadi pneumonia.
Kebiasaan merokok melemahkan pertahanan local karena menekan fungsi silier.
Pneumonia Nosokomial
Terdapat beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan seorang pasien mengalami
pneumonia di rumah sakit, yaitu meningkatnya resiko aspirasi, menurunnya pertahanan tubuh,
dan pemakaian alat melalui paru/kulit yang mengganggu pertahanan tubuh normal. Walaupun
organisme penyebab pneumonia yang didapat di dalam masyarakat juga menyebabkan infeksi di
rumah sakit, bakteri gram negatif, Staphilococcus aureus, dan organisme anaerob jauh lebih
sering ditemukan. Penderita penyakit paru yang mengalami pneumonia pasca operasi masih
sangat mungkin mengalami infeksi pneumokokus atau hemofilus.
Pneumonia pada Pasien Immunocompromised
Infeksi paru biasanya dicegah dengan kombinasi berbagai elemen mekanik (epiglottis,
refleks batuk dan refleks muntah, dan selubung mukosilier) serta mekanisme imunologis spesifik
(makrofag/neutrofil, antibody yang dihasilkan oleh limfosit B, dan imunitas seluler oleh limfosit
T). Defek pada bagian manapun dari mekanisme ini meningkatkan resiko infeksi. Sering
ditemukan infeksi oleh mikroorganisme multipel. Infeksi yang dihubungkan dengan system imun
yang tertekan adalah neutropenia (bakteri gram negatif, Staphylococcus aureus, jamur (candida,
aspergillus), menurunnya immunoglobulin (bakteri pneumokokus, Haemophilus influenza), dna
defek sel T (bakteri pneumokokus, H. Influenzae, Staph. Aureus, jamur (candida, pneumocystis),
virus (CMV kelompok herpes, adenovirus), mikrobakteria).6
PENATALAKSANAAN
Untuk penatalaksanaan beri ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM
setiap 6 jam), yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama. Bila anak memberi
respons yang baik maka diberikan selama 5 hari. Selanjutnya terapi dilanjutkan di rumah atau di
rumah sakit dengan amoksisilin oral (15 mg/ kgBB/kali tiga kali sehari) untuk 5 hari berikutnya.
Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam, atau terdapat keadaan yang berat (tidak
dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan semuanya, kejang, letargis atau tidak
sadar, sianosis, distres pernapasan berat) maka ditambahkan kloramfenikol (25 mg/kgBB/kali IM
atau IV setiap 8 jam).
9

Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat, segera berikan oksigen dan pengobatan
kombinasi ampilisin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin. Sebagai alternatif, beri seftriakson
(80-100 mg/kgBB IM atau IV sekali sehari).
Bila anak tidak membaik dalam 48 jam, maka bila memungkinkan buat foto dada.
Apabila diduga pneumonia stafilokokal (dijelaskan di bawah untuk pneumonia
stafilokokal), ganti antibiotik dengan gentamisin (7.5 mg/kgBB IM sekali sehari) dan kloksasilin
(50 mg/kgBB IM atau IV setiap 6 jam) atau klindamisin (15 mg/kgBB/hari 3 kali pemberian).
Bila keadaan anak membaik, lanjutkan kloksasilin (atau dikloksasilin) secara oral 4 kali sehari
sampai secara keseluruhan mencapai 3 minggu, atau klindamisin secara oral selama 2 minggu.
Satu-satunya agen spesifik yang tersedia untuk pengobatan infeksi virus pernapasan
adalah amantadine oral (atau rimantadin) dan ribavirin aerosol.
Beri oksigen pada semua anak dengan pneumonia berat. Gunakan nasal prongs, kateter
nasal, atau kateter nasofaringeal. Penggunaan nasal prongs adalah metode terbaik untuk
menghantarkan oksigen pada bayi muda. Masker wajah atau masker kepala tidak
direkomendasikan. Oksigen harus tersedia secara terus-menerus setiap waktu. Lanjutkan
pemberian oksigen sampai tanda hipoksia (seperti tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
yang berat atau napas > 70/menit) tidak ditemukan lagi.7
KOMPLIKASI
Komplikasi pneumonia dapat berupa gangguan pertukaran gas, obstruksi jalan nafas,
gagal pernafasan, Pleural Effusion (bacterial pneumoniae). Abses kulit, abses jaringan lunak,
otitis media, sinusitis, meningitis purulenta, perikarditis dan epiglotis kadang ditemukan pada
infeksi Hemophylus influenzae. Dengan menggunakan antibiotika, komplikasi pneumonia
hampir tidak pernah dijumpai. Komplikasi yang dapat dijumpai antara lain empiema dan otitis
media akut. Sementara komplikasi lainnya seperti meningitis, perikarditis, osteomielitis, dan
peritonitis lebih jarang terjadi. 8
PROGNOSIS
Sebagian besar anak-anak dengan pneumonia virus dapat sembuh sempurna dan tidak
mempunyai gejala sisa, walaupun mungkin lebih lama. Anak-anak yang tidak mempunyai
penyakit pokok mempunyai prognosis yang baik sekali untuk sembuh sempurna, termasuk
pertumbuhan dan perkembangan yang normal, fungsi paru yang normal, dan tidak meningkatnya
kerentanan pada infeksi paru.8

10

PENCEGAHAN
Pencegahan pneumonia dapat dilakukan dengan cara menjauhkan asap rokok dari anak
serta pemberian vaksin IPD (Invansive Pneumococcal Disease) karena hanya dengan
pencegahan inilah penyakit meningitis (radang selaput otak) dan pneumonia (radang paru) bisa
terhindar.8

KESIMPULAN
Pneumonia adalah suatu proses peradangan di mana terdapat konsolidasi yang
disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pneumonia dapat disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur, ataupun benda asing lain yang masuk ke saluran nafas. Gejala klinis pneumonia
menunjukkan adanya batuk bersputum dan persisten, sesak nafas, nyeri dada, demam subfebril,
retraksi sela iga, nafas cepat, dan takipneu. Pneumonia dapat dikelompokan menjadi beberapa
kelompok, berdasarkan umur, gejala dan epidemiologi, bakteri penyebab, dan predileksi infeksi.
Pengobatan pneumonia dapat dengan pemberian antibiotika intravena maupun oral misal
penisilin, antibiotik golongan fluorokuinolon, dan golongan sefalosporin. Pencegahan
pneumonia pada anak dapat dilakukan dengan menghindari asap rokok serta pemberian vaksin
IPD (Invansive Pneumococcal Disease).

DAFTAR PUSTAKA
1. Arvin BK. Ilmu Kesehatan Anak. Vol 2. Edisi 15. Jakarta: EGC;2012.h.1034-7.
2. Sudoyo AW, Bambang S, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4; jilid 3.
Jakarta: Interna Publishing;2009.h.2207-10
3. Misnadiarly. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia;2010.h.21-4
4. Matondang CS, Wahidayat I, Sastroasmoro S. Diagnosis Fisis pada Anak. 2 nd Ed. Jakarta :
Sagung Seto;2007.h.166-71
5. Jawetc E, Melnick JL, Adelberg EA. Mikrobiologi kedokteran. Edisi 20. Jakarta:
EGC;2009.h,177-9
6. Leach R. Acute and Critical Care Medicine at a Glance. Edisi 2. New York: John Wiley and
Sons;2010.h.72-5
7. Available from URL: http://www.ichrc.org/422-pneumonia-berat-diagnosis-dan-tatalaksana.
Diunduh pada tanggal 07 Juli 2015.
8. Robbins,

Cotrans,

Kumar. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Edisi

ke-5.

Jakarta:EGC.;2012.511-4.

11

Anda mungkin juga menyukai