Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN


Pada bab ini menguraikan secara singkat mengenai tinjauan pelaksanaan
pekerjaan pemrosesan material, mobilisasi, penghamparan, pemadatan, serta
quality control pekerjaan aggregate kelas A dan lapis permukaan AC-Base pada
STA 12+200 sampai 12+700 . Adapun ruang lingkup pekerjaan tersebut dapat
dilihat sebagai berikut :
4.1.

Pekerjaan Aggregat kelas A

4.1.1. Pekerjaaan Awal


Pada proyek peningkatan akses ke pelabuan tanjung api api ini, merupakan
proyek peningkatan jalan. Dimana ini berarti pekerjaan hanya memusatkan
perhatian pada peningkatan akses yang ada bukan membuat jalan baru. Perkerasan
kaku ( rigid pavement) yang telah ada masih dipertahankan dengan asumsi masih
adanya nilai kekuatan sebagai lapis pondasi bawah jalan. Oleh karena itu
pekerjaan penimbunan aggregate kelas a langsung diatas bekas perkerasan kaku
yang ada. Aggregat kelas a yang digunakan disini adalah aggregate yang berasal
dari daerah merak. Dikirim melalui jalur transportasi sungai yang akan disimpan
(storage) pada STA 54+000 proyek peningkatan akses ke pelabuhan tanjung api
api ini

Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar IV.1. Tempat penyimpanan aggregat sementara STA 54+000

20

21

Pada proyek ini dilakukan pengukuran mutual check berupa panjang dan
lebar jalan dengan jarak 50 m per station (STA). Untuk mengetahui lokasi awal
pengukuran, biasanya titik nol atau STA 0+000 ditandai menggunakan patok yang
bertandakan setiap STA agar tidak mudah hilang jika terkena perubahan cuaca.
Begitu pula untuk setiap STA lainnya akan ditandai juga untuk mempermudah dan
mempercepat pekerjaan pengukuran.

.Sumber : Dokumentasi Penulis


Gambar IV.2. Kondisi pada STA 0+000
Pada tinjauan penulis lebih menghususkan tinjauan pelaksanaan pada
lokasi pekerjaan pada STA 12+200

.Sumber : Dokumentasi Penulis


Gambar IV.3.STA 12+200

22

.Sumber : Dokumentasi Penulis


Gambar IV.4. Kondisi jalan pada STA 12+200
4.1.2. Pekerjaan Mobilisasi Material
Alat berat merupakan salah satu fasilitas yang digunakan dalam pekerjaan
mobilisasi material yang akan digunakan untuk pekerjaan, selain dapat menunjang
kelancaran dan terlaksananya kegiatan juga berfungsi untuk mempercepat proses
pekerjaan di lapangan untuk mengejar target waktu yang telah ditetapkan dalam
kegiatan. Alat berat yang biasa digunakan untuk mobilisasi material agregat kelas
A ini adalah seperti excavator dan dump truck.
.
Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar
IV.5.Excavator dan
Dump truck untuk
mobilisasi material
4.1.3.
Pekerjaan
Penghamparan
Material Aggregat
Kelas A

23

Material aggreagt kelas A yang telah dipindahkan dari tempat storage atau
penyimpanan tadi menggunakan alat mobilisasi (alat berat) kemudian akan
dibawa ke lokasi penghamparan. Material aggregate kelas A ini akan dihamparkan
dengan cara mengangkat pompa hidrolik dump truck secara vertical sehingga
gaya grafitasi akan membuat material aggregate kelas A ini jatuh kebawah, proses
ini akan berlanjut terus sampai bak dump truck yang berisi material kosong
dikarenakan material telah selesai dihamparkan.

Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar IV.6. Proses penghamparan material


Material aggregate kelas A yang telah dihamparkan dari dump tuck akan
selanjutnya diproses yaitu dilakuakn perataan menggunakan lata berat motor
grader. Motor grader akan meratakan timbunan agregat kelas a sesuai dengan
lebar jalan dan ketinggian atau elevasi yang telah direncanakan

24

Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar IV.7. Proses perataan material menggunakan motor grader


4.1.4. Pekerjaan Pemadatan Material Aggregat Kelas A
Pada langkah pekerjaan berikutnya, setelah material aggregate dibawa ke
lokasi pekerjaan, kemudian metrial dihamparkan dan diratakan melalui proses
yang dijelaskan diatas, maka langkah selanjutnya dari pekerjaan ini adalah
material akan dipadatkan. Proses pemadatan material ini tergantung dari pada
proses sebelumnya. Tinggi material efektif yang bias dipadatkan menggunakan
tendem roller serta pneumatic tire roller adalah 30. Oleh karena tebal lapisan
agegreat 30 cm maka dilakukan sekali proses perataan dan pemadatan.
Proses pemadatan yang telah diuji sebelumnya menggunakan alat pemadat
tendem roller yang merupaka ala berat dengan 2 roller besar dengan berat 10 ton
yang akan meratan permukaan serta memeberikan tekanan secara vertical
kebawah yang akan membuat material memadat ditambah dengan vibrator yang
akan lebih mengefisiensikan proses pemadatan material. Proses pemadatan
dilakukan dengan 3 lintasan dengan 12 passing tiap tiap lintasannya.

25

Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar IV.8. Proses pemadatan material menggunakan tandem roller

Setelah dilakukan pemadatan menggunakan tendem roller,langkah


pekerjaan selanjutnya adalah pemadatan menggunakan pneumatic tire roller
ditujukan untuk memaksimalkan proses pemadatan material agar dapat terpenuhi
standar spesifikasi kepadatan material. Dalam pekerjaan ini proses pemadatan
haruslah benar benar dipperhitungkan demi efisiensi pekerjaan karena umtuk
mendapatkan ketebalan dan kepadatan material yang sesuai dengan standar
spesifikasi haruslah terlebih dahulu dilakukan uji coba agar mendapatkan hasil
yang maksimal.

26

Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar IV.9. Proses pemadatan material menggunakan pneumatic tire roller


4.1.5. Pekerjaan Quality Control
Pekerjaan quality control dimaksudkan agar kondisi material pekerjaan
yang telah melalui proses mobilisasi sampai pemadatan sesuai dengan spesifikasi
teknis yang sesuai dengan perencanaan awal. Oleh karena itu proses quality
control ini lah yang akan menentukan apakah pekerjaan tersebut akan dibayar atau
tidak. Apabila pekerjaan dilapangan tidak memenuhi spesifikasi teknis seperti
ketebalan, lebar, panjang, volume, serta kepadatan material maka pekerjaan
tersebut tidak bias dibayar oleh pihak owner proyek.

Gambar IV.10 pekerjaan quality control

Sumber :dokumen penulis

4.2.

Pekerjaan Lapis Resap Pengikat (Prime Coat)

27

Lapis resap pengikat merupakan aspal cair yang disemprotkan


menggunakan

asphalt sprayer

yang biasa disebut prime coat. Lapis resap

pengikat digunakan untuk merekatkan antara lapisan permukaan aspal yang baru
dengan lapisan permukaan aspal sebelumnya. Kandungan aspal pada Lapis resap
pengikat lebih sedikit daripada lapis perekat, dikarenakan pekerjaan lapis perekat
hanya dilaksanakan pada lapisan permukaan yang hanya berfungsi sebagai
perekat. Komposisi campuran dari lapis perekat berupa aspal AC-10 atau AC-20
sebanyak 77% dan kerosene sebanyak 23%.
Berikut proses pelaksanaan pekerjaan lapis perekat, yaitu :
1. Komposisi campuran lapis perekat dipanaskan menjadi campuran aspal cair.

Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar IV.11. Proses Pemanasan CAP

2. Lapisan permukaan yang akan diberi Lapis resap pengikat dibersihkan dari
debu dan kotoran menggunakan air compressor.

28

Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar IV.12. Proses pembersihan Lapisan aggregate dari debu dengan


compressor
3. Lapis resap pengikat yang sudah dipanaskan menjadi campuran aspal cair akan
di siapkan untuk di lapisi ke lapisan aggregate dengan spesifikasi minimum
berat 1kg/ m

Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar IV.13. Proses persiapan campuran lapis prime coat

29

4. Lapis resap pengikat disemprotkan menggunakan asphalt sprayer. Kapasitas


dari asphalt sprayer adalah 1000 liter. Spesifikasi rata-rata Lapis resap
pengikat pada proyek ini adalah 1 kg/m2.

Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar IV.14. Proses penyemprotan lapis prime coat

30

4.3.

Pekerjaan Lapis AC-Base (Asphalt Concrete Base)


Setelah pekerjaan lapis perekat selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya

yang akan dilakukan adalah penghamparan dan pemadatan lapis AC-Base. Tebal
lapis AC-base yang direncanakan pada proyek ini adalah 7,5 cm. Komposisi
campuran untuk membuat lapis AC-Base adalah agregat kasar (coarse aggregate)
sebanyak 50%, agregat halus (fine aggregate) sebanyak 44%, filler sebanyak 1%,
dan aspal (asphalt) sebanyak 5%.
Berikut proses pelaksanaan pekerjaan lapis AC-base, yaitu :
1. Agregat, filler, dan aspal dicampurkan dan dipanaskan dalam Asphalt Mixing
Plant (AMP) sampai mencapai suhu yang direncanakan yaitu 150oC.

Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar IV.15. Bak pemanas aspal pada AMP

31

Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar IV.16. cold bin pada AMP

Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar IV.17 Asphalt Mixing Plant (AMP)

32

2. Setelah dipanaskan, aspal dimuat langsung ke dalam bak dump truck dan
ditutup dengan terpal. Hal ini bertujuan agar penurunan suhu aspal tidak terlalu
besar sewaktu sampai pada lokasi pekerjaan.

Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar IV.18. proses muat aspal kedalam Dump Truck

Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar IV.19. Penimbangan Berat Aspal Muatan Truck

33

3. Aspal kemudian diangkut ke lokasi pekerjaan. Waktu tempuh dari AMP ke


lokasi pekerjaan sekitar 40 menit. Sesampainya di lokasi pekerjaan, campuran
aspal AC-Base dari dump truck dituangkan kedalam asphalt finisher. Pada
proses ini perlu diperhatikan pengecekan suhu aspal yang ada. Apakah suhu
aspal sudah sesuai dengan suhu pemadatan standar aspal yaitu 110 .
Namun, perlu diperhatikan sebagai bahan untuk quality control, setiap
campuran aspal yang siap dihamparkan diambil sampelnya sebagai bahan uji
coba laboratorium untuk mengetahui apakah campuran sesuai spesifikasi atau
tidak.

Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar IV.20. Pengambilan sampel untuk uji coba laboratorium

34

Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar IV.21. Uji coba Laboratorium sampel aspal yang diambil

Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar IV.22. Pengukuran suhu aspal sebelum dihamparkan

35

Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar IV.22. Pemindahan aspal AC-Base dari dump truck ke asphalt finisher
4. Dengan asphalt finisher, aspal dihamparkan ke seluruh permukaan jalan.
Kapasitas produksi dari asphalt finisher sekitar 40 ton/jam.

Sumber : Dokumentasi Penulis`

Gambar IV.23. Penghamparan aspal AC-Base menggunakan asphalt finisher

36

5. Saat

proses

penghamparan,

pekerja

lapangan

akan

merapikan

tepi

penghamparan dengan menggunakan sekop dan cangkul, serta ada petugas


yang akan mengukur ketinggian pennghamparan aspal.

Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar IV.24. Pekerja lapangan merapikan tepi penghamparan

Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar IV.25. Petugas yang mengukur ketebalan hamparan aspal

37

6. Setelah aspal dihamparkan dengan ketebalan 9 cm (tidak padat), kemudian


dilakukan pemadatan dengan menggunakan tandem roller. Jumlah lintasan
tandem roller selama pemadatan sebanyak 12 passing yang terdiri dari 3
lintasan awal dan 3 lintasan akhir dengan berat alat 6-8 ton.

Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar IV.26. Pemadatan lapis AC-Base menggunakan tandem roller


7. Setelah dipadatkan menggunakan tandem roller kemudian dilakukan
pemadatan kembali dengan menggunakan pneumatic tired roller. Jumlah
lintasan pneumatic tired roller sebanyak 12 passing dengan berat alat 10-12
ton. Selama pemadatan, dilakukan penyiraman air pada roda pneumatic tired
roller yang berfungsi untuk merekatkan butiran aspal dan memperhalus
permukaan aspal. Air untuk penyiraman roda didapatkan dari water tanker.

38

Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar IV.27. Pemadatan lapis AC-Base menggunakan pneumatic tired roller

8. Kendaraan apapun baik sepeda motor, mobil pribadi, ataupun alat berat
dilarang melintas di atas lapisan AC-Base yang baru dipadatkan. Jalan akan
baru bisa dilewati saat lapisan aspal tersebut telah dingin dan mantap sekitar 45 jam.

4.4 Pekerjaan Core Drill Test

39

Pekerjaan core drill test adalah pekerjaan mengambil sampel perkerasan di


lapangan untuk mengetahui tebal perkerasan, kepadatan serta

mengetahui

karakteristik campuran perkerasan. Pada proyek ini tebal lapis AC-base yang
direncanakan adalah 7,5 cm.
Berikut proses pelaksanaan perkerjaan core drill test :
1. Alat didatangkan ke lokasi pekerjaan dan diletakkan pada lapisan aspal dengan
posisi datar.
2. Water tanker menyediakan air ke alat yang ada sistem pompanya kemudian air
dimasukkan ke alat core drill dengan selang kecil. Hal ini bertujuan agar alat
tidak mengalami kerusakan terutama pada mata bor selama proses pekerjaan.
3. Bor diturunkan secara perlahan sampai kedalaman yang telah direncanakan.
Setelah mecapai kedalaman yang direncanakan, alat dimatikan dan mata bor
dinaikkan.

Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar IV. 28. Proses pekerjaan core drill test


4. Sampel dari hasil pengeboran diambil menggunakan penjapit, lalu diukur
tebalnya menggunakan alat ukur berupa jangka sorong.

40

5. Batas toleransi kekurangan tebal yang diizinkan adalah 0,5-1 cm. Bila ternyata
tebal kurang dari yang direncanakan, pihak kontraktor harus bertanggung
jawab dan tebal lapis AC-base harus ditambah sesuai tebal yang direncanakan.

Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar IV.29. Pengukuran sampel menggunakan jangka sorong


6. Setelah diukur didapat tebal sampel 6,5 cm sedangkan tebal lapis AC-base
yang direncanakan 7,5 cm. Dengan demikian tebal lapisan AC-base dapat
diterima dan pekerjaan pun selesai.

4.5.

Kendala dan Solusi Permasalahan yang Terjadi Saat Pelaksanaan


Pekerjaan

41

Pelaksanaan pekerjaan sering mengalami suatu kendala, apabila tidak


diatasi dapat menganggu kelancaran aktivitas pekerjaan. Pada pekerjaan proyek
peningkatan akses ke pelabuhan tanjung api api terdapat beberapa kendala yang
terjadi saat pelaksanaan pekerjaan serta solusi dari kendala tersebut, antara lain :
1. Cuaca yang tidak menentu, yaitu terjadinya hujan yang lumayan deras. Solusi
yang dapat diambil adalah memperkirakan keadaan cuaca sebelum
melaksanakan pekerjaan atau pekerjaan harus ditunda sampai kondisi cuaca
membaik.
2. Arus lalu lintas di Jalan akses ke pelabuhan tanjung api api yang cukup padat.
Solusi yang dapat diambil adalah dengan mengoptimalkan system buka tutup
jalur agar pekerjaan bias berjalan dengan baik tanpa terkendala arus lalu lintas.
3. Keterlambatan pengiriman material ke lokasi pekerjaan. Solusi yang dapat
diambil adalah mengkonfirmasikan kepada pihak penyedia material agar
material yang dibutuhkan harus siap di lokasi pekerjaan sesuai jumlah yang
dibutuhkan per harinya.
4. AMP yang sering rusak. Solusi yang seharusnya diambil pihak kontraktor
adalah mencari AMP lain yang dianggap dapat memenuhi kebutuhan produksi
campuran lapis permukan dan lokasinya masih dalam batas jangkauan lokasi
proyek.
5. Kurangnya ketersedian alat berat. Solusi dari permasalahan ini adalah
seharusnya pihak kontraktor lebih memaksimalkan pengguanaan alat berat
dengan cara menambah unit yang dalam kondisi yang baik.

Anda mungkin juga menyukai