com
COOPERATIVE LEARNING
SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN ALTERNATIF
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
COOPERATIVE LEARNING
SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN ALTERNATIF
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA
Disusun oleh :
Wahyu Widyaningsih 1102405008
Desi Widi Hardini 1102405017
Ari Suprihatin 1102405072
LEMBAR PENGESAHAN
Karya tulis ini diajukan dalam rangka Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM)
tingkat Fakultas Ilmu Pendidikan dengan judul
Disusun oleh:
Wahyu Widyaningsih 1102405008
Desi Widi Hardini 1102405017
Ari Suprihatin 1102405072
Disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Mengesahkan ,
Menyetujui,
Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Pendidikan
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
Drs. Sugeng Hariyadi MS
NIP. 131472593
KATA PENGANTAR
Puji syukur hanyalah milik Allah SWT yang telah menjadikan manusia paling
sempurna diantara makhluk-makhluk-Nya dengan dibekali akal dan pikiran serta
ilmu pengetahuan. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada
manusia teragung Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, serta umat beliau hingga
akhir zaman. Amin.
Atas izin yang diberikan Allah lah kami akhirnya dapat menyelesaikan karya tulis
ini guna memberikan kontribusi atas keterpurukan bangsa Indonesia dalam mata
pelajaran matematika yang selama ini mengalami kemerosotan. Oleh karena itu,
kami memperkenalkan salah satu model pembelajaran guna meningkatkan
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika yaitu Cooperative
Learning.
Penulis
Semarang, 27 Maret 2008
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
ABSTRAK
Wahyu Widyaningsih, Desi Widi Hardini, Ari Suprihatin. Cooperative Learning Sebagai Model
Pembelajaran Alternative Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Matematika. 2008. Heri Tri Lukman, 31 halaman
Kata Kunci:
Cooperative Learning, motivasi belajar, pembelajaran matematika
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia pendidikan sedang mengalami krisis, perubahan-perubahan yang
cepat di luar pendidikan menjadi tantangan-tantangan yang harus dijawab oleh
dunia pendidikan. Jika praktik-praktik pengajaran dan pendidikan di Indonesia
tidak dirubah, bangsa Indonesia akan ketinggalan oleh negara-negara lain.
Pada abad 21 ini, praktik-praktik pembelajaran dan pendidikan di sekolah-
sekolah perlu diperbaharui. Peranan dunia pendidikan dalam mempersiapkan
anak didik agar optimal dalam kehidupan bermasyarakat, maka proses dan
model pembelajaran perlu terus diperbaharui.
Upaya pembaharuan proses tersebut, terletak pada tanggung jawab guru,
bagaimana pembelajaran yang disampaikan dapat dipahami oleh anak didik
secara benar. Dengan demikian, proses pembelajaran ditentukan sampai
sejauh guru dapat menggunakan metode dan model pembelajaran dengan baik.
Model pembelajaran itu banyak macamnya, setiap model pembelajaran sangat
ditentukan oleh tujuan pembelajaran dan kemampuan guru dalam mengelola
proses pengajaran.
Matematika sebagai suatu pertanda perkembangan intelegensi manusia,
matematika juga merupakan salah satu cara mengembangkan cara berpikir
oleh karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-
hari maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK. Sehingga matematika perlu
dibekalkan pada peserta didik sejak usia dini.
Namun mutu pendidikan Indonesia, terutama dalam mata pelajaran
matematika, masih rendah. Data UNESCO menunjukkan, peringkat
matematika Indonesia berada di deretan 34 dari 38 negara. Sejauh ini,
Indonesia masih belum mampu lepas dari deretan penghuni papan bawah.
Hasil tes Trends in International Mathematics and Sciences Study
(TIMSS) tahun 2003 menunjukkan bahwa kemampuan matematika anak
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
kelas dua sekolah menengah pertama (SMP) di Indonesia berada di peringkat
ke-35 dari 46 negara.
Sedangkan hasil penelitian TIMMS yang dilakukan oleh Frederick K. S.
Leung pada tahun 2003, jumlah jam pengajaran matematika di Indonesia jauh
lebih banyak dibandingkan Malaysia dan Singapura. Dalam satu tahun, siswa
kelas 8 di Indonesia rata-rata mendapat 169 jam pelajaran matematika.
Sementara di Malaysia hanya mendapat 120 jam dan Singapura 112 jam.
Namun, hasil penelitian yang dipublikasikan di Jakarta pada 21 Desember
2006 itu menyebutkan, prestasi Indonesia berada jauh di bawah kedua negara
tersebut. Prestasi matematika siswa Indonesia hanya menembus skor rata-rata
411. Sementara itu, Malaysia mencapai 508 dan Singapura 605 (400= rendah,
475 = menengah, 550 = tinggi, dan 625 = tingkat lanjut). Waktu yang
dihabiskan siswa Indonesia di sekolah tidak sebanding dengan prestasi yang
diraih. Hal ini terjadi karena ada sesuatu dengan metode pengajaran
matematika di negara ini.
Dari data-data di atas sudah saatnya guru matematika membuka
paradigma baru dalam pola pengajaran matematika di kelas. Dimana
matematika yang selama ini dianggap sebagai mata pelajaran yang
membosankan dan menakutkan berubah menjadi sesuatu yang menyenangkan
dan mengasyikkan. Kegiatan pembelajaran matematika dilakukan dengan
mengaitkan antara pengembangan diri dengan proses pembelajaran dikelas
melalui pengalaman-pengalaman belajar yang inovatif, menantang dan
menyenangkan.
Salah satu model pembelajaran yang dapat mengakomodasi kepentingan
untuk mengkolaborasikan pengembangan diri di dalam proses pembelajaran
adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Ide penting
dalam pembelajaran kooperatif adalah membelajarkan kepada siswa
keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting bagi
siswa, karena pada dunia kerja sebagian besar dilakukan secara kelompok.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran
yaitu siswa belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan dikelompokkan
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Jadi dalam setiap kelompok
terdapat peserta didik yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Dalam
menyelesaikan tugas, anggota saling bekerja sama dan membantu untuk
memahami bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman
belum menguasai bahan pembelajaran.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran
matematika akan mengaktifkan siswa serta menyadarkan siswa bahwa
matematika tidak selalu membosankan. Guru hanya sebagai fasilitator untuk
membentuk dan mengembangkan pengetahuan itu sendiri, bukan untuk
memindahkan pengetahuan. Melalui pembelajaran kooperatif siswa
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan motivasi dalam
belajar matematika.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, hal-hal yang akan dibahas pada karya
tulis ini adalah
1. Mengapa Cooperative Learning perlu dilaksanakan dalam mata pelajaran
matematika?
2. Bagaimana pelaksanaan Cooperative Learning dalam mata pelajaran
matematika?
3. Apa kelebihan dan kelemahan Cooperative Learning dalam mata pelajaran
matematika?
C. Tujuan Penulisan
Dari permasalahan-permasalahan diatas, maka tujuan penulisan karya
tulis ini adalah
1. Untuk menjelaskan pentingnya Cooperative Learning dalam mata
pelajaran matematika.
2. Untuk menjelaskan mengenai pelaksanaan Cooperative Learning dalam
mata pelajaran matematika.
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
3. Untuk menjelaskan kelebihan dan kekurangan Cooperative Learning
dalam mata pelajaran matematika.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai
berikut:
a. Bagi siswa
karya tulis ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk meningkatkan
motivasi siswa dalam belajar, meningkatkan keaktivan siswa,
mengembangkan jiwa kerja sama saling menguntungkan, menghargai satu
sama lain, membangun kepercayaan diri dalam menyelesaikan masalah-
masalah matematika serta sebagai metode yang dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
b. Bagi penulis
Karya tulis ini dapat digunakan untuk Menambah pengetahuan dan
pengalaman.
c. Bagi guru
Karya tulis ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
melakukan pembelajaran dikelas.
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Cooperative Learning
1. Pengertian Cooperative Learning
Cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang
menitikberatkan pada pengelompokan siswa dengan tingkat kemampuan
akademik yang berbeda kedalam kelompok-kelompok kecil (Saptono,
2003:32). Kepada siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar
dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan
kepada teman sekelompoknya, menghargai pendapat teman, berdiskusi
dengan teratur, siswa yang pandai membantu yang lebih lemah, dan
sebagainya.
Agar terlaksana dengan baik strategi ini dilengkapi dengan LKS
yang berisi tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan siswa. Selama
bekerja dalam kelompok, setiap anggota kelompok berkesempatan untuk
mengemukakan pendapatnya dan memberikan respon terhadap pendapat
temannya. Setelah menyelesaikan tugas kelompok, masing-masing
menyajikan hasil pekerjaannya didepan kelas untuk didiskusikan dengan
seluruh siswa.
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
4) Atas dasar hasil diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada
materi/permasalahan yang belum diungkap siswa
5) kesimpulan
e. Make a match (membuat pasangan)
Langkah-langkah:
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik
yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan
sisi sebaliknya berupa kartu jawaban)
2) Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal
dari kartu yang dipegang.
3) Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya (kartu soal/kartu jawaban)
4) Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu
diberi poin
5) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat
kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya
6) Kesimpulan.
B. Motivasi Belajar
Salah satu aspek psikologis yang ada pada diri seseorang adalah
motivasi. Menurut Egsenck (Slameto, 2003:170) motivasi merupakan suatu
proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsisten, serta arah
umum dari tingkah laku manusia. Seseorang termotivasi atau terdorong untuk
melakukan sesuatu karena adanya tujuan atau kebutuhan yang hendak dicapai.
Tujuan atau kebutuhan tersebut akan mengarahkan perilaku seseorang.
Begitu pula perilaku seseorang dalam kegiatan belajar mengajar juga
memerlukan motivasi untuk belajar. Menurut Sardiman (1987), motivasi
belajar ada 2 yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang menjadi aktif atau berfungsinya
tidak perlu ada perangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, tingkah
laku yang dilakukan seseorang disebabkan oleh kemauan sendiri bukan
dorongan dari luar.
b. Motivasi Ekstrinsik.
Motivasi ekstrinsik merupakan motif yang aktif dan berfungsi karena
adanya dorongan atau rangsangan dari luar. Tujuan yang diinginkan dari
tingkah laku yang digerakkan oleh motivasi ekstrinsik terletak diluar
tingkah laku tersebut.
Penguatan motivasi-motivasi belajar tersebut berada ditangan para guru
pendidik dan anggota masyarakat yang lain. Guru sebagai pendidik bertugas
memperkuat motivasi belajar selama minimum 9 tahun pada usia wajib
belajar. Orang tua bertugas memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat.
Ulama sebagai pendidik juga bertugas memperkuat motivasi belajar sepanjang
hayat.
Menurut Dimyati & Mudjiono (1994:89), unsur-unsur yang
mempengaruhi motivasi belajar adalah:
a. Cita-cita atau aspirasi siswa
Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil. Keberhasilan
mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan
dikemudian hari cita-cita dalam kehidupan. Dari segi emansipasi
kemandirian, keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar kemauan dan
semangat belajar. Dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau
juga hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi kemauan, dan
kemudian kemauan menjadi cita-cita.
b. Kemampuan siswa
Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau
kecakapan mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi anak
untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
c. Kondisi siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani sangat
mempengaruhi motivasi belajar.
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
d. Kondisi lingkungan siswa
Lingkungan siswa berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal,
pergaulan sebaya, kehidupan kemasyarakatan. Dengan kondisi lingkungan
tersebut yang aman, tentram, tertib dan indah maka semangat dan motivasi
belajar mudah diperkuat.
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, pikiran yang
mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan
teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar.
f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa
Guru adalah seorang pendidik profesional. Ia bergaul setiap hari dengan
puluhan atau ratusan siswa. Sebagai pendidik, guru dapat memilil dan
memilah yang baik. Partisipasi dan teladan memilih perilaku yang baik
tersebut sudah merupakan upaya membelajarkan dan memotivasi siswa.
Adapun upaya untuk meningkatkan motivasi belajar menurut Dimyati &
Mudjiono (1994:89) yaitu:
a. Optimalisasi penerapan prinsip belajar
Kehadiran siswa di kelas merupakan awal dari motivasi belajar. Untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa merupakan bimbingan tindak
pembelajaran bagi guru. Dalam upaya pembelajaran, guru harus
berhadapan dengan siswa dan menguasai seluk beluk bahan yang
diajarakan kepada siswa. Upaya pembelajaran terkait dengan beberapa
prinsip pembelajaran. Beberapa prinsip pembelajaran tersebut antara lain
sebagai berikut:
1. Belajar menjadi bermakna jika siswa memahami tujuan belajar, oleh
karena itu guru harus menjelaskan tujuan belajar secara hierarkis.
2. Belajar menjadi bermakna bila siswa dihadapkan pada pemecahana
masalah yang menantangnya, oleh karena itu peletakan urutan masalah
yang menantang harus disusun guru dengan baik.
3. Belajar menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan segala
kemampuan mental siswa dalam program kegiatan tertentu oleh karena
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
itu guru sebaiknya membuat pembelajaran dalam pengajaran unit atau
proyek.
4. Kebutuhan bahan belajar siswa semakin bertambah, oleh karena itu guru
perlu mengatur bahan dari yang paling sederhana sampai paling
menantang.
5. Belajar menjadi menantang bila siswa memahami prinsip penilaian dan
faedah nilai belajarnya bagi kehidupan dikemudian hari, oleh karena itu
guru perlu memberi tahukan kriteria keberhasilan atau kegagalan
belajar.
b. Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran
Unsur-unsur yang ada di lingkungan maupun dalam diri siswa ada
yang mendorong dan ada yang menghambat kegiatan belajar. Oleh karena
itu guru yang lebih memahami keterbatasan waktu bagi siswa dapat
mengupayakan optimalisasi unsur-unsur dinamis tersebut dengan jalan :
1. Pemberian kesempatan pada siswa untuk mengungkap hambatan belajar
yang dialaminya.
2. Memelihara minat, kemauan, dan semangat belajarnya sehingga
terwujud tindak belajar.
3. Meminta kesempatan pada orang tua atau wali, agar memberi
kesempatan kepada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar.
4. Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar.
5. Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira
terpusat pada perilaku belajar.
6. Guru merangsang siswa dengan penguat memberi rasa percaya diri.
c. Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa
Guru wajib menggunakan pengalaman belajar dan kemampuan
siswa dalam mengelola siswa belajar. Upaya optimalisasi pemanfaatan
pengalaman siswa tersebut dapat dilakukan sebagai berikut : (1) Siswa
ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya dan bertanya kepada guru apa
yang mereka tidak mengerti. (2) Guru mempelajari hal-hal yang sukar bagi
siswa. (3) Guru memecahkan hal-hal yang sukar. (4) Guru mengajarkan
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
cara memecahkan kesukaran tersebut dan mendidik kebenaran mengatasi
kesukaran. (5) Guru mengajak siswa mengalami dan mengatasi kesukaran.
(6) Guru memberi kesempatan siswa untuk menjadi tutor sebaya. (7) Guru
memberi penguatan kepada siswa yang berhasil mengatasi kesukaran
belajarnya sendiri. (8) Guru menghargai pengalaman dan kemampuan
siswa agar belajar secara mandiri.
d. Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar
Pengembangan cita-cita belajar dilakukan sejak siswa masuk
sekolah dasar. Pengembangan cita-cita tersebut ditempuh dengan jalan
membuat kegiatan belajar sesuatu. Penguat berupa hadiah diberikan pada
setiap siswa yang berhasil. Sebaliknya dorongan keberanian untuk
memiliki cita-cita diberikan kepada siswa yang berasal dari semua lapisan
masyarakat.
C. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap
kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik (siswa) yang
beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara
siswa dengan siswa.
Banyak para ahli yang mendefinisikan tentang matematika. Akibatnya,
ada banyak definisi tentang matematika. Diantaranya adalah H.W Flower
(Suyitno,2004:51) yang mendefinisikan bahwa mathematics is the abstract
science of space and number.
Menurut R. Soedjadi dan Masriyah (Suyitno, 2004:52) meskipun
terdapat berbagai definisi matematika yang tampak berlainan, tetapi dapat
ditarik ciri-ciri yang sama yakni: (1).matematika mempunyai obyek kajian
yang abstrak, (2) matematika mendasarkan diri pada kesepakatan-kesepakatan,
(3) matematika sepenuhnya menggunakan pola pikir deduktif, dan (4)
matematika dijiwai dengan kebenaran konsistensi.
Dengan demikian pembelajaran matematika adalah suatu proses atau
kegiatan guru mata pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
kepada siswanya yang didalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan
iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi,minat, bakat, dan
kebutuhan siswa tentang matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi
optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa dalam
mempelajari matematika tersebut (Suyitno, 2004:2).
Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di pendidikan
dasar dan menengah. Matematika sekolah tersebut terdiri atas bagian-bagian
matematika yang dipilih guna :
1. Menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan
2. Membentuk pribadi siswa
3. Berpandu pada perkembangan IPTEK
Menurut Suyitno (2004:52), obyek matematika ada 2, yaitu :
1. Objek langsung matematika adalah sebagai berikut:
a. Fakta, yakni konvensi-konvensi sembarang dalam matematika.
Contohnya: 2, ∈ , dsb. Juga kalimat seperti 2+3=5
b. Konsep, adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan
klasifikasi atau penggolongan. Contoh: konsep ”segitiga” misalnya,
adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan
apakah suatu bangun geometri, datar, termasuk segitiga atau tidak.
c. Prinsip, adalah pola huungan fungsional diantara konsep-konsep. Salah
satu wujud prinsip adalah teorema.
d. Skil, adalah keterampilan mental untuk menjalankan prosedur atau
algoritma guna menyelesaikan suatu masalah matematika.
2. Obyek tidak langsung matematika ada 7 macam yaitu: (a) bukti teorema,
(b) pemecahan masalah, (c) transfer belajar, (d) pengembangan intelektual,
(e) kerja individu, (f) kerja kelompok, dan (g) sikap positif.
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
BAB III
METODE PENULISAN
Pada penulisan karya ilmiah ini penulis menggunakan kajian pustaka dan
kajian pemikiran yang penulis lakukan. Sumbernya diperoleh dari berbagai
literature yang mendukung, artikel-artikel yang relevan dan dilengkapi dengan
informasi-informasi dari internet.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penulisan karya tulis ilmiah ini
adalah sebagai berikut :
1. Menemukan dan mengidentifikasikan masalah
Hasil penelitian TIMMS yang dilakukan oleh Frederick K. S. Leung pada
tahun 2003, jumlah jam pengajaran matematika di Indonesia jauh lebih banyak
dibandingkan Malaysia dan Singapura. Dalam satu tahun, siswa kelas 8 di
Indonesia rata-rata mendapat 169 jam pelajaran matematika. Sementara di
Malaysia hanya mendapat 120 jam dan Singapura 112 jam. Namun, hasil
penelitian yang dipublikasikan di Jakarta pada 21 Desember 2006 itu
menyebutkan, prestasi Indonesia berada jauh di bawah kedua negara tersebut.
Prestasi matematika siswa Indonesia hanya menembus skor rata-rata 411.
Sementara itu, Malaysia mencapai 508 dan Singapura 605 (400= rendah, 475
= menengah, 550 = tinggi, dan 625 = tingkat lanjut). Waktu yang dihabiskan
siswa Indonesia di sekolah tidak sebanding dengan prestasi yang diraih. Hal
ini terjadi karena ada sesuatu dengan metode pengajaran matematika di negara
ini.
Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis mencoba untuk
memperkenalkan cooperative learning yang diterapkan dalam pembelajaran
matematika. Dengan Cooperative learning, motivasi siswa dalam belajar
matematika dapat meningkat, mengingat waktu yang dihabiskan siswa untuk
belajar disekolah lebih banyak.
2. Mencari berbagai literatur yang relevan dengan penulisan karya tulis
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
Kegiatan ini dilakukan dengan harapan akan diperoleh suatu pedoman
literatur yang relevan dan terkait dengan pemecahan permasalahan karya tulis
ini.
3. Mengadakan kajian kepustakaan
Didasarkan pada kerangka permasalahan yang penulis kemukakan dalam
karya tulis ini, maka penulis mencoba untuk mengkaji, menganalisa, dan
mengkorelasikan pemikiran penulis, sehingga akan diperoleh suatu kajian dan
analisa secara mendalam terhadap penulisan yang penulis uraikan. Dengan
kajian tersebut penulis diharapkan akan menghasilkan pemecahan masalah
serta analisa yang jelas terhadap permasalahan yang akan dipecahkan.
4. Merumuskan alternatif pemecahan masalah
Langkah ini berupa pengkorelasian solusi yang telah dikembangkan
sebelumnya pada bidang yang berbeda.
5. Menyusun karya tulis
Penulisan karya tulis ini berdasarkan langkah-langkah sebagaimana telah
dikemukakan diatas.
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
BAB IV
PEMBAHASAN
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
memotivasi siswa yang ingin dicapai pada pelajaran
tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2
Menyajikan informasi Guru menyampaikan informasi kepada
siswa dengan jalan demonstrasi atau
lewat bahan bacaan
Fase 3
Mengorganisasikan siswa ke Guru menjelaskan kepada siswa
dalam kelompok-kelompok bagaimana membentuk kelompok
belajar belajar dan membantu setiap kelompok
agar melakukan transisi secara efisien
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja Guru membimbing kelompok-
dan belajar kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka
Fase 5
Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6
Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk
mneghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok.
Menurut Sukarmin (2002: 5) Untuk kelancaran cooperative learning
sebelum melakukan tahapan-tahapan tersebut perlu dilakukan persiapan
sebagai berikut:
1. Persiapan materi
Materi yang akan disajikan dalam cooperative learning dirancang
sedemikian hingga sesuai dengan bentuk pembelajaran yang
diselenggarakan secara kelompok. Sebelum menyajikan materi
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
pembelajaran terlebih dahulu dibuat lembar kegiatan yang akan dipelajari
siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif.
2. Pembentukan kelompok kooperatif
Jumlah anggota dalam setiap kelompok kooperatif adalah 4-5 orang.
Kelompok yang dibentuk ini bersifat heterogen secara akademik, yaitu
terdiri dari siswa pandai, sedang dan kurang. Selain mempertimbangkan
kemampuan akademik, perlu juga mempertimbangkan kriteria
heterogenitas lainnya, misalnya jenis kelamin dan latar belakang sosial.
3. Penentuan skor dasar
Selanjutnya diinformasikan skor dasar tiap anggota. Skor dasar berasal
dari skor tes individu pada evaluasi sebelumnya.
Cooperative learning menawarkan Model evaluasi yang berbeda
dimana terdapat nilai individu dan nilai kelompok. Meskipun siswa bekerja
bersama, siswa secara perorangan bertanggung jawab terhadap belajarnya
sendiri. Pemberian nilai kelompok hendaknya tidak dilakukan sampai siswa
merasa enak dengan pembelajaran kooperatif. Diakhir cooperative learning
dilakukan evaluasi dan penghargaan kelompok. Evaluasi dikerjakan secara
individu dalam waktu 45 menit sampai 60 menit. Pada saat evaluasi ini siswa
harus menunjukkan apa yang telah ia pelajari saat bekerja dengan
kelompoknya. Skor yang diperoleh siswa dalam evaluasi selanjutnya diproses
untuk menentukan nilai perkembangan individu yang akan disumbangkan
sebagai skor kelompok.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan bentuk
penghargaan kelompok menurut (Sukarmin, 2002:5) adalah sebagai berikut:
1) Menghitung skor individu dan skor kelompok
Penghitungan skor tes individu ditujukan untuk menentukan nilai
perkembangan individu yang akan disumbangkan sebagai skor kelompok.
Nilai perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih pemerolehan
skor tes terdahulu dengan skor tes terakhir. Dengan cara ini setiap anggota
memiliki kesempatan yang sama untuk memberi sumbangan skor
maksimal bagi kelompoknya.
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
Tabel nilai perkembangan individu
Skor tes Nilai perkembangan
- lebih dari 10 poin dibawah skor dasar 5
- 10 poin hingga 1 poin dibawah skor dasar 10
- Sama dengan skor dasar sampai 10poin 20
diatasnya
- Lebih dari 10 poin diatas skor dasar 30
- Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor 30
dasar).
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
persegi panjang, persegi, empat, amati bentuknya.
trapesium, jajargenjang, belah Sebutkan sifat-sifat segi
ketupat dan laying-layang. empat?
Sebutkan garis yang
sejajar, garis diagonal dan
garis yang sama panjang
pada bangun segi empat?
Siswa mampu mengenali
sifat-sifat pada bnagun
segi empat
Siswa mampu menentukan rumus 3. Siswa menyiapkan bentuk
keliling dan luas bangun segi gambar segi empat
empat serta menggunakannya Bagaimana rumus
dalam pemecahan masalah keliling bangun segi
empat?
Bagaimana rumus luas
bangun segi empat?
Siswa menyebutkan
barang yang menyerupai
bentuk segi empat?
Siswa Menghitung
panjang dan lebar bentuk
segi empat?
Siswa menghitung
keliling dan luas bentuk
segi empat?
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
diharapkan
Interaksi Penggaris STAD
Menduga Buku 1. Membentuk kelompok yang
Memahami Pensil anggotanya ± 4 orang.
Menghitung Penghapus 2. Guru menyajikan materi
Berkomunikasi pelajaran segi empat
3. Guru memberi tugas dengan
LKS untuk dikerjakan,
anggota kelompok yang
mengetahui jawabannya
memberikan penjelasan
kepada anggota kelompok.
4. Guru memberikan
pertanyaan/kuis 1 dan siswa
menjawab pertanyaan/kuis
1dengan tidak saling
membantu.
5. Pembahasan kuis 1
6. Kesimpulan
Berkomunikasi Jigsaw
Memahami 1. Siswa dikelompokkan
Bertanya dengan anggota ± 4 orang
Menyimpulkan 2. Tiap orang dalam tim diberi
materi segi empat dan tugas
yang berbeda yang terdapat
dalam LKS
3. Anggota dari tim yang
berbeda dengan penugasan
yang sama membentuk
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
kelompok baru (kelompok
ahli)
4. Setelah kelomppok ahli
berdiskusi, tiap anggota
kembali kekelompok asal dan
menjelaskan kepada anggota
kelompok tentang sub bab
yang mereka kuasai
5. Tiap tim ahli
mempresentasikan hasil
diskusi
6. Pembahasan
7. Penutup
Keterampilan yang
Teknik dan prosedur
diharapkan
Interaksi Make a match
Memahami 1. Guru menyiapkan beberapa kartu
Menghitung yang berisi beberapa
Berkomunikasi konsep/topik tentang pokok
Bertanya bahasan bangun segi empat untuk
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
Menyimpulkan sesi review (satu sisi kartu berupa
kartu soal dan sisi sebaliknya
berupa kartu jawaban)
2. Setiap siswa mendapat satu kartu
dan memikirkan jawaban atau
soal dari kartu yang dipegang.
3. Siswa mencari pasangan yang
mempunyai kartu yang cocok
dengan kartunya (kartu soal/kartu
jawaban)
4. Siswa yang dapat mencocokkan
kartunya sebelum batas waktu
diberi poin
5. Setelah satu babak kartu dikocok
lagi agar tiap siswa mendapat
kartu yang berbeda dari
sebelumnya, demikian seterusnya
6. Kesimpulan.
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
h. Cooperative learning dapat mencegah keagresivan dalam sistem
kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa
mengorbankan aspek kognitif.
i. Meningkatkan kemajuan belajar(pencapaian akademik)
j. Meningkatkan kehadiran siswa dan sikap yang lebih positif
k. Menambah motivasi dan percaya diri
l. Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi teman-
teman sekelasnya
m. Mudah diterapkan dan tidak mahal
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
d. Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau
secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan
tersebut. Dalam cooperative learning pembagian tugas rata, setiap
anggota kelompok harus dapat mempresentasikan apa yang telah
didapatnya dalam kelompok sehingga ada pertanggungjawaban secara
individu.
Cooperative learning merupakan model pembelajaran yang dapat
memotivasi belajar siswa dimana kekurangan yang mungkin terjadi dapat
diminimalisirkan.
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dalam karya tulis ini adalah:
1. Motivasi merupakan faktor yang ada pada diri individu. Hal ini menjadi
penting untuk mendorong siswa meningkatkan keberhasilan belajar dan
kecakapan menghadapi tantangan hidup. Kadar motivasi belajar siswa
tidak stabil, kadang tinggi, kadang rendah, bahkan suatu ketika motivasi
tersebut hilang dari diri siswa. Oleh karena itu, perlu diterapkan
cooperative learning pada pembelajaran matematika dalam mengupayakan
peningkatan kualitas pendidikan.
2. Pelaksanaan cooperative learning dalam pembelajaran matematika dapat
menggunakan berbagai model serta efektif jika digunakan dalam suatu
periode waktu tertentu.
3. Susana positif yang timbul dari cooperative learning memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran dan guru matematika.
Dalam kegiatan-kegiatan yang menyenangkan siswa merasa lebih
termotivasi untuk belajar dan berpikir. Namun tidak menutup
kemungkinan kericuhan didalam kelas akan terjadi.
B. Saran
Saran yang penulis ajukan dalam karya tulis ini adalah:
1. Keberhasilan cooperative learning tergantung dari siswa dan guru
sehingga dibutuhkan guru yang menguasai sistem pengajaran atau
penilaian cooperative learning dan siswa berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
2. Cooperative learning dapat dijadikan alternatif menarik dalam
peningkatan motivasi belajar siswa disekolah.
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
3. Cooperative learning dalam pembelajaran matematika membantu siswa
dalam menginterpretasikan secara tepat berbagai ide dan kesimpulan
sehingga pihak sekolah harus dapat memberikan suatu inovasi terbaru
dalam pembelajaran ini.
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
DAFTAR PUSTAKA
http://learning-with-me.blogspot.com/2006/09/pembelajaran.html
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0412/22/utama/1455421.htm
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
Lampiran 1
Kegiatan siswa dalam pembelajaran kooperatif dapat dilihat dalam bagan berikut
ini:
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
Lampiran 2
A. Standar Kompetensi
Mengidentifikasi garis, sudut, dan bangun datar serta dapat
menentukan besaran-besaran yang ada didalamnya.
B. Kompetensi Dasar
Menentukan sifat-sifat dan menghitung besaran-besaran segiempat.
C. Indikator
2. Menjelaskan pengertian persegi panjang menurut sifat-sifatnya.
3. Menjelaskan sifat-sifat persegi panjang ditinjau dari diagonal,
sisi dan sudutnya.
4. Menghitung rumus keliling dan luas persegi panjang.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, siswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengertian persegi panjang menurut sifat-sifatnya.
2. Menjelaskan sifat-sifat persegi panjang ditinjau dari diagonal,
sisi dan sudutnya.
3. Menghitung rumus keliling dan luas persegi panjang.
E. Materi Pembelajaran
Persegi panjang
F. Sarana dan Sumber belajar
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
Sarana belajar : Lembar Kerja Siswa(LKS), penggaris, kapur,
balck board.
Sumber belajar : Matematika untuk SMP kelas VII( Penerbit:
Erlangga,YRAMA WIDYA).
G. Metode Pembelajaran
Model pembelajaran : Kooperatif tipe STAD
Metode pembelajaran : Kombinasi ceramah, Tanya jawab, diskusi,
dan pemberian tugas.
H. Proses Belajar Mengajar
1. Pendahuluan
a. Guru mengkondisikan fisik.
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
c. Guru menjelaskan kepada siswa tentang model
pembelajaran yang akan dilakukan yaitu STAD.
d. Guru menyampaikan motivasi kepada siswa tentang
manfaat mempelajari materi segiempat
e. Guru menyampaikan apersepsi yaitu mengingatkan kembali
tentang garis dan sudut dengan menggunakan metode tanya
jawab.
2. Inti
a. Guru menjelaskan pengertian, sifat-sifat, keliling dan luas
persegi panjang dengan metode tanya jawab.
b. Guru membentuk kelompok dan mengatur tempat duduk
siswa agar setiap anggota kelompok dapat saling bertatap
muka. Setiap kelompok 4 siswa.
c. Guru membagikan LKS. Setiap kelompok diberi 2 LKS
untuk dikerjakan bersama
d. Bila ada kesulitan, sebaiknya siswa bertanya kepada
anggota kelompok yang lain sebelum bertanya kepada guru.
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
e. Ketua kelompok harus memastikan bahwa semua anggota
kelompok sudah memahami dan mengerjakn LKS yang
diberikan guru.
f. Guru berkeliling untuk mengawasi kinerja kelompok
g. Guru memberi kunci jawaban LKS agar siswa dapat
memeriksa jawabannya sendiri. Guru tetap sebagai
narasumber atau fasilitator jika diperlukan.
h. Setelah selesai mengerjakan LKS secara tuntas, guru
memberikan kuis yang dikerjakan secara individu dan tidak
boleh bekerja sama.
i. Setelah selesai mengerjakan kuis, guru langsung membahas
bersama siswa untuk melihat hasilnya. Siswa yang
memperoleh nilai tertinggi diberi tepuk tangan.
j. Guru menyuruh siswa untuk kembali ketempat duduk
masing-masing.
3. Penutup
a. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah
dipelajari dengan metode tanya jawab.
b. Guru memberikan tugas rumah yang dikerjakan secara
individu.
I. Penilaian
1. Jenis tagihan : Kuis dan LKS
2. Bentuk tes : Uraian
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
Lampiran 3
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
Lampiran 4
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
Lampiran 5
Kelompok :………..
Anggota : 1.
2.
3.
4.
5.
SOAL
1. Gambar dibawah ini adalah persegi panjang EFGH
8cm
H G
O 6 cm
E F
2x O
x
E F
a. ∠EOF =………
b. ∠FOG = .......... .
c. ∠EOH = ..........
d. Tentukan nilai x ?
Penyelesaian:
a. ∠EOF = ∠....... = ....... 0
b. ∠FOG = 1800- ∠HOG
= 1800- ………0
= ……..0
c. ∠EOH = ∠...... =……0
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
3. Hitunglah luas dan keliling persegi panjang yang panjangnya 7 cm dan
lebarnya 4 cm!
Penyelesaian:
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
4. ABCD adalah persegi panjang. Luas ABCD = 48 cm2. Hitunglah nilai x
dan keliling ABCD!
D C
3 cm
A B
(4 + x)cm
Pemyelesaian:
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
Lampiran 6
Skor:
1: Banyak siswa yang melakukan aktivitas < 25 %
2: Banyak siswa yang melakukan aktivitas 25% - 50%
3: Banyak siswa yang melakukan aktivitas 51% - 75%
4: Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas > 75%
Analisis :
Skor hasil observasi :
Skor seluruhnya :
Presentase aktivitas siswa selama belajar :
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
BIODATA PENULIS
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com