PENDAHULUAN
1.1 Hati
Hati merupakan organ yang sangat penting dalam pengaturan
homeostasis tubuh meliputi metabolisme, biotransformasi, sintesis,
penyimpanan dan imunologi. Sel-sel hati (hepatosit) mempunyai
kemampuan regenerasi yang cepat. Oleh karena itu sampai batas
tertentu, hati dapat mempertahankan fungsinya bila terjadi gangguan
ringan. Pada gangguan yang lebih berat, terjadi gangguan fungsi yang
serius dan akan berakibat fatal.(Dirjen Yanfar, 2007)
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh berwana coklat
dengan berat 1000-1800 gram. Hati terletak dalam rongga perut
sebelah kanan atas, di bawah diafragma (Syaifuddin, 2011).
1.2 Fungsi Hati
Hati memiliki beberapa fungsi di dalam tubuh diantaranya :
a. Berperan dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak
b. Pembentukan dan ekskresi empedu
c. Menyimpan energi, vitamin dan mineral
d. Detoksifikasi atau degradasi sisa metabolisme tubuh termasuk
obat, alkohol, dan senyawa asing lainnya. Fungsi detoksifikasi
dilakukan oleh enzim-enzim hati untuk mengubah zat berbahaya
menajadi zat yang secara fisiologis tidak aktif.
e. Perlindungan dilakukan oleh sel Kupffer yang berada pada
dinding sinusoid hati. Dengan cara fagositosis, sel Kupffer dapat
membersihkan kuman yang masuk ke dalam hati melalui vena
porta sehingga tidak menyebar ke seluruh tubuh.
f. Vaskular, pada orang dewasa jumlah darah ke hati sekitar 1.2001.500 mL per menit. Darah tersebut berasal dari vena porta dan
arteri heptika.
(Dalimartha, 2005; Price & Wilson, 2006).
1.3 Struktur Hati
Hati terdiri dari dua lobus utama yakni lobus kanan dan kiri.
Lobus kanan bagian terbesar sementara lobus kiri lebih kecil.
Setiap lobus terdiri dari ribuan lobulus yang merupakan unit-unit
fungsional. Setiap lobulus terdiri dari sel-sel hati (hepatosit). Selsel ini merupakan penyusun hati, 70 % dari semua sel di hati.
hidropik
disebabkan
terjadinya
cedera
pada
yang
mengenai
penggunaan
sel
dan
sehingga
metabolisme
timbul
lemak.
gangguan
dalam
Degenerasi
ini
mengikat
protein
dan
lipid
tidak
jenuh
dan
yang
hati
diantaranya
enzim
transminase,
alkaline
(gamma
Pyruvic
Transaminase).
SGOT
berfungsi
asam
-ketoglutarat
sehingga
menghasilkan
asam
seluruh tubuh.
Kehilangan nafsu makan atau tidak dapat makan atau minum
Mual dan muntah
Gangguan daya pengecapan
Nyeri abdomen, yang dapat disertai dengan perdarahan usus.
Tungkai dan abdomen membengkak.
Di bawah permukaan kulit tampak pembuluh-pembuluh darah
kecil, merah dan membentuk formasi laba-laba, telapak tangan
memerah (palmar erythema), terdapat flapping tremor, dan kulit
mudah memar. tanda-tanda tersebut memungkinkan adanya
sirosis hati.
10. Darah keluar melalui muntah dan rektum (hematemesismelena).
11. Gangguan
mental,
biasanya
pada
stadium
lanjut
(encephalopathy hepatic).
12. Demam yang persisten, menggigil dan berat badan menurun.
Ketiga gejala ini mungkin menandakan adanya abses hati.
(Dirjen Yanfar, 2007)
BAB II
HAPATITIS VIRUS
2.4 Hepatitis D
Hepatiti D Virus (HDV) atau virus delta adalah virus yang
unik, yang tidak lengkap dan untuk replikasi memerlukan
keberadaan virus hepatitis B. Penularan melalui hubungan seksual,
jarum suntik dan transfusi darah. Gejala penyakit hepatitis D
bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi)
atau amat progresif.
Hepatitis D, juga disebut virus delta, adalah virus cacat yang
memerlukan pertolongan virus hepatitis B untuk berkembang biak
sehingga hanya ditemukan pada orang yang terinfeksi hepatitis B.
Virus hepatitis D (HDV) adalah yang paling jarang tapi paling
berbahaya dari semua virus hepatitis.
Pola penularan hepatitis D mirip dengan hepatitis B.
Diperkirakan sekitar 15 juta orang di dunia yang terkena hepatitis B
(HBsAg +) juga terinfeksi hepatitis D. Infeksi hepatitis D dapat
terjadi bersamaan (koinfeksi) atau setelah seseorang terkena
hepatitis B kronis (superinfeksi).
Orang yang terkena koinfeksi hepatitis B dan hepatitis D
mungkin mengalami penyakit akut serius dan berisiko tinggi
mengalami
gagal
hati
akut.
Orang yang
terkena
DAFTAR PUSTAKA
Syaifuddin. 2011. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keparawatan.
Salemba Medika. Jakarta.
Dalimartha, S. 2005. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Price, S.A. & L.M. Wilson. 2006. Patofisiologi, Konsep Klinis, Proses-Proses
Penyakit. EGC. Jakarta.
Sander, M.A. 2007. Atlas Berwarna Patologi Anatomi. Rajawali Press. Jakarta
Hussein, H.S. & M.F. Hamed. 2009. Pathological Studies On The Effect Of
Curcumin On Liver Fibrosis: Role Of TLR4, TGF And Oxidative
Stress. Vag. Zat Journal. 37 (6): 131-146.
Kardena, M.I. & I.B.O Winaya. 2011. Kadar Perasan Kunyit yang Efektif
Memperbaiki Kerusakan Hati Mencit yang Dipicu Karbon Tetrachlorida.
Jurnal Veteriner Maret. 12 (1): 34-39.
Suhita, N.L.P.., I.W. Sudiran, I.B. Winaya. 2013. Histopatologi Ginjal Tikus
Putih Akibat Pemberian Ekstrak Pegagan(Centella asiatica) Peroral.
Buletin Veteriner Udayana. 5 (2): 2085-2495.
Hestianah, E.P., N. Hidayat & S. Koesdarto. 2010. Pengaruh Lama Pemberian
Ekstrak Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.) Terhadap
Mencit
(Mus
Musculus)
Jantan.