Anda di halaman 1dari 11

TUGAS 1

ETIKA PROFESI

DOSEN : AHIM ABDURAHIM.,SE.,M.SI.,AK.,SAS.,CA

NAMA

: MEVITA DHIAH SAPUTRI

NO MAHASISWA

: 20130420515

KELAS

:B

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


2015

1. Uraikan/jelaskan

perbedaan konsep kejadian alam semesta dan manusia

(kehidupan) dalam versi Islam maupun sekuler,


Jawaban :
- Perbandingan Penciptaan Alam Semesta antara Pendangan Islam
dengan Sekuler
Permasalahan seperti yang dialami oleh Sokrates, Galileo Galilei dan
Brutus telah mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
agama. Doktrinisasipun mulai dirobohkan dan manusia lebih memilih untuk
bebas dan memerdekakan pikirannya. Tak dapat dipungkiri, kenyataan ini
kemudian menggiring beberapa orang untuk memilih berpikir secara filsafat
mekanisme. Dengan begitu dapat menghanyutkan manusia ke paham
materialisme selanjutnya ke ateisme.
Pertentangan antara ilmu dan iman yang umumnya terjadi di Barat
sebenarnya terjadi karena keliru memahami pemikiran Ibnu Rusyd
(Averroes). Para pemikir Eropa saat itu mengakui bahwa terdapat kebenaran
ganda (double truth) yang tidak dapat dipisahkan, yaitu kebenaran keimanan
(agama) dan kebenaran (falsafah). Ini menurut pembuktian ahli sejarah di
Barat sendiri, merupakan kesalahpahaman terhadap filsuf Muslim pembawa
rasionalitas

ke

Eropa.

Sebab

sesungguhnya

Ibnu

Rusyd

tidaklah

mengajarkan tentang dua kebenaran yang terpisah dan tidak dapat


didamaikan. Ia hanya mengajarkan seiring dengan pandangan yang umum
dikalangan para filsuf Muslim, bahwa kebenaran adalah tunggal adanya,
namun kemampian manusia memahaminya berbeda-beda setaraf dengan
kapasitas inteleknya, yaitu pemahaman rasional dan pemahaman retorik yang
ada pada kaum awam, kemudian kemudian menengahi antara keduanya ialah
pemahaman dialketis pada kalangan para teolog.
Kembali ke pembahasan mengenai ilmu alamiah dalam konteks ini tentang
penciptaan alam semesta, tidak dapat dipisahkan dari petunjuk-petunjuk
yang tertera dalam kitab suci al-Quran. Surat Fushilat ayat 9-12 menyajikan
proses pembuatan alam semesta oleh Allah:
1. (41:9) Bumi di ciptakan dalam dua masa
2. (41:10) Segala isi Bumi diciptakan total dalam empat masa
3. (41:11) Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu
masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi:
Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau

terpaksa. Keduanya menjawab: Kami datang dengan suka hati. Surat


diatas jelas menunjukan bahwa kedudukan Bumi dan Langit adalah
sederajat, bumi bukan bagian dari langit. Bumi diciptakan terlebih
dahulu, diselesaikan baru kemudian Allah menyelesaikan Langit dan itu
dibuktikan di ayat selanjutnya.
4. (41:12) Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia
mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang
dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya
dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi
Maha Mengetahui.
Juga digambarkan dalam Al Quran pada ayat berikut: Dialah pencipta
langit dan bumi. (QS: 6:101). Keterangan yang diberikan Al Quran ini
bersesuaian penuh dengan penemuan ilmu pengetahuan masa kini.
Kesimpulan yang didapat astrofisika saat ini adalah bahwa keseluruhan
alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada
sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam sekejap.
Peristiwa ini, yang dikenal dengan Big Bang, membentuk keseluruhan
alam semesta sekitar 15 milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu
ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan
modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan satu-satunya penjelasan
masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta
dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada.
Sebelum Big Bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi
ketiadaan, di mana materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang
hanya mampu diartikan secara metafisik, terciptalah materi, energi, dan
waktu. Fakta ini, yang baru saja ditemukan ahli fisika modern, diberitakan
kepada kita dalam Al Quran 1.400 tahun lalu.
Sensor sangat peka pada satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan
NASA pada tahun 1992 berhasil menangkap sisa-sisa radiasi ledakan Big
Bang. Penemuan ini merupakan bukti terjadinya peristiwa Big Bang, yang
merupakan penjelasan ilmiah bagi fakta bahwa alam semesta diciptakan dari
ketiadaan.

Teori Big Bang ini berpijak pada suatu logika yang dipakai dalam
memberi basis pengetahuan dalam teologi, logika ini kita kenal denga logika
sebab akibat atau logika kausalitas. Logika kausalitas menampilkan suatu
cara berpikir yang meletakkan suatu hal terkait dengan yang lain dalam
suatu relasi sebab akibat.
Dengan menggunakan logika kausalitas tadi, kita sepakat bahwa alam
semesta ini adalah akibat dari suatu sebab, dan sebab itu adalah akibat dari
sebab lain dan seterusnya sampai terdapat sebab awal (prima causa). Sebab
awal inilah yang kita sebut Tuhan. Logika kausalitas ini ternyata
mempunyai kesamaan dengan teori Big Bang yang menyatakan bahwa alam
semesta tercipta karena ledakan yang terjadi dari suatu titik nol. Sehingga
bumi dan langit yang awalnya satu kemudian terpisahkan. Fakta ini relevan
dengan apa yang tertlis dalam al-Quran; Dan apakah orang-orang kafir
tidak mengetahui bahwa langit dan bumi dulu adalah satu, dan Kami
pisahkan keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup.
Maka mengapa mereka tidak juga beriman ?.
Kutipan dari Dr. Maurice Buchaile tentang ayat-ayat penciptaan
alam semesta di al-Quran: Berhadapan dengan ayat-ayat al-quran tentang
proses penciptaan alam semesta ada lima dasar yang menjadi landasan Quran untuk menceritakan tentang penciptaan alam :
1.

Enam masa daripada penciptaan langit-langit dan bumi, menurut Quran, meliputi terbentuknya benda-benda samawi, terbentuknya bumi
dan perkembangan bumi sehingga dapat dihuni manusia. Untuk hal
yang terakhir ini, Qur-an mengatakan, segala sesuatu terjadi dalam
empat waktu. Apakah empat waktu itu merupakan zaman-zaman
geologi dalam Sains modern, karena menurut Sains modern, manusia
timbul pada zaman geologi ke empat? Ini hanya suatu hipotesa; tetapi
tak ada jawaban terhadap soal ini. Tetapi perlu kita perhatikan bahwa
untuk pembentukan benda-benda samawi dan bumi sebagai yang
diterangkan dalam ayat 9 sampai dengan 12, surat 4, diperlukan dua
tahap. Sains memberi tahu kepada kita bahwa jika kita mengambil
contoh (satu-satunya contoh yang sudah mungkin diketahui) daripada

pembentukan matahari dan embel-embelnya, yakni bumi, prosesnya


melalui

padatan

(kondensasi)

nebula

(kelompok

gas)

dan

perpecahannya. Ini adalah yang dikatakan oleh Qur-an secara jelas


dengan proses yang mula-mula berupa asap samawi, kemudian
menjadi kumpulan gas, kemudian berpecah. Di sini kita dapatkan
persatuan yang sempurna antara penjelasan Qur-an dan penjelasan
2.

Sains.
Sains telah

menunjukkan

simultanitas

antara

dua

kejadian

pembentukan bintang (seperti matahari) dan pembentukan satelitsatelitnya, atau salah satu satelitnya (seperti bumi). Bukankah
simultanitas ini telah nampak juga dalam teks Qur-an seperti yang
3.

telah kita ketahui.


Nampak persesuaian

antara

wujudnya

asap

pada

permulaan

terciptanya kosmos, yaitu asap yang dipakai oleh Qur-an untuk


menunjukkan gas yang banyak dalam materi yang menjadi asal
kosmos dan konsep Sains modern tentang nebula primitive (kelompok
4.

gas asli).
Kegandaan langit-langit yang diterangkan oleh Qur-an dengan simbul
angka 7 yang sudah kita fahami artinya telah dibenarkan oleh Sains
modern dalam pernyataan ahli-ahli astrofisika tentang sistem galaksi
dan jumlahnya yang amat besar. Di lain fihak wujudnya bumi-bumi
yang mirip dengan bumi kita dari beberapa aspek adalah suatu hal
yang dapat kita fahami daripada teks Qur-an, tetapi sampai sekarang
Sains belum dapat membuktikannya. Bagaimanapun keadaannya, para
spesialis menganggap bahwa adanya bumi semacam itu sangat

5.

mungkin.
Adanya suatu penciptaan pertengahan antara langit-langit dan bumi
seperti

yang

dijelaskan

Qur-an

dapat

dimengerti

dengan

diketemukannya jembatan-jembatan materi yang terdapat di luar


sistim astronomik teratur.
Jika segala soal yang ditimbulkan oleh ayat-ayat Qur-an sampai sekarang
belum dapat diterangkan secara menyeluruh oleh ilmu pengetahuan,
sedikitnya tak terdapat pertentangan antara ayat-ayat Qur-an dan
pengetahuan modern tentang penciptaan kosmos.

Ketika kita bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai


penemuan ilmiah, akan kita pahami bahwa keduanya benar-benar
bersesuaian satu sama lain. Yang sungguh menarik lagi, penemuanpenemuan ini belumlah terjadi sebelum abad ke-20 melainkan pada abad 7
Masehi disaat dunia Barat sedang mengalami abad-abad kegelapan (Dark
Ages).

Perbedaan Asal Usul Kehidupan Manusia Menurut Pandangan Islam


Dengan Sekuler
Hadirnya teori evolusi Darwin telah mengundang perdebatan sengit
antara kaum agamawan dan kaum ilmuwan yang pro terhadap pendapat
Darwin. Darwin telah mencoba membantah keabsahan Adam sebagai
manusia pertama dengan mengatakan bahwa nenek moyang manusia adalah
kera.
Paham Darwinian ini kemudian berkembang dan mulai mendapatkan
banyak pengikut di dunia yang pada umumnya adalah orang-orang dengan
pemahaman retorik menurut Ibnu Rusyd yaitu orang-orang awam. Padahal
samapai hari ini teori yang dikeluarkan oleh Charles Darwin tidak pernah
dapat diterima secara empiris karena hanya menggunakan metode-metode
pendekatan yang belum memiliki kepastian valid. Sehingga teori evolusi
Darwin dapat dikategorikan sebagai sebuah fiksi ilmiah karena:
1. Seleksi alam tidak terbukti sebagai alat evolusi.
Seleksi yang bekerja dengan instrumen alam seperti energi radiasi cahaya
matahari, kilat/halilintar, udara, air, tanah dan benda-benda alam lainnya
di darat, udara dan di perairan, serta faktor lingkungan seperti suhu,
awan, kelembapan, curah hujan, radiasi matahari, gas dan nutrisi (bahan
makanan), ketinggian dan topografi tempat, jenis tanah, perbedaan
musim di bumi (garis lintang) sebagai pelaksana mutasi spontan hanya
menyebabkan keragaman (variasi) keturunan suatu jenis mahluk hidup
karena terjadi perubahan-perubahan kecil pada fenotif seperti warna,
ukuran, berat, tinggi dan bentuk organ tubuh yang terdiferensiasi dan
terspesialisasi. Sedangkan mutasi berat akan menimbulkan suatu
organisme akan rusak atau punah.
2. Tidak ada fosil yang ditemukan sebagai bukti adanya evolusi.

Sebab semua fosil yang ditemukan itu tidak ada bentuk yang lengkap dan
sempurna, misalnya berupa potongan-potongan tulang, potongan gigi,
bentuk tulang dan potongan tulang rahang atau tungkai, dan puncak
tengkorang kemudian direkayasa bentuknya dan dianggap sebagai
bentuk peralihan dari bentuk kera ke bentuk manusia. Selain itu, fosilfosil yang ditemukan masih dalam periode (umur bumi) yang sama,
bukan menunjukkan evolusi bahkan memperkuat penciptaan.
3. Homolog, analog, dan rekapitulasi tidak terbukti adanya evolusi.
Pernyataan Darwin dan pengikutnya tentang homolog, analog dan
rekapitulasi tidak dapat diterima akal, karena bukti-bukti yang diajukan
tidak bisa diuji kebenarannya, terutama bagaimana proses peribahan
bentuk organ tubuh suatu spesies berevolusi menjadi organ tubuh spesies
lain, juga proses transformasi sel embrio suatu organisme lain.
4. Teori Darwin ditolak para ilmuwan dnia dan tidak ilmiah.
Teori Darwin ditolak oleh para ilmuwan terkenal baik ilmuwan kritis
maupun ilmuwan evolusionis. Ini disebabkan karena Darwin tidak dapat
membuktikan teorinya secara ilmuiah (terutama pada pertanyaan kapan
dan bagaimana mekanisme evolusi itu berlangsung tahap demi tahap
dari sekian banyak organisme di muka bumi ini) dan argumen yang
dikemukakan hanya berupa dugaan telah terbantah secara logis dan
meyakinkan ileh para ilmuwan, sehingga teori Darwin tidak diakui
sebagai hasil karya ilmiah dan di luar bahasan ilmu pengetahuan.
Maka dengan argumen diatas terjawablah bahwa teori evolusi Darwin tidak
bisa dikatakan empiris dan ilmiah. Karena salah satu kriteria dari kebenaran
adalah harus dapat dibuktikan. Dengan terjawabnya permasalahan teori evolusi
Darwin ini dapat disimpulka bahwa secara otomatis teori ini gugur.
Disisi lain, ketika ilmu pengetahuan terutama sains dalam konteks ini telah
memberikan harapan bagi manusia untuk mengetahui hakikat segala sesuatu.
Ternyata harapan yang digantung oleh Charles Darwin ternyata hanya
fatamorgana saja. Sehingga konsepsi tentang awal mula penciptaan manusia ini
dijawab oleh agama Islam sebagai jawaban dari runtuhnya teori evolusi
Darwin.
Di dalam sebuah Hadits Rasulullah saw bersabda : "Sesungguhnya manusia
itu berasal dari Adam dan Adam itu (diciptakan) dari tanah". (HR. Bukhari).
Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu

dalam keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah


berkehendak menciptakan lawan jenisnya untuk dijadikan kawan hidup (isteri).
Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam salah satu firman-Nya : "Maha Suci Tuhan
yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang
ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak
mereka ketahui" (QS. Yaasiin (36) : 36). Adapun proses kejadian manusia
kedua ini oleh Allah dijelaskan di dalam surat An Nisaa ayat 1 yaitu : "Hai
sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu
dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada
keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat
banyak..." (QS. An Nisaa (4) : 1)
Apabila diamati proses kejadian manusia kedua ini, maka secara tak
langsung, didapati hubungan manusia laki-laki dan perempuan melalui
perkawinan adalah usaha untuk menyatukan kembali tulang rusuk yang telah
dipisahkan dari tempat semula dalam bentuk yang lain. Dengan perkawinan itu
maka akan lahirlah keturunan yang akan meneruskan generasinya.
Proses kejadian manusia yang ketiga adalah kejadian semua keturunan
Adam dan Hawa kecuali Nabi Isa a.s. Dalam proses ini disamping dapat
ditinjau menurut Al Quran dan Al Hadits dapat pula ditinjau secara medis. Di
dalam Al Quran, proses kejadian manusia secara biologis dejelaskan secara
terperinci melalui firman-Nya : "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia itu dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan
saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kamudian
Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah ,
Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al Muminuun (23) : 12-14). Kemudian
dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda : "Telah bersabda Rasulullah
SAW dan dialah yang benar dan dibenarkan. Sesungguhnya seorang diantara
kamu dikumpulkannya pembentukannya (kejadiannya) dalam rahim ibunya
(embrio) selama empat puluh hari. Kemudian selama itu pula (empat puluh
hari) dijadikan segumpal darah. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari)

dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah beberapa malaikat untuk


meniupkan ruh kepadanya (untuk menuliskan/menetapkan) empat kalimat
(macam) : rezekinya, ajal (umurnya), amalnya, dan buruk baik (nasibnya)."
(HR. Bukhari-Muslim)
Ungkapan ilmiah dari Al Quran dan Hadits 15 abad silam telah menjadi
bahan penelitian bagi para ahli biologi untuk memperdalam ilmu tentang
organ-organ jasad manusia. Selanjutnya yang dimaksud di dalam Al Quran
dengan "saripati berasal dari tanah" sebagai substansi dasar kehidupan manusia
adalah protein, sari-sari makanan yang kita makan yang semua berasal dan
hidup dari tanah. Yang kemudian melalui proses metabolisme yang ada di
dalam tubuh diantaranya menghasilkan hormon (sperma), kemudian hasil dari
pernikahan (hubungan seksual), maka terjadilah pembauran antara sperma
(lelaki) dan ovum (sel telur wanita) di dalam rahim. Kemudian berproses
hingga mewujudkan bentuk manusia yang sempurna (seperti dijelaskan dalam
ayat diatas).
Para ahli dari Barat baru menemukan masalah pertumbuhan embrio secara
bertahap pada tahun 1940 dan baru dibuktikan pada tahun 1955, tetapi dalam
Al Quran dan Hadits yang diturunkan 15 abad lalu hal ini sudah tercantum. Ini
sangat mengagumkan bagi salah seorang embriolog terkemuka dari Amerika
yaitu Prof. Dr. Keith Moore, beliau mengatakan : "Saya takjub pada ketepatan
ilmiyah pernyataan Al Quran yang diturunkan pada abad ke-7 M itu". Selain
itu beliau juga mengatakan, "Dari ungkapan Al Quran dan hadits banyak
mengilhami

para

scientist

(ilmuwan)

sekarang

untuk

mengetahui

perkembangan hidup manusia yang diawali dengan sel tunggal (zygote) yang
terbentuk ketika ovum (sel kelamin betina) dibuahi oleh sperma (sel kelamin
jantan). Kesemuanya itu belum diketahui oleh Spalanzani sampai dengan
eksperimennya pada abad ke-18, demikian pula idea tentang perkembangan
yang dihasilkan dari perencanaan genetik dari kromosom zygote belum
ditemukan sampai akhir abad ke-19. Tetapi jauh sebelumnya Al Quran telah
menegaskan dari nutfah Dia (Allah) menciptakannya dan kemudian (hadits
menjelaskan bahwa Allah) menentukan sifat-sifat dan nasibnya." Sebagai bukti
yang konkrit di dalam penelitian ilmu genetika (janin) bahwa selama embriyo
berada di dalam kandungan ada tiga selubung yang menutupinya yaitu dinding

abdomen (perut) ibu, dinding uterus (rahim), dan lapisan tipis amichirionic
(kegelapan di dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam
selaput yang menutup/membungkus anak dalam rahim). Hal ini ternyata sangat
cocok dengan apa yang dijelaskan oleh Allah di dalam Al Quran :
"...Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga
kegelapan (kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan
dalam selaput yang menutup anak dalam rahim)..." (QS. Az Zumar (39) : 6).

2. Kemudian jelaskan pengaruhnya terhadap konsep etika dari versi-versi yang ada.
(kaitkan dengan sekularisme dan agama/keberadaan tuhan dan hari akhir),
Apakah sama atau berbeda landasan, konsep dan praktik etika beradasarkan
perspektif Sekuler dengan Perspektif islam?
Jawaban:

Referensi :
http://triwardanamokoagow.blogspot.co.id/2013/12/asal-mula-alam-semesta-danmanusia.html

Anda mungkin juga menyukai