Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULAN
1.1 Latar Belakang
Tidur yang lelap dan nyenyak tanpa gangguan menjadi kebutuhan manusia
yang penting, sama pentingnya dengan kebutuhan makan, minum, tempat tinggal
dan lain- lain. Gangguan terhadap tidur pada malam hari (insomnia) akan
menyebabkan

mengantuk

sepanjang

hari esoknya, sehingga

mengantuk

(insomnia) merupakan faktor risiko untuk terjadinya kecelakaan, jatuh, penurunan


stamina dan secara ekonomi mengurangi produktivitas seseorang. Kita
menggunakan sekitar sepertiga waktu dalam hidup kita untuk tidur. Itu berarti
bahwa sebagian besar orang hidup hampir 3.000 jam per tahun, untuk banyak
orang. Tidur bersifat memberikan energi, baik secara mental maupun fisik,
sayangnya sebagian besar orang tidak mendapatkan tidur yang cukup.
Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik
kualitas maupun kuantitas. Jenis insomnia ada 3 macam yaitu insomnia inisial
atau tidak dapat memulai tidur, insomnia intermitten atau tidak bisa
mempertahankan tidur atau sering terjaga dan insomnia terminal atau bangun
secara dini dan tidak dapat tidur kembali.
Untuk menyembuhkan insomnia, maka terlebih dahulu harus dikenali
penyebabnya. Artinya, kalau disebabkan penyakit tertentu, maka untuk
mengobatinya maka penyakitnya yang harus disembuhkan terlebih dahulu.

1 |Insomnia

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Fisiologis Tidur
Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan
beredarnya waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola
dunia disebut sebagaiirama sirkadian. Tidur tidak dapat diartikan sebagai
menifestasi proses deaktivasi Sistem Saraf Pusat. Saat tidur, susunan saraf pusat
masih bekerja dimana neuron-neuron di substansia retikularis ventral batang otak
melakukan sinkronisasi. Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan
sinkronisasi terletak pada substansia ventrikulo retikularis batang otak yang
disebut sebagai pusat tidur ( sleep center ). (3)
Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan sinkronisasi /
desinkronisasi terdapat pada bagian rostral batang otak disebut sebagai pusat
penggugah ( arousal center ).
Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu:
a. Tipe Rapid Eye Movement (REM)
b. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)
Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu
diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi
secara bergantian antara 4-6 kali siklus semalam.
Tidur NREM yang meliputi 75% dari keseluruhan waktu tidur, dibagi
dalam empat stadium,antara lain:
a. Stadium 1, berlangsung selama 5% dari keseluruhan waktu tidur.
Stadium

ini

dianggap

stadium

tidur

paling

ringan.

EEG

menggambarkan gambaran kumparan tidur yang khas, bervoltase


rendah, dengan frekuensi 3 sampai 7 siklus perdetik, yangdisebut
gelombang teta.
b. Stadium 2, berlangsung paling lama, yaitu 45% dari keseluruhan
waktu tidur. EEGmenggambarkan gelombang yang berbentuk pilin
( spindle shaped ) yang sering dengan frekuensi 12 sampai 14 siklus

2 |Insomnia

perdetik, lambat, dan trifasik yang dikenal sebagai kompleks K. Pada


stadium ini, orang dapat dibangunkan dengan mudah.
c. Stadium 3, berlangsung 12% dari keseluruhan waktu tidur. EEG
menggambarkangelombang bervoltase tinggi dengan frekuensi 0,5
hingga 2,5 siklus perdetik, yaitugelombang delta. Orang tidur dengan
sangat nyenyak, sehingga sukar dibangunkan.
d. Stadium 4, berlangsung 13% dari keseluruhan waktu tidur. Gambaran
EEG hampir sama dengan stadium 3 dengan perbedaan kuantitatif
pada jumlah gelombang delta.Stadium 3 dan 4 juga dikenal dengan
nama tidur dalam, atau delta sleep, atau SlowWave Sleep (SWS)
Sedangkan tidur REM meliputi 25% dari keseluruhan waktu tidur. Tidak
dibagi-bagidalam stadium seperti dalm tidur NREM. (3)
Pola siklus tidur dan bangun adalah bangun sepanjang hari saat cahaya
terang dan tidur sepanjang malam saat gelap. Jadi faktor kunci adalah adanya
perubahan gelap dan terang. Stimulasi cahaya terang akan masuk melalui mata
dan mempengaruhi suatu bagian di hipotalamus yang disebut nucleus supra
chiasmatic (NSC). NSC akan mengeluarkan neurotransmiter yang mempengaruhi
pengeluaran berbagai hormon pengatur temperatur badan, kortisol, growth
hormone, dan lain-lain yang memegang peranan untuk bangun tidur. NSC bekerja
seperti jam, meregulasi segala kegiatan bangun tidur. Jika pagi hari cahaya terang
masuk, NSC segera mengeluarkan hormon yang menstimulasi peningkatan
temperatur badan, kortisol dan GH sehingga orang terbangun. Jila malam tiba,
NSC merangsang pengeluaran hormon melatonin sehingga orang mengantuk dan
tidur. Melatonin adalah hormon yang diproduksi oleh glandula pineal. Saat hari
mulai gelap, melatonin dikeluarkan dalam darah dan

akan mempengaruhi

terjadinya relaksasi serta penurunan temperatur badan dan kortisol. Kadar


melatonin dalam darah mulai meningkat pada jam 9 malam, terus meningkat
sepanjang malam dan menghilang pada jam 9 pagi.5

2.2 Lama Tidur

3 |Insomnia

Manusia menghabiskan, rata rata 25% hidupnya dengan tidur. Waktu


tidur bervariasi, baik pada seseorang selama masa perkembangan dan siklus
hidupnya, maupun diantar orang dengan orang.
Perbedaan perbedaan setiap orang di dalam dan antara subjek paling
jelas terlihat pada masa bayi. Lama tidur rerata harian dalam minggu pertama
kehidupan adalah 16 jam. Terdapat penurunan bertahap pada lama tidur harian
rerata selama masa bayi dan pertengahan masa kanak. Sebagian besar bayi bangun
sedikitnya satu kali setiap malam tetapi, berbeda dengan bayi yang memerlukan
makanan (lebih sering bayi yang meminum ASI), mereka biasanya tertidur sendiri
kembali. Orang tua tidak menyadari hal ini kecuali jika mereka mengalami
amalah tidur. Orang dewasa juga akan terbangun sebentar pada waktu malam
tetapi sering tidak akan ingat. Frekuensi terbangun akan meningkat seiring
pertambahan usia. (3)
Tidur normal
Tidur normal merupakan serangkaian fae 1-4 dengan peningkatan kedalaman,
diselingi dengan periode singkat hampir terjagaselama terjadinya gerakan mata

cepat (REM).
Setiap fase tidur memiliki gambaran EEG yang khas
Terdapat rentang luas pada perbedaan lama tidur antara setiap orang tetapi biasanya

menurun seiring pertambahan usia.


2.3 Fungsi Tidur
Fungsi tidur telah diteliti dalam berbagai cara, sebagian besar peneliti
menyimpulkan bahwa tidur memliki fungsi resonatif dan homeostatik dan
tampaknya penting untuk termoregulasi dan cadangan energi normal. (1)
Kekurangan Tidur
Periode kekurangan tidur yang panjang kadang-kadang menyebabkan
disorganisasi ego, halusinasi, dan waham. Menghilangkan tidur REM pada
seseorang dengan membangunkannya pada awal siklus REM menghasilkan
peningkatan jumlah periode REM dan jumlah tidur REM (peningkatan
rebound) jika mereka dibiarkan tidur tanpa diganggu. Pasien dengan
kekurangan tidur REM mungkin menunjukkan sikap mudah tersinggung dan
latergi.

4 |Insomnia

Pada penelitian terhadap tikus, kekurangan tidur menghasilkan suatu


sindrom yang berupa penampilan terdebilitas, lesi kulit, peningkatan asupan
makanan, kehilangan berat badan, peningkatan penggunaan energi, penurunan
temperatur tubuh, dan kematian. Perubahan neuroendokrin berupa peningkatan
norepinefrin plasma dan penurunan tiroksin plasma. (1)
Kebutuhan tidur
Beberapa orang secara normal adalah petidur singkat (short sleeper) yang
memerlukan tidur kurang dari enam jam setiap malam dan yang berfungsi secara
adekuat. Petidur lama (long sleeper) adalah mereka yang tidur lebih dar sembilan
jam setiap malamnya untuk adapat berfungsi secara adekuat. Petidur lama
memiliki lebih banyak periode REM dan lebih banyak gerakan mata cepat dalam
masing-masing periode (dikenal sebagai densitas REM) dibandingkan petidur
singkat. Gerakan tersebut kadang-kadang dianggap sebagai ukuran intensitas tidur
REM dan berhubungan dengan kejernihan mimpi. Petidur singkat biasanya
efisien, ambisius, cakap secara sosial, dan puas diri. Petidur lama cendrung
terdepresi ringan, cemas, dan menarik diri secara sosial. Peningkatan kebutuhan
tidur terjadi pada kerja fisik, latihan, penyakit, kehamilan, stres mental umum, dan
peningkatan aktivitas mental. Periode REM meningkat setelah stimuli psikologis
yang akut, seperti situasi belajar yang sulit dan stres, dan setelah pemakaian zat
kimia atau obat yang menurunkan katekolamin otak. (1)
2.4 Insomnia
A. Definisi
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, insomnia adalah keadaan tidak
dapat tidur karna gangguan jiwa. Insomnia atau gangguan tidur merupakan
suatu keadaan seseorang dengan kuantitas dan kualitas tidur yang kurang.
Menurut kamus kedokteran, insomnia adalah gangguan yang ditandai oleh
penurunan kemampuan untuk memulai atau mempertahan kan tidur. Dalam
kamus Dorlan insomnia didefiniskan tidak dapat tidur atau keadaan terjaga
yang abnormal.

Insomnia dapat terjadi secara primer atau berhubungan

dengan kondisi medis atau kejiwaan. Insomnia merupakan kesulitan untuk

5 |Insomnia

masuk tidur, kesulitan dalam mempertahankan tidur, atau tidak cukup tidur
(ilmu kedokteran jiwa darurat).
Menurut DSM-IV, Insomnia didefinisikan sebagai keluhan dalam hal
kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur atau tidur non-restoratif
yang berlangsung setidaknyasatu bulan dan menyebabkan gangguan
signifikan atau gangguan dalam fungsi individu.
The International Classification of Diseases mendefinisikan Insomnia
sebagai kesulitan memulai atau mempertahankan tidur yang terjadi minimal 3
malam/minggu selama minimal satu bulan. Menurut The International
Classification of Sleep Disorders, insomnia adalah kesulitan tidur yang terjadi
hampir setiap malam, disertai rasa tidak nyaman setelah episode tidur
tersebut.(6)
Insomnia adalah suatu gangguan dengan kuantitas atau kualitas tidur yang
tidak cukup. Diagnosis ini dapat digunakan untuk semua usia (sebe;lumnya
gangguan tidur pada masa kanak kanak digolongkan secara terpisah).
Insomnia dapat bersifat transien (riwayat hanya berlangsung beberapa hari
atau minggu) atau kronik (riwayat menetap selama beberapa bulan atau
tahun). (3)
Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur.
Keadaan ini adalah keluhan tidur yang paling sering. Insomnia mungkin
sementara atau persisten. (1)
Jadi, Insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan
berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan
untuk melakukannya. (6)
B. Epidemiologi
Keluhan berupa ketidakmampuan tidur jauh lebih sering daripada keluhan
lain yang berhubungan dengan tidur. Perkiraan prevalensinya pada orang
dewasa bervariasi dari 15% sampai 40%, dan meningkat pada lansia. Orang
yang mengalami insomnia intermitten lebih banyak daripada orang yang
mengeluh ke dokter umumnya, meskipun hal tersebut telah menjadi keluhan
pembedahan umum yang umum terjadi. (3)

6 |Insomnia

Anak anak biasanya tidak mengeluh. Sebanyak 14% anak mengalami


kesulitan tidur pada usia 3 tahun. Hal tersebut dapat berarti campuran
kompleks antara kesulitan masuk tidur (difficulty settlyng) dan terbangun
pada sore dan malam hari. (3)
Telah terbukti bahwa masalah tidur terjadi pada sebanyak 50-80% anak
dengan disabilitas belajar. Keadaan ini disebbakan oleh arsitektur tidur
yang berbeda pada disabilitas belajar yang parah. Pada sindrom Down, terjadi
juga peningkatan insiden apnea tidur obstruktif, yang dapat mengganggu
tidur. (3)
C. Gambaran Klinis
Insomnia sejati, pada orang dewasa serta anak anak, menyebabkan
kelelahan sepanjang hari. Kurang tidur perlu dibedakan dengan kesulotan
masuk tidur (terutama pada anak anak), meskipun juga dapat mengurangi
lama tidur. Pola insomnia juga harus diidentifikasi yaitu, kesulitan untuk
mempertahankan tidur, bangun terlalu cepat, gangguan pengalihan fasse
(phase-shift). (3)
Variasi kebutuhan tidur berati bahwa pemberian waktu tidur yang ideal
selama maa kanak kanak tidaklah bijaksana. Namun, tidur yang tidak cukup
akibat waktu tidur yang terlambat sering menyebabkan kelelahan di pagi hari,
dengan kesulitan terbangun, mengantuk di siang hari dan tidur siang yang
tidak terjadwal. Anak lain dapat memperlihatkan iritabilitas, peningkatan
aktivitas dan gangguan konsentrasi saat merasa lelah. Waktu tidur dan jumlah
tidur siang serta tidur sejenak (beberapa detik tidur ringan selama
penurunan akitivitas) bervariasi seumur hidup. Frekuensi tidur singkat dapat
meningkat pada usia tua. (3)
D. Klasifikasi Insomnia (6)
Bedasarkan tipe tidurnya, ada 3 macam insomnia.
a. insomnia inisial
Insomnia inisial yakni bila seseorang kesulitan tidur saat hendak
memulai tidur.
b. Insomnia intermitten
Insomnia intermitten

yakni

bila

seseorang

tidak

mampu

mempertahankan tidurnya atau sering terbangun saat ia tidur

7 |Insomnia

c. Insomnia terminal
Insomnia terminal yakni seseorang terbangun terlalu dini dan tidak
dapat tidur kembali.
Berdasarkan jangka waktu berlangsungnya ada 2 macam insomnia,
yaitu insomnia akut (acute insomnia) dan insomnia kronis (chronic
insomnia).
a. Insomnia akut
Insomnia akut berlangsung dalam waktu yang singkat, yaitu antara 1
malam sampai beberapa minggu. Insomnia akut, adalah gejala yang
paling umum terjadi dan biasanya diakibatkan oleh situasi seperti stres
di tempat kerja, masalah keluarga, atau peristiwa traumatis.
b. Insomnia kronis
Insomnia kronis yaitu bila penderita mengalaminya selama minimal 3
malam perminggu dan berlangsung selama 1 bulan atau lebih.
Berdasarkan penyebabnya ada dua jenis insomnia. Yaitu insomnia
primer dan insomnia sekunder.
a. Insomnia Primer
Insomnia primer bersumber dari masalah psikis / psikologis, seperti
perubahan hidup yang dapat memicu insomnia primer, stres yang
berkepanjangan dan pengaruh emosional. Insomnia primer ini
mempunyai faktor penyebab yang jelas. insomnia atau susah tidur ini
dapat mempengaruhi sekitar 3 dari 10 orang yang menderita insomnia.
Pola tidur, kebiasaan sebelum tidur dan lingkungan tempat tidur
seringkali menjadi penyebab dari jenis insomnia primer ini.
b. Insomnia Sekunder
Insomnia sekunder berarti merupakan efek samping dari suatu
masalah medis seperti : kondisi kesehatan, pengaruh penyakit,
pengaruh obat dan lain lain. Insomnia sekunder biasanya terjadi
akibat efek dari hal lain, misalnya kondisi medis. Masalah psikologi
seperti perasaan bersedih, depresi dan dementia dapat menyebabkan
terjadinya insomnia sekunder ini pada 5 dari 10 orang. Selain itu
masalah fisik seperti penyakit arthritis, diabetes dan rasa nyeri juga
dapat menyebabkan terjadinya insomnia sekunder ini dan biasanya

8 |Insomnia

mempengaruhi 1 dari 10 orang yang menderita insomnia atau susah


tidur. Insomnia sekunder juga dapat disebabkan oleh efek samping
dari obat-obatan yang diminum untuk suatu penyakit tertentu,
penggunaan obat-obatan yang terlarang ataupun penyalahgunaan
alkohol. Faktor ini dapat mempengaruhi 1-2 dari 10 orang yang
menderita insomnia.
E. Etiologi
Etiologi insomnia diringkas dalam tabel(3)
Penyebab Insomnia
Lingkungan higiene tidur yang buruk
Perubahan zona waktu
Perubahan pola tidur
Penggantian waktu kerja
Fisiologis

sleeper singkat alami


Kehamilan
Usia pertengahan

Sterss Hidup kehilangan Kerabat


Ujian
Pindah rumah dll
Psikiatrik

Ansietas akut
Depresi
Mania
Sindrom otak organik

Fisik

Nyeri
Distres kardiorespiorasi
Artritis
Nokturia
Gangguan gastrointestinal
Tirotoksikosis

Farmakologis Kafein
Alkohol
Stimulan
Penggunaan hipnotik kronik
Parasomnia Apnea tidur
Mioklonus tidur

9 |Insomnia

Faktor faktor presdisposisi


Keluhan lebih sering ditemukan di kelompok masayarakat sosial ekonomi
rendah. Setiap perbedaan pada temperatur tubuh, resistensi kulit, dan ekskresi
kortikosteroid telah dihubungkan dengan variasi frekuensi insomnia. Sikap
keluarga terhadap tidur juga dapat menentukan tingkat keluhan insmonia pada
setiap individu. (3)
Faktor faktor presipitasi
Insomnia

transien

bisanya

disebabkan

oleh

beberapa

perubahan

lingkungan atau suatu perubahan pola kerja istirahat, dan sering disebabkan
oleh krisis emosional seperti kehilangan. Keadaan tersebut mungkin
merupakan salah satu tanda pertama distres akibat tekanan dari luar. Tidak
tampak hubungan langsung antara jenis pengalaman dan kemungkinan
insomnia, tetapi hal tersebut akan bergantung pada kebermaknaan setiap
peristiwa yang pebuh stres.
Terdapat preferensi yang bersifat individual pada tingkat bising, cahayadan
temperatur untuk tidur. Perpindahan ke area yangn lebih tenang dapat
menimbulkan insomnia pada seseorang yang terbiasa dengan kebisingan kota,
dan sebalilknya. Biasanya tidur terganggua pada temperatur yang lebih besar
dari 240C. Perubahan temperatur juga dapat menimbulkan episode insomnia.
Ingesti makanan dan minuman yang secara farmakologis aktif, terutama
kafein dan alkohol, dapat menggangnu tidur. Beberapa obta, terutama stimulan,
dapat menyebabkan insomia baik secara langsung atau sebagai efek samping
(akatisia dengan phenotiazine).
Pengehentian konsumsi alkohol atau hipnotik jga dapat mengurangi tidur
atau menimbulkan perubahan ( peningkatan tidur gerakan mata cepat (REM)),
yang menigkatkan keadaan terbangun. Penggunaan hipnotik yang bekerja
sangan singkat dapat menimbulkan rebound waking pada tengah malam.
Perubahan waktu kerja memerluka perubahan irama sirkadian yang
memerlukan beberapa hari agar tercapai, dan insomia transient dapat terjadi.
Jika pergantian sering berubah, gangguan tidur yang lebih berat terjadi.

10 |Insomnia

Meskipun sebagian besar insomnia kronik disertai masalah medis, psikiatri


atau perilaku, beberapa orang mengalami tidur buruk yang lama tanpa
gangguan apapun yang nyata di area area ini. Keadaan ini dapat disebut
insomnia kronik primer, dan dapat terjadi pada keadaan tidur di siang hari
dan/atau gangguan mood dan kesehatan. Terdapat anggapan bahwa hal ini
berkaitan dengan perubahan yang belum terdeteksi pada arsitektur tidur atau
sebai bagian dari rentang perbedaan individual.
Penyebab utama insomnia kronik akibat faktor faktor organik adalah
setiap keadaan yang menimbulkan nyeri. (3)
Faktor faktor yang memperlambat
Secara jelas, jika setiap faktor penyebab terlewatkan, insomnia akan terus
terjadi. Insomnia transien dapat berkembang menjadi insomnia kronik jika
terdapat higiene tidur yang buruk, atau jika terbentuk suatu lingkaran setan dari
kekhawatiran akn kekurangan tidur yang menyebabkan gejala gejala ansietas
dan selanjutnya, terbangun dan kesulitan masuk tidur tersebut.
Pada insomnia masa kanak, peningkatan agitasi parental, ansietas dan
iritabilitas dapat meningkatkan kewaspadaan anak sehingga anak kurang tidur.
Juga, kelelahan parental ini dapat mengganggu individu individu paling
berkompeten, yang membuat mereka kurang dapat mencapai tingkat normal
penanganan yang sesuai. (3)
Etilogi insomnia: (6)

Stres.
Kekhawatiran tentang pekerjaan, kesehatan sekolah, atau keluarga dapat

membuat pikiran menjadi aktif di malam hari, sehingga sulit untuk tidur.
Peristiwa kehidupan yang penuh stres, seperti kematian atau penyakit dari
orang yang dicintai, perceraian ataukehilangan pekerjaan, dapat menyebabkan
insomnia.
Kecemasan dan depresi.
Hal ini mungkin disebabkan ketidakseimbangan kimia dalamotak atau
karena kekhawatiran yang menyertai depresi.
Obat-obatan.

11 |Insomnia

Beberapa resep obat dapat mempengaruhi proses tidur, termasuk beberapa


antidepresan, obat jantung dan tekanan darah, obat alergi, stimulan (seperti
Ritalin) dan kortikosteroid.
Kafein, nikotin dan alkohol.
Kopi, teh, cola dan minuman yang mengandung kafein adalah stimulan
yang terkenal. Nikotin merupakan stimulan yang dapat menyebabkan
insomnia. Alkohol adalah obat penenang yang dapat membantu seseorang jatuh
tertidur,tetapi mencegah tahap lebih dalam tidur dan sering menyebabkan
terbangun di tengah malam.
Kondisi Medis.
Jika seseorang memiliki gejala nyeri kronis, kesulitan bernapas dansering
buang air kecil, kemungkinan mereka untuk mengalami insomnia lebih
besar dibandingkan mereka yang tanpa gejala tersebut. Kondisi ini dikaitkan
dengan insomnia akibat artritis, kanker, gagal jantung, penyakit paru-paru,
gastroesophageal reflux disease (GERD), stroke, penyakit Parkinson dan
penyakit Alzheimer.
Perubahan lingkungan atau jadwal kerja.
Kelelahan akibat perjalanan jauh atau pergeseran waktu kerja dapat
menyebabkan terganggunya irama sirkadian tubuh,sehingga sulit untuk tidur.
Ritme sirkadian bertindak sebagai jam internal, mengatur siklus tidur-bangun,
metabolisme, dan suhu tubuh.
Belajar insomnia.
Hal ini dapat terjadi ketika Anda khawatir berlebihan tentang tidak bisa
tidur dengan baik dan berusaha terlalu keras untuk jatuh tertidur. Kebanyakan
orangdengan kondisi ini tidur lebih baik ketika mereka berada jauh dari
lingkungan tidur yang biasa atau ketika mereka tidak mencoba untuk tidur,
seperti ketika mereka menonton TV atau membaca. 6
F. Diagnosis
Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian terhadap: 1

Pola tidur penderita.


Pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat terlarang.
Tingkatan stres psikis.
Riwayat medis.
Aktivitas fisik
Diagnosis berdasarkan kebutuhan tidur secara individual.

12 |Insomnia

Sebagai

tambahannya,

dokter

akan

melengkapi

kuisioner

untuk

menentukan pola tidur dan tingkat kebutuhan tidur selama 1 hari. Jika tidak
dilakukan pengisian kuisioner, untuk mencapai tujuan yang sama Anda bisa
mencatat waktu tidur Anda selama 2 minggu.
Pemeriksaan fisik akan dilakukan untuk menemukan adanya suatu
permasalahan yang bisa menyebabkan insomnia. Ada kalanya pemeriksaan darah
juga dilakukan untuk menemukan masalah pada tyroid atau pada hal lain yang
bisa menyebabkan insomnia.
Jika penyebab dari insomnia tidak ditemukan, akan dilakukan pemantauan
dan pencatatan selama tidur yang mencangkup gelombang otak, pernapasan, nadi,
gerakan mata, dan gerakan tubuh. 5
Kriteria Diagnostik Insomnia Non-Organik berdasarkan PPDGJ 4

Hal tersebut di bawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti:


a. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur,
atau kualitas tidur yang buruk
b. Gangguan minimal terjadi 3 kali dalam seminggu selama minimal 1
bulan
c. Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan
terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari
d. Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan
penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial

dan pekerjaan
Adanya gangguan jiwa lain seperti depresi dan anxietas tidak

menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan.


Kriteria lama tidur (kuantitas) tidak diguankan untuk menentukan
adanya gangguan, oleh karena luasnya variasi individual. Lama gangguan
yang tidak memenuhi kriteria di atas (seperti pada transient insomnia)
tidak didiagnosis di sini, dapat dimasukkan dalam reaksi stres akut (F43.0)

atau gangguan penyesuaian (F43.2)


G. Penatalaksanaan
Higiene tidur

13 |Insomnia

Higiene tidur adalah dasar strategi preventif untuk insomnia dan


merupakan

pendekatan

pilihan

pertama

setelah

penilaian

lengkap

menyingkirkan kemungkinan gangguan medis atau psikiatri primer. (3)


Hipnotik
Hipnotik, terutama benzodiazepine (dan sebelumnya barbiturate), telah
diberikan dalam jumlah besar selama beberapa tahun belakangan tetapi saat ini
masih diragukan karena masalah substansial gejala gejala ketergantungan dan
withdrawal akibat pengguanaan jangka panjang. Toleransi terjadi dalam 3-14
hari. Karena alasan ini hipnotik hipnotik sebaiknya jarang diberikan, untuk
periode singkat (lebih baik hanya untuk beberapa hari tertentu saja kurang dari
sebulan)

dan

secara

intermiten.

Mereka

yang

bergantung

kepada

benzodiazepine dapat mengalami insomnia rebound yang bermakna saat


berhenti menggunakannya, dengan mimpi yang hidup dan peningkatan tidur
REM.
Benzodiazepine yang bekerja lama seperti diazepam atau nitrazepam dapat
membantu bila insomnia disebabkan oleh ansietas di siang hari, tetapi tidak
demikian ketika ansietas menjadi bagian gangguan deftretif atau psikitarik lain.
Pada lansia, obat obat yangn bekerja lama ini dikontraindikasikan karena
dalam waktu relatif singkat dapat menimbulkan pusing, ketidakstabilan dan
kebingungan dalam taraf yang membahayakan.
Benzodiazepine yang bekerja singkat lebih dipilih untuk menghindari efek
efek bangover (rasa pusing/mabuk) yang terjadi jika pasien diberikan
benzodiazepine dengan waktu paruh yang lebih lama.
Hipnotik yang lebih baru juga memiliki kekurangan yang bermakna.
Cyclopyrrolone

(zopiclone)

menyebabkan

rasa

logam

yang

tidak

menyenangkan pada 40-50% pasien. Imidazopyridine (zolpidem) dapat


menimbulkan masalah karena durasi kerjanya yang sangat singkat.
Kloralhidrat efektif dan murah tetapi dapat menyebabkan iritasi lambung
dan ruam, dapat menyebabkan ketergantungan dan bersifat letal bila diberikan
dalam dosis berlebih. (3)
Pendekatan prilaku

14 |Insomnia

Pendekatan prilaku meriupakan terapi pilihan untuk anak anak. Obat


obtan jarang diindikasikan, meskipun dapat digunakan dalam beberapa hari
untuk merusak siklus bangun di tengah malam atau memberikan istirahat bagi
orang tua yang kelelahan.
Kunci penatalksanaan yang sukses adalah
Penilaian menyeluruh pola tidur-bangun-kesulitan masuk tidur
Pemahaman yang jelas mengenai keinginan dan pandangan tentang
perawat agar kemitraan pada penatalaksanaan dapat tercapai. (3)
Kebutuhan pertama dicapai dengan suatu kombinasi antara anamnesis
yang cermat dan perawat yang menjaga catatan harian mengenai masuk tidur
(settlig), tidur dan bangun beserta responnya. Jika bangun sering atau periode
masuk tidur cukup lama, catatan harian tidak saja menyediakan catatan untuk
memantau terapi tetapi juga mengingatkan perawat akan hal yang telah terjadi
(penurunan frekuensi bangun dari tujuh kali pada malam hari sampai lima hari
dirasakan sedikit berbeda oleh orang tua, meskipun hal tersebut merupakan
suatu perbaikan). Pendekatan terapi prilaku terhapat gangguan tidur anak
secara kasar dapat dibagi menjadi:
Pendekatan yang menekankan utnuk tidak memberikan perhatian
kepada

anak

ketika

mereka

terbangun

atau

ketika

mereka

memperlihatkan kegelisahan berharap tidak masuk tidur (cepat, tetapi


sangat traumatik bagi semua yang peduli).
Pendekatan yang memerlukan pendekatan yang lebih bertahap dalam
mengajari anak untuk masuk tidur. (3)
H. Perjalanan Klinis dan Prognosis
Seperti yang telah dibahas, insomnia transien dapat menjadi kronik jika
berbagai faktor yang memperlama gangguan tersebut berada pada tempatnya,
jika tindakan tidak diambil untuk menanganinya secara tepat atau jika
penyebab mendasar merupakan suatu keadaan kronik. Insomnia kronik dapat
terjadi seumur hidup. Keadaan tersebut biasanya merupakan konsekuensi usia
tua, masalah medis, prilaku atau masala psikiatrik. (3)

15 |Insomnia

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Insomnia merupakan kesulitan untuk masuk tidur, kesulitan dalam
mempertahankan tidur, atau tidak cukup tidur. Insomnia merupakan gangguan
fisiologis yang cukup serius, dimana apabila tidak ditangani dengan baik dapat
mempengaruhi kinerja dan kehidupan sehari-hari.
Insomnia dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti stres, kecemasan
berlebihan, pengaruh makanan dan obat-obatan, perubahan lingkungan, dan
kondisi medis. Insomnia didiagnosis deng
an melakukan penilaian terhadap pola tidur penderita, pemakaian obat-obatan,
alkohol, atau obat terlarang, tingkatan stres psikis, riwayat medis, aktivitas fisik,
dan kebutuhan tidur secara individual.
Insomnia dapat ditatalaksana dengan cara farmakologi dan non
farmakologi, bergantung pada jenis dan penyebab insomnia. Obat-obatan yang
biasanya digunakan untuk mengatasi insomnia dapat berupa golongan
benzodiazepin (Nitrazepam, Trizolam, dan Estazolam), dan non benzodiazepine
(Chloral-hydrate, Phenobarbital). Tatalaksana insomnia secara non farmakologis
dapat berupa terapi tingkah laku dan pengaturan gaya hidup dan pengobatan di
rumah seperti mengatur jadwal tidur.

16 |Insomnia

DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kaplan & Shadock. 2010. Sinopsis Psikiatri. Binarupa Aksara. Tanggerang


Dorlan. 2012. Kamus Saku Kedokteran Dorlan. EGC. Jakarta
Laking, Puri, Treasaden. 2011. buku ajar psikiatri. EGC. Jakarta
Maslim.Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa. Utika Atmajaya. Jakarta
Tomb, David A. 2004. Buku Saku Psikiatri Ed 6. Jakarta: EGC
Kaplan, H.I, Suddock, B.J, Greb, J.A. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa
Darurat. Alih Bahasa : Roan, W. M. Jakarta : Penerbit Widya Medika.

17 |Insomnia

Anda mungkin juga menyukai