Makalah Pleno
Makalah Pleno
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rec!al di atas 380C,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kejang
2.1.1
Definisi
Tanda-tanda
motoriskedutaan
pada
wajah.
berkeringan,
Gejala
somatosensoris
atau
sensoris
khusus-
Kejang
parsial
komplesk
(terdapat
gangguan
kesadaran)
-
Dapat
mencakup
aromatic
otomatisme
mengecapkan
atau
bibir,
gerakan
mengunyah,
2. Kejang Umum
Kejang Absen
-
Kejang Mioklonik
-
Kedutaan-kedutaan
involunter
pada
Kejang MioklonikLanjutan
otot
atau
Kejang Tonik-Klonik
-
Kejang Atonik
-
kelopak
mata
turun,
kepala
dan
hiperpolarisasi,
yang
menghambat
neuron
keadaan
fisiologik
neuron
melepaskan
muatan
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Skenario
Kejangnya Si Buah Hati
Seorang anak perempuan, 2 tahun 9 bulan, datang ke IGD RS Al Azhar
diantar orang tuanya dengan keluhan kejang seluruh tubuh sebanyak satu kali
dirumah selama > 5 menit. Tidak ada riwayat kejang sebelumnya. Orang tua
pasien mengatakan sebelumnya pasien demam sejak kemarin. Demam tinggi
terus menerus. Terdapat batuk dan pilek sejak 2 hari yang lalu. Sudah
diberikan obat parasetamol namun keluhan belum membaik. Pada saat
serta
metabolisme basal
Kebutuhan O2
7 | k e j a n g n y a10 si15b%
uah hati
Terjadi
Difusi
perubahan
ion
Kejang
kalium
keseimbangan
listrik
dari membran sel neuron
Sampai 20%
intrakranial, idiopatik
4) Apa saja penyebab kejang demam pada anak?
Jawab:
perdarahan
Kejang lama > 15 menit (kejang berulang lebih dari 2 kali, dan
10 | k e j a n g n y a s i b u a h h a t i
Rumah /
KEJANG
prehospital
Rumah sakit
KEJANG
KEJANG
10 mg/kg
KEJANG
KEJANG
Kejang berhenti
12 | k e j a n g n y a s i b u a h h a t i
A. Definisi
Epilepsi berasal dari bahasa Yunani yaitu epilambanein. Epi: dari atas dan
Lambanein: Menyerang artinya yaitu sesuatu yang menimpa seseorang dari luar
hingga jatuh.
Hipocrates adalah orang pertama yang memperkenalkan epilepsi sebagai
gejala penyakit.
Epilepsi adalah manifestasi gangguan fungsi otak dengan berbagai
etiologi, dengan gejala tunggal yang khas, yakni serangan berkala akibat lepas
muatan listrik neuron otak secara berlebihan dan paroksismal.
B. Epidemiologi
Agak sulit mengestimasi jumlah kasus epilepsy yang di luar serangan
pasien terlihat normal, karena biasanya data labboratoriumnya juga normal. Dan
karena adanya stigma terhadap penderita epilepsy akan
anak-anak dan usia lanjut. Dan menurun pada dewasa muda dan
pertengahan. Epilepsi lebih banyak mengenai pria di abndingkan wanita (pria >
wanita). 50-60% serangan pertama epilepsi muncul sebelum usia 16 tahun.
C. Etiologi
(Neurotransmiter).
Faktor genetik/diturunkan /ambang kejang rendah, 2-8%
Epilepsi Sekunder / Simptomatis (30%).
Etiologi dapat ditentukan/diduga.
Kelainan bawaan pada otak, dll.
Trauma kepala, tumor otak, stroke, infeksi otak.
D. Patofisiologi
13 | k e j a n g n y a s i b u a h h a t i
Sel neuron saling berhubungan satu dengan lainnya melalui arus listrik
dengan bantuan zat kimia (neurotransmiter). Lalu kelompok Glutamat dan
aspartate,akan menimbulkan aktivitas berlebihan ( eksitatorik ). Dimana
kelompok GABA (gama amino butyric acid), bersifat menghambat / inhibitorik.
Akibat cetusan sinkron sekumpulan neuron abnormal, hiperaktif, berulang,
akibat instabilitas dari membran neuron yang disebabkan oleh kelebihan neuron
eksitatorik atau berkurangnya neuron inhibitorik.
Kejang Epileptik apapun jenisnya selalu disebabkan karena transmisi
impuls yang berlebihan di dalam otak yang tidak mengikuti pola normal. Keadaan
dimana fungsi jaringan sebagai neuron penghambat kurang optimal dan neuron
eksitatorik berlebihan, menyebabkan pelepasan impuls epileptik berlebihan.
E. Manifestasi Klinis
Serangan Umum
Sejak awal serangan:
sentakan mioklonik.
Serangan dimulai dengan jeritan, kehilangan kesadaran,
jatuh / cedera.
Badan, anggota gerak kaku (fase tonik) < menit,
disusul kejang klonik selama 1-2 menit.
14 | k e j a n g n y a s i b u a h h a t i
tidak bereaksi.
Biasanya tidak sampai jatuh tidak tampak ada
serangan.
Gerakan otomatis secara ritmis, seperti pada kepala,
mulut, kelopak mata atau gerakan lain yang frekuensinya
complex 3 spd).
c) Spasmus Infantil (Sindrom West)
- Epilepsi umum sekunder (gangguan metabolik, anoksia,
-
dll).
Gerakan fleksi atau ekstensi satu / lebih kelompok otot
secara mendadak.
- Serangan bisa beberapa kali sehari.
- Usia onset 4-8 bulan.
- Penyebab keterlambatan perkembangan mental.
- EEG: Hipsaritmia.
Serangan epilepsi parsial
a) Epilepsi Parsial / Fokal Motorik
- Serangan pada salah satu sisi anggota gerak, secara tiba
tiba , seperti mulut sisi kiri tertarik-tarik, disusul muka
-
sadar.
b) Serangan Epilepsi Parsial Kompleks
- (Serangan epilepsi psikomotor , halusinasi, otomatisme).
- Serangan berupa halusinasi bau, pendengaran dan
-
penderita
15 | k e j a n g n y a s i b u a h h a t i
melakukan
gerakan
seperti
menjadi sianotik
Lama serangan 5 menit.
F. Pemeriksaan
Anamnesis
- Karakteristik bangkitan: bentuk, gejala (sebelum, sewaktu
dan
setelah),
suasana,
waktu,
durasi,
frekuensi
keluarga).
Pemeriksaan fisik
* umum.
* neurologis.
Pemeriksaan penunjang
* EEG.
* ct-scan / mri (atas indikasi)
* lab darah
16 | k e j a n g n y a s i b u a h h a t i
golongan,
yaitu
kejang
demam
sederhana (simple
febrile
dalam
waktu 24
di antara
umur 17 - 23 bulan.
Anak laki-laki lebih sering mengalami kejang demam. Bila kejang demam
sederhana yang pertama terjadi pada umur kurang dari 12 bulan, maka risiko
kejang demam ke dua 50 %, dan bila kejang demam seder -hana pertama terjadi
setelah umur 12 bulan, risiko kejang demam ke dua turun menjadi 30%..
Setelah kejang demam pertama, 2-4 % anak akan berkembang menjadi
epilepsi dan ini 4 kali risikonya dibandingkan populasi umum.
70 80% KD sederhana, 20 - 30% KD kompleks dan 4% fokal- 8%
berlangsung > 15 mnt- 16% berulang dalam 24 jam.
Terjadinya bangkitan kejang demam bergantung kepada umur, tinggi serta
cepatnya suhu meningkat. Faktor hereditas juga mempunyai peranan. LennoxBuchthal (1971) berpendapat bahwa kepekaan terhadap bangkitan kejang demam
diturunkan oleh sebuah gen dominan dengan penetrasi yang tidak sempurna.
Lennox (1949) berpendapat bahwa 41,2% anggota keluarga penderita mempunyai
riwayat kejang sedangkan pada anak normal hanya 3%.
C. Klasifikasi
Umumnya kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu
kejang demam sederhana, yang berlangsung kurang dari 15 menit dan
berlangsung umum, dan kejang demam kompleks, yang berlangsung kurang dari
17 | k e j a n g n y a s i b u a h h a t i
15 menit, fokal, atau multiple (lebih dari 1 kali kejang dalam 24 jam). Kriteria
penggolongan tersebut dikemukan oleh berbagai pakar. Dalam hal ini terdapat
beberapa perbedaan kecil dalam penggolongan tersebut, menyangkut jenis kejang,
tingginya demam, usia penderita, lamanya kejang berlangsung, gambaran rekam
otak dan lainnya.
Menurut Konsensus Penanganan Kejang Demam UKK Neurologi
IDAI 2005. Kejang demam diklasifikasikan menjadi :
1) Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure)
Kejang demam yang berlangsung singkat
kurang dari 15 menit
umum, tonik dan atau klonik
umumnya akan berhenti sendiri
tanpa gerakan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam.
2) Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)
Kejang demam dengan ciri (salah satu di bawah ini):
sadar).
Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum
didahului kejang parsial (Kejang
parsial).
Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam (Kejang
berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari ,
Klinis
Kejang demam
Kejang demam
sederhana
<15 menit
Umum
1 kali
-
kompleks
15 menit
Umum/fokal
>1 kali
1
2
3
4
Durasi
Tipe kejang
Berulang dalam satu priode
Defisit neurologis
Riwayat
keluarga
tanpa
kejang
18 | k e j a n g n y a s i b u a h h a t i
demam
Abnormalitas neurologis sebelumnya
tetap normal
EEG (electro encephalography rekaman otak) yang dibuat
19 | k e j a n g n y a s i b u a h h a t i
20 | k e j a n g n y a s i b u a h h a t i
Penyebab kejang demam hingga kini masih belum diketahui dengan pasti.
Ada beberapa faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan kejang
demam,yaitu:
Efek produk toksik dari pada mikroorganisme (kuman dan virus) terhadap
otak
demam. Anak yang mengalami kejang setelah imunisasi selalu terjadi waktu anak
sedang demam. Kejang setelah imunisasi terutama didapatkan setelah imunisasi
pertusis (DPT) dan morbili (campak).
Pernah dilaporkan bahwa infeksi tertentu lebih sering di-sertai KD
daripada infeksi lainnya. Sekitar 4,8% - 45% penderita gastroenteritis oteh kuman
Shigella mengaiami KD dibanding gastroenteritis oieh kuman penyebab lainnya
di mana angka kejadian KD hanya sekitar 1%,Lahat dkk, 1984 mengemukakan
bahwa tingginya angka kejadian KD pada shigellosis dan salmonellosis mungkin
berkaitan dengan efek toksik akibat racun yang dihasilkan kuman bersangkutan.
F. Patofisiologi
Pernah dilaporkan bahwa infeksi tertentu lebih sering di-sertai KD
daripada infeksi lainnya. Sekitar 4,8% - 45% penderita gastroenteritis oteh kuman
Shigella mengaiami KD dibanding gastroenteritis oieh kuman penyebab lainnya
di mana angka kejadian KD hanya sekitar 1%,Lahat dkk, 1984 mengemukakan
bahwa tingginya angka kejadian KD pada shigellosis dan salmonellosis mungkin
berkaitan dengan efek toksik akibat racun yang dihasilkan kuman bersangkutan.
Meskipun mekanisme pasti terjadinya kejang tidak diketahui, beberapa
faktor fisiologis dianggap bertanggung jawab atas berkembangnya suatu kejang.
Untuk mempertahankan hidup sel atau organ otak, diperlukan suatu energi yang
didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk memetabolisme otak yang terpenting
21 | k e j a n g n y a s i b u a h h a t i
adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan
dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sistem
kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses
oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.
Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam
adalah lipid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran
sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit
dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-).
Akibatnya kosentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ menjadi
rendah sedangkan di luar sel neuron terjadi keadaan sebaliknya. Karena perbedaan
jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan
potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga
keseimbangan petensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-KATPase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan petensial membran ini dapat diubah oleh adanya:
1
22 | k e j a n g n y a s i b u a h h a t i
sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru dapat
terjadi pada suhu 40oC atau lebih.
Pada saat kejang demam akan timbul kenaikan konsumsi energi ke otak,
jantung, otot dan terjadi gangguan pusat pengatur suhu. Demam akan
menyebabkan kejang bertambah lama, sehingga kerusakan otak semakin
bertambah. Pada kejang yang lama akan terjadi perubahan sistemik berupa
hipotensi
arterial,
hiperpireksia
sekunder
akibat
aktifitas
motorik
dan
terjadi
gangguan
elektrolit
yang
kebutuhan
oksigen
dan
Flow
(CBF)
glukosa,
serta
sehingga
terjadi
hipoksemia,
hiperkapnea,
hipoglikemia,
laktat
asidosis
23 | k e j a n g n y a s i b u a h h a t i
G. Manifestasi Klinis
Terjadinya kejang pada kejang demam terkait dengan kenaikan suhu yang
cepat dan biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 39 0C atau lebih (rectal).
Umumnya kejang berlangsung singkat, berupa serangan tonik klonik. Bentuk
kejang yang lain dapat juga terjadi seperti mata terbalik keatas dengan disertai
kekakuan atau kelemahan,gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan,
atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.
Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8%
yang berlangsung lebih dari 15 menit. Sering kali kejang berhenti sendiri setelah
mendapat pertolongan pertama. Setelah kejang berhenti anak tampak capek,
mengantuk, tertidur pulas, dan tidak memberikan reaksi apapun untuk sejenak
atau disebut periode mengantuk singkat pasca kejang, tetapi setelah beberapa
detik atau menit, anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis.
Kejang demam yang berlangsung lebih lama dari 15 menit sering bersifat
fokal atau unilateral dan kadang-kadang diikuti oleh parese Tood (lumpuh
sementara pasca serangan kejang) yang berlangsung beberapa jam sampai
beberapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiparesis yang
menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama biasanya lebih sering terjadi
pada kejang demam yang pertama.
H. Diagnosis
Diagnosis kejang demam ditegakkan berdasarkan kriteria Livingston yang
telah dimodifikasi, yang merupakan pedoman yang dipakai oleh Sub Bagian Saraf
Anak IKA FKUI-RSCM Jakarta, yaitu:
Anamnesis
a) Identifiksi atau pastikan adanya kejang, jenis kejang, lama kejang,
suhu sebelum dan sesudah kejang, frekuensi kejang. penyebab
kejang di luar SSP
b) Ada atau tidaknya riwayat kejang sebelumnya tanpa demam
sebelumnya
c) Riwayat kelahiran, tumbuh kembang, kejang demam, atau epilepsi
dalam keluarga.
24 | k e j a n g n y a s i b u a h h a t i
pada
pasien
kejang demam.
direkomendasikan.
25 | k e j a n g n y a s i b u a h h a t i
Oleh
karenanya
tidak
Di rumah sakit
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien
datang kejang sudah berhenti. Saat tiba diklinik/rumah sakit, bila belum
terpasang cairan i.v dapat diberikan diazepam rektal ulangan 1 kali sambil
26 | k e j a n g n y a s i b u a h h a t i
1-5
27 | k e j a n g n y a s i b u a h h a t i
telah berhenti
7. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau
lebih.
28 | k e j a n g n y a s i b u a h h a t i
J. Prognosis
Dengan penangulangan yang tepat dan cepat, prognosis kejang demam
baik dan tidak perlu menyebabkan kematian. Dari penelitian yang ada, frekuensi
terulangnya kejang berkisar antara 25% - 50%, yang umumnya terjadi pada 6
bulan pertama. Apabila melihat pada umur, jenis kelamin, dan riwayat keluarga,
Lennox-Buchthal (1973) mendapatkan:
Pada anak berumur kurang dari 13 tahun, terulangnya kejang pada wanita
50% dan pria 33%.
Pada anak berumur antara 14 bulan dan 3 tahun dengan riwayat keluarga
adanya kejang, terulangnya kejang adalah 50%, sedang pada tanpa
riwayatkejang 25%.
dikemudian hari akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13%,
dibanding bila hanya terdapat 1 atau tidak sama sekali faktor tersebut di atas,
serangan kejang tanpa demam hanya 2% - 3% saja.
BAB IV
PENUTUP
29 | k e j a n g n y a s i b u a h h a t i
4.1 Kesimpulan
Kejang demam adalah kejang pada anak yang terjadi biasanya pada usia 6
bulan 5 tahun, terjadi saat kenaikan suhu tubuh (suhu rektal 380C) dan bukan
disebabkan oleh karena adanya infeksi sistem saraf pusat.
Menurut IDAI, kejang demam di klasifiksikan menjadi kejang demam
sederhana dan kejang demam kompleks. Dimana kejang demam terjadi karena
adanya peningkatan suhu tubuh yang menyebabkan terjadinya peningkatan
metabolisme basal dan kebutuhan oksigen,
DAFTAR PUSTAKA
30 | k e j a n g n y a s i b u a h h a t i
31 | k e j a n g n y a s i b u a h h a t i