Anda di halaman 1dari 11

PERAN PERAWAT MANAJER DALAM

PENERAPAN MODEL PRAKTIK


KEPERAWATAN DENGAN METODE TIM
By: rifkifauzan
Sep 29 2011

Kategori: Uncategorized
Meninggalkan komentar
PERAN PERAWAT MANAJER DALAM PENERAPAN
MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN DENGAN METODE TIM
A. Pendahuluan
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai suatu
fenomena yang harus mendapat respons segera dari perawat. Respons dimaksud terutama
yang bersifat dedukatif dengan selalu meningkatkan kemampuan diri dalam hal belajar
lebih banyak tentang konsep pengelolaan pelayanan keperawatan dan langkah-langkah
konkrit dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah konkrit tersebut dapat berupa penataan
model pemberian asuhan keperawatan, penataan tenaga keparawatan dan perbaikan
sistem pendokumentasian keperawatan.
Manajemen keperawatan saat ini perlu mendapat perhatian dan prioritas utama dalam
pengembangan keperawatan ke depan. Hal ini sangat berkaitan dengan tuntutan profesi
maupun tuntutan global tentang kualitas pelayanan keperawatan, sehingga diperlukan
pengelolaan secara profesional, khususnya kemampuan profesional manajerial perawat
dalam melaksanakan peran perawat sebagai manajer. Sekarang ini, sebagaimana kita
ketahui bahwa sistem pelayanan kesehatan khususnya sistem pelayanan keperawatan
mengalamin perubahan sangat pesat. Perubahan tersebut selain karena semakin
meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan, juga sebagai dampak dari
situasi politik dan sistem sosial, ekonomi yang sering mengalami perubahan. Dari ketiga
aspek perubahan itu berimplikasi terhadap perubahan sistem pelayanan keperawatan
sekaligus menjadi tantangan bagi tenaga perawat profesional (Nursalam, 2002).
Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasi dalam tatanan pelayanan nyata, baik di
rumah sakit maupun di masyarakat, sehingga perawat perlu memahami konsep
pengelolaan pelayanan keperawatan, terutama tentang penerapan peran perawat manajer.
Konsep yang harus dikuasai adalah konsep perubahan, konsep manajemen keperawatan,
penyusunan perencanaan (rencana strategi) dan langkah-langkah penyelesaian masalah.
B. Tinjaun Pustaka
1. Konsep Manajemen Keperawatan
1) Pengertian
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui
upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa

aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1989) yang dikutip Nursalam
(2002). Kita ketahu bahwa manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang
harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber sumber yang ada, baik
sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyrakat.
Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka dimana masing
masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh
lingkungan. Karena merupakan suatu sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu
input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik. Input dari proses manajemen
keperawatan antara lain informasi, personel, peralatan dan fasilitas. Proses dalam
manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan
tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk
melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam
pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan
staf dan riset. Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk
budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur yang
standar dan akreditasi. Mekanisme timbal balik berupa laporan finansial, audit
keperawatan, survey kendali mutu dan penampilan kerja perawat.
2) Prinsip-Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan
Prinsip prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :
a. Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan karena melalui fungsi
perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan, pemecahan
masalah yang efektif dan terencana.
b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif.
Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang
terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan sebelumnya.
c. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi
maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan
pengambilan keputusan di berbagai tingkat manajerial.
d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian manajer
perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan ingini.
Kepuasan pasien merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.
e. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan
kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
f. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi proses
pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah
diorganisasikan.
g. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan
penampilan kerja yang baik.
h. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yg efektif. Komunikasi yang
efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan, arah
dan pengertian diantara pegawai.
i. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat

perawat pelaksana menduduki posisi yg lebih tinggi atau upaya manajer untuk
meningkatkan pengetahuan karyawan.
j. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian
tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan
prinsip prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar
dan memperbaiki kekurangan.
Berdasarkan prinsip prinsip diatas maka para manajer dan administrator seyogyanya
bekerja bersama sama dalam perenacanaan dan pengorganisasian serta fungsi fungsi
manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
3) Lingkup Manajemen Keperawatan
Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang melibatkan
berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi hak yang paling
mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan
membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang
memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat
didalamnya. Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan yang
efektif seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana.
2. Peran Perawat Manajer
Peran manajer di lingkungan perawatan kesehatan pada saat ini mengalami perubahan
yang berarti, dimana organisasi perawat kesehatan ini melakukan desentralisasi fungsi
manajemen dan pengorganisasian tiap unit oleh seorang manajer perawatan. Adapun
beberapa tanggung jawab yang diberikan kepada perawat manajer ( Potter & Perry,
2005), antara lain tanggung jawab untuk :
1) Mempekerjakan, mengembangkan dan mengevaluasi stafnya.
2) Pengembangan anggaran tahunan unit yang dipimpinnya dan memegang kewenangan
untuk mengatur unit sesuai dana tersebut.
3) Memantau kualitas perawatan, menghadapai masalah tenaga kerjanya, dan melakukan
hal-hal tersebut dengan biaya yang efektif.
Selanjutnya Potter & Perry (2005), menyatakan bahwa yang harus dilakukan perawat
profesional dalam perannya sebagai manajer asuhan keperawatan adalah :
1) Perencanaan / penetapan tujuan
Membantu pasien dan keluarga dalam merumuskan gambaran mereka tentang kesehatan
setelah kembali dari perawatan di rumah sakit
2) Pengajaran/orientasi
Memahami informasi untuk mendorong fungsi & kesehatan pasien / keluarga
3) Koordinasi dengan pelayanan
Membantu keluarga dalam pemanfatan pelayanan pendukung (pemuka agama, perawatan
di rumah) dan penjadwalan perawatan pasien.
4) Pengembangan sistem pendukung
Menekankan pada pasien dan keluarga untuk memikirkan tanggung jawab yang lebih
besar dalam mempertahankan kesehatannya
5) Perwalian kelompok atau profesi kerja
Aktif berpartisipasi dalam tugas kelompok atau berpartisipasi dalam aktivitas di
masyarakat

3. Kompetensi Perawat Manajer


Menurut Potter & Perry (2005), menyebutkan ada beberapa kompetensi yang harus
dimiliki seorang Manajer Keperawatan dalam meningkatakan keefektifan kerjanya :
1) Kepemimpinan
Berkomunikasi tentang organisasi, kegiatan organisasi dan pelaksanaan perubahan
Mendelegasikan tugas dan menerima tanggung jawab
Menciptakan budaya organisasi yang kondusif dan efektif
Menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif
Melibatkan staf dalam pengembangan organisasi
Fleksibilitas dalam pelaksanaan peraturan
2) Pengambilan keputusan dan perencanaan
Berpikir ulang dan menyusun kembali prioritas organisasi
Cepat tanggap terhadap perubahan yang tidak diharapkan
Mengantisipasi perencanaan perubahan anggaran
Memberikan pedoman tentang keputusan organisasi
Menginterpretasi perubahan ekonomi staf
3) Hubungan / Komunikasi
Empati, mendengar dan tanggap pernyataan staf
Menciptakan situasi kondusif dalam komunikasi
Menunjukkan rasa percaya diri melalui kemampuan berkomunikasi
Mengembangkan proses hubungan yang baik dalam organisasi
4) Anggaran
Mengontrol budget
Menginterpretasi penggunaan anggaran sesuai kebutuhan
Merencanakan angaran tahunan ( 5 tahun )
Mengkonsultasikan tentang masalah keuangan
5) Pengembangan
Mengembangkan tim kerja yang efektif
Mengembangkan hubungan profesional antar staf
Memberikan umpan balik yang positif
Menggunakan sistem pemberian penghargaan yang baik
6) Personaliti
Mengambil keputusan yang tepat
Mengelola stress individu
Menggunakan koping yang efektif dalam setiap masalah
7) Negosiasi
Mengidentifikasi dan mengelola konflik
Memfasilitasi perubahan
Melakukan negosiasi dengan baik terhadap staf, kelompok, dan organisasi lain
Menklarifikasi kejadian yang melibatkan seluruh staf
Menjadi mediator bila terjadi konflik antara staf atau kelompok

4. Prose Manajemen Keperawatan


Menurut Nursalam (2002), proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses
keperawatan sebagai suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional,
sehingga diharapkan keduanya dapat saling menunjang. Sebagaimana proses
keperawatan, dalam manajemen keperawatan terdiri dari : pengumpulan data,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1) Pengumpulan data (Pengkajian)
Pada tahap ini seorang manajer dituntut tidak hanya mengumpulkan informasi tentang
keadaan pasien, tetapi juga mengenai tenaga keperawatan, administrasi & keuangan yang
mempengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara keseluruhan. Perawat manajer yang
efektif harus mampu memanfaatkan proses manajemen dalam mencapai suatu tujuan
melalui usaha orang lain, sehingga harus bertindak secara terencana dan efektif, serta
mampu menjalankan pekerjaan bersama dengan staf perawatnya.
2) Perencanaan
Perencanaan dimaksud adalah menyusun rencana strategi untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan disini mencakup :
Menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan
Menegakkan tujuan
Mengalokasikan anggaran belanja
Memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan
Membuat pola struktur organisasi
3) Pelaksanaan
Karena manajemen keperawatan memerlukan kerja melalui orang lain, maka pada tahap
pelaksanaan dalam proses manajemen adalah bagaimana memimpin orang lain untuk
menjalankan tindakan sesuai rencana yang telah ditetapkan.
4) Evaluasi
Tahap akhir dari proses manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah
dilaksanakan. Tujuan evaluasi disini adalah untuk menilai seberapa jauh staf mampu
melaksanakan perannya sesuai tujuan organisasi, serta mengidentifikasi faktor-faktor
penghambat maupun faktor pendukung dalam pelaksanaanya.
5. MPKP dengan Metode TIM
C. Tinjauan Kasus dan Pembahasan
1. Gambaran Kasus
Di sebuah ruang rawat inap Penyakit Dalam Rumah Sakit Tipe B, dengan kepala ruangan
lulusan S1 Ners. Kepala ruangan tersebut ingin mencoba metode pemberian asuhan
keperawatan professional yang beliau ketahui. Di ruangan itu dengan kapasitas tempat
tidur 26 dan memiliki tenaga perawat dengan kualifikasi pendidikan sebagai berikut :
lulusan DIII Keperawatan 4 orang dan lulusan SPK 7 orang, yang rata-rata pengalaman
kerja diatas 5 tahun. Selain itu juga terdapat 1 orang tenaga gizi, dan 1 orang tenaga
farmasi. Kepala ruangan ingin menerapkan metode pemberian asuhan keperawatan yang
sesuai di ruangan tersebut, yaitu metode TIM.
2. Pembahasan
a. Langkah-langkah penyelesaian masalah
1) Pengkajian

Analisis SWOT dari kasus :


Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity (peluang) Threath (ancaman)
Pendidikan Karu (S1 Ners)
Pengalaman kerja perawat (diatas 5 tahun)
RS sebagai lahan praktik MAKP oleh mahasiswa keperawatan Pendidikan staf
perawat
Kurangnya pengetahuan staf perawat
Keterbatasan tenaga perawat
Tidak ada tenaga administrasi
Perencanaan Pengembangan SDM
Motivasi kerja menurun
Kinerja staf menurun
Selain analisis SWOT tersebut di atas, kepala ruangan juga perlu mengkaji hal-hal berikut
:
Mengidentifikasi ratio perawat-pasien
Mengidentifikasi sarana penunjang
Menetapkan metode pemberian asuhan keperawatan yang tepat (misalnya metode Tim)
2) Perencanaan
Merencanakan jumlah tenaga dan fasilitas yang dibutuhkan
Membentuk tim & menetapkan ketua timnya serta mengatur penugasan anggota TIM
Membuat rancangan pengembangan SDM secara berkala mencakup pendidikan dan
pelatihan berjenjang
3) Pelaksanaan
Melaksanakan rencana yg telah dibuat dgn menggunakan skala
Prioritasnya
4) Evaluasi
Kepala ruangan melakukan evaluasi secara keseluruhan terhadap kegiatan yang telah
dilaksanakan.
Menilai kemampuan dan pencapaian ketua tim
Memberikan umpan balik terhadap hasil yang dicapainya
Merencanakan tindak lanjut
b. Penjelasan
D. Kesimpulan dan Saran
i. Analisa Kasus
a. Kata Kunci
Ns. Daeng adalah orang baru dengan usia yang masih muda menduduki jabatan dengan
pengalaman nol tahun
b. Masalah
a. Kondisi RS (pekerjaan) tidak sesuai dengan teori yang didapatkan selama pendidikan
Rasio Pasien Perawat tidak seimbang

Latar belakang pendidikan Kepala Ruangan mayoritas SPK


Sistem pengembangan karir tidak jelas
b. Tidak ada kepercayaan dari bawahan
c. Dampak yang dapat terjadi
a. Hubungan interpersonal tidak harmonis
b. Suasana kerja tidak kondusif
c. Motivasi menurun
d. Kinerja menurun
ii. Cara Penyelesaian Masalah
Dalam upaya penyelesaian maslah tersebut diatas, Ns. Mawar melakukan langkahlangkah mencakup memahami budaya organisasi, analisa SWOT, teori proses perubahan,
strategi perubahan, dan gaya kepemimpinan yang akan digunakan.
1) Memahami Budaya
Langkah awal yang dilakukan oleh Ns. Daeng adalah memahami budaya organisasi, apa
misi dan visi RS .
2) Analisis SWOT dari kasus Ns. Daeng :
Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity (peluang) Threath (ancaman)
Pendidikan
Pengetahuan
Kemampuan menganalisis
Konsultan(Ns. Melati) yang berpengalaman
Legitimasi dari pimpinan Pengalaman bekerja di RS yang kurang
Kurangnya dukungan bawahan
Keterbatasan waktu Status RS yang akan berubah dari tipe C menjadi tipe B
Motivasi kerja menurun
Kinerja staf menurun
3) Teori Perubahan
Untuk mendukung penyelesaian masalah pada kasus diatas, maka Ns. Daeng
menggunakan pendekatan teori Lippits dalam melakukan proses perubahan, dimana teori
ini mencakup tahapan sebagai berikut :
a. Menentukan masalah
b. Mengkaji motivasi dan kapasitas perubahan
c. Mengkaji motivasi change agent dan sarana yang tersedia
d. Menseleksi tujuan perubahan
e. Memilih peran yang sesuai dilaksanakan oleh agen pembaharu
f. Mempertahankan perubahan yang telah dimulai
g. Mengakhiri bantuan
4) Strategi Perubahan
Strategi membuat perubahan meliputi:
a. Memiliki visi yang jelas
b. Menciptakan iklim dan budaya organisasi yang kondusif

c. Sistem komunikasi yang jelas, singkat, dan berkesinambungan


d. Keterlibatan orang yang tepat
5) Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan yang direncanakan dalam penyelesaian masalah tersebut adalah
kombinasi antara gaya kepemimpinan Otoriter dan Demokratis.
A. Pembahasan
1. Memahami Budaya Organisasi
Banyak pakar mendefinisikan tentang organisasi, yang pada dasarnya hampir sama.
Stephen Robbins yang dikutip Sobirin, A (2009) menyebutkan, organisasi adalah unit
sosial yanh sengaja didirikan untuk jangka waktu yang relatif lama, beranggotakan dua
orang atau lebih yang bekerja bersama-sama dan terkoordinasi, mempunyai pola kerja
tertentu yang terstruktur untuk mencapai tujuan bersama. Defenisi ini menggambarkan
adanya dua esensi dasar dari sebuah organisasi, yaitu sekelompok manusia dan tujuan
bersama. Sekelompok manusia dimaksud adalah orang-orang yang terlibat baik secara
langsung maupun tidak langsung berperan dalam menjalankan roda organisasi.
Sedangkan yang dimaksud tujuan bersama artinya tujuan yang ingin dicapai oleh masingmasing anggota organisasi tidak berbeda dengan tujuan yang ingin dicapai oleh
organisasi itu sendiri.
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa langkah awal yang dilakukan oleh Ns. Mawar
adalah sangat tepat yaitu memahami budaya organisasi, visi dan misi RS Tipe B,
sehingga upaya perubahan yang akan dilakukan dengan tujuan meningkatkan akreditasi
rumah sakit dapat tercapai.
2. Analisis SWOT
Analisa SWOT merupakan salah satu langkah penting dalam merencanakan suatu
perubahan. Perubahan itu sendiri tidak akan terlepas dari sebagai faktor pendukung
maupun faktor penghambat. Dengan mengetahui apa kelemahan kita, kekuatan, peluang,
dan ancaman yang kita hadapi, akan sangat membantu seorang manajer untuk membuat
bentuk-bentuk perencanaan yang tepat untuk mencapai tujuan akhir suatu organisasi.
3. Teori Perubahan
Secara umum, perubahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perubahan terencana dan
perubahan tidak terencana. Perubahan terencana adalah suatu proses dimana adanya
pendapat baru yang dikembangkan, dikomunikasikan kepada semua orang walaupun
akhirnya diterima atau ditolak.
Berdasarkan kasus diatas, Ns. Daeng berkeinginan melakukan perubahan terencana
dengan menggunakan pendekatan teori Lippits, dimana teori ini dianggap paling tepat
untuk mendukung upaya penyelesaian masalah yang dihadapi Ns. Daeng. Lippits (1973)
yang dikutip Nursalam (2002), mengidentifikasi 7 (tujuh) tahap dalam proses perubahan,
antara lain :
a. Tahap 1 : Menentukan masalah
Pada tahap ini setiap individu yang terlibat dalam perubahan harus membuka diri dan
menghindari kesimpulan sebelum semua fakta dapat dikumpulkan.
b. Tahap 2 : Mengkaji motivasi dan kapasitas perubahan
Semua orang yang terlibat dan lingkungan yang tersedia harus dikaji tentang

kemampuan, hambatan, dan dukungan yang akan diberikan. Misalnya peratuarn,


kibijakan, budaya organisasi, termasuk struktur organisasi perlu dikaji.
c. Tahap 3 : Mengkaji motivasi change agent dan sarana yang tersedia
Yang diperlukan pada tahap ini adalah suatu komitmen dan motivasi manajer dalam
proses perubahan. Manajer harus mampu menunjukkan motivasi yang tinggi dan
keseriusan dalam pelaksanaan perubahan dengan selalu mendengar masukan-masukan
dari staf serta selalu mencari solusi yang terbaik.
d. Tahap 4 : Menseleksi tujuan perubahan
Pada tahap ini, perubahan sudah harus disusun dalam bentuk kegiatan secara operasional,
terorganisir dan berurutan, kepada siapa perubahan akan berdampak, dan kapan waktu
yang tepat untuk dilaksanakan. Untuk itu harus ada target waktu dan perlunya ujicoba
sebelum menentukan efektifis perubahan.
e. Tahap 5 : Memilih peran yang sesuai dilaksanakan oleh agen pembaharu
Perlu adanya pemilihan seorang pemimpin atau manajer yang ahli dan sesuai dalam
bidangnya, sehingga dapat memberikan masukan dan solusi terbaik dalam perubahan
f. Tahap 6 : Mempertahankan perubahan yang telah dimulai
Harus pertahankan perubahan yang sudah dilaksanakan dengan komitmen, komunikasi
terbuka, dan terus diinformasikan agar setiap pertanyaan dan permasalahan yang terjadi
dapat diambil solusi yang tepat bagi kedua belah pihak.
g. Tahap 7 : Mengakhiri bantuan
Selama proses mengakhiri perubahan, harus selalu diikuti perencanaan yang
berkelanjutan dari seorang manajer, dan dilaksanakan secara bertahap agar meningkatkan
tanggung jawab setiap individu yang terlibat serta dapat mempertahankan perubahan
yang telah terjadi.
4. Pemilihan Gaya Kepemimpinan
Ns. Daeng memilih kombinasi gaya kepemimpinan Otoriter dan Demokratis dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Yang menjadi dasar pertimbangan untuk
mengkombinasi kedua gaya kepemimpinan ini adalah agar secara fleksibel Ns. Daeng
dapat melakukan upaya-upaya perubahan dengan meminimalkan kemungkinan dampak
negatif yang terjadi.
Gaya Kepemimipinan Otoriter, dimana secara konseptual telah dijelaskan bahwa gaya ini
pemimpin berorientasi pada tugas yang harus segera diselesaikan, menggunakan posisi
dan power dalam memimpin. Dengan demikian gaya kepemimpinan otoriter dipandang
tepat digunakan Ns. Daeng, dengan alasan bahwa berbagai kegiatan harus segera
dilakukan untuk memperoleh akreditasi B pada rumah sakit tersebut. Untuk mencapai
harapan tersebut harus didukung oleh semua pihak termasuk kepala-kepala ruangan dan
staf perawat yang ada. Sementar itu, ada sebagian perawat tidak percaya dan menganggap
Ns. Daeng tidak memiliki kemampuan dalam memimpin, maka disinilah otoriter dapat
berlaku melalui posisi dan power yang dimilikinya.
Selanjutnya gaya kepemimpinan Demokratis yang menjelaskan bagimana pemimpin
menghargai sifat dan kemampuan tiap staf, menggunakan pribadi dan posisi untuk
mendorong munculnya ide dari staf serta memotivasi kelompok untuk menentukan tujuan
sendiri. Oleh karena itu mereka didorong untuk membuat rencana, melaksanakan dan
melakukan pengontrolan sesuai dengan yang disepakati. Gaya kepemimpinan Demokratis

dapat dipakai Ns. Daeng pada kondisi-kondisi yang memungkinakan, misalnya


melakukan pertemuan dengan para kepala ruangan untuk menggali ide-ide dan
kemampuan yang dimiliki untuk mendorong upaya-upaya perubahan terutama untuk
meningkatkan akreditasi rumah sakit. Dengan melibatkan Ns. Melati sebagai konsultan,
menunjukkan bahwa Ns. Mawar mamanfaatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki
orang lain dalam mencapai tujuan organisasinya. Gaya kepemimpinan demokratis ini
dikombinasikan juga dengan gaya kepemimpinan Supportive dimana Ns. Daeng berusaha
melakukan pendekatan dengan bawahan.
Dari kombinasi kedua gaya tersebut dengan harapan dapat menciptakan lingkungan kerja
yang kondusif penuh keakraban serta meningkatkan motivasi kerja, namum masih ada
staf atau bawahan yang tetap tidak memberi dukungan demi kepentingan organisasi
seperti tidak hadir dalam pertemuan tanpa alasan yang dibenarkan, maka gaya
kepemimpinan otoriter dapat diterapkan dalam bentuk pemberian sanksi. Sanksi
dimaksud dilakukan secara bertahap, mulai dari teguran lisan, teguran tertulis hingga
sanksi administrasi sesuai ketentuan yang berlaku.
B. Kesimpulan
Teori tentang kepemimpinan terus berkembang dan berevolusi sesuai dengan
perkembangan zaman. Teori kepemimpinan dimulai dari the Great Man theory dan
berevolusi sampai dengan teori kepemimpinan transformasional. Mulai dari pembahasan
tentang sifat-sifat atau karakteristik khas seorang pemimpin sampai dengan situasi-situasi
yang dihadapi oleh pemimpin.
Pembahasan studi kasus mengambil contoh gaya kepemimpinan Ns. Mawar (kejadian di
RS. tsb), yang mempunyai pengalaman sangat minim tetapi memiliki pengetahuan yang
tinggi dengan latar belakang pendidikan sarjana keperawatan dan tidak diragukan dalam
bidangnya untuk mengemban tugasnya sebagai Kepala Bidan Keperawatan. Dia juga
mempunyai kualitas kepemimpinan yang baik dan telah mampu menerapkan kombinasi
tipe kepemimpinan yang bersifat otokratik dan demokratik pada saat yang bersamaan.
Pada akhirnya, jika Ns. Daeng mampu mempertahankan kombinasi gaya kepemimpinan
tersebut, maka sangat mungkin kepercayaan dan pengakuan para bawahan (staf perawat)
akan semakin baik. Integritas yang tinggi dan etika yang baik yang dimilikinya menjadi
kekuatan utama, sehingga dukungan terhadapnya tetap tinggi bahkan menjadi motivator
terhadap kinerja perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Salemba Medika, Jakarta
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik.
Volume 1. EGC, Jakarta
Sobirin, A. 2009. Budaya Organisasi, Pengertian, Makna dan Aplikasinya dalam
Kehiidupan Orgnaisasi. UPP STIM YKPN, Yogyakarta
http://www. Bolden, R., Gosling, J., Marturano, A. and Dennison, P. 2003. A Review of
Leadership Theory and Competency Frameworks. Centre for Leadership Studies,
University of Exeter. UK. (diakses 01 Juni 2011)
http://pusdiknakes.or.id/?show=detailnews&kode=786&tbl=artikel artikel Asuhan

Keperawatan Bermutu di Rumah Sakit, Prof. Dra. Elly Nurachmah, DN SC


http://www.nursingworld.org/ojin/topic12/tpc12_13.htm Miller-Rosser, K., Chapman, Y.
http://nursingworld.org/ojin/topic12/tpc12_13.htm. Status of Women in Nursing in Saudi
Arabia OJIN: The Online Journal of Issues in Nursing. Vol. 11.
http://www.fikui.or.id/?show=detailnews&kode=44&tbl=literature
http://omarkasule.tripod.com/id398.html 0406-HISTORY OF MEDICINE

Anda mungkin juga menyukai