Anda di halaman 1dari 31

http://asuhankeperawatanonline.blogspot.co.id/2012/02/asuhan-keperwatanhisprung.

html
ASUHAN KEPERWATAN HISPRUNG
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan
pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal dengan panjang yang
bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Penyakit hisprung adalah penyebab obstruksi usus
bagian bawah yang dapat muncul pada semua usia akan tetapi yang paling sering pada neonatus.
Penyakit hisprung juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana tidak
terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon, keadaan abnormal
tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi usus secara spontan,
spingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak mampu mencegah keluarnya feses secara spontan,
kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong ke bagian segmen yang tidak adalion dan
akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat menyebabkan dilatasi usus
proksimal.
B. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi dan menambah pengetahuan kepada
para pembaca khususnya kepada mahasiswa ilmu keperawatan mengenai penyakit hisprung.
Makalah ini juga dibuat untuk memenuhi syarat dalam proses pembelajaran pada mata kuliah
keperawatan anak.

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Konsep Dasar

1.Defenisi
Penyakit hisprung disebut juga congenital aganglionosis atau megacolon ( aganglionic
megacolon ) yaitu tidak adanya sel ganglion dalam rectum dan sebagian tidak ada dalam colon
( Suriadi, 2001 ). Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan
gangguan pergerakan usus dimana hal ini terjadi karena kelainan inervasi usu, mulai pada
spingter ani interna dan meluas ke proksimal, melibatkan panjang usus yang bervariasi, Selain
itu, penyakit hisprung adalah penyebab obstruksi usus bagian bawah yang paling sering pada
neonatus.
2.Etiologi
Penyakit hisprung tidak memiliki plexus myenteric sehingga bagian usus yang
bersangkutan tidak dapat mengembang. Biasanya terjadi pada bayi aterm dan jarang pada bayi
prematur. Dimana insiden keseluruhan 1 : 5000 kelahiran hidup. Laki-laki lebih banyak
dibandingkan perempuan ( 4: 1 ).
Penyakit ini sering terjadi pada anak dengan down syndrom. kelainan kardiovaskuler dan
kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi kraniokaudal pada
myenterik dan submukosa dinding plexus.
3.Patofisiologi
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer
dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionic
hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar.
Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga
pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak
dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya
akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna.
Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily &
Sowden, 2002:197).Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol
kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal.Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan
feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal
terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar
( Price, S & Wilson, 1995 : 141 ).

4.Komplikasi
a. Obstruksi usus
b. Ketidakseimbangan cairan dan elektolit
c. Konstipasi

5.Manifestasi klinis
Manifestasi klinis penyakit hisprung dapat dibedakan bardasarkan usia gejala klinis:
A. Periode Neonatal
gejala klinis yang sering dijumpai, yaitu pengeluaran mekonium yang terlambat, muntah hijau,
dan distensi abdomen. Pengeluaran mekonium yang terlambat ( lebih dari 24 jam pertama )
merupakan tanda klinis yang paling khas. Muntah hijau dan distensi abdomen biasanya dapat
berkurang bila mekonium dapat dikeluarkan segera. Ancaman komplikasi yang serius bagi
penderita hisprung yaitu enterokolitis yang dapat menyerang pada usia kapan saja, namun yang
paling tinggi saat usia 2-4 minggu.
B. Anak
gejala klinis yang paling menonjol adalah konstipasi kronis dan gizi buruk. Dapat pula terlihat
gerakan peristaltik usus di dinding abdomen. Jika dilakukan pemeriksaan colok dubur, maka
feses biasanya keluar menyemprot, konsistensi semiliquid dan berbau tidak sedap. Penderita
biasanya buang air besar tidak teratur, sekali dalam beberapa hari dan biasanya sulit untuk
defekasi.
6.Penatalaksanaan
Pemeriksaan diagnostik
v Pemeriksaan rektum
v Pemeriksaan rektal biopsi, fungsinya untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion.
v Pemeriksaan manometri anorektal, fungsinya untuk mencatat respon refluks spingter internal
dan eksternal.
v Pemeriksaan radiologis : dengan barium enema.
Penatalaksanaan teraupetik
pengguaan pelembek tinja dan irigasi rectal
dengan pembedahan, colostromi

7. Komplikasi
Secara garis besarnya, komplikasi pasca tindakn bedah penyakit hisprung dapat digolongkan atas
:
1) Kebocoran anastomose
Kebocoran anastomose pasca operasi dapat disebabkan oleh ketegangan yang berlebihan pada
garis anastomose, vaskularisasi yang inadekuat pada kedua tepi sayatan ujung usus, infeksi dan
abses sekitar anastomose serta trauma colok dubur businasi pasca operasi yang dikerjakan terlalu
dini dan tidak hati-hati. Manifestasi klinis yang terljadi akibat kebocoran anastomose ini
beragam, mulai dari abses rongga pelvic, abses intra abdomen, peritonisis, sepsis dan kematian.
2) Stenosis
Stenosis yang terjadi pasca operasi tarik terobos dapat disebabkan oleh gangguan penyembuhan
luka daerah anastomose, serta prosedur bedah yang dipergunakan. Stenosis sirkuler biasanya
disebabkan komplikasi prosedur Swenson atau Rehbein, stenosis posterior berbentuk oval akibat
prosedur Duhamel sedangkan bila stenosis memanjang biasanya akibat prosedur Soave.
Manifestasi dapat berupa kecipirit, distensi abdomen, enterokolitis hingga vistula perianal.
3) Enterokolitis
Merupakn komplikasi yang paling berbahaya dan dapat mengakibatkan kematian. Tindakan yang
dapat dilakukan dengan penderita dengan tanda-tanda enterokolitis adalah segera melakukan
resusitasi cairan dan elektrolit, pemasangan pipa rectal untuk decompresi, melakukan wash out
dengan cairan fisiologis 2-3 kali perhari serta pemberian antibiotic yang tepat.
4) gangguan fungsi spingter

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
Penyakit hisprung diduga dapat terjadi karena faktor genetik dan lingkungan. Adanya
kegagalan mengeluarkan mekonium dalam waktu 24-28 jam setelah lahir, muntah berwarna
hijau, dan konstipasi. Bila diperkusi adanya kembung, apabila dilakukan colok anus feses akan
menyemprot. Pada pemeriksaan radiologis didapatkan adanya segmen aganglionis diantaranya
apabila segmen aganglionis mulai dari anus sampai sigmoid, termasuk tipe hisprung segmen
pendek. Dan apabila aganglionis melebihi sigmoid sampai seluruh kolon, termasuk tipe hisprung
segmen panjang. Pemeriksaan biopsy rectal digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya sel

ganglionik. Pemeriksaan manometri anorektal digunakan untuk mencatat respon refluks spingter
internal dan eksternal.
2. Diagnosa Keperawatan
Pra Pembedahan
- Konstipasi berhubungan dengan obstruksi karena aganglion pada usus.
- Resiko kurangnya volume cairan b/d persiapan pembedahan, intak yang kurang, mual dan
muntah.
- Gangguan kebutuhan nutrisi
- Resiko cedera
Pasca operasi
- Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan
- Resiko infeksi b/d prosedur pembedahan dan adanya insisi
- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d pembedahan gastro intestinal
- Nyeri b/d insisi pembedahan
- Kurangnya pengetahuan b/d kebutuhan irigasi, pembedahan dan perawatan kolostomi.
- Resiko komplikasi pasca pembedahan.
3. Kriteria hasil
a. Pengeluaran tinja lembek tanpa retensi
b. Anak tidak menunjukkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang ditandai dengan
membran mukosa lembab, gravitasi urin atau berat jenis urun normal, sodium, potasium
dan bikarbonat dalam batas normal

4. Intervensi
Prapembedahan
1. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi karena aganglion pada usus.
Konstipasi dapat disebabkan oleh obstruksi, tidak adanya ganglion pada usus. Rencana tindakan
keperawatan yang dapat dilakukan adalah mencegah atau mengatasi konstipasi dengan
mempertahankan status hidrasi, dengan harapan feses yang keluar menjadi lembek tanpa adanya
retensi.

Tindakan
v Monitor terhadap fungsi usus dan karakteristik feses.
v Berikan spoling dengan air garam fisiologis bila tidak ada kontra indikasi
v Kolaborasi dengan dokter tentang rencana pembedahan
Ada dua tahap pembadahan pertama yaitu dengan kolostomi loop atau double barrel dimana
diharapkan tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertropi dapat kembali normal selama 3-4
bulan. Ada 3 prosedur dalam pembedalan antara lain :
Procedur duhamel yaitu dengan cara penarikan kolon normal kearah bawah dan
menganastomosisnya di belakang usus aganglionik, membuat dinding ganda yaitu selubung
aganglionik dan bagian posterior kolon normal yang telah ditarik.
Prosedur Swenson yaitu membuang bagian aganglionik kemudian menganastomoskan end to
end pada kolon yang berganglion dengan saluran anal yang dilatasi dan pemotongan sfingter
dilakukan pada bagian posterior.
Procedu soave yaitu dengan cara membiarkan dinding otot dari segmen tetap utuh kemudian
kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus tempat dilakukannya anastomosis antara
kolon normal dan jaringan otot rectosigmoid yang tersisa.
2. Resiko kurangnya volume cairan b/d persiapan pembedahan, intake yang kurang, mual dan
muntah.
Kekurangan volume cairan dapat disebabkan oleh asupan yang tudak memadai sehingga dapat
menimbulkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit , perubahan membram mukosa, produksi
dan berat jenis urin. Tujuan tindakan yang dilakukan adalah untuk mempertahankan status cairan
tubuh.
Tindakan
v Monitor status hidrasi dengan cara mengukur asupan dan keluaran cairan tubuh
v Observasi membram mukosa, turgor kulit, produksi urin, dan status cairan.
v Kolaborasi dalam pemberian cairan sesuai indikasi.
3. Gangguan kebutuhan nutrisi

gangguan perubahan nutrisi disebabkan adanya perubahan status nutrisi seperti penurunan BB,
turgor kulit menurun, serta asupan kurang. Maka tujuan tindakan yang dilakukan adalah
mempertahankan status nutrisi.
Tindakan
v Monitor perubahan status nutrisi antara lain turgor kulit dan asupan.
v Lakukan pemberian nutrisi parenteral apabila secara oral tidak memungkinkan.
v Timbang BB setiap hari.
v Lakukan pemberian nutrisi dengan tinggi kalori, tinggi protein.
4. Resiko cedera
Masalah ini timbul akibat adanya komplikasi penyakit hirsprung seperti gawat pernafasan dan
enterokolitis. Tujuan tindakan yang dilakukan adalah untuk mempertahankan status kesehatan.
Tindakan
v Pantau TTV setiap 2 jam (jika perlu).
v Observasi tanda adanya perforasi usus seperti, muntah, menigkatnya nyeri tekan, distensi
abdomen, iritabilitas, gawat pernafasan, tanda adanya enterokolitis.
v Ukur lingkar abdomen setiap 4 jam untuk mengetahui adanya distensi abdomen.
Pascapembedahan
1. Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan
- kaji insisi pembedahan, bengkak dan drainage.
- Berikan perawatan kulit untuk mencegah kerusakan kulit.
- Oleskan krim jika perlu.
2. Resiko infeksi b/d prosedur pembedahan dan adanya insisi.
Resiko infeksi disebabkan oleh adanya mikroorganisme yang masuk melalui insisi daerah
pembedahan.
Tindakan
v Monitor tempat insisi
v Ganti popok yang kering unutk menghindari kontaminasi feses.
v Lakukan perawatan pada kolostomi atau perianal.

v Kolaborasi pemberian antibiotic dalam penatalaksanaan pengobatan terhadap mokroorganisme.


3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d pembedahan gastro intestinal
Tindakan :
- Puasakan anak hingga bisisng usus positif dan ada buang gas.
- Pemberian cairan melalui intravena sesuai program sampai anal toleran dengan intake secara
oral.
4. Nyeri b/d insisi pembedahan
Masalah ini dapat disebabkan oleh efek dari insisi yang bias dilihat melalui ekspresi perasaan
nyeri, dan perubahan tanda vital.
Tindakan
v Observasi dan monitoring tanda skala nyeri.
v Lakukan teknik pengurangan nyeri seperti teknik pijat punggung dansentuhan.
v Kolaborasi dalam pemberian analgetik apabila dimungkinkan.
5. Kurang pengetahuan
Tindakan :
- Kaji tingkat pengerahuan tentang kondisi yang dialami perawatan di rumah dan pengobatan.
- Ajarkan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaan, kecemasan dan perhatian tentang
irigasi rectal dan perawatan ostomi.
- Jelaskan perbaikan pembedahan dan proses kesembuhan.
- Ajarkan pada anak dengan membuat gambar-gambar sebagai ilustrasi misalnya bagaimana
dilakukan irigasi dan kolostomi.
- Ajarkan perawatan ostomi segera setelah pembedahan dan lakukan supervisi saat orang tua
melakukan perawatan ostomi.
6. Resiko komplikasi pascapembedahan
Resiko komplikasi hirsprung misalnya, adanya striktur ani, adanya perforasi, obstruksi usus, dan
kebocoran. Tujuan tindakan yang dilakukan adalah mempertahankan status pascapembedahan
agar lebih baik dan tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.
Tindakan

v Monitor adanya tanda komplikasi seperti obstruksi usus karena perlengketan, kebocoran pada
anastomosis, volvulus, sepis, fistula, entero colitis, frekuensi defekasi, konstipasi, perdarahan.
v Monitor peristaltic usus.
v Monitor TTV dan adanya distensi abdomen untuk mempertahankan kepatenan pemasangan
nasogastrik.
Tindakan dalam perawatan kolostomi
v Siapkan alat untuk pelaksanaan kolostomi
v Cuci tangan
v Jelaskan pada anak prosedur yang akan dilakukan
v Lepaskan kantong kolostomi dan bersihkan area kolostomi
v Periksa adanya kemerahan dan iritasi
v Pasang kantong kolostomi di daerah stoma
v Tutup atau lakukan vikasasi dengan plester
v Cuci tangan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit hisprung terjadi pada 1/5000 kelahiran hidup. Insidensi hisprung di Indonesia
tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara 5000 kelahiran hidup. Dengan jumlah
penduduk Indonesia 200 juta dan tingkay kelahiran 35 permil, maka diprediksikan setiap tahun
akan lahir 1400 bayi dengan penyakit hisprung.
Insidens keseluruhan dari penyakit hisprung 1: 5000 kelahiran hidup, laki-laki lebih
banyak diserang dibandingkan perempuan ( 4: 1 ). Biasanya, penyakit hisprung terjadi pada bayi
aterm dan jarang pada bayi prematur. Penyakit ini mungkin disertai dengan cacat bawaan dan
termasuk sindrom down, sindrom waardenburg serta kelainan kardiovaskuler.
Selain pada anak, penyakit ini ditemukan tanda dan gejala yaitu adanya kegagalan
mengeluarkan mekonium dalam waktu 24-48 jam setelah lahir, muntah berwarna hijau dan
konstipasi faktor penyebab penyakit hisprung diduga dapat terjadi karena faktor genetik dan
faktor lingkungan.

B. Saran
1. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa
keperawatan
2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan.
3. semoga makalah ini dapat menjadi pokok bahasan dalam berbagai diskusi dan forum
terbuka.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Markum,

H.

1991.

Ilmu

Kesehatan

Anak.

Buku

I.

FKUI,

Jakarta.

Pritchard, J.A. 1997. Obstetric Williams. Edisi xvii. Airlangga University Press: Surabaya.
2. Saifudin, AB, dkk. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
YBPSP, Jakarta.
3. Schwart, M.W. 2005. Pedoman Klilik Pediatrik. Jakarta : EGC.
4. http://www.tempointeraktif.com
5. Surasmi, A., Handayani, S. & Kusuma, H.N. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Cetakan I.
Jakarta : EGC.

Laporan Pendahuluan Ganglion

Pengertian
Ganglion merupakan kista yang terbentuk dari kapsul suatu sendi atau
sarung suatu tendo. Kista ini berisi cairan kental jernih yang mirip dengan jelly
yang kaya protein. Kista merupakan tumor jaringan lunak yang paling sering
didapatkan pada tangan. Ganglion biasanya melekat pada sarung tendon pada
tangan atau pergelangan tangan atau melekat pada suatu sendi; namun ada
pula yang tidak memiliki hubungan dengan struktur apapun. Kista ini juga dapat
ditemukan di kaki. Ukuran kista bervariasi, dapat bertambah besar atau
mengecil seiring berjalannya waktu dan bahkan menghilang. Selain itu kadang
dapat mengalami inflamasi jika teriritasi. Konsistensi dapat lunak hingga keras
seperti batu akibat tekanan tinggi cairan yang mengisi kista sehingga kadang
didiagnosis sebagai tonjolan tulang.

Kista ganglion merupakan tumor jaringan lunak yang paling sering


ditemukan pada tangan dan pergelangan tangan. Kista ini dapat terjadi pada
berbagai usia termasuk anak-anak; kurang lebih 15% terjadi pada usia di bawah
21 tahun. Tujuh puluh persen terjadi pada dekade kedua dan keempat
kehidupan. Perempuan tiga kali lebih banyak menderita dibandingkan laki-laki.
Tidak ditemukan predileksi antara tangan kanan dan kiri, dan tampaknya
pekerjaan tidak meningkatkan resiko timbulnya ganglion, namun referensi lain
menyebutkan bahwa ganglion banyak ditemukan pada pesenam dimana terjadi
tekanan yang besar pada pergelangan tangan.

Anatomi
Ganglion terjadi pada sendi, oleh karena itu perlu diketahui mengenai
anatomi sendi. Ganglion ditemukan pada sendi diartrodial yang merupakan jenis
sendi yang dapat digerakkan dengan bebas dan ditemukan paling sering

pada wrist joint. Hal ini mungkin diakibatkan banyaknya gerakan yang dilakukan
oleh wrist joint sehingga banyak gesekan yang terjadi antar struktur di daerah
tersebut sehingga memungkinkan terjadinya reaksi inflamasi dan pada akhirnya
mengakibatkan timbulnya ganglion. Selain itu wrist joint merupakan sendi yang
kompleks karena terdiri dari beberapa tulang sehingga kemungkinan timbulnya
iritasi atau trauma jaringan lebih besar.

Etiologi
Penyebab ganglion tidak sepenuhnya diketahui, namun ganglion dapat
terjadi akibat robekan kecil pada ligamentum yang melewati selubung tendon
atau kapsul sendi baik akibat cedera, proses degeneratif atau abnormalitas kecil
yang tidak diketahui sebelumnya.

Klasifikasi
Tidak ada klasifikasi ganglion secara khusus, namun berdasarkan posisi
ganglion timbul pada tempat-tempat berikut ini:

Pergelangan tangan punggung tangan ("dorsal wrist ganglion"), pada telapak


tangan ("volar wrist ganglion"), atau kadang pada daerah ibu jari. Kista ini
berasal dari salah satu sendi pergelangan tangan, dan kadang diperberat oleh
cedera pada pergelangan tangan.

Telapak tangan pada dasar jari-jari ("flexor tendon sheath cyst"). Kista ini berasal
dari saluran yang menjaga tendon jari pada tempatnya, dan kadang terjadi
akibat iritasi pada tendon - tendinitis.

Bagian belakang tepi sendi jari ("mucous cyst"), terletak disebelah dasar kuku.
Kista ini dapat menyebabkan lekukan pada kuku, dan dapat menjadi terinfeksi
dan menyebabkan infeksi sendi walaupun jarang. Hal ini biasanya disebabkan
arthritis atau taji tulang pada sendi.

Tanda dan Gejala


Meskipun kista ganglion umumnya asimtomatik, gejala yang muncul
dapat berupa keterbatasan gerak, parestesia dan kelemahan. Kista ganglion
umumnya soliter, dan jarang berdiameter diatas 2 cm. Dapat melibatkan hampir
semua sendi pada tangan dan pergelangan tangan. Dorsal wrist, volar wrist,
volar retinakular dan distal interfalangeal merupakan kista ganglion yang paling
sering ditemukan pada tangan dan pergelangan tangan. Ganglion terbesar
terletak di belakang lutut dan biasa disebut Kista Baker.

Ganglion umumnya tidak nyeri; namun dapat menyebabkan nyeri ketika


digerakkan atau menyebabkan masalah mekanis (terbatasnya ruang gerak)
tergantung dari lokasi ganglion tersebut. Kista ganglion memiliki kecenderungan
untuk membesar dan mengecil, kemungkinan karena cairan yang terdapat
dalam kista terserap kembali ke dalam sendi atau tendon untuk kemudian
diproduksi kembali.

Masalah terbesar dengan ganglion adalah ketakutan pasien bahwa


benjolan tersebut merupakan sesuatu yang gawat. Diagnosis didasarkan atas
riwayat penyakit, pemeriksaan fisis, dan kemungkinan foto sinar x polos atau
USG. Kista dapat dibedakan dari tumor padat melalui transiluminasi (berkas
sinar akan melewati cairan yang memenuhi ganglion, tapi tidak jika merupakan

massa tumor yang padat). Pencitraan USG juga telah digunakan untuk
membedakan massa padat dan kistik di tangan.

Patofisiologi
Normalnya, sendi dan tendon dilumasi oleh cairan khusus yang terkunci
di dalam sebuah kompartemen kecil. Kadang, akibat arthritis, cedera atau tanpa
sebab yang jelas, terjadi kebocoran dari kompartemen tersebut. Cairan tersebut
kental seperti madu, dan jika kebocoran tersebut kecil maka akan seperti
lubang jarum pada pasta gigi. Jika pasta gigi ditekan, walaupun lubangnya kecil
dan pasta di dalamnya kental, maka akan mengalir keluar- dan begitu keluar,
tidak dapat masuk kembali. Hal ini bekerja hampir seperti katup satu arah, dan
akan mengisi ruang di luar area lubang. Ketika kita menggunakan tangan kita
untuk bekerja, sendi akan meremas dan menyebabkan tekanan yang besar
pada kompartemen yang berisi cairan tersebut ini dapat menyebabkan benjolan
dengan tekanan yang besar sehingga sekeras tulang.

Cairan pelumas mengandung protein khusus yang menyebabkannya


kental dan pekat dan menyulitkan tubuh untuk mereabsorbsi jika terjadi
kebocoran. Tubuh akan mencoba untuk menyerap kembali cairan tersebut, tapi
hanya

sanggup

menyerap

air

yang

terkandung

didalamnya

sehingga

membuatnya lebih kental lagi. Biasanya, pada saat benjolan cukup besar untuk
dilihat, cairan tersebut telah menjadi sekental jelly.

Fatofisiologi ganglion digambarkan sebagai berikut.

Arthtritis/ cedera pada sendi atau tendon

Terjadi kebojoran kompartemen

Cairan sinovial keluar dari dalam kompartemen


(Tidak bias masuk kembali bersifat kental dan pekat)

Reabsobsi tubuh terganggu

Cairan sinovial menjadi sekental jelly


(mengisi ruang diluar area lubang kebocoran)

Saat tangan bekerja terjadi peremasan pada sendi

Terjadi peningkatan pada kompartemen yang berisi cairan sinovial

Benjolan terbentuk dengan tekanan yang besar (benjolan benjadi keras,


sekeras tulang/ ganglion)

Keterbatasan gerak

Nyeri

Penatalaksanaan
Terdapat

tiga

pilihan

utama

penatalaksanaan

ganglion.

Pertama,

membiarkan ganglion tersebut jika tidak menimbulkan keluhan apapun. Setelah


diagnosis ditegakkan dan pasien diyakinkan bahwa massa tersebut bukanlah
kanker atau hal lain yang memerlukan pengobatan segera, pasien diminta
untuk membiarkan dan menunggu saja. Jika ganglion menimbulkan gejala dan
ketidaknyamanan

ataupun

masalah

mekanis,

terdapat

dua

pilihan

penatalaksanaan: aspirasi (mengeluarkan isi kista dengan menggunakan jarum)


dan pengangkatan kista secara bedah.

Aspirasi melibatkan pemasukan jarum ke dalam kista dan mengeluarkan


isinya setelah mematirasakan daerah sekitar kista dengan anestesi lokal.
Karena diperkirakan bahwa inflamasi berperan dalam produksi dan akumulasi
cairan di dalam kista, obat anti inflamasi (steroid) kadang diinjeksikan ke dalam
kista sebagai usaha untuk mengurangi inflamasi serta mencegah kista tersebut
terisi kembali oleh cairan kista. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa
menggunakan substansi lain seperti

hialuronidase bersama dengan steroid setelah aspirasi meningkatkan angka


kesembuhan dari 57% (aspirasi dan steroid) menjadi 89% dengan substansi
tambahan.

Jika kista rusak, menimbulkan nyeri, masalah mekanis dan komplikasi


saraf (hilangnya fungsi motorik dan sensorik akibat tekanan ganglion pada

saraf) atau timbul kembali setelah aspirasi, maka eksisi bedah dianjurkan. Hal
ini melibatkan insisi di atas kista, identifikasi kista, dan mengangkatnya
bersama dengan sebagian selubung tendo atau kapsul sendi dari mana kista
tersebut berasal. Lengan kemudian dibalut selama 7-10 hari. Eksisi kista ini
biasanya merupakan prosedur minor, tapi dapat menjadi rumit tergantung pada
lokasi kista dan apakah kista tersebut melekat pada struktur lain seperti
pembuluh darah, saraf atau tendon.

Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi tergantung pada lokasi dan ukuran
ganglion. Komplikasi utama adalah keterbatasan gerak pada sendi dimana
terdapat ganglion. Tidak seperti tumor lain, ganglion tidak pernah berubah
menjadi ganas.

Komplikasi yang dapat terjadi akibat prosedur bedah yang dilakukan


berupa rekurensi walaupun kemungkinannya tidak besar. Selain itu juga
terdapat resiko infeksi, keterbatasan gerak, kerusakan serabut saraf atau
pembuluh darah.

Data Fokus Pengkajian


a.

Wawancara

Identitas penderita meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,


pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal
masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

Keluhan Utama: Adanya rasa nyeri ketika digerakan, namun terkadang


asimtomatis. Ada terlihat suatu benjolan yang letaknya di dekat sendi.

Riwayat kesehatan sekarang: Berisi tentang kapan terjadinya benjolan,


penyebab lain yang menyertai terjadinya ganglion serta upaya yang telah
dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.

Riwayat kesehatan dahulu, Adanya riwayat ganglion sebelumnya. Riwayat


aktifitas dan pekerjaan klien yang mungkin berhubungan dengan terjadinya
ganglion.

Riwayat kesehatan keluarga, adakah riwayat penyakit yang sama pada keluarga
dan penyakit keturunan ataupun penyakit menular.

Riwayat psikososial, Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi


yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.

b.

Pemeriksaan Fisik

Status kesehatan umum: Meliputi keadaan penderita secara umum, kesadaran,


tinggi badan, berat badan dan tanda tanda vital.

Kepala dan leher: Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran
pada leher, adakah gangguan pendengaran, keadaan lidah, gigi, gusi, dan indra
penglihatan.

Sistem integumen, Turgor kulit, adanya benjolan pada area sendi yang dapat
dipegang dan digerakan, kelembaban dan suhu kulit, tekstur rambut dan kuku.

Sistem pernafasan: Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.

Sistem kardiovaskuler: Perfusi jaringan, nadi perifer, adakah takikardi/bradikardi,


hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

Sistem gastrointestinal: apakah ada rasa mual, muntah, diare, konstipasi,


dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.

Sistem urinary: keadaan umum sistem urinaria klien, adakah keluhan pada
sistem urinaria.

Sistem muskuloskeletal: Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn


tinggi badan.

Sistem neurologis: apakag ada terjadi penurunan sensoris, parasthesia, letargi,


mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

c.

Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan adalah pemeriksaan radiologi


untukmenentukan sejauh mana/ sebesar apa ganglion tersebut, namun tanpa
dilakukan radiologipun ganglion dapat di tentukan besarnya. Temuan radiografik
biasanya normal, dan MRI berguna dalam mengkonfirmasi diagnosis.

Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan dilakukan
analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokan data dibedakan atas data
subyektif dan data obyektif dan berpedoman pada teori Abraham Maslow yang
terdiri dari :

Kebutuhan dasar atau fisiologis

Kebutuhan rasa aman

Kebutuhan cinta dan kasih saying

Kebutuhan harga diri

Kebutuhan aktualisasi diri

Data yang telah dikelompokkan tadi di analisa sehingga dapat diambil


kesimpulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab, yang
dapat dirumuskan dalam bentuk diagnosa keperawatan meliputi aktual,
potensial, dan kemungkinan.

Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin


Muncul

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu,


keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan/ masalah kesehatan.
Aktual

atau

potensial

dan

kemungkinan

dan

membutuhkan

tindakan

keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut.

Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan kista


ganglion baik pre operasi maupun post operasi adalah sebagai berikut :

Gangguan rasa nyaman cemas berhubungan dengan ketidak tahuan klien


tentang proses operasi dan perjalanan penyakit.

Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas


jaringan akibat luka operasi.

Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka post operasi.

Perencanaan Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan aktivitas
keperawatan

perlu

ditetapkan

untuk

mengurangi,

menghilangkan,

dan

mencegah masalah keperawatan penderita. Tahapan ini disebut perencanaan


keperawatan

yang

meliputi

penentuan

prioritas,

diagnosa

keperawatan,

menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan kriteria evaluasi dan merumuskan


intervensi dan aktivitas keperawatan.

a.

Gangguan rasa nyaman cemas berhubungan dengan ketidak tahuan klien


tentang proses operasi dan perjalanan penyakit.

Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang dan pasien memperoleh informasi yang


jelas dan benar tentang penyakitnya.

Kriteria Hasil :

Klien tidak terlihat cemas, emosi stabil, pasien tenang.

Pasien mengetahui tentang proses operasi yang akan dilakukannya dan


mengetahui

proses

penyakit

dan

tahu

mengenai

perawatan

dan

pengobatannya.

Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan


yang diperoleh.

Rencana tindakan:

Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.

Rasional : Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga


perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.

Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang Ganglion.

Rasional : Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu


mengetahui

sejauh

pasien/keluarga.

mana

informasi

atau

pengetahuan

yang

diketahui

Kaji latar belakang pendidikan pasien.

Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan


kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan
pasien.

Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.

Rasional : Dapat meringankan beban pikiran pasien

Gunakan komunikasi terapeutik.

Rasional : Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga


pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.

Berikan informasi yang akurat tentang proses operasi, proses penyakit,


perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang
mudah dimengerti.

Rasional : Informasi yang akurat tentang penyakitnya dapat memberi wawasan


pada klien dan mengurangi beban pikiran pasien.

Libatkan

pasien

didalam

melakukan

tindakan

perawatan

sesuai

kemampuan.

Rasional : Dengan ikut serta secara langsung dalam tindakan yang dilakukan,
pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.

Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan (jika ada /


memungkinkan).

Rasional: gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang telah


diberikan.

Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan
lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal
mungkin.

Rasional : Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan


kecemasan yang dirasakan pasien.

Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara


bergantian.

Rasional : Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang
menunggu.

Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.

Rasional : lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa
cemas pasien.

b.

Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas


jaringan akibat luka operasi.

Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang

Kriteria hasil:

Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang.

Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau


mengurangi nyeri.

Tanda vital dalam batas normal.( S : 36 37,5 0C, N: 60 80 x /menit, T :


100 130 mmHg, RR : 18 20 x /menit ).

Rencana tindakan:

Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.

Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.

Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.

Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan


mengurangi

ketegangan

pasien

dan

bekerjasama dalam melakukan tindakan.

memudahkan

pasien

untuk

diajak

Ciptakan lingkungan yang tenang.

Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa


nyeri.

Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.

Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan pasien

Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.

Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot
untuk relaksasi seoptimal mungkin.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.

Rasional : Obat obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien.

c.

Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka post operasi.

Tujuan : Tidak terjadi infeksi.

Kriteria Hasil :

Tanda-tanda infeksi tidak ada.

Tanda-tanda vital dalam batas normal (S : 36 37,50C)

Keadaan luka baik.

Rencana tindakan:

Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.

Rasional : Pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda penyebaran infeksi dapat


membantu menentukan tindakan selanjutnya.

Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan diri
selama perawatan.

Rasional : Kebersihan diri yang baik merupakan salah satu cara untuk mencegah
infeksi kuman.

Lakukan perawatan luka secara aseptik.

Rasional : untuk mencegah kontaminasi luka dan penyebaran infeksi.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika.

Rasional : Antibiotika dapat menbunuh kuman sehingga mencegah infeksi dan


mempercepat proses penyembuhan.

Pelaksanaan Asuhan Keperawatan


Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan
keperawatan

yang

telah

ditetapkan

untuk

perawat

bersama

pasien.

Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi,


disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal
yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan
selalu

memperhatikan

keamanan

fisik

dan

psikologis.

Setelah

selesai

implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah


dilakukan dan bagaimana respon pasien.

Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan
evaluasi

ini

adalah

membandingkan

hasil

yang

telah

dicapai

setelah

implementasi keperawatan engan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.


Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan
tercapai:

Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang
ditetapkan di tujuan.

Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang


ditentukan dalam pernyataan tujuan.

Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang
diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kasus Ganglion


Posted By Revolusi Pendidikan On 19.08 Under Contoh Askep
1.
Pengertian
Kista Ganglion atau biasa disebut Ganglion merupakan kista yang terbentuk dari kapsul suatu
sendi atau sarung suatu tendo. Kista ini berisi cairan kental jernih yang mirip dengan jelly yang
kaya protein. Kista merupakan tumor jaringan lunak yang paling sering didapatkan pada tangan.
Ganglion biasanya melekat pada sarung tendon pada tangan atau pergelangan tangan atau
melekat pada suatu sendi; namun ada pula yang tidak memiliki hubungan dengan struktur
apapun. Kista ini juga dapat ditemukan di kaki. Ukuran kista bervariasi, dapat bertambah besar
atau
mengecil
seiring
berjalannya
waktu
dan
bahkan
menghilang.
Selain itu kadang dapat mengalami inflamasi jika teriritasi. Konsistensi dapat lunak hingga keras
seperti batu akibat tekanan tinggi cairan yang mengisi kista sehingga kadang didiagnosis sebagai
tonjolan
tulang.
Ganglion
timbul
pada
tempat-tempat
berikut
ini:
a. Pergelangan tangan punggung tangan ("dorsal wrist ganglion"), pada telapak tangan ("volar
wrist ganglion"), atau kadang pada daerah ibu jari. Kista ini berasal dari salah satu sendi
pergelangan tangan, dan kadang diperberat oleh cedera pada pergelangan tangan.
b. Telapak tangan pada dasar jari-jari ("flexor tendon sheath cyst"). Kista ini berasal dari saluran
yang menjaga tendon jari pada tempatnya, dan kadang terjadi akibat iritasi pada tendon tendinitis.
c. Bagian belakang tepi sendi jari ("mucous cyst"), terletak di sebelah dasar kuku. Kista ini dapat
menyebabkan lekukan pada kuku, dan dapat menjadi terinfeksi dan menyebabkan infeksi sendi
walaupun jarang. Hal ini biasanya disebabkan arthritis atau taji tulang pada sendi.
2.
Etiologi
Penjelasan yang paling sering digunakan untuk mengungkapkan pembentukan kista hingga
degenerasi mukoid dari kolagen dan jaringan ikat. Teori ini menunjukkan bahwa sebuah ganglion
mewakili struktur degeneratif yang melingkupi perubahan miksoid dari jaringan ikat. Teori yang
lebih baru, yang dipostulasikan oleh Angelides pada 1999, menjelaskan bahwa kista terbentuk
akibat trauma jaringan atau iritasi struktur sendi yang menstimulasi produksi asam hialuronik.
Proses ini bermula di pertemuan sinovial-kapsular. Musin yang terbentuk membelah sepanjang
ligamentum sendi serta kapsul yang melekat untuk kemudian membentuk duktus kapsular dan
kista utama. Duktus pada akhirnya akan bergabung menjadi kista ganglion soliter yang besar.
Seperti yang telah disebutkan, penyebab ganglion tidak sepenuhnya diketahui, namun ganglion
dapat terjadi akibat robekan kecil pada ligamentum yang melewati selubung tendon atau kapsul
sendi baik akibat cedera, proses degeneratif atau abnormalitas kecil yang tidak diketahui
sebelumnya.
3.
a.
b.

Tanda

dan
Keterbatasan

gejala
gerak
Parestesia

c.
Kelemahan
d.
Nyeri
e. Adanya Benjolan pada bagian belakang pergelangan tangan, sisi telapak pergelanagn tangan,
sendi
jari
4.
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi tergantung pada lokasi dan ukuran ganglion. Komplikasi
utama adalah keterbatasan gerak pada sendi dimana terdapat ganglion. Tidak seperti tumor lain,
ganglion
tidak
pernah
berubah
menjadi
ganas.
Komplikasi yang dapat terjadi akibat prosedur bedah yang dilakukan berupa rekurensi walaupun
kemungkinannya tidak besar. Selain itu juga terdapat resiko infeksi, keterbatasan gerak,
kerusakan
serabut
saraf
atau
pembuluh
darah
5.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dan kadang melalui
pemeriksaan
radiologik.
a. anamesis bisa didapatkan benjolan yang tidak bergejala namun kadang ditemukan nyeri serta
riwayat
penggunaan
lengan
yang
berlebihan.
b. Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan lunak yang tidak nyeri tekan. Melalui
transiluminasi diketahui bahwa isi benjolan bukan merupakan massa padat tapi merupakan
cairan. Pada aspirasi diperoleh cairan dengan viskositas yang tinggi dan jernih. Sering juga
ditemukan adanya gangguan pergerakan dan parestesia dan kelemahan pada pergelangan tangan
ataupun
lengan.
6.
Diagnosis
Banding
Ganglion dapat didiagnosis banding dengan benjolan lain yang mungkin didapatkan di tangan
seperti
lipoma,
kista
sebasea
dan
nodul
rheumatoid
arthritis.
7.
Penatalaksanaan
Terdapat
tiga
pilihan
utama
penatalaksanaan
ganglion.
a. Pertama, membiarkan ganglion tersebut jika tidak menimbulkan keluhan apapun. Setelah
diagnosis ditegakkan dan pasien diyakinkan bahwa massa tersebut bukanlah kanker atau hal lain
yang memerlukan pengobatan segera, pasien diminta untuk membiarkan dan menunggu saja.
b. Jika ganglion menimbulkan gejala dan ketidaknyamanan ataupun masalah mekanis, terdapat
dua pilihan penatalaksanaan: aspirasi (mengeluarkan isi kista dengan menggunakan jarum) dan
pengangkatan
kista
secara
bedah.
Aspirasi melibatkan pemasukan jarum ke dalam kista dan mengeluarkan isinya setelah
mematirasakan daerah sekitar kista dengan anestesi lokal. Karena diperkirakan bahwa inflamasi
berperan dalam produksi dan akumulasi cairan di dalam kista, obat anti inflamasi (steroid)
kadang diinjeksikan ke dalam kista sebagai usaha untuk mengurangi inflamasi serta mencegah
kista tersebut terisi kembali oleh cairan kista. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa
menggunakan substansi lain seperti hialuronidase bersama dengan steroid setelah aspirasi
meningkatkan angka kesembuhan dari 57% (aspirasi dan steroid) menjadi 89% dengan substansi
tambahan.
c. Jika kista rusak, menimbulkan nyeri, masalah mekanis dan komplikasi saraf (hilangnya fungsi

motorik dan sensorik akibat tekanan ganglion pada saraf) atau timbul kembali setelah aspirasi,
maka eksisi bedah dianjurkan. Hal ini melibatkan insisi di atas kista, identifikasi kista, dan
mengangkatnya bersama dengan sebagian selubung tendo atau kapsul sendi dari mana kista
tersebut berasal. Lengan kemudian dibalut selama 7-10 hari. Eksisi kista ini biasanya merupakan
prosedur minor, tapi dapat menjadi rumit tergantung pada lokasi kista dan apakah kista tersebut
melekat
pada
struktur
lain
seperti
pembuluh
darah,
saraf
atau
tendon.
Patofisiologi
(
analisis
kemungkinan
penyebab
pada
pasien
ganglion
pre
Op)

Anda mungkin juga menyukai