Disusun Oleh :
Imas Siti Nur Halimah
230110140084
Yunia Qonitatin AM
230110140106
Adi Prasetyo
230110140135
Perikanan B
Kelompok 18
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah begitu
banyak mencurahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan praktikum Fisiologi Hewan Air yang berjudul
Pengaruh Perubahan Suhu Panas dan Dingin terhadap Buku Tutup Operculum
Benih Ikan Mas ini tepat pada waktunya.
Semoga laporan akhir ini dengan segala bentuk kesederhanaannya dapat
dijadikan salah satu acuan maupun petunjuk dan pedoman bagi pembaca dalam
memperdalam mata kuliah, khususnya mata kuliah Fisiologi Hewan Air. Besar
harapan kami semoga dengan adanya laporan akhir ini dapat membantu menambah
pengetahuan bagi pembaca.
Dalam laporan akhir ini masih terdapat begitu banyak kekurangan karena
pengetahuan kami mengenai materinya pun masih belum terlalu jauh serta
keterbatasan sumber. Oleh karena itu segala bentuk kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk kesempurnaan laporan akhir ini sangat kami harapkan.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..i
DAFTAR ISI.ii
DAFTAR GAMBAR...iii
DAFTAR TABELiv
BAB I PENDAHULUAN.1
1.1 Latar Belakang.......1
1.2 Tujuan....2
1.3 Manfaat..3
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
KASIH HALAMAN
DAFTAR GAMBAR
KASIH HALAMAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Banyaknya Bukaan Operculum Benih Ikan Mas pada Suhu Kamar
(T = 27o C).
Tabel 2. Banyaknya Bukaan Operculum Benih Ikan Mas pada Suhu 3o C di Atas Suhu
Kamar (T = 30o C)..
Tabel 3. Banyaknya Bukaan Operculum Benih Ikan Mas pada Suhu 3 o C di Bawah
Suhu Kamar (T = 24o C)
Tabel 4. Banyaknya Bukaan Operculum Benih Ikan Mas pada Suhu Kamar
Tabel 5. Banyaknya Bukaan Operculum Benih Ikan Mas pada Suhu 3o C di Atas Suhu
Kamar
Tabel 6. Banyaknya Bukaan Operculum Benih Ikan Mas pada Suhu 3 o C di Bawah
Suhu Kamar
Tabel 7. Perbandingan data kelompok dan data kelas
KASIH HALAMAN
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
Kerajaan
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Actinopterygii
Ordo
: Cypriniformes
Famili
: Cyprinidae
Genus
: Cyprinus
Spesies
penting. Indonesia mengimpor ikan mas ras Taiwan, ras Jerman dan ras fancy
carp masing-masing dari Taiwan, Jerman dan Jepang pada tahun 1974. Indonesia
mengimpor ikan mas ras Yamato dan ras Koi dari Jepang pada sekitar tahun 1977.
Ras-ras ikan yang diimpor tersebut dalam perkembangannya ternyata sulit dijaga
kemurniannya karena berbaur dengan ras-ras ikan yang sudah ada di Indonesia
sebelumnya sehingga terjadi persilangan dan membentuk ras-ras baru (Suseno
2000 dalam Rochdianto 2005).
Tubuh ikan mas digolongkan menjadi tiga bagian yaitu kepala, badan, dan
ekor. Pada kepala terdapat alat-alat seperti sepasang mata, sepasang cekung
hidung yang tidak berhubungan dengan rongga mulut, celah-celah insang,
sepasang tutup insang, alat pendengar dan keseimbangan yang tampak dari luar
(Cahyono, 2000). Jaringan tulang atau tulang rawan yang disebut jari-jari. Siripsirip ikan ada yang berpasangan dan ada yang tunggal, sirip yang tunggal
merupakan anggota gerak yang bebas. Disamping alat-alat yang terdapat dalam,
rongga peritoneum dan pericardium, gelembung renang, ginjal, dan alat
reproduksi pada sistem pernapasan ikan umumnya berupa insang (Bactiar,2002)
jaringan. Begitu pula sebaliknya, untuk mengangkut gas buangan (CO 2) dari sel sel
jaringan ke tempat pengeluarannya.
Ikan bernapas menggunakan insang. Insang berbentuk lembaran-lembaran
tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang
berhubungan dengan air, sedang bagian dalam berhubungan erat dengan
kapilerkapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen dan tiap
filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh
darah yang memiliki banyak kapiler, sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk
dan CO2 berdifusi keluar.
Pada ikan bertulang sejati (Osteichthyes) insangnya dilengkapi dengan tutup
insang (operkulum), sedangkan pada ikan bertulang rawan (Chondrichthyes)
insangnya tidak mempunyai tutup insang. Selain bernapas dengan insang, ada pula
kelompok ikan yang bernapas dengan gelembung udara (pulmosis), yaitu ikan paruparu (Dipnoi). Insang tidak hanya berfungsi sebagai alat pernapasan, tetapi juga
berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran
ion, dan osmoregulator.
Ikan mas merupakan ikan bertulang sejati. Insang ikan mas tersimpan dalam
rongga insang yang terlindung oleh tutup insang (operkulum). Insang ikan mas terdiri
dari lengkung insang yang tersusun atas tulang rawan berwarna putih, rigi-rigi insang
yang berfungsi untuk enyaring air pernapasan yang melalui insang, dan filamen atau
lembaran insang. Filamen insang tersusun atas jaringan lunak, berbentuk sisir dan
berwarna merah muda karena mempunyai banyak pembuluh kapiler darah dan
merupakan cabang dari arteri insang. Di tempat inilah pertukaran CO 2 dan O2
berlangsung.
Oksigen diambil dari oksigen yang terlarut dalam air melalui insang secara
difusi. Dari insang, O2 diangkut darah melalui pembuluh darah ke seluruh jaringan
tubuh. Dari jaringan tubuh, CO2 diangkut darah menuju jantung. Dari jantung menuju
insang untuk melakukan pertukaran gas. Proses ini terjadi secara terus-menerus dan
berulang-ulang.
pada fase ekspirasi, CO2 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke
insang, dan dari insang diekskresikan keluar tubuh.
2.3 Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor fisik lingkungan yang paling jelas, mudah
diukur dan sangat beragam. Suhu tersebut mempunyai peranan yang penting dalam
mengatur aktivitas biologis organisme, baik hewan maupun tumbuhan. Ini terutama
disebabkan karena suhu mempengaruhi kecepatan reaksi kimiawi dalam tubuh dan
sekaligus
menentukan
kegiatan
metabolisme,
misalnya
dalam
hal
sulit
dilakukan,
misalnya
dengan
menggunakan
respirometer
semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi,
karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses
fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen
terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada
banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan
anorganik. Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada
jenis, stadium dan aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam keadaan diam
relatif lebih sedikit apabila dibandingkan dengan ikan pada saat bergerak atau
memijah. Jenis-jenis ikan tertentu yang dapat menggunakan oksigen dari udara bebas,
memiliki daya tahan yang lebih terhadap perairan yang kekurangan oksigen terlarut
(Wardoyo, 1978).
Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan
nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut
minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme (Swingle, 1968).
Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama
waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70% (Huet, 1970).
KLH menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk
kepentingan wisata bahari dan biota laut (Anonimous, 2004).
Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena
oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan
anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan khan biologis yang dilakukan oleh
organisme aerobik atau anaerobik.
Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan
organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang pada akhirnya dapat
memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik, oksigen yang dihasilkan
akan mereduksi senyawa-senyawa kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk
nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah maka peranan oksigen
terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan
secara alami maupun secara perlakuanaerobik yang ditujukan untuk memurnikan air
buangan industri dan rumah tangga.
BAB III
ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu
: 9.50 11.30 WIB
Hari/Tanggal : Senin,12 Oktober 2015
Tempat: Laboratorium Akuakultur
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Beaker Glass
Beaker glass digunakan sebagai wadah untuk ikan yang akan diamati.
Water Bath
Termometer Hg/Alkohol
Termometer sebagai alat untuk mengukur suhu air.
Gambar 7. Termometer
Hand Counter
Hand counter sebagai alat untuk menghitung bukaan operculum.
Timer / Stopwatch
Timer / Stopwatch sebagi alat untuk mengamati waktu.
Gambar 9. Timer/Stopwatch
3.2.2
Bahan
Benih ikan mas sebanyak 5 ekor
Stok air panas untuk mengubah suhu air sesuai perlakuan
Stok es balok untuk mengubah suhu air sesuai perlakuan
Siapkan sebuah beaker glass 1000 ml sebagai wadah perlakuan dan dua wadah
plastik sebagai tempat ikan yang belum dan yang sudah diamati
Ambil sebanyak 5 ekor benih ikan mas dari akuarium stok, lalu masukkan ke dalam
salah satu wadah plastic yang telah diberi media air.
Isi beaker glass dengan air secukupnya ( volumenya ), lalu ukur suhunya dengan
thermometer dan catat hasilnya.
Masukkan satu persatu ikan uji ke dalam beaker glass yang sudah diketahui suhunya
(perlakuan a) kemudian hitung banyaknya membuka & menutup operculum ikan
tersebut selama satu menit dengan menggunakan hand counter dan stop watch
sebagai penunjuk waktu dan diulang sebanyak tiga kali untuk masing masing ikan.
Data yang diperoleh dicatat pada kertas lembar kerja yang telah tersedia.
Setelah selesai dengan ikan uji pertama dilanjutkan dengan ikan uji berikutnya
sampai ke sepuluh ikan tersebut teramati. Ikan yang telah diamati dimasukkan ke
dalam wadah plastik lain yang telah disediakan
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Data Kelompok
Tabel 1. Banyaknya Bukaan Operculum Benih Ikan Mas pada Suhu Kamar (T =
27o C)
Ikan ke (warna) :
Ulangan
Rata-rata
II
III
139
136
121
132
169
154
145
156
126
128
101
118
125
134
104
121
136
117
120
124
139
134
118
rata-rata
Tabel 2. Banyaknya Bukaan Operculum Benih Ikan Mas pada Suhu 3 o C di Atas
Suhu Kamar (T = 30o C)
Ikan ke (warna) :
Ulangan
Rata-rata
II
III
133
130
133
132
142
165
164
157
145
149
163
152
180
168
152
167
157
144
123
141
151
151
147
rata-rata
Ulangan
Rata-rata
II
III
146
134
124
135
146
129
129
135
155
146
133
145
145
139
127
137
153
141
132
142
149
138
129
rata-rata
4.1.2 Data Kelas
Tabel 4. Banyaknya Bukaan Operculum Benih Ikan Mas pada Suhu Kamar
KELOMPOK
KELOMPOK 1
KELOMPOK 2
KELOMPOK 3
KELOMPOK 4
KELOMPOK 5
KELOMPOK 6
I
177
145
119
168
128
147
MENIT
II
179
143
115
168
128
150
III
174
140
127
171
161
153
KELOMPOK 7
KELOMPOK 8
KELOMPOK 9
103
118
132
108
123
115
107
129
103
KELOMPOK 10
KELOMPOK 11
KELOMPOK 12
KELOMPOK 13
KELOMPOK 14
KELOMPOK 15
KELOMPOK 16
KELOMPOK 17
KELOMPOK 18
KELOMPOK 19
KELOMPOK 20
KELOMPOK 21
KELOMPOK 22
KELOMPOK 23
RATA-RATA
139
142
137
126
156
119
172
130
139
170
170
163
123
177
143
144
143
132
139
160
110
147
129
134
159
172
175
130
172
142
135
146
133
136
152
111
140
128
118
157
176
171
125
157
141
KELOMPOK
KELOMPOK 1
KELOMPOK 2
KELOMPOK 3
KELOMPOK 4
KELOMPOK 5
KELOMPOK 6
I
216
186
97
215
219
194
MENIT
II
215
185
111
228
223
192
III
216
201
141
223
235
198
KELOMPOK 7
112
111
109
KELOMPOK 8
KELOMPOK 9
179
150
191
143
183
131
KELOMPOK 10
KELOMPOK 11
KELOMPOK 12
KELOMPOK 13
KELOMPOK 14
177
170
127
155
179
178
168
120
147
177
174
168
126
150
176
KELOMPOK 15
KELOMPOK 16
KELOMPOK 17
KELOMPOK 18
KELOMPOK 19
KELOMPOK 20
KELOMPOK 21
KELOMPOK 22
KELOMPOK 23
RATA-RATA
140
218
157
151
185
209
187
164
203
173
136
175
154
151
195
197
177
158
219
172
120
177
147
147
185
205
185
163
200
172
I
142
179
95
142
154
143
MENIT
II
138
144
95
133
153
141
KELOMPOK 7
84
83
III
141
137
86
139
148
142
88
KELOMPOK 8
KELOMPOK 9
91
100
86
96
98
90
KELOMPOK 10
KELOMPOK 11
KELOMPOK 12
KELOMPOK 13
KELOMPOK 14
156
125
113
112
151
160
129
112
108
138
162
123
113
114
144
KELOMPOK 15
KELOMPOK 16
KELOMPOK 17
KELOMPOK 18
KELOMPOK 19
KELOMPOK 20
KELOMPOK 21
KELOMPOK 22
KELOMPOK 23
RATA-RATA
117
138
113
149
172
162
176
125
178
135
119
148
112
138
159
165
175
124
165
131
111
130
108
129
158
165
173
132
190
131
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan Data Kelompok
1. Suhu Kamar 27C
Suhu kamar yang diperoleh pada saat praktikum menunjukan angka 27C
adalah air keran yang diambil langsung di lab tempat praktikum berlangsung.
Dari lima data ikan yang diperoleh, ikan pertama memperoleh rata rata 132 dari
tiga kali percobaan, ikan kedua memperoleh 156 bukaan operculum, ikan ketiga
sebanyak 118 bukaan operculum, ikan keempat sebanyak 121 bukaan operculum,
dan ikan kelima sebanyak 125 bukaan operculum setiap menitnya. Diperoleh pula
hasil rata-rata dari lima ikan tersebut dalam setiap menitnya. Pada menit pertama
rata-rata bukaan operculum ikan sebanyak 139 , menit kedua sebanyak 134, dan
menit ketika sebanyak 118. Semakin lama intensitas bukaan operculum pada ikan
semakin menurun seiring dengan ikan yang mulai dapat beradaptasi dengan suhu
lingkungannya.
Data tersebut menunjukan bahwa setiap ikan mempunyai nilai yang berbeda
disetiap bukaan operculumnya. Hal ini disebabkan pengaruh suhu yang dilakukan
pada praktikum ini. Faktor lain yang mengakibatkan perbedaan nilai tersebut
adalah perlakuan praktikan terhadap ikan uji. Ikan uji bisa saja terkena stress
akibat perlakuan praktikan yang asal asalan dalam pelaksanaan praktikum.
Salah satu contoh praktikan memasukan ikan tidak dengan hati hati pada toples
yang digunakan untuk melihat banyaknya bukaan operculum atau ketika ikan
baru dimasukan perhitungan langsung dimulai. Padahal hal tersebut akan
berpengaruh terhadap keadaan ikan. Ikan cenderung menjadi lebih gesit dan aktif
bergerak karena merasa takut atau terancam yang mengakibatkan aktivitas
gerakan ikan meningkat sehingga bukaan operculum pun meningkat dari yang
seharusnya normal (karena ada pada suhu kamar). Sebaiknya ketika memasukkan
ikan pada toples harus hati hati dan secara perlahan, kemudian tunggu beberapa
saat sampai ikan benar benar menstabilkan suhu tubuhnya dengan suhu
lingkungan.
2. Suhu Panas 30C
Suhu air yang digunakan adalah 30C yaitu air yang digunakan praktikum
sebelumnya dengan suhu 27C ditambahkan dengan air panas sampai naik 3C.
Dari lima data ikan yang diperoleh, ikan pertama memperoleh rata rata 132 dari
tiga kali percobaan, ikan kedua memperoleh 157 bukaan operculum, ikan ketiga
sebanyak 152 bukaan operculum, ikan keempat sebanyak 167 bukaan operculum,
dan ikan kelima sebanyak 141 bukaan operculum setiap menitnya. Diperoleh pula
hasil rata-rata dari lima ikan tersebut dalam setiap menitnya. Pada menit pertama
rata-rata bukaan operculum ikan sebanyak 151 , menit kedua sebanyak 151, dan
menit ketika sebanyak 147.
Dibandingkan dengan bukaan operculum pada suhu kamar jelas berbeda. Pada
suhu ini laju bukaan overculum menjadi lebih banyak. Ini bisa dikatakan sesuai
dengan teori yang menyebutkan bahwa jika suhu meningkat maka metabolism
meningkat begitupun sebaliknya. Atau teori yang menyebutkan bahwa jika suhu
meningkat maka kandungan DO ( Dissolved Oxygen ) menurun memang terbukti.
Jika diperhatikan bukaan operculum ikan meningkat pada suhu yang lebih panas,
ini bisa disebabkan oleh dua faktor yaitu antara kandungan DO di air atau
metabolisme tubuh ikan. Kandungan DO pada air mungkin saja bisa berkurang
diakibatkan penguapan, tetapi kemungkinannya sangat kecil untuk gas oksigen
menguap pada suhu tersebut, dibutuhkan suhu sekitar >50C untuk gas oksigen
menguap dari dalam air. Jadi kemungkinan besar ini dipengaruhi oleh metabolism
tubuh ikan tersebut sehingga bukaan operculum menjadi bertambah. Metabolism
meningkat jika suhu meningkat walaupun hanya 1C. Ini diakibatkan karena
proses metabolism tubuh membutuhkan energi, dan panas merupakan energi. Jadi
dapat disimpulkan bahwa peningkatan intensitas bukaan operculum diakibatkan
oleh aktivitas tubuh yang meningkat karena proses metabolism pada tubuh ikan
(dengan mengabaikan hal lain yang memicu peningkatan bukaan operculum
seperti stress dll).
Inilah yang mengakibatkan mengapa larva ikan umumnya lebih baik
dipelihara dalam air yang bersuhu lebih hangat dibanding suhu kamar agar
pertumbuhan larva ikan menjadi semakin cepat karena metabolism tubuh yang
meningkat juga.
3. Suhu Dingin 24C
Suhu air dingin yang dipakai adalah sekitar 24C yaitu dengan menambahkan
es batu sedikit demi sedikit sehingga suhu turun sebesar 6C dari suhu awal 30C
menjadi 24C. Dari lima data ikan yang diperoleh, ikan pertama memperoleh rata
rata 135 dari tiga kali percobaan, ikan kedua memperoleh 135 bukaan
operculum, ikan ketiga sebanyak 145 bukaan operculum, ikan keempat sebanyak
137 bukaan operculum, dan ikan kelima sebanyak 142 bukaan operculum setiap
menitnya. Diperoleh pula hasil rata-rata dari lima ikan tersebut dalam setiap
menitnya. Pada menit pertama rata-rata bukaan operculum ikan sebanyak 149 ,
menit kedua sebanyak 138, dan menit ketika sebanyak 129.
Seperti pembahasan sebelumnya, hal yang harus diingat adalah konsep
metabolisme tubuh dan kandungan DO di dalam air. Kembali lagi kepada
bukaan
operculum pada menit pertama yaitu sebanyak 143, menit kedua dengan rata-rata
bukaan operculum sebanyak 142, dan pada menit ketiga sebanyak 141 bukaan .
Untuk suhu panas berada sekitar 29 - 30C dengan bukaan operculum pada menit
pertama yaitu sebanyak 173, menit kedua dengan rata-rata bukaan operculum
sebanyak 172, dan pada menit ketiga sebanyak 172 bukaan . Dan untuk suhu
dingin dari 23 - 24C dengan bukaan operculum pada menit pertama yaitu
sebanyak 135, menit kedua dengan rata-rata bukaan operculum sebanyak 131,
dan pada menit ketiga sebanyak 131 bukaan.
Dari data tersebut bisa dihasilkan analisa bahwa suhu akan membengaruhi
metabolisme tubuh dan juga aktivitas tubuh salah satunya pada buka tutup
operculum dalam satuan waktu yaitu per menit walaupun suhu yang dipakai di
media air yang digunakan hanya berbeda sedikit kurang lebih 1C dianggap
semua sama. Pada suhu kamar terdapat rata-rata bukaan operculum sebanyak 142
ini mengindikasikan bahwa bukaan normal operculum ikan dalam waktu per
menit adalah sekitar angka tersebut. Walaupun seperti yang telah dijelaskan factor
kondisi ikan dan kandungan DO di air dianggap sama dan dalam kondisi baik.
Data kedua yaitu untuk suhu panas dihasilkan data dengan nilai rata rata
sebesar 172 bukaan per menit. Sehingga dapat disimpulkan bukaan operculum
ikan meningkat ketika penambahan kurang lebih 3C. Selisih penambahannya
yaitu sekitar 30 bukaan. Dapat terlihat bahwa pada setiap ikan menunjukan
kenaikan aktivitas tubuh dengan naiknya metabolism tubuh yang berpengaruh
pada bukaan operculum.
Data ketiga untuk suhu yang dingin yaitu dengan rata rata bukaan sekitar
132 bukaan per menit. Data ini pun sama menjelaskan bahwa pengurangan suhu
sebesar 3C dari suhu kamar atau 6C dari suhu panas juga berpengaruh terhadap
metabolisme tubuh. Semakin rendah suhu maka proses metabolisme tubuh akan
Data Kelompok
Data Kelas
Selisih dari setiap rata rata data tidak lebih dari 20 bukaan operculum dalam
waktu satu menit. Ini bisa dikatakan nilai antara data kelompok dan rata rata
data kelas dianggap sama. Hal lainnya yang juga berpengaruh mungkin ada pada
pengambilan data dari ikan yang dilakukan manual dilihat oleh mata, karena tidak
mungkin secara tepat dapat menghitung bukaan operculum karena ikan terus
aktifbergerak sehingga menyusahkan dalam proses penghitungan.
Dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan dapat diketahui bahwa
frekuensi membuka serta menutupnya operculum pada ikan mas terjadi lebih
sering pada setiap kenaikan suhu serta penurunan suhu dari suhu awal kamar,
semakin sering ikan itu membuka serta menutup operculumnya hal ini dapat
disimpulkan bahwa bila suhu meningkat, maka laju metabolisme ikan akan
meningkat sehingga gerakan membuka dan menutupnya operculum ikan akan
lebih cepat dari pada suhu awal kamar, serta sebaliknya jika suhu menurun maka
semakin jarang pula ikan itu membuka serta menutup operculumnya.
Dalam hal ini juga tidak mutlak kesalahan dari bahan ataupun alat yang kita
gunakan, praktikan juga dapat menjadi kendala dalam kesalahan kekurangtelitian
dalam melihat mekanisme membuka serta menutup operculum ikan tersebut
karena hal ini juga dapat mempengaruhi kecepatan dalam pengamatan ini. Waktu
perhitungan frekuensi gerakan membuka serta menutup operculum juga sangat
berpengaruh. Hal tersebut yaitu daya adaptasi yang berbeda pada umur benih ikan
mas dengan waktu dimulainya perhitungan sangat berkaitan erat dalam
mempengaruhi hasil pengamatan ini.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Ikan termasuk hewan poikilotermik karena ikan menyesuaikan suhu di dalam
tubuh dengan perubahan suhu lingkungan. Hewan poikilotermik memiliki rentang
toleransi terhadap perubahan suhu lingkungan. Ketika terjadi perubahan suhu
lingkungan, maka organisme akan melakukan proses homeostasis agar dapat bertahan
dan menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Semakin tinggi suhu dinaikkan dari suhu normal, maka gerakan operculum
juga semakin meningkat. Semakin rendah suhu pada lingkungan maka intensitas
gerakan operkulum semakin lambat. Jika perubahan suhu lingkungan melebihi batas
toleransi hewan tersebut (suhu ekstrem), maka dapat dipastikan hewan tersebut tidak
mampu bertahan.
Dari praktikum tersebut pengaruh buka tutup operculum dipengaruhi oleh
suhu yang pada akhirnya suhu akan mempengaruhi proses metabolisme tubuh. Dalam
praktikum ini suhu tidak berpengaruh pada kandungan DO yang berada di dalam air
yang digunakan. Suhu kemungkinan sangat kecil untuk menguap, karena suhu
tertinggi yang digunakan hanya mencapai 29C. Jika diperhatikan bukaan operculum
ikan meningkat pada suhu yang lebih panas, ini bisa disebabkan oleh dua faktor yaitu
antara kandungan DO di air atau metabolisme tubuh ikan. Kandungan DO pada air
mungkin saja bisa berkurang diakibatkan penguapan, tetapi kemungkinannya sangat
kecil untuk gas oksigen menguap pada suhu tersebut, dibutuhkan suhu sekitar >50C
untuk gas oksigen menguap dari dalam air. Jadi kemungkinan besar ini dipengaruhi
oleh metabolism tubuh ikan tersebut sehingga bukaan operculum menjadi bertambah.
Hal lainnya lagi adalah kandungan DO ketika praktikum terakhir, yaitu saat
praktikum di media air yang dingin. Karena jika diteliti kembali, air yang digunakan
dari praktikum 1 (suhu kamar) sampai yang terakhir (suhu rendah) tidak dirubah.
Sehingga dapat disimpulkan jika kandungan oksigennya akan berkurang yang
mengakibatkan bukaan operculum ikan yang seharusnya lebih sedikit ini menjadi
lebih banyak dari yang seharusnya.
Dalam hal ini juga tidak mutlak kesalahan dari bahan ataupun alat yang kita
gunakan, praktikan juga dapat menjadi kendala dalam kesalahan kekurangtelitian
dalam melihat mekanisme membuka serta menutup operculum ikan tersebut karena
hal ini juga dapat mempengaruhi kecepatan dalam pengamatan ini. Waktu
perhitungan frekuensi gerakan membuka serta menutup operculum juga sangat
berpengaruh. Hal tersebut yaitu daya adaptasi yang berbeda pada umur benih ikan
mas
DAFTAR PUSTAKA
2011.
Kelas
Pisces
(Cyprinus
carpio).
Diakses
melalui
2009.
Operculum
Ikan
Mas.
Diakses
dari