BAB I
PENDAHULUAN
1. LATARBELAKANG.
Hernia Hiatus Esophagus merupakan suatu keadaan dimana terjadi perpindahan secara
intermiten (sementara) atau secara permanen (menetap) bagian lambung, disertai perpindahan
bagian esophagus dari iintra abdomen kedalam rongga dada (rongga toraks) di atas diagfragma
melalui hiatus esophagus yang normal. Atas dasar patogenesisnya, maka ada 3 macam hernia
hiatus esophagus ;
a) hernia hiatus aksial
b) Hernia esophagus didafati bagian fundus
c) Silidling hiatus hernia
Karena hernia hiatus tidak begitu sering dijumpai pada usia dibawah 40 tahun, maka penyebab
yang sering sebagai berikut:
1. kelemahan otot sering disebutkan sebagai suatu faktor primer dalam patogenesinya. Hilangnya
tonus otot pada usia menengah atau setelah menderita penyakit yang lama, kelemahan otot
membuatnya lebih lemas dan merupakan predisposisi untuk timbulnya hernia hiatus.
2. meningkatnya tekanan intra abdominal yang memudahkan (membantu) bagian atas lambung
untuk melewari pembukaan diafragma.
3. Diet yang rendah serat merupakan penyebab utama konstipasi dan penyakit divertikel, boleh
juga merupakan suatu penyebab hernia hiatus.
4. Keadaan obesitas biasa dijumpai pada pasien hernia hiatus.
5. Kehamilan trimester III.
2. TUJUAN.
Adapun tujuan dari penyusunan asuhan keperawatan ini,yaitu:
a) Agar kita sebagai tenaga perawat mampu menerapkan Proses keperawatan berupa pengkajian
pada klien dengan Diagnosa medis Hernia Hiatus Esofagus.
b) Mampu menerapkan rencana tindakan keperawatan kepada klien sesuai dengan diagnosa
keperawatan.
c) Mampu melakukan tindakan keperawatan secara sistematis sesuai dengan intervensi
keperawatan.
d) Mampu mengevaluasi hasil tindakan keparawatan pada klien.
3. RUMUSAN MASALAH.
a) Definisi Hernia Hiatus Esophagus ?
b) Tanda dan gejala klien dengan Hernia Hiatus Esofagus ?
c) Etiologi Hernia Heatus Esofagus ?
d) Patofisiologi serta Pathway Nursing Herni Heatus Esofagus ?
e) Asuhan keperawatan pada klien dengan Hernia Hiatus Esophagus ?
f) Tinjauan kasus pada klien Hernia Hiatus Esofagus ?
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI.
Hernia adalah protusio (penonjolan) abnormal suatu organ atau bagian suatu organ melalui
lubang (apertura) pada stuktur disekitarnya, umumnya protusio organ abdominal melalui celah
dari dinding abdomen. (Sue Hinchliff, 1999: 206).
Hernia adalah penonjolan dari organ internal melalui pembentukan abnormal atau lemah pada
otot yang mengelilinginya. (Winter Griffith, 1997 : 340).
Hernia Hiatus Esophagus merupakan suatu keadaan dimana terjadi perpindahan secara
intermiten (sementara) atau secara permanen (menetap) bagian lambung, disertai perpindahan
bagian esophagus dari iintra abdomen kedalam rongga dada (rongga toraks) di atas diagfragma
melalui hiatus esophagus yang normal.
Hernia eofageal didapati bagian fundus/korpus lambung disertai sebahagian esophagus intra
abdomen berada diluar rongga dada diatas diagfragma, sedangkan hubungan lambung esophagus
(gastroeophageal junction) tetap berada didalam ronnga perut (abdomen) di bawah diafragma.
3. Hernia Hiatus Campuran
Pada sliding hiatus hernia (hernia hiatus aksial yang besar, dapat pula terjadi hernia hiatus
esofageal, maka terjadilah kedua macam hernia hiatus tersebut diatas, hingga timbul bentuk
campuran yang disebut hernia hiatus tipe campuran. Pada hernia hiatus bentuk ini dadapati
seluruh bagian esofagus intra abdomen, gatroesophageal junctin, sebahagian besar lambung,
mungkin seluruh bagian lambung berpindah tempat ke dalam rongga dada diatas diafragma.
B. TANDA DAN GEJALA.
1) Keluhan esofagitis refluks.
2) Rasa jantung terbakar (heartburn).
3) Regurgitasi asam dan disfagia karena spasme esophagus.
4) Perdarahan.
5) Muntah mendadak.
6) Bunyi tympani pada pemeriksaan perkusi.
7) Nyeri uluh hati.
C. ETIOLOGI.
Karena hernia hiatus tidak begitu sering dijumpai pada usia dibawah 40 tahun, maka penyebab
yang sering sebagai berikut:
1) kelemahan otot sering disebutkan sebagai suatu faktor primer dalam patogenesinya. Hilangnya
tonus otot pada usia menengah atau setelah menderita penyakit yang lama, kelemahan otot
membuatnya lebih lemas dan merupakan predisposisi untuk timbulnya hernia hiatus.
2) meningkatnya tekanan intra abdominal yang memudahkan (membantu) bagian atas lambung
untuk melewari pembukaan diafragma.
3) Diet yang rendah serat merupakan penyebab utama konstipasi dan penyakit divertikel, boleh
juga merupakan suatu penyebab hernia hiatus.
4) Keadaan obesitas biasa dijumpai pada pasien hernia hiatus.
5) Kehamilan trimester III.
Manifestasi klinik
1. Mungkin tidak bergejala.
2. Heartburn/perasaan panas dalam perut (dengan atau tanpa regurgitasi dari isi lambung ke
mulut)
3. Disfagia; nyeri dada.
Komplikasi.
- Penyakit paru yang kronik, hal ini disebabkan karna regurgitasi noktural dan aspirasi.
Patofisiologi.
Karena hernia hiatus tidak begitu sering dijumpai pada usia dibawah 40 tahun, maka kelemahan
otot sering disebutkan sebagai suatu faktor primer dalam patogenesinya. Hilangnya tonus otot
pada usia menengah atau setelah menderita penyakit yang lama, kelemahan otot membuatnya
lebih lemas dan merupakan predisposisi untuk timbulnya hernia hiatus. Faktor penting yang lain
ialah meningkatnya tekanan intra abdominal yang memudahkan (membantu) bagian atas
lambung untuk melewari pembukaan diafragma. Diet yang rendah serat merupakan penyebab
utama konstipasi dan penyakit divertikel, boleh juga merupakan uatu penyebab hernia hiatus.
Keadaan obesitas biasa dijumpai pada pasien hernia hiatus.
1. Sliding hiatus hernia (hernia hiatus aksial).
Sliding hiatus hernia (hernia hiatus aksial), merupakan tipe hernia hiatus yang biasa dijumpai.
Pada hernia hiatus ini bagian bawah esofagus (bagian esofagus intra abdomen) dan kardia
lambung melorot ke atas masuk ke dalam rongga dada di atas diafragma disertai esofageal
junction-nya sesuai dengan porosnya melalui hiatus esofagus yang normal , jadinya susunan
anatomis bagian bawah kardia lambung yang normall terganggu, maka terjadilah refluks asam
lambung dengan akibat timbulnya rasa panas dijantung. Bila hiatusnya ini terjadi secara
permanen , timbulnya kongesti dengan akibat timbulnya gastritis, erosi dan ulserasi bagian
lambung yang mengalami herniasi.
2. Hernia hiatus paraesofageal (hernia tipe rolling)
Pada hernia paraesofageal ini, lambung dengan secara sederhana mengalami perputaran
memasuki rongga dada, sedangkan gastroesofageal junction tetap berada dibawah diafragma.
Pada keadaan ini sebenarnya yang terjadi ialah suatu bagian kecil peritoneum mengalami
perputaran keatas rongga dada samping esofagus diikuti kurvatura mayor lambung, kadangkadang disertai omentum gastrokolika. Semakin lanjut besar bagian lambung yang mengalami
perputaran keatas memasuki rongga dada dan suatu saat bagian fundus lambung akan terletak
diatas gastroesopageal junction . Perpindahan (migrasi) lambung ini dihubungkan perputaran
(rotasi) organoaksial, yang menyebabkan kurvutura mayor lambung mengalami perputran keatas
dan kekanan kedalam rongga dada. Hal inilah yang menyebabkan hernia paraesofageal sering
dijumpai didalam rongga dada bagian kanan. Komplikasi yang bisa timbul adalah obstruksi akut
dan inkarserai. Inkarserai merupakan komplikasi yang sangat hebat yang dapat terjadi pada kasus
hernia.
3. Hernia hiatus congenital.
Pada keadaan ini timbul kesan adanya esofagus yang pendek secara kongetinal. Hal ini
sebenarnya terjadi karna spasme muskular. Pembuluh darah pada keaadan ini biasanya sampai
kebagian bawah diafragma, hal ini menunjukkan posisi semula. Esofagus yang pendek padaa
bayi dan anak-anak kebanyakan timbulnya sebagai akibat esofagu yang mengalami peradangan
akibat esofagus mengalami peradangan karna refluks asam pada akalasia abnormalitas
kongenital yang sebenarnya atau yang disebut Barrets esophagus.
D. PATHWAY NURSING.
Diagnostic test
1. Radiografi yaitu tampak bayangan udara dibelakang jantung pada foto dada atau thoraks
2. Fluroscopi yaitu bagian lambung yang mengalami herniasi tidak ikut dalam gelombang
peristaltik yang mendorong esofagus kebawah.
3. Endoscopi yaitu untuk mengetahui komplikasi yang mungkin timbul tetapi pemeriksaan ini
jarang digunakan.
Evaluasi diagnostic
1. Pemeriksaan barium dari hernia sepanjang esophagus.
2. Pemeriksaan endoskopi melihat defek.
Penanganan
1. Tinggikan bagian kepala tempat tidur (15-20 cm) / 6 8 inci untuk mengurangi refluks pada
malam hari.
2. Therapi antasidauntuk menetralisir asam lambung.
3. Histamin-2 reseptor antagonis (cimetidin, rantidin) jika pasien menjalani esofagitis.
4. Perbaikan bedah dari hernia jika gejala memberat.
Tindakan keperawatan /Pembelajaran pasien
A. Anjurkan pasien pencegahan dari refluks isi lambung ke dalam esophagus dengan :
1. Makan sedikit-sedikit.
2. Menghindari rangsangan sekresi lambung dengan menghindari kafein dan alcohol.
3. Menghentikan merokok.
4. Menghindari makanan berlemak meningkatkan refluks dan menghambat pengosongan
lambung.
5. Menghindari berbaring terlentang paling tidak 1 jam setelah makan.
6. Menurunkan berat, jika obesitas.
7. Menghindari menekuk pinggang dan atau memakai pakaian yang ketat.
B. Nasehati pasien untuk melaporkan ke fasilitas kesehatan segera jika timbul nyeri dada akut
7. Sistem persyarafan.
Tingkat kesadaran, kepala ukuran, kesimetrisan, benjolan, ketajaman mata, pergerakan bola
mata, kesimetrisan, reflek kornea, reflek pupil, nervus 1 s.d. 12, kaku kuduk, dll.
8. Sistem endokrin.
Pertumbuhan dan perkembangan fisik, proporsi dan posisi tubuh, ukuran kepala dan ekstremitas,
pembesaran kelaenjar tyroid, tremor ekstremitas, dll.
9. Sistem muskuloskeletal.
Rentang gerak sendi, gaya berjalan, posisi berdiri, ROM, kekuatan otot, deformitas, kekakuan
pembesaran tulang, atrofi, dll.
10. Sistem reproduksi.
- Laki-laki: penis skrotum, testis, dll.
- Perempuan: pembengkakan benjolan, nyeri, dll.
11. Sistem perkemihan.
Jumlah, warna, bau, frekwensi BAK, urgensi, dysuria, nyeri pinggang, inkontinensia, retensi
urine, dll.
c. Pemeriksaan penunjang.
1. Radiografi.
2. Endoskopi.
2) Diagnosa.
1. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.
2. Immobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka insisi.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman.
5. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakitnya.
3) Intervensi.
Diagnosa 1: Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.
Tujuan : Menunjukkan nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
- Pasien melaporkan nyeri hilang /terkontrol.
- Normal
Intervensi :
a. Kaji nyeri, catat lokasi intensitas (Skala 0 10).
Rasional : Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan analgesic atau
dapat menyatakan terjadinya komplikasi.
b. Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Respons autoromik meliputi perubahan pada TD, nasi dan pernafasan yang
berhubungan dengan keluhan/penghilangan nyeri.
c. Dorong Ambulasi diri.
Rasional : Meningkatkan normalisasi fungsi organ contoh merangsang perstaltik dan lelancaran
flaktus.
d. Ajarkan teknik relaksasi dan Distraksi.
Rasional : Meningkatkan ostirahat, memusatkankembali perhatian dapat meningkatkankoping.
e. Kolaborasi Pemberian Obat Alagetik.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Ny. F 36 Th, suku jawa, pendidikan sarjana, klien datang ke rumah sakit pada tanggal 3 maret
dengan keluhan muntah proyektif yang disertai darah, dada kiri terasa panas, klien mengeluh
sulit menelan sehingga BB turun, BB 85 kg, TB 160 cm, klien sedang hamil trimester III, saat
makan klien merasa penuh di kerongkongan, keadaan umum CM, tanda vital : TD 130/ 90, RR
24x/m, S 37,4 C, diagnosa medis hernia hiatus esophagus .
1. PENGKAJIAN.
a) Anamnesis.
a. Identitas Pasien.
Inisial pasien : Ny. F.
Umur : 36 Tahun.
Status Perkawinan : Kawin.
Agama : Islam.
Suku Bangsa : Jawa Indonesia.
Pendidikan : Sarjana/S1.
Pekerjaan : Wiraswasta.
c. Riwayat kesehatan.
1. Keluhan utama.
Muntah proyektif yang disertai darah.
2. Riwayat penyakit sekarang.
Muntah proyektif yang disertai darah,dada kiri klien terasa panas dan Sulit menelan, saaat makan
klien merasa penuh di kerongkongan.
3. Riwayat penyakit dahulu : 4. Riwayat penyakit keluarga : 5. Riwayat psikososial : b) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum :
a. CM dan Klien sedang hamil trimester III.
2) B1 (breathing)
a. RR : 24 x/menit.
3) B2 (blood)
a. TD : 130/90 mmHg,
b. Nadi: 100x/menit,
c. Suhu: 37,4 0C.
4) B3 (brain)
a. Kesadaran (CM)/(ComposMentis)/(Sadar penuh)
5) B4 (bladder) : 6) B5 (bowel) : 7) B6 (bone) : -
ANALIA DATA
NO SYMPTOM ETIOLOGI MASALAH
1
2.
DS :
- Pasien mengeluh sulit menelan sehingga BB turun
DO :
- BB 85 kg,
- TB 160 cm
DS:
- Saat makan klien merasa penuh di kerongkongan
DO:
- TD 130 mm Hg, N 100x/m, S 37,4 C, RR 24x/m Spasme Esophagus
B. PERUMUSAN DIAGNOSA.
1. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.
2. Immobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak, karena kehamilan.
3. Koping individu tidak efektif (ansietas) sehubungan dengan krisis situasional, perubahan
status kesehatan.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan disfagia.
5. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit.
C. INTERVENSI.
NO TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
DX.1 Menunjukkan nyeri berkurang atau hilang -Pasin melaporkan nyeri hilang /terkontrol
-Normal
a. Kaji nyeri, catat lokasi intensitas (Skala 0 10)
DX.2 Pasien dapat beraktivitas dengan nyaman -Menunjukkan mobilitas yang aman
-Meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit
a. Berikan aktivitas yang disesuaikan dengan pasien
DX.3 Pasien dapat mengurangi asietas dan dapat memilih koping yang tepat umtuk penyakitnya
Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang.
Mengkaji situasi terbaru dengan akurat mendemonstrasikan ketrampilan pemecahanmasalah.
a. Kaji tingkat ansietas klien, tentukan bagaimana pasien menangani masalahnya sebelumnya
dan sekarang
b. berikan informasi yang akurat
c.berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan masalah yang dihadapinya
d. Catat perilaku dari orang terdekat atau keluarga yang meningkatkan peran sakit
Mengidentifikasi keterampilan untuk mengatasi keadaannya sekarang.
Memungkinkan pasien untuk membuat keputusan yang didasarkan pad
pengetahuannya.
Kebanyakan pasien mengalami permasalahan yang perlu diungkapkan dan diberi respon.
DX5
Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dan keluarga fapat membuat pilihan berdasarkan
informasi
Keluarga dapat melakukan perawatan sepulang dari RS
Aktivitas berat dapat memperparah keadaan hernia
Pengetahuan dasar yang akurat memberikan kesempatan pasien untuk membuat pilihan tentang
masa depan dan control penyakit kronis.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Hernia hiatius Esofagus merupakan perpindahan secara intermiten (sementara) atau peranen
(mnetap) bagian lambung disertai perpindahan esophagus dari intra abdomen kerongga daa
melalui hiatus esophagus yang normal, ada tiga tipe yaitu:
1. Hernia sebagian atas lambung dan hubungan antara lambung dan esophagus.
2. Hernia sebagian atas lambung dan sebagian bawah esophagus.
3. Gabungan tipe yang kedua diatas sehiga timbul hernia espfagus bawah, hubungan esophagus
dan lambung dan sebagian lambung atau bahkan semua lambung.
Tanda dan Gejala:
1) Keluhan esofagitis refluks.
2) Rasa jantung terbakar (heartburn).
3) Regurgitasi asam dan disfagia karena spasme esophagus.
4) Perdarahan.
5) Muntah mendadak.
6) Bunyi tympani pada pemeriksaan perkusi.
7) Nyeri uluh hati.
Penyebab/Etiologi:
1. Hilangnya tonus otot
2. Meningkatnya tekanan intra gaster
3. Obesitas
4. Kehamilan trimester tiga
B. Saran.
Guna kesempurnaan laporan ini,kami kelompok 2 sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bisa membangun.Oleh karena itu sekiranya Rekan-rekan dari kelompok lain beserta Dosen
Pembimbing untuk memberikan tambahan yang insya Allah akan membangun dari Laporan yang
kami buat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Pencernaan . Jakarta :
Salemba Medika.
Smelzer, Suzzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Volume 2. Jakarta : EGC.
http://fayldestu.blogspot.com/2010/03/askep-hernia.html