Anda di halaman 1dari 10

FORMULASI PESTISIDA

(Laporan Praktikum Pestisida Pertanian)

Oleh
Diyan Adinda Safitri
1214121060
Kelompok 3

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Formulasi pestisida yang dipasarkan terdiri atas bahan pokok yang disebut bahan
aktif yang merupakan bahan utama pembunuh organisme pengganggu dan bahan
ramuan. Jika dilihat dari struktur kimianya, bahan aktif ini bisa digolongkan
menjadi kelompok organic sintetik, organik alamiah dan inorganik. Bahan aktif ini
jenisnya sangat banyak sekali.
Tahun 1986 badan proteksi lingkungan amerika serikat mencatat ada 2600 bahan
aktif yang sudah dipasarkan. Dan diseluruh dunia ada 35000 formulasi atau merek
dagang.Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus
yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di
sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit
tanaman yang disebabkan oleh fungi, bakteria dan virus, kemudian nematoda,
siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Pestisida juga
diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau
menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman (e-petani, 2010).
Penggunaan pestisida dan tertinggalnya residu dapat sangat menurunkan populasi
hewan tanah. Dibandingkan dengan besarnya kandungan residu pestisida dalam
tanah, kandungan pestisida dalam air lebih rendah (Djojosurmarto, 2000).
Pestisida mencakup bahan bahan yang beracun sehingga perlu hati hati dalam
penggunaannya. Oleh karena itu pestisida dalam bentuk teknis sebelum digunakan
perlu diformulasikan terlebih dahulu. Formulasi pestisida merupakan pengolahan
yang ditujukan untuk meningkatkan sifat sifat yang berhubungan dengan

keamanan, penyimpanan, penanganan, penggunaan, dan keefektifan pestisida.


Pestisida yang dijual telah diformulasikan sehingga untuk penggunaannya,
pemakai tinggal mengikuti petunjuk yang ada dilabel.

1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Mengenal tentang jenis-jenis formulasi pestisida


Memahami pentingnya formulasi pestisida
Terlatih melakukan campuran pestisida
Memahami sifat-sifat dari semua campuran pestisida.

II. METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah tabung reaksi, gelas
pengaduk, rak tabung reaksi, cawan petri, kertas saring, timbangan digital, pipet
volume 1 dan 10 ml, gelas ukur, dan gelas erlenmeyer. Sedangkan bahan yang
digunakan pada praktikum kali ini adalah Furadan 3 G, Marshal 25 ST, Klerat
RM-B, Mipcin 50 Wp, Decis 2,5 EC, dan Sevin 85 S.

2.2 Cara Kerja


Berikut adalah cara kerja dari praktikum kali ini:
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dibaca informasi yang terdapat pada label kemasan pestisida.
3. Diamati dan perhatikan semua pestisida yang telah tersedia, kemudian disusun
menjadi 3 kelompok formulasi yaitu padatan, cairan dan formulasi lain.
4. Masing-masing kelompok ditimbang 1 gram, kemudian dimasukkan dalam
gelas erlenmeyer yang telah berisi 1 liter air hingga menjadi campuran 1 gr/L.
5. Diaduk hingga homogen dan tuangkan ke tabung reaksi.
6. Diamati hasil campuran atau larutan berdasarkan warna dan bentuk fisik
bening maupun keruh.
7. Dari kelompok lainya, diperhatikan bentuk dan cara penggunaanya dan
bandingkan dengan formulasi kelompok lainya.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Adapun hasil praktikum yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut:
No
.
1.

Gambar

Nama

Warna / Bentuk fisik

Pestisida
Marshal 25 ST Warna pink fanta,

Cara
Penggunaanya
Perlakuan benih

bentuk fisik bubuk


2.

3.

Decis 2,5 EC

Sevin 85 S

Berwarna putih

Ditambahkan

santan atau putih susu

dengan air dan

Larutan berwarna

disemprotkan
disemprotkan

putih dengan endapan


4.

5.

6.

Mipcin 50 WP

Furadan 3 GR

Dust

berwarna putih
Larutan berwarna

Ditambahkan

putih dan memiliki

dengan air dan

endapan berwarna

disemprotkan

kekuningan
Butiran berwarna

Ditaburkan

ungu

disekitar tanaman

Berwarna coklat

Dihembuskan

seperti debu
7.

Klerat RM-B

Butiran besar

Diletakkan pada

berwarna coklat atau

umpan.

hijau pucat

3.2 Pembahasan
Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu. Pestisida dalam
bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat
diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Oleh formulator baru diberi
nama. Dalam praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa
formulasi yang menghasilkan larutan yaitu Sevin 85 S, Decis 2,5 EC, dan Mipcin
50 WP Sedangkan formulasi yang menghasilkan suspensi adalah Sevin 85 S dan
Mipcin 50 WP. Serta formulasi pestisida yang menghasilkan emulsi adalah Decis
2,5 EC.
Cairan emulsi atau biasa disebut dengan emulsifiable concentrates. Komposisi
pestisida cair biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta
bahan perata. Pestisida golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena berupa
cairan pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi.
formulasi cair biasanya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan formulasi lain.
Formulasi EC apabila ditambah air menghasilkan campuran yang homogen
(Emulsi) yang kental berebtnuk seperti santan atau susu. Formulasi EC
mengandung bahan aktif, pelarut organik dan bahan pengemulsi berupa deterjen
maupun seperti protein atau karet. Adanya bahan pengemulsi memungkinkan
formulasi EC tercampur rata dengan air.
Wettable Powder (WP) berbentuk tepung yang halus dan kering yang sangat mirip
dengan formulasi dust. Namun, formulasi WP harus dicampur dengan air sebelum
dilakukan pengaplikasian dan untuk penggunaanya dilakukan dengan cara
penyemprotan. Formulasi WP apabila tercampur dengan air akan menghasilkan
campuran berbentuk suspensi yang keruh. Untuk memudahkan formulasi WP
tercampur merata dengan air, bahan terdispersi dan pembasah harus ditambah ke
dalam kemasan formulasi WP. Adanya bahan pembasah dalam formulasi WP
memungkinkan terbentuknya campuran yang rata dan homogen saat pencampuran
antara tepung insektisida dan air. Partikel formulasi WP tidak tercampur dengan
air akan mengendap. Oleh karena itu, pengadukan yang teratur selama
penyemprotan mutlak dilakukan agar campuran dapat dipertahankan.

Pada formulasi ST mengapa mempunyai warna yang mencolok yaitu, Tujuan


perlakuan benih adalah (1) menghilangkan sumber infeksi benih (disinfeksi)
untuk melawan patogen tular benih dan hama, (2) perlindungan terhadap bibit
ketika bibit muncul di permukaan tanah, (3) meningkatkan perkecambahan atau
melindungi benih dari patogen dan hama, perlakuan benih dengan tujuan seperti
ini berupa priming, coating, dan pelleting (Agustiansyah, 2011).

V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Formulasi ST mempunyai warna mencolok untuk menandakan pestisida sudah
menempel pada benih
2. Formulasi WP sebelum aplikasi perlu diaduk agar memudahkan saat aplikasi
dan tidak menyumbat nosel
3. Adanya bahan pengemulsi memungkinkan formulasi EC tercampur rata dengan
air.
4. Formulasi EC mengandung bahan aktif, pelarut organik dan bahan pengemulsi
berupa deterjen maupun seperti protein atau karet.

DAFTAR PUSTAKA

Agustiansyah. 2011. Perlakuan Benih untuk Perbaikan Pertumbuhan


Tanaman Hasil dan Mutu Benih Padi serta Pengendalian Penyakit Hawar
Daun Bakteri dan pengurangan Penggunaan Pupuk Fosfat. IPB PRESS.
Bogor.
Panut, Djojosurmarto. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Penerbit
kanisius. Yogyakarta.
Sastraatmadja, Entang. 1993. Penyuluhan Pertanian. Penerbit Alumni. Bandung.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai