Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai denga ekskavasi glaukomatosa,
neuropati saraf optik, serta kerusakan lapang pandangan yang khas dan utamanya
diakibatkan oleh tekanan bola mata yang tidak normal.
Di indonesia glaukoma kurang dikenal oleh masyarakat, padahal cukup banyak yang
menjadi buta karenanya. Pada glaukoma kronik dengan sudut mata bilik depan terbuka
misalnya, kerusakan pada saraf optik terjadi perlahan lahan hampir tanpa keluhan
subyektif. Hal ini menyebabkan penderita datang terlambat pada dokter. Biasanya kalau
sudah memberikan keluhan, keadaan glaukoma sudah lanjut. Dalam masyarakat yang
kesadaran akan kesehatan atau pendidikannya masih kurang, dokter perlu secara aktif
dapat menemukan kasus glaukoma kronik, yaitu dengan mengadakan pengukura tekanan
bola mata secara rutin.
Glaukoma akut sangat mengancam terjadinya kebutaan karena datangya tiba tiba,
atau mungkin didahului beberaa tanda prodromal. Tonometri rutin dalam hal glaukoma
akut tidak banyak manfaatnya, tetapi kewaspadaan dokter akan tanda tanda prodromal
atau tanda tanda ketika serang serangan terjadi sangat diperlukan. Sering penderita
dengan glaukoma akut datang terlambat kkarena salah diagnosis, dikiranya sakit kepala
karena hipertensi atau flu atau muntah karena lainnya.
Kebutaan akibat glaukoma dapat dicegah apabila diagnosis sudah di buat sejak dini,
glaukoma kronikdengan dusut bilik mata depan terbuka sebaiknya dikelola oleh seorang
dokter spesialis matta. Dokter umum dapat membantu dengan mengukur tekanan bola
mata secara rutin; kemudian kalau perlu penderita di rujuk ke dokter spesialis mata.
Glaukoma akut sudah harus diobati ketika masih di tangani dokter umum, pertolongan
pertama pada glaukoma akut sering kali menentukan apakah mata yang bersangkutan
akan muta atau tidak.
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
2.2 Klasifikasi Glaukoma
a. Glaukoma Primer
Pada glaukoma primer tidak diketahui penyebabnya, didapatkan bentuk:
Glaukoma sudut tertutup, (closed angle glaucoma, acute congestive glaucoma)
Glaukoma sudut terbuka, (open angle glaukoma, chronic simple glaucoma)
b. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder timbul sebagai akibat penyakit lain dalam bola mata, disebabkan:
Kelainan lensa
- Luksasi
- Pembengkakan (intumesen)
- Fakoltik
Kelainan uvea
- Uveitis
- Tumor
Trauma
- Perdarahan dalam bilik mata depan (hifema)
- Perforasi kornea dan prolaps iris, yang menyebabkan leukoma adheren
Pembedahan
-bilik mata depan yang tidak cepat terbentuk setelah pembedahan katarak.
Penyebab glaukoma sekunder lainnya
- Rubeosis iridis (akibat trombosis vena retina sentral)
- Penggunaan kortikosteroid topikal berlebihan
c. Glaukoma Kongenital
Glaukoma konginetal primer atau glaoukoma infantil (buftalmos, hidroftalmos)
Glaukoma yang bertalian dengan kelainan konginetal lain
d. Glaukoma Absolut
Keadaan terahir suatu glaukoma, yaitu dengan kebutaan total dan bola mata nyeri
Tekanan intraokular ditentukan oleh keceatan terbentuknya cairan mata (akuos
humor) bola mata oleh badansiliar dan hambatan yang terjadi pada jaringan trabecular
meshwork. Akuos humor yang dihasilkan badan siliar masuk ke bilik mata belakang,
kemudian melalui pupil menuju kebilik mata depan dan terus ke sudut bilik mata depan,
tepatnya ke jaringan trabekulum, mencapai kenal schlemm dan melalui saluran ini keluar dari
bola mata.
Pada glaukoma kronik sudut terbuka, hambatanya terletak pada jaringan trabekulum.
Pada glaukoma akut hambatan terjadi karena iris perifer menutup sudut mata bilik depan,
hingga jaringan trabekulum tidak dapat dicapai oleh akuos.

Tekanan bola mata yang normal berkisar antara 15 dan 20 mm Hg (dengan schiotz).
Umumnya tekanan 24,4 mm Hg masih dianggap sebagai batas tertinggi. Tekanan 22 mmHg
dianggap high normal dan kita sudah harus wapada.
2.2 Pemeriksaan Khusus untuk Glaukoma
a) Pemeriksaan tajam penglihatan
Pemeriksaan tajam penglihatan bukan merupakan pemeriksaan khusus untuk
glaukoma.
1. Tonometri
Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal
empat cara tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular yaitu:
- Palpasi atau digital dengan jari telunjuk
- Indentasi dengan tonometer schiotz
- Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann
- Nonkontak pneumotonometri
2. Tonometri palpasi atau digital
Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga paling tidak cermat,
sebab cara mengurnya dengan menggunakan jari telunjuk. Dapat
digunakan dalam keadaan terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya adalah
kedua jari telunjuk diletakkan diatas bola mata sambil penderita disuruh
lihat kebawah. Mata tidak boleh ditutp, sebab menutup mata
menyebabkan tarsus kelopak mata, hingga apa yang kita palpasi adalah
tarsus dan ini selalu memberi kesan perasaan keras. Dilakukan dengan
palpasi : dimana satu jari menahan, jari lainnya menekan secara
bergantian.
Tinggi rendah tekanan dicatat sebagai berikut:
N : normal
N + 1 : agak tinggi
N + 2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
N 1 : lebih rendah dari normal
N 2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya
3. Tonometri dengan tonometer schiotz
Alat ini populer sekali, harganya terjangkau oleh setiap rumah sakit,
praktis, karena bisa dibawa kemana mana dan dapat dimasukkan
kedalam saku. Kelemahanya adalah bahwa apabila hasil pembacaan
menjadi terlalu rendah, misalnya pada miopia tinggi. Walaupun
ketelitiannya dalam beberapa hal kurang dapat diandalkan, karena faktor
faktor yang kurang menguntungkan seperti tersebut diatas, alat ini masih
berguna sekali dan masih dapat diterima penggunaannya.
4. Genoskopi
Genoskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan
dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma
gonioskopi diperlukan untuk menilai lebar dan sempitnya sudut bilik mata
depan.

Genoskopi dapat membedakan sudut terbuka dan sudut tertutup.


Begitu pula dapat diperiksa apakah ada perlekatan iris dibagian perifer
dan kelainan lainnya. Gonioskopi tentu sangat berguna untuk dapat
meramalkan apakah suatu sudut mata akan mudah tertutup dikemudian
hari.
Dengan cara yang sederhana sekali, seorang dokter dapat mengira
ngira tentang lebar sempitnya suatu sudut bilik mata depan, yaitu dengan
menyinari bilik mata depan dari samping dengan sentolop. Iris yang datar
akan disinari secara merata, ini berarti sudut bilik mata depan terbuka.
Apabila iris tersinari hanya sebagaian, yaitu terang dibagian lampu
senter tetapi membentuk bayangan di daerah lain, kemungkinan adalah
bahwa sudut bilik mata depan sempit atau tertutup.
5. Oftalmoskopi
Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk memperhatikan papil saraf
optik, sangat penting dalam pengeolaan glaukoma yang kronik. Papil
saraf otik yang dinilai adalah warna papil saraf optik dan lebarnya
ekskavasi. Apakah pengobatan berhasil atau tidak, dapat dilihat dari
hasil ekskavasi yang luasnya tetap atau semakin membesar.
b) Pemerisaan Lapang Pandang
Akibat yang ditimbulkan oleh glaukoma dapat dinilai dari kerusakan lapang
pandang, oleh karena itu pemeriksaan lapang pandang penting dilakukan, pemerisaan
lapang pandangan umumnya diikenal :
- Pemeriksaan lapang pandang perifer :
Galaukoma sudah lebih lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan
lapang pandangan akan ditemukan di daerah tepi kemudian meluas ke
tengah. Umumnya pemeriksaan lapang pandang membutuhkan peralatan dan
latihan khusus.
- Pemeriksaan lapang pandang sentral:
Menggunakan tabir Bjerrum, yang meliputidaerah luas 30 derajat.
Justru skotoma skotoma para sentral dalam tahap ini ditemukan dalam cara
ini. Kerusakan kerusakan dini lapang pandang ditemukan para sentral yang
dinamakan skotoma bjerrum.
Skotoma ini setengah melingkari titik fiksasi. Biasanya penderita tidak
sadar akan kerusakan ini, karena tidak mempengaruhi ketajaman penglihatan
sentral. Apabila glaukoma kronik, kerusakan kerusakan dini lapang
pandang terjadi di perifer terutama di bagian masal atas dulu.
Kerusakan ini kemudian meluas ke tengah kemudian bergabung
dengan skotoma para sntral. Dalam tahap ini penglihatan masih dalam
keadaan normal. Kemudian kerusakan lapang pandang akan meluas ke
seluruh jurusan dan di sekitar titik fiksasi yang tadinya masih terhindar,
kerusakan akan meluas ketengah. Sehingga pada akhirnya seluruh lapang
pandang akan habis, hingga yag tersisa kurang lebih 5 derajat yang tersisa di
sekitar titik fiksasi. Namun meskipun dalam keadaan lanjut seperti ini pun,
tajam penglihatan masih normal , yang dinamakan Tunnel Vision
(penglihatan trowong), hal ini akan bertahan , sebelum mata itu menjadi buta.

e. Galaukoma sudut tertutup


Galaukoma sudut tertutup atau gonioskopi merupakan keadaan nyeri yang
mendada atau akut,mata merah sekali dan palpebra membengkak (kongestif) tekanan
bola mata meningkat (glaukoma)

BAB III
TINJAUAN KASUS
Sample Case
Ny. L 39 th seorang karyawan pabrik rokok. Ny. L mempunyai riwayat hipertensi di
dalam anggota keluarga juga ada yang mengalami hipertensi. Suatu hari Ny. L ngalami
pengelihatan yang kabur dan merasa pusing. Setelah dibawa ke pelayanan kesehatan di
dapatkan TIO 23 mmHg dan lapang pandang sempit.

Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Data Pasien
Nama
:

Tempat, Tanggal Lahir


Umur
:
Jenis Kelamin
:
Agama
:
Suku
:
Pekerjaan :
Status Perkawinan
Status Pendidikan
Diagnosa Medis

:
:
:

2) Riwayat penyakit :
1. Keluhan Utama :
Klien datang kerumah sakit hari senin, 12 oktober 2015 dengan
keluhan penglihatan kabur dan merasa pusing.klien mempunyai riwayat
penyakit hipertensi. Klien mengatakan bingung dengan keadaannya.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Keadaan umum klien lemah, hasil pemeriksaan TTV; TD : 150/100
mmHg, Nadi : 80x/mnt, Suhu : 37C, Pernapasan : 20x/mnt.TIO : 23 mmHg
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mempunyai riwayat penyakit hipertensi. Klien untuk mengatasi
sakitnya hanya mengkonsumsi obat warung yaitu oskadon.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan klien
yaitu hipertensi.
3) Pemeriksaan Fisik
1. Aktivitas (istirahat)
Gejala : perubahan aktifitas biasanya atau hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan
2. Makanan / cairan
Gejala : mual, muntah (glaukoma akut)
3. Neurosensori
Gejala :
Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar tenar menyebabkan
silau dengan kehilangan bertahan penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan
kerja dengan dekat atau merasa diruang gelap (katarak).
Penglihatan berawan atau kabur, tampak lingkaran cahaya atau pelangi
sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia (glaukoma akut).
Perubahan kaca mata atau pengobatan tidak memperbaiki penglihatan. Tanda
tanda yang terlihat tampak keciklatan atau putih susu pada pupil (katarak).
Pupil menyempit dan merah atau mata keras dengan kornea berawan, serta
peningkatan air mata.
4. Nyeri / kenyamanan
Gejala : ketidak nyamanan ringan atau mata berair. Nyeri tiba tiba atau berat
menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut)
5. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskular.
Riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor (contoh peningkatan tekanan

vena), ketidak seimbangan endokrin, diabetes. Terpajan pada radiasi , steroid /


toksistas fenotiazin.
2. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri kronik b/d peningkatan TIO
2) Gangguan persepsi sensori b/d gangguan status organ
3) Resiko tinggi cidera b/d penigkatan TIO, kehilangan vitreous
4) Kurpeng tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan b/d kurang terpajan / tak
mengenal sumber.
3. Rencana keperawatan
Data
DS : klien mengeluhkan
pusing, penglihatan kabur.
Klien juga mengeluhkan
nyeri saat terlalu
memejamkan mata
P : saat memejamkan mata
Q :nyeri seoperti tertekan
R :nyeri di kelopak mata
(palpepra)
S :skala 5
T :saat memejamkan mata

etiologi
Hiertensi

MK
Nyeri kronik

Obstruksi jaringan trabekular


Hambatan pengalirah cairan
humor aqueous
TIO meningkat
Rusaknya sel jaringan
nyeri

DO :
Tanda tanda vital :
TD : 150/100 mmHg
N : 80x/mnt
RR : 20x/mnt
T : 37C
TIO: 23 mmHg
Peningkatan TIO
Tekann pada saraf optik
dan retina

Penipisan serat saraf dan


inti bagian dalam retina
Atrofi otot
Hilangnya pandan perifer
Gangguan persepsi
sensori

Gangguan persepsi sensori

Peningkatan TIO

Resiko cedera

Serat saraf optik terdesak


Gangguan lapang pandang
Gangguan persepsi sensori
(visual)
Interpretasi salah
Resiko cedera
Diagnosa prioritas
1. Gangguan persepsi sensori b/d gangguan status organ
2. Nyeri kronik b/d peningkatan TIO
3. Resiko tinggi cidera b/d penigkatan TIO, kehilangan vitreous
4. Rencana keperawatan
Diagnosa 1 : Gangguan persepsi sensori b/d gangguan status organ
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
masalah keperawatan gangguan persepsi sensori penglihatan teratasi dengan
kriteria hasil :
- Klien mengiden tifikasi faktor faktor fungsi penglihatan
- Klien mengidentifikasi dan menunjukkan pola pola alternatif untuk
meningkatkan penerimaan rangsangan penglihatan

Intervensi
Mandiri :
1. Pastikan derajat / tipe kehilangan
penglihatan
2. Dorong klien mengekspresikan
perasaan tentang kehilangan /
kemungkinan kehilangan penglihatan

3. Pemberian tetes mata, contoh


menghitung tetesan, mengikuti
jadwal, dan tidak salah dosis
4. Lakukan tindakan untuk

Rasional
1. Mempengaruhi harapan masa
depan klien dan pemilihan
intervensi
2. Sementara intervensi dini
mencegah kebutaan, klien
menghadapi kemungkinan atau
mengalami pengalaman
penglihatan sebagian atau total.
Meskipun kehilangan penglihatan
telah terjadi tidak dapat diperbaiki
(meskipun dengan pengobatan),
kehilangan lanjut dapat dicegah.
3. Mengontrol TIO, mencegah
kehilangan penglihatan lanjut
4. Menurunkan bahaya keamanan

membantu klien menangani


keterbatasan penglihatan, ex:
kurangi kekacauan atur perabot,
ingatkan memutarkan kepala
kesubjek yang terlihat,
memperbaiki sinar suram dan
masalah penglihatan malam
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi :
1. Kronis, sederhana, tipe sudut
terbuka :
Pilokarpine hidroklorida
(isoptokartine, ocuserpilo,
pilopine, HS gell)
2. Pimolol maleat
(tioptik;betakasalor (betoptik))

sehubungan dengan lapang


pandang atau kehilangan
penglihatan dan akomodasi pupil
terhadap sinar lingkungan

1. Obat miotik topikal ini


menyebabkan konstriksi pupil,
memudahkan keluarnya aquous
humor
2. Menurunkan pembentukan
aquashumor tanpa mengubah
ukuran pupil, penglihatan atau
akomodasi, dengan catatan
tomoptikkontra indikasi pada
adanya bradikardi atau asma

Diagnosa 2 : Nyeri kronik b/d peningkatan TIO


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
masalah keperawatan nyeri teratasi dengan kriteria :
- Klien dapat mengidentifikasi penyebab nyeri
- Klien menyebutkan faktor faktor yang dapat meningkatkan nyeri
- Klien mampu melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri
COPAS PUNYA LIVIA

Anda mungkin juga menyukai