PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
2.2 Klasifikasi Glaukoma
a. Glaukoma Primer
Pada glaukoma primer tidak diketahui penyebabnya, didapatkan bentuk:
Glaukoma sudut tertutup, (closed angle glaucoma, acute congestive glaucoma)
Glaukoma sudut terbuka, (open angle glaukoma, chronic simple glaucoma)
b. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder timbul sebagai akibat penyakit lain dalam bola mata, disebabkan:
Kelainan lensa
- Luksasi
- Pembengkakan (intumesen)
- Fakoltik
Kelainan uvea
- Uveitis
- Tumor
Trauma
- Perdarahan dalam bilik mata depan (hifema)
- Perforasi kornea dan prolaps iris, yang menyebabkan leukoma adheren
Pembedahan
-bilik mata depan yang tidak cepat terbentuk setelah pembedahan katarak.
Penyebab glaukoma sekunder lainnya
- Rubeosis iridis (akibat trombosis vena retina sentral)
- Penggunaan kortikosteroid topikal berlebihan
c. Glaukoma Kongenital
Glaukoma konginetal primer atau glaoukoma infantil (buftalmos, hidroftalmos)
Glaukoma yang bertalian dengan kelainan konginetal lain
d. Glaukoma Absolut
Keadaan terahir suatu glaukoma, yaitu dengan kebutaan total dan bola mata nyeri
Tekanan intraokular ditentukan oleh keceatan terbentuknya cairan mata (akuos
humor) bola mata oleh badansiliar dan hambatan yang terjadi pada jaringan trabecular
meshwork. Akuos humor yang dihasilkan badan siliar masuk ke bilik mata belakang,
kemudian melalui pupil menuju kebilik mata depan dan terus ke sudut bilik mata depan,
tepatnya ke jaringan trabekulum, mencapai kenal schlemm dan melalui saluran ini keluar dari
bola mata.
Pada glaukoma kronik sudut terbuka, hambatanya terletak pada jaringan trabekulum.
Pada glaukoma akut hambatan terjadi karena iris perifer menutup sudut mata bilik depan,
hingga jaringan trabekulum tidak dapat dicapai oleh akuos.
Tekanan bola mata yang normal berkisar antara 15 dan 20 mm Hg (dengan schiotz).
Umumnya tekanan 24,4 mm Hg masih dianggap sebagai batas tertinggi. Tekanan 22 mmHg
dianggap high normal dan kita sudah harus wapada.
2.2 Pemeriksaan Khusus untuk Glaukoma
a) Pemeriksaan tajam penglihatan
Pemeriksaan tajam penglihatan bukan merupakan pemeriksaan khusus untuk
glaukoma.
1. Tonometri
Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal
empat cara tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular yaitu:
- Palpasi atau digital dengan jari telunjuk
- Indentasi dengan tonometer schiotz
- Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann
- Nonkontak pneumotonometri
2. Tonometri palpasi atau digital
Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga paling tidak cermat,
sebab cara mengurnya dengan menggunakan jari telunjuk. Dapat
digunakan dalam keadaan terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya adalah
kedua jari telunjuk diletakkan diatas bola mata sambil penderita disuruh
lihat kebawah. Mata tidak boleh ditutp, sebab menutup mata
menyebabkan tarsus kelopak mata, hingga apa yang kita palpasi adalah
tarsus dan ini selalu memberi kesan perasaan keras. Dilakukan dengan
palpasi : dimana satu jari menahan, jari lainnya menekan secara
bergantian.
Tinggi rendah tekanan dicatat sebagai berikut:
N : normal
N + 1 : agak tinggi
N + 2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
N 1 : lebih rendah dari normal
N 2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya
3. Tonometri dengan tonometer schiotz
Alat ini populer sekali, harganya terjangkau oleh setiap rumah sakit,
praktis, karena bisa dibawa kemana mana dan dapat dimasukkan
kedalam saku. Kelemahanya adalah bahwa apabila hasil pembacaan
menjadi terlalu rendah, misalnya pada miopia tinggi. Walaupun
ketelitiannya dalam beberapa hal kurang dapat diandalkan, karena faktor
faktor yang kurang menguntungkan seperti tersebut diatas, alat ini masih
berguna sekali dan masih dapat diterima penggunaannya.
4. Genoskopi
Genoskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan
dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma
gonioskopi diperlukan untuk menilai lebar dan sempitnya sudut bilik mata
depan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Sample Case
Ny. L 39 th seorang karyawan pabrik rokok. Ny. L mempunyai riwayat hipertensi di
dalam anggota keluarga juga ada yang mengalami hipertensi. Suatu hari Ny. L ngalami
pengelihatan yang kabur dan merasa pusing. Setelah dibawa ke pelayanan kesehatan di
dapatkan TIO 23 mmHg dan lapang pandang sempit.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Data Pasien
Nama
:
:
:
:
2) Riwayat penyakit :
1. Keluhan Utama :
Klien datang kerumah sakit hari senin, 12 oktober 2015 dengan
keluhan penglihatan kabur dan merasa pusing.klien mempunyai riwayat
penyakit hipertensi. Klien mengatakan bingung dengan keadaannya.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Keadaan umum klien lemah, hasil pemeriksaan TTV; TD : 150/100
mmHg, Nadi : 80x/mnt, Suhu : 37C, Pernapasan : 20x/mnt.TIO : 23 mmHg
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mempunyai riwayat penyakit hipertensi. Klien untuk mengatasi
sakitnya hanya mengkonsumsi obat warung yaitu oskadon.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan klien
yaitu hipertensi.
3) Pemeriksaan Fisik
1. Aktivitas (istirahat)
Gejala : perubahan aktifitas biasanya atau hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan
2. Makanan / cairan
Gejala : mual, muntah (glaukoma akut)
3. Neurosensori
Gejala :
Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar tenar menyebabkan
silau dengan kehilangan bertahan penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan
kerja dengan dekat atau merasa diruang gelap (katarak).
Penglihatan berawan atau kabur, tampak lingkaran cahaya atau pelangi
sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia (glaukoma akut).
Perubahan kaca mata atau pengobatan tidak memperbaiki penglihatan. Tanda
tanda yang terlihat tampak keciklatan atau putih susu pada pupil (katarak).
Pupil menyempit dan merah atau mata keras dengan kornea berawan, serta
peningkatan air mata.
4. Nyeri / kenyamanan
Gejala : ketidak nyamanan ringan atau mata berair. Nyeri tiba tiba atau berat
menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut)
5. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskular.
Riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor (contoh peningkatan tekanan
etiologi
Hiertensi
MK
Nyeri kronik
DO :
Tanda tanda vital :
TD : 150/100 mmHg
N : 80x/mnt
RR : 20x/mnt
T : 37C
TIO: 23 mmHg
Peningkatan TIO
Tekann pada saraf optik
dan retina
Peningkatan TIO
Resiko cedera
Intervensi
Mandiri :
1. Pastikan derajat / tipe kehilangan
penglihatan
2. Dorong klien mengekspresikan
perasaan tentang kehilangan /
kemungkinan kehilangan penglihatan
Rasional
1. Mempengaruhi harapan masa
depan klien dan pemilihan
intervensi
2. Sementara intervensi dini
mencegah kebutaan, klien
menghadapi kemungkinan atau
mengalami pengalaman
penglihatan sebagian atau total.
Meskipun kehilangan penglihatan
telah terjadi tidak dapat diperbaiki
(meskipun dengan pengobatan),
kehilangan lanjut dapat dicegah.
3. Mengontrol TIO, mencegah
kehilangan penglihatan lanjut
4. Menurunkan bahaya keamanan