Anda di halaman 1dari 20

URGENSI AL-QURAN DALAM

PENGEMBANGAN SAINS & TEKNOLOGI1


Oleh: Drs. Sulaiman Gosalam, MSi.2
PENDAHULUAN
Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam harus difungsikan
dalam kehidupan sehari-hari, agar tidak terjadi kesenjangan antara
norma-norma Al-Quran dengan sikap dan tingkah laku kaum
muslimin pada umumnya serta

para ilmuwan muslim pada

khususnya.
Ilmuwan adalah orang yang memiliki ilmu berasal dari kata
ilmi, menurut makna leksikal Arab berarti saintisme, saintifik,
terpelajar, kesarjanaan dan akademik. Ciri khusus (karakteristik)
seorang ilmuwan adalah:
1. Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan selalu menegakkan
keadilan, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran Surah Ali
Imran (3) ayat 18:
Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia, (demikian
pula bersaksi) para malaikat dan orang berilmu yang
menegakkan keadilan, bahwa tidak ada Tuhan selain Dia, Yang
Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
2. Senantiasa

memperhatikan

fenomena

alam

dan

dinamika

kehidupannya, serta khusyu, tunduk dan takut hanya kepada


Allah Azza Wa Jalla (QS. Fathir (35) ayat 27 dan 28):
Tidakkah kamu perhatikan bahwasanya Allah menurunkan
hujan dari langit, lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah1 Disampaikan pada Acara Orientasi Islam untuk Disiplin Ilmu (IDI) UIN
Alauddin Makassar pada tanggal 03 08 Desember 2012 di Samata,
Makassar.
2 Staf pengajar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas
Hasanuddin, Kepala Laboratorium Mikrobiologi Laut FIKP- Unhas

buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gununggunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka
macam warnanya dan ada pula yang hitam pekat. Dan demikian
(pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan
binatang-binatang
ternak
ada
yang
bermacam-macam
warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada
Allah
di
antara
hamba-hamba-Nya
hanyalah
ulama.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
3. Senantiasa berdzikir dalam setiap keadaan dan berfikir pada
ciptaan Allah SWT di langit dan di bumi untuk kemaslahatan
ummat (mengembangkan Imtaq dan Iptek), sebagaimana firman
Allah SWT dalam Al-Quran Surah Ali Imran (3) ayat 191:
(yaitu) orang-orang yang senantiasa mengingat Allah sambil
berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaa langit dan bumi (seraya berkata):
Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan siasia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka.
APA ITU IPTEK/ SAINTEK?
Ilmu pengetahuan adalah knowledge/ ilmu pengetahuan
secara umum, sedangkan sains adalah ilmu pengetahuan kealaman
(natural sciences), yaitu ilmu pengetahuan mengenai alam dengan
segala isinya. Ilmu pengetahuan kealaman, dapat dibagi menjadi
ilmu kehidupan (life science), yaitu ilmu pengetahuan mengenai
makhluk hidup di alam, serta ilmu kebendaan (physical sciences),
yaitu ilmu pengetahuan mengenai benda mati di alam. Sedangkan
teknologi adalah ilmu tentang penerapan ilmu pengetahuan alam
untuk memenuhi suatu tujuan. Selanjutnya, ilmu pengetahuan
dapat dirumuskan sebagai himpunan sebab akibat yang disusun
secara sistematis dari pengamatan, percobaan dan penalaran. Ilmu
pengetahuan diawali oleh rasa ingin tahu mengenai kejadian di
sekeliling kita, yang dilanjutkan dengan mempertanyakannya
secara tidak putus-putus dalam rangka memahami kejadian yang

belum

kita

ketahui.

Keingintahuan

itu

dilaksanakan

melalui

pengamatan percobaan dan penalaran. Gejala alam sekitar kita,


baik yang hidup seperti manusia, binatang dan tumbuhan maupun
benda mati, seperti batu, gunung, lautan, angin, bintang, matahari,
kita amati untuk memahaminya. Pengamatan tersebut dapat
dilakukan lebih cermat dengan mengadakan pengukuran atau cara
pengumpulan

data

mengkajinya

dapat

lain.

Apabila

ditimbulkan

gejala
gejala

tidak

ada,

melalui

untuk

percobaan.

Percobaan bertujuan untuk menimbulkan gejala dalam lingkungan


yang terkendali. Data yang dikumpulkan dari pengamatan dan
percobaan selanjutnya dianalisis dengan metode ilmiah untuk
memperoleh kesimpulan yang masuk akal, yang dapat diterima
secara nalar.
FUNGSI AL-QURAN YANG TERKAIT DENGAN SAINTEK
Ummat Islam meyakini bahwa agama lslam itu adalah agama
Allah yang sempurna. al-Quran adalah kitabullah yang berisi
petunjuk dan pedoman yang lengkap untuk memimpin seluruh segi
kehidupan manusia ke arah kebahagiaan yang hakiki dan abadi.
Kita yakini bahwa al-Quran juga mengandung ayat-ayat yang
dapat dijadikan pedoman (meskipun hanya secara garis besar)
dalam pengembangan ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi
dalam

rangka

mempertebal

keimanan

dan

meningkatkan

kesejahteraan manusia.
Al-Quran

sebagai

petunjuk/pedoman

hidup

manusia,

mengajarkan dasar-dasar dan mengarahkan perkembangan Saintek


menuju muaranya yang hakiki. Yaitu yang dapat membawa
kemanfaatan dan kemudahan dalam hidup dan kehidupan manusia
serta dapat membawa kepada ketaatan dan kepatuhannya kepada
Kholiknya.

Perkembangan
Perkembangan

Saintek

menyangkut

dewasa
kebutuhan

ini

sangat

manusia

cepat.

sehari-hari,

sehingga perkembangannya membawa perubahan pola hidup


manusia dengan cepat pula.
OBYEK ILMU PENGETAHUAN (SAINS)
Semua makhluk merupakan obyek yang layak untuk diriset.
Jumlah makhluk Allah yang tersebar di alam semesta tidak dapat
dihitung. Jika masing-masing makhluk tekandung di dalamnya ilmu
pengetahuan tentang makhluk itu berarti jumIah ilmu pengetahuan
juga tak dapat dihitung.
Jika jumlah ilmu pengetahuan yang ada sejak dulu sampai
sekarang masih dapat dihitung berarti manusia masih memiliki
peluang yang sangar besar untuk memperoleh ilmu pengetahuan
baru sebanyak makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. Demikian
pula karena teknologi bersifat selalu mengiringi dan mengimbangi
terhadap ilmu pengetahuan, maka jumlah teknologi yang perlu ada
juga tak dapat dihitung.
AL-QURAN SEBAGAI WUJUD PRODUK SAINTEK ALLAH SWT
Al-Quran merupakan produk Saintek Allah yang diturunkan
kepada manusia untuk menuntun manusia akan jalur-jalur riset
yang perlu ditempuh, sehingga manusia memperoleh hasil yang
benar.

Di

sini

fungsi

al-Quran

sebagai

hudan

memberikan

kecerahan pada akal manusia, sehingga manusia merasa lapang di


hadapan Allah yang Maha Luas. Kebenaran hasil riset ini dapat
diukur dari kesesuaian antara akal dengan naql. Kerja akal yang
sesuai dengan naql ini dapat dikategorikan sebagai ibadah kepada
Allah SWT dan sekaligus turut mengisi definisi ijtihad dalam arti

umum yang memiliki nilai yang sangat besar sebagaimana yang


dikatakan oleh Ali R.A.
Berpikir satu saat lebih baik daripada beribadah selama 1
tahun.
Oleh sebab itu, usaha terus menerus untuk mengkaji alQuran perlu dilakukan dan bahkan hukumnya menjadi fardlu 'ain
bagi setiap ilmuwan yang akan meriset terhadap alam semesta,
menciptakan produk teknologi merupakan hasil kerja dari orangorang yang taat kepada tata tertib al-Quran. Al-Quran juga
merupakan sumber permasalahan yang layak untuk diriset. Yang
dimaksud di sini bukan al-Qurannya itu sendiri yang diriset, namun
permasalahan riset dapat saja muncul setelah orang membaca dan
mengkaji al-Quran. Metode ini termasuk jenis induktif. Selain itu
Islam juga mempersilakan kepada para periset untuk menggunakan
metode deduktif (yang sesungguhnya dalam ayat lain hal ini
termasuk juga pada deduksi al-Quran). Oleh sebab itu jika periset
merupakan orang yang beriman maka tidak ada masalah untuk
menggunakan metode riset, apakah itu induktif atau deduktif.
Di atas dijelaskan bahwa al-Quran merupakan karya Allah.
Saintek

ini

dalam tingkatannya

dapat dikategorikan

sebagai

teknologi tingkat I. Teknologi yang diciptakan manusia beriman


merupakan derivasi dari teknologi pertama dan disebut sebagai
teknologi tingkat II. Ilmuwan tidak beriman menciptakan alat
teknologi, dan menempatkannya dalam urutan teknologi tingkat I.
Ini merupakan kekeliruan karena akan memberikan akibat lain pada
model ilmuwan. Orang yang tak beriman akan mengagungkan
teknologi, bersikap arogan dan jika diteruskan akan bermuara
kepada penuhanan kepada diri sendiri. Jelaslah bahwa hasil
teknologi yang demikian itu tidak dapat dimasukkan dalam wilayah

ibadah kepada Allah SWT. Firman Allah dalam surat al-A'raf (7) ayat
146:
Aku akan memalingkan orang-orang yang memalingkan diri
di muka bumi tanpa alasan yang benar dari ayat-ayat-Ku.
Berikut ini beberapa integrasi ayat-ayat al-Quran dalam ilmu
Sains dan Teknologi:
1. Ilmu sains dan teknologi dimulai dengan pengembangan Budaya
Baca (Iqra), kajilah Kitab Bacaan al-Quran surah al-Alaq (96):
1-5
2. Al-Quran diturunkan untuk menjelaskan segala sesuatu (secara
global), kajilah QS. ................ (Tibyanu li kulli syain)
3. Penciptaan langit dan bumi tidak main-main/ sia-sia, ada hikmah
di antara keduanya, kajilah QS. 21:16, 38:27, 3:190-191.
4. Perintah mengadakan penelitian/mengamati apa yang ada di
langit dan di bumi, kajilah QS. Yunus (10):101.
5. Ekosistem alam rusak akibat perbuatan manusia QS. 30:40, ada
yang membantah tentang (keesaan) Allah QS. 31:20.
6. Al-Quran mendorong saintis dan teknokrat untuk meneliti,
mengamati dan menemukan suatu yang belum pernah
ditemukan para ahli sebelumnya, QS. 18:109, 50:6.
7. Fisika: QS. 13:12, 10:5 kilat, cahaya, sinar dan hisab
8. Perkapalan: QS. 17:66-67; 42:32-34; 45:12
9. Kelautan QS. 55:19-20; 25:53; 10:22; 38:37; 52:6; 35:12; 24:40;
82:3; 81:6
10. Awan/ meteorologi& geofisika QS. 2:164
11. Geografi/geologi QS. 13:3; 21:31; 74:17; 88:19-20; 27:88
12. Luar angkasa QS. 55:33; 71:15; 6:125.
13. Teori Big Bang QS. 21:30
14. Teori Atom QS. 10:61
15. Embriologi QS. 23:14; 39:6; 52:6
16. Biologi Laut: -Bangkainya pun halal QS. 5:96, -Ikan QS. 20:77
17. Orang yang berilmu dapat memahami perumpamaanperumpamaan dari Allah QS. 29:43.
18. Astrologi QS. 15:16-18; 85:1; 86:3; 6:97
19. Pertanian QS. 7:57; 87:2-5; 6:59
20. Gravitasi QS. 22:65
21. Perikanan QS. 16:14
22. Pengairan QS. 67:30; 23:18
23. Farmasi/obat-obatan QS. 16:68-69
24. Peternakan QS. 16:66; 24:45
25. Penciptaan langit tujuh lapis dan seimbang QS. 67:3-4
26. Penciptaan segala sesuatu dan pertumbuhannya dengan
ukuran-ukuran yang tepat QS. 25:2; 15:19

27. Setelah mempelajari/ mendapatkan


AlhamdulilLah QS. 27:15

ilmu,

mengucapkan

MENGKAJI SAINTEK ADALAH MENGAJI


Jika mendengar istilah mengaji maka akan terbayang oleh
kita adanya banyak anak-anak kecil yang setiap hari pergi ke
seorang ustadz, membaca Al-Quran atau belajar ilmu-ilmu agama
di hadapannya dalam suasana yang menyejukkan, dan membawa
kerinduan untuk dapat melaksanakannya secara kontinyu. Anakanak selalu taat kepada ustadznya dan sampai besar anak-anak ini
akan selalu mengenangnya.
Al-Quran

merupakan

representasi

(wakilan)

dari

alam

semesata beserta isinya. Jika orang membaca al-Quran secara


tekstual saja telah dikategorikan mengaji, maka membaca al-Quran
secara

kontekstual

dengan

cara

mempelajari

kandungan-

kandungan al-Quran, yang ditopang dengan beberapa literatur


pendukung dan ditinjau dari beberapa disiplin ilmu, adalah suatu
hal yang lebih layak bahwa demikian itu disebut pula sebagai
mengaji. Oleh karena itu, baginya berhak memperoleh pahala dari
Allah. Demikian pula bagi orang yang menerjemahkan ilmu
pengetahuan itu ke dalam produk teknologi atau membuat karya
nyata, maka ia telah melakukan amal shaleh dan baginya berhak
memperoleh pahala dari Allah SWT, sebagaimana firman-Nya
dalam surat al-Zalzalah (99) ayat 7:
Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah, maka dia
akan melihatnya.
Teknologi dalam Islam bukan tujuan, tetapi sebagai alat yang
digunakan untuk meneropong terhadap ayat-ayat Allah. Semakin
maju teknologi, semakin banyak informasi yang diperoleh.

Penemuan-penemuan baru akan semakin membantu kepada


orang Islam untuk lebih mudah mengagungkan Allah sehingga
baginya benar-benar bahwa Allah itu Maha Besar dan sebaliknya
manusia merupakan makhluk yang amat kecil. Dengan demikian,
diharapkan akan semakin memperbesar peran manusia sebagai
khalifah Allah di permukaan bumi yakni memakmurkan bumi dan
mengusahakan kesejahteraan bagi segenap penghuni bumi. Hasil
riset yang demikian ini akan melampaui hasil riset yang tidak
mendasarkan pada filosofi mengaji.
LANDASAN FILOSOFI DALAM SAINTEK
Dari sisi ilmu pengetahuan, maka al-Quran merupakan
peletak

landasan

filosofi

manusia

dalam

memandang

dan

memahami alam semesta. AI-Quran merupakan rumus (formula)


baku dan alam semesta dengan segala perubahannya merupakan
persoalan yang layak dan perlu dijawab.
Al-Quran merupakan kamus alam semesta. Solusi tentang
teka-teki alam semesta akan terselesaikan dengan benar jika
digunakan formula yang tepat yaitu al-Quran. Dengan demikian
ayat-ayat kauniyah dan ayat-ayat quraniyah akan berjalan secara
pararel dan seimbang. Ilmu pengetahuan seperti ini jika menjelma
menjadi teknologi maka akan menjadikan teknologi itu berbasiskan
al-Quran atau teknologi yang quranik. Metode seperti ini disebut
induksi al- Quran.
Pada kondisi yang lain, tidak menutup kemungkinan bahwa
dengan melalui proses deduksi yaitu pengamatan terhadap alam
semesta,

maka

akan

dihasilkan

kesimpulan

yang

mengarah

kebenaran al-Quran.
Banyak

ayat-ayat

al-Quran

yang

menyinggung

rentang

pengembangan Iptek. seperti wahyu pertama menyuruh manusia

untuk membaca, menulis, melakukan penelitian dengan dilandasi


iman dan akhlak yang mulia.
Selanjutnya mengenai perintah untuk melakukan penelitian
(suatu kegiatan yang sangat penting di dalam pengembangan
sains), secara umum dapat dilihat antara Iain dalam firman-Nya
pada surat Yunus, ayat 101:
Katakanlah
Muhammad:
Lakukanlah
nazhor
(penelitian
menggunakan metode ilmiah). Mengenai apa-apa yang ada di
langit dan di bumi.
Sedangkan yang lebih rinci dibaca dalam surar al-Ghosyiyah,
ayat 17-20:
Apakah mereka tidak memperhatikan (melakukan nazhor) onta,
bagaimana ia diciptakan. Dan di langit, bagaimana ia ditinggikan.
Dan gunung, bagaimana ia ditancapkan. Dan bumi, bagaimana ia
dihamparkan.
Menurut Prof. A. Baiquni dengan diikutinya perintah dan
petunjuk al-Quran ini, maka muncullah di lingkungan ummat Islam
suatu kegiatan observasional yang disertai dengan pengukuran
sehingga ilmu tidak lagi bersifat kontemplatif belaka, seperti yang
berkembang di lingkungan bangsa Yunani melainkan mempunyai
ciri empiris sehingga tersusunlah dasar-dasar sains. Penerapan
metode ilmiah ini, yang terdiri atas pengukuran teliti pada
observasi dan penggunaan pertimbangan yang rasional, telah
mengubah astrologi menjadi astonomi. Karena itu telah menjadi
kebiasaan para pakar untuk menulis hasil penelitiannya dan
menguji penelitian orang lain, sehingga tersusunlah himpunan
rasionalitas kolektif insani yang dikenal sebagai sains (ilmu
pengetahuan).
Beberapa contoh lain ayat-ayat yang berkenaan dengan
sains, seperti pada surat Yasin, ayat 36 :

Maha suci Allah yang telah menciptakan pasangan-pasangan


semuanya, baik dari pada yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari
diri mereka sendiri maupun dari apa yang tidak (belum) mereka
ketahui.
Dari surah Yasin ini dinyatakan bahwa Allah SWT menciptakan
makhluk-Nya secara berpasang-pasangan, seperti ada siang dan
malam (QS. Ali Imran: 190), positif dan negatif, wanita dan pria
sampai pada makhluk elementer seperti elektron yang bermuatan
negatif, dan positron yang bermuatan positif. Terjadinya pasangan
elektron dan positron, yang di dalam fisika inti dikenal dengan
pembentukan pasangan ion (ion pair production) di mana peristiwa
ini diterangkan apabila radiasi gelombang elektron magnetik yang
mempunyai tenaga di atas atau sama dengan 1.02 Mev mendekati
inti atom suatu materi, maka tiba-tiba radiasi tersebut lenyap dan
kemudian muncullah elektron dan positron yang berhenti atau
bergerak dengan kecepatan yang besarnya tergantung dari tenaga
radiasi yang datang mendekati inti atom tersebut. Akhir dari ayat
ini berbunyi :
Dan dari apa yang mereka belum ketahui,
Dapat diartikan sebagai perintah untuk melakukan penelitian,
karena dengan melakukan penelitian hal-hal yang tadinya belum
terungkap menjadi terungkap.
Mengenai ciptaan yang berpasang-pasang ini juga dapat
dilihat pada surat adz-Dzariyat, ayat 49:
Dan dari segala sesuatu Kami (Allah) ciptakan berpasang-pasangan
agar supaya kamu ingat (akan kekuasaan dan kebenaran AIIah).
Kemudian dalam surat al-Mulk, ayat 3 dan 4, Allah berfirman:
(Allah) yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-Iapis. Kamu
sekali-kali tidak akan melihat pada ciptaan Yang Maha Pemurah
sesuatu yang tidak seimbang. Maka ulangilah pandangan-mu

10

adalah kamu melihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian


pandanglah sekali lagi niscaya penglihatan-mu akan kembali
kepada-mu dengan tidak menemukan sesuatu yang cacat dan
penglihatan-mu itupun dalam keadaan payah.
Di

dalam

kedua

ayat

ini

dan

hukum-hukum

yang

diletakkannya dan yang dikenal dengan sunnatullah itu. Di situ


dapat disimpulkan bahwa alam semesta ini sangat kokoh, teratur
rapi dan harmonis serta seimbang.
Orang yang menguasai Iptek akan dengan mudah memahami
bahwa benda-benda langit tersebut saling bergerak. Isaac Newton
dan Kepler, yang bukan Muslim, yang justru mengemukakan orang
dengan mudah memahami dan menerangkan sunnatullah ini.
Dengan kemurahan-Nya, Allah berjanji tidak akan mengubah-ubah
sunnatullah tersebut dengan Firman-Nya:
Sebagai sunnatullah yang telah berlalu semenjak dahulu kala,
kamu sekali-kali tidak akan mendapatkan perubahan bagi
sunnatullah itu. (QS. al-Ahzab: 62)
Dengan sunnatullah yang tidak berubah-ubah itu maka
memberi

kesempatan

dan

kemudahan

bagi

manusia

untuk

mempelajari dan memanfaatkannya.


Tentang benda-benda langit yang selalu bergerak akan
membawa

pada

suatu

teori

jagad

raya

yang

berkembang

(Expanding Universe). Allah berfirman dalam surat adz-Dzariat,


ayat 47:
Dan langit itu Kami (Allah) bangun dengan kekuatan dan sungguh
Kami (Allah) mengembangkannya.
Kemudian dalam surat al-Hijr, ayat 16, Allah berfirman:
Dan sungguh telah Kami (AIIah ciptakan di langit galaksi-galaksi,
dan Kami (Allah) hiasi langit tersebut bagi orang yang
memandangnya (melakukan nazhor).

11

Di jagad raya ini berisi bermilyar-milyar galaksi. Orang


menemukan angka 100 milyar galaksi, dan masing-masing galaksi
berisi 100 milyar bintang (matahari kita merupakan satu dari 100
milyar bintang tersebut). Bila diamati dengan teleskop yang paling
mutakhir, galaksi-galaksi tersebut bergerak saling menjauhi satu
sama lain dengan kecepatan yang tinggi. Makin jauh dari bumi,
galaksi tersebut bergerak dengan kecepatan yang makin tinggi
pula.
Kemudian dalam surat al-Baqarah, ayat 74, Allah berfirman:
Dan diantaranya (batu tersebut) ada yang meluncur jatuh karena
takut kepada Allah.
Di sini takut kepada AIIah dapat diartikan sebagai tunduk
kepada hukum-hukum Allah atau sunnatullah. Ayat ini mirip dengan
ayat Kauniyah yang dialami oleh Isacc Newton pada abad ke-I7
yaitu ketika Newton kejatuhan buah apel waktu duduk di bawah
pohon apel. Newton berpikir mengapa buah apel ini meluncur ke
bawah, tidak ke samping atau ke atas. Dari berpikirnya itu
kemudian diketemukan hukum gravitasi yang menyebabkan semua
benda di bumi ini memiliki berat. Karena yang menemukan hukum
gravitasi ini adalah Newton, maka sebagai penghormatan, hukum
gravitasi ini dinamakan Hukum Gravitasi Newton.

AL-QURAN SEBAGAI PREDIKTOR


Beberapa ayat al-Quran menyatakan ramalannya kejadian
pada masa yang akan datang baik masa yang jauh maupun masa
yang dekat, yang sebagian besar merupakan mata rantai sebab
akibat (kausalitas). Oleh sebab itu jika sebab ini yang merupakan
data-data dapat dirunut oleh manusia secara komprehensif, maka
akibat yang ditimbulkan kelak akan dapat diketahui sebelum terjadi
dengan intensitas keyakinan yang cukup tinggi. Berbeda dengan
keyakinan yang dimiliki oleh orang awam yang tidak disertai
12

dengan data-data. Dari sini, manusia dapat menghindarkan diri dari


akibat, jika rentetan sebab itu mengarah kepada akibat jelek dan
menyongsong akibat rentetan sebab itu mengarah kepada akibat
yang baik. Jika akibat terjadi pada masa yang dekat dari sebab,
maka disebut ekstrapolasi. Bila terjadi pada masa yang jauh dari
sebab, maka disebut prediksi, sebagai contoh:
a. Kerusakan di muka bumi terjadi akibat ulah manusia. (Surat arRum 30: 41)
b. Kisah Nabi

Yusuf

menganjurkan

kepada

kaumnya

untuk

menanam jagung dalam masa 7 tahun sebagai cadangan pada


masa paceklik. (Surat Yusuf 12: 47 -48).
c. Surga sebagai balasan bagi orang yang beramal saleh dan
neraka merupakan balasan bagi orang yang beramal jahat.
(Surat al-Bayyinah 98: 6, 8)
AL-QURAN SEBAGAI SUMBER MOTIVASI
Al-Quran mendorong kepada manusia untuk melakukan
penjelajahan angkasa luar dan di bumi.
Di dalam surat ar-Rahman, ayat 33, Allah berfirman:
Wahai sekumpulan Jin dan manusia apabila kamu ingin menembus
langit dan bumi maka tembuslah dan kamu tidak mampu
menembusnya kecuali dengan sulthon.
Sahirul Alim memberikan gambaran tentang sulthon ini, yaitu
ketika USA meluncurkan Apollo II untuk mendarat di bulan, sebagai
berikut: Roket pengangkat dari bumi diberi nama Saturnus V,
bertingkat tiga booster yang besar. Tingkat pertamanya saja
mempunyai 5 mesin yang bekerja dengan 160 juta daya kuda
selama 2 menit 40 detik. Apollo II secara keseluruhan mempunyai 8
juta onderdil kerja, 91 mesin dan jika diisi dengan bahan bakar
akan mencapai berat 3.100 ton. Apollo II ini diciptakan oleh

13

300.000 (tiga ratus ribu) orang ahli USA dan dibuat oleh 20.000
pabrik USA.
Tentang penjelajahan di bumi Allah berfirman dalam surat
Yusuf ayat 109:
Apakah mereka tidak melakukan perjalanan di bumi.
Apakah mereka tidak memperhatikan bumi? Berapa banyak
Kami turunkan di bumi itu aneka ragam tumbuhan yang baik? (QS.
as-Syu'ara (26):7)
Semuanya itu jika manusia melakukannya, maka akan
memperoleh

balasan

berupa

kemanfaatan-kemanfaatan

untuk

kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.


AL-QURAN

MERUPAKAN

UJUD

SIMPLIKASI

(PENYEDERHANAAN)
Para ilmuwan bidang sains telah sadar dan paham benar
bahwa alam semesta ini membentuk struktur yang sangat teratur,
dan bergerak dengan teratur. Keteraturan gerak alam semesta ini
akan

lebih

memudahkan

manusia

untuk

menyederhanakan

fenomena-fenomena yang terkait dengannya ke dalam bahasa ilmu


pengetahuan (matematika, fisika, kimia, biologi dan lain-lain).
Dengan demikian sesungguhnya manusia telah membuat operator
yang sederhana namun mampu mewakili peristiwa yang terjadi di
alam semesta.
Jika

dikatakan

bahwa

dunia

sekarang

ini

bertambah

semrawut, ini sangat boleh jadi karena pandangan manusia tentang


dunia ini mengalami bias, sehingga manusia dengan kegiatannya
dimaksudkan untuk lebih menata dunia tetapi yang terjadi, malah
menambah kesemrawutan dunia. Oleh sebab itu orang Islam dalam
memasuki era globalisasi, tak perlu terkejut, hilang kontrol dan
tidak

siap,

karena

dengan

modal

selalu

berusaha

14

menyederhanakan persoalan, tidak mempersulit persoalan, maka


akan mudah memperoleh penyelesaian. Demikian pula dengan
upaya untuk meraih teknologi tinggi (high tech) juga tidak perlu
merasa tidak mampu, insya Allah. Dengan semangat tinggi dan
tidak menganggap bahwa high tech merupakan sesuatu yang
mustahil untuk dicapai, maka high tech akan dapat diraih. Konsep
penyederhanaan persoalan juga akan memberikan rumusan bahwa
semua benda di alam ini berasal dari zat yang paling sederhana
yaitu al-Ahad akan kembali kepada al-Ahad. Inilah jaminan bahwa
siapapun orang yang meriset alam semesta dengan mengikuti
rumusan al-Quran, maka akan memiliki tauhid yang tinggi.
Contoh lain penyederhanaan tentang kehidupan dunia adalah
bahwa secara umum sifat kehidupan dunia kita ini digambarkan
jelas dan tepat sekali oleh Allah sendiri dalam firmanNya dalam
surat Yunus ayat 24:
Bahwasanya perumpamaan kehidupan dunia itu adalah seperti air
hujan yang Kami turunkan dari langit, lalu bercampur dengan
tumbuh-tumbuhan bumi sehingga berkembang subur, diantaranya
ada yang dimakan manusia atau binatang ternak. Hingga apabila
bumi telah sempurna keindahannya dan memakai pula
perhiasannya, dan penduduknya mengira, bahwa mereka telah
menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab kami pada
waktu malam atau siang, lalu kami jadikan bumi itu seperti ladang
padi yang sudah dituai, seakan-akan belum pernah ada yang
tumbuh kemarinnya. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda
kekuasaan Kami bagi orang-orang yang sungguh-sungguh berpikir.
AL-QURAN

SEBAGAI

SUMBER

ETIKA

PENGEMBANGAN

SAINTEK
Pada Teknologi harus terkandung muatan etika yang selalu
menyertai hasil teknologi pada saat akan diterapkan. Sungguhpun
hebat hasil teknologi, namun jika diniatkan untuk menghancurkan
sesama

manusia,

menghancurkan

lingkungan,

maka

sangat

dilarang di dalam Islam. Jadi teknologi bukan merupakan sesuatu


15

yang

bebas

nilai.

Demikian

pula

penyalahgunaan

teknologi

merupakan tindakan zhalim yang tidak patut untuk dilanjutkan.


Oleh sebab itu teknologi harus dapat dimanfaatkan baik langsung
ataupun tak langsung untuk membantu mendapatkan kemudahan,
amar ma'ruf nahi munkar. Dan bukan untuk merusak, sehingga
menimbulkan bencana, sebagaimana firman-Nya dalam surat alQoshosh: 77.
Dan raihlah apa yang dianugrahhan Allah kepadamu untuk
kebahagiaan kampung akhirat, tetapi jangan sekali-kali kamu
mengabaikan nasibmu di dunia. Dan berbuat baiklah sebagaimana
Allah telah berbuat baik kepadamu. Dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di muka bumi, sesungguhnya Allah tidak suka kepada
orang yang berbuat kerusakan.
FUNGSI AL-QURAN SEBAGAI SUMBER KEBENARAN LLMIAH
Allah berfirman dalam al-Quran surat al-Isra (17) ayat 105 sebagai
berikut:
Dan Kami turunkan al-Quran itu dengan sebenar-benarnya dan aIQuran itu telah dengan membawa kebenaran. Dan Kami tidak
mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan
pemberi peringatan.
Dan sungguh kami telah satu kitab (al-Quran) kepada mereka yang
kami telah mejelaskannya atas dasar ilmu kami , menjadi petunjuk
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. al-Araaf (7): 52).
Dari dua ayat terakhir yang penulis sampaikan di atas dapat
ditarik satu kesimpulan yang sangat penting, yaitu bahwa al-Quran
itu bagi kita adalah sumber kebenaran ilmiah yang terpercaya dan
sempurna.
Berbicara tentang sumber kebenaran ilmiah, maka untuk
melengkapinya dengan hal-hal yang lebih detail, orang harus
menggunakan sumber/ rujukan yang kedua yaitu Hadits Nabi
Muhammad SAW. atau as-Sunnah. Adapun as-Sunnah ini tentunya
wahyu ilahi juga tetapi susunan redaksinya berasal dari Nabi SAW.
sendiri. Susunan atau Hadits yang sahih itu juga merupakan

16

sumber kebenaran ilmiah yang dijamin oleh firman Allah dalam


surat Fathir ayat (35) ayat 24:
Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa
kebenaran, sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi
peringatan. Dan tidak ada suatu umatpun melainkan sebagai
pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.
Sumber kebenaran ilmiah yang pertama adalah al-Quran, dan
yang kedua yaitu as-Sunnah. Namun harus diingat pula bahwa
masih ada sumber yang ketiga yaitu alam semesta, atau al-Alamin,
atau dengan kata yang lebih pendek dan lebih mudah diucapkan,
sebut saja al-Kaun atau Sunnatullah. Sumber kebenaran ilmiah
yang ketiga ini tentunya tidak kalah pentingnya dengan yang
pertama dan yang kedua sehingga tidak boleh diabaikan bahkan
harus dipelajari, ditafakkurkan, diobservasi, dan diteliti serta
dinalari cermat, akurat dan seksama sebagaimana pula sikap kita
terhadap al-Quran dan as-Sunnah. Al-Kaun sebagai sumber ketiga
akan memberikan kelengkapan yang detail bagi pemahaman dan
penafsiran al-Quran dan as-Sunnah. Jaminan Allah bagi keshahihan
sumber yang ketiga atau al-Kaum terdapat pula dalam al-Quran itu
sendiri yaitu firman Allah dalam surat ad-Dukhan (44) ayat 38 dan
39:
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
diantaranya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan
keduanya itu melainkan. Dengan membawa kebenaran (dan tujuan
yang benar), tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
Ketiga sumber motivator ummat Islam yaitu al-Quran, asSunnah dan Sunnatullah/ al-Kaun (alam semesta atau al-'Alamin)
yang bersifat komplementer atau saling melengkapi dan saling
menguatkan satu sama lain. Tiga sumber kebenaran ilmiah, atau
tiga sumber Islam itu berarti pula sebagai sumber informasi ilmu
dan hukum yang lengkap dan benar.

17

Ketahuilah bahwa Islam adalah agama Allah yang serba


benar dan serba ilmiah sehingga selayaknya pula tidak dogmatik.
Dogma itu adalah pendapat manusia yang tidak berpijak pada
tanda bukti kebenaran, jadi tanpa burhan atau hujjah yang haq.
Islam/ al-Quran menolak dogma dan menyatakan bahwa tidak ada
dogma dalam agama Alah seperti firman-Nya dalam surat alBaqarah (2) ayat 256:
Tidak ada dogma (paksaan) dalam agama (Islam) ini,
sesungguhnya telah jelas berbeda petunjuk yang benar daripada
yang sesat.
Allah al-Haqqu mewajibkan kepada kita semua agar setiap
butir kebenaran yang kita peroleh itu disertai dengan tanda bukti
kebenarannya.

Tanda

bukti

kebenaran

itu

dalam

al-Quran

disebutkan burhan, atau hujjah , atau ayat, atau bayyinah. Kadangkadang disebutkan dalil dalam bahasa sehari-hari di kalangan para
ulama, Allah berfirman dalam surah An Naml (27) ayat 64:
Tunjukkanlah burhanmu, jika kamu memang benar
Supaya burhan itu terjamin kebenarannya maka hendaknya
diambil dari tiga sumber Islam tersebut dengan menggunakan akal
sehat yang terlatih dan ahli. Dengan demikian maka kita akan
mengenal tiga macam burhan, yaitu Qurani, Burhan Sunnai dan
Burhan Kauni.
Segala bidang ilmu yang dipelajari manusia, yang biasanya
dibagi menjadi empat kelompok besar yaitu syariat agama (lslam),
sains, teknologi, dan seni (art), hendaknya ditegakkan atas tiga
macam burhan itu, jika ingin terjamin kebenarannya. Dengan
demikian maka empat kelompok ilmu itu akan terlihat menyatu dan
terpadu menjadi satu kesatuan ilmu yang benar dan utuh
(lengkap), katakanlah menjadi integrated knowledge atau ilmu
terpadu yang sangat diperlukan oleh seluruh umat manusia.

18

Seluruh ilmu manusia itu akan menjadi Islami dan itulah ilmu yang
benar, yang akan membantu menjawab dan menyelesaikan setiap
masalah-masalah

berikutnya

dalam

usaha

manusia

untuk

meningkatkan kualitas hidupnya pasti dapat dipecahkan secara


sukses dengan menggunakan metode pendekatan terpadu, yaitu
aplikasi dari ilmu terpadu itu. Konsepsi tersebut kami yakin sangat
penting dan bersifat fundamental karena akan membuahkan
kesenangan pikiran (Unifornity of Thaught) dalam diri kita umat
yang beriman ini. Dengan konsepsi pengetahuan terpadu itu,
secara

otomatis

ide

sekularisasi

akan

tertutup

rapat-rapat

sehingga tidak ada jalan untuk masuk ke dalam alam pikiran


ummat Islam. Tidak hanya itu, yang lebih penting bagi kita adalah
bahwa kita memiliki identitas kita yang sangat mengagungkan
yaitu celupan Allah (shibghatullah) seperti firman Allah dalam surat
al-Baqarah (2) ayat 138:
Shibghah (celupan) Allah, dan siapakah yang lebih baih celupannya
daripada celupan Allah? Dan hanya kepada-Nya kami menyembah.
PENUTUP
Upaya

untuk

mengembangkan

ilmu

pengetahuan

dan

teknologi yang berbasis al-Quran merupakan tantangan yang cukup


berat sekaligus menarik untuk ditekuni al-Quran telah memberikan
prinsip utama untuk meriset alam semesta, memberikan motivasi
kepada manusia untuk melakukan riset, memberikan kode etik
teknologi dan bahkan memberikan peluang yang sangat besar
untuk melakukan loncatan teknologi. Seharusnya pekerjaan yang
demikian ini merupakan pekerjaan yang sangat menarik karena
selain dijanjikan kesuksesan di dunia juga kesuksesan di akhirat
dan surgalah sebagai balasannya.
RANGKUMAN
19

Ilmu pengetahuan atau sains adalah ilmu pengetahuan


kealaman (natural sciences). lmu pengetahuan kealaman dapat
dibagi menjadi dua tipe, yaitu: Life Sciences ilmu pengetahuan
mengenai makhluk hidup di alam dan Physical Sciences ilmu
pengetahuan mengenai suatu benda mati di alam.
Teknologi adalah ilmu pengetahuan tentang penerapan ilmu
pengetahuan untuk memenuhi suatu tujuan.
Obyek ilmu pengetahuan adalah semua makhluk Allah di
alam semesta ini. OIeh karenanya obyek ilmu pengetahuan sangat
luas seluas jumlah makhluk Allah.
Al-Quran merupakan produk karya Allah yang diwahyukan
untuk menuntun manusia dalam segala karyanya termasuk dalam
proses karya ilmiah agar memperoleh hasil yang benar yang sesuai
akal dan naql.
Dengan demikian al-Quran sebagai sumber ajaran Islam yang
pertama dan utama dalam kaitannya dengan saintek berfungsi
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Sebagai landasan filosofi dalam ber-Saintek.


Sebagai Prediktor terhadap kejadian di masa mendatang
Sebagai sumber motivasi.
Merupakan ujud Simplikasi (penyederhanaan) makhluk Allah dan

seluruh perubahannya di alam raya ini.


5. Sebagai sumber etika pengembangan Saintek.
6. Sebagai sumber kebenaran ilmiah.

20

Anda mungkin juga menyukai