PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
makroangiopati.
Alasan paling sering yang membuat penderita DM dirawat adalah karena infeksi atau
ulkus atau gangren pada kakinya. Dan bila infeksi dan atau gangren kakinya itu terus
berkembang maka satu dari lima pasien tersebut akhirnya dilakukan amputasi. Dari seluruh
amputasi akibat nontrauma, 50 % diantaranya karena gangren DM. Disamping sebagai suatu
kejadian paling menakutkan, suatu amputasi akan mengganggu kwalitas hidup serta diikuti oleh
peningkatan resiko reamputasi pada tempat yang sama, amputasi pada kaki kontralateral,
peningkatan angka kematian 3-5 tahun pertama, dan penggunaan tenaga dan fasilitas kesehatan.
Tahun 1993 1995 di Amerika Serikat (AS) rata-rata 67.000 amputasi dilakukan pertahun yang
berkaitan dengan DM. Rata-rata biaya peramputasi adalah 57.300 dolar AS, dan pertahun
diperkirakan mencapai 600 juta dolar AS. Sedangkan biaya perawatan untuk mencapai
penyembuhan ulkus dengan osteomielitis adalah sebesar 26.000 dolar AS, dan pertahun
mencapai 1,5 miliar dolar AS.
Meskipun ada kemajuan perkembangan obat-obat baru anti diabetikum oral (OAD)
tetapi DM tetap berlanjut kearah morbiditas yang serius. Infeksi merupakan morbiditas yang
paling sering. Disamping kejadian infeksi pada penderita DM lebih sering, juga lebih berat
dibandingkan penderita Non DM. Resiko amputasi pada penderita ulkus diabetikum 15 kali lebih
tinggi dibanding non DM. Rata-rata 85 % dari semua amputasi pada pasien DM oleh karena
infeksi.
Oleh karena tingginya morbiditas dan mortalitas serta dampak ekonomi daripada ulkus /
gangren diabetikum maka diperlukan pengetahuan akan faktor resiko, aspek klinik gangren
diabetikum serta penanganan yang tepat dengan pendekatan team multidisiplin. Diperkirakan
dengan cara demikian dapat menurunkan angka amputasi sampai 85%.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.
Infeksi kaki pada penderita DM merupakan masalah serius yang sering dihadapi. Telah
diketahui bahwa penderita DM lebih rentan terhadap infeksi. Disamping infeksi lebih sering,
juga lebih berat dibandingkan penderita non DM. Adanya defek Imun merupakan pencetus
meningkatnya kerentanan terhadap infeksi. Perubahan perubahan Host depenses yang terjadi
pada penderita DM sehingga menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap infeksi adalah :
a. Kekebalan Seluler
Beberapa penurunan kekebalan pada DM telah dilaporkan, terutama yang paling terkena
adalah kekebalan seluler berupa kelainan-kelainan atau disfungsi dari leukosit polimorfonuklear
( PMN ), monosit dan hinfosit dalam hal kemotaksis, fogositosis, Oxi dative burst dan
intracellular killing Studi terakhir yang dilakukan menyokong temuan-temuan sebelumnya.
Delamaire (1997) melaporkan bahwa kemampuan kemoktaksis neutrofil menurun secara
bermakna pada kedua tipe DM dibandingkan kontrol. Sedangkan Gallacher (1995) yang
mengamati fungsi bakterisidal neutrofil menemukan adanya korelasi negatif antara level glukosa
dalam darah dengan aktifitas bakterisidal neutrofil. Patogenesis dari kelainan-kelainan ini tidak
jelas diketahui secara pasti, tetapi tampaknya berkaitan
aktivasi PMN pada level rendah secara menetap. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan
konsentrasi neutropilelastase, peningkatan aktivitas neutrofil alkhalifosfatase dan peningkatan
konsumsi oksigen neutrofil. Keadaan ini sebagai pencetus aktivasi spontan dari oksida radikal
dan pelepasan mieloperoksidase, elastase serta komponen-komponen granula neutrofil lainya
yang dapat merusak melalui dua cara ;
1. Menyebabkan
kematian
ataupun
kemunduran
respon
dari
PMN
terhadap
kuman patogen.
2. Dapat memulai proses patologis suatu cedera vaskuler.
Penulis lain mengatakan bahwa peningkatan sifat adesi dari PMN sebagai hal yang penting
dalam patogenesis penyakit asterosklerosis. Dengan demikian adanya disregulasi imun pada DM
tidak hanya sebagai faktor predispasisi terjadinya komplikasi infeksi tetapi juga komplikasi
vaskuler.
b. Kekebalan Humoral.
a. Neuropati perifir.
Merupakan faktor resiko atau pencetus terbesar timbulnya ulkus yang memungkinkan masuknya
kuman patogen. Terganggunya fungsi saraf meliputi sensorik, motorik,dan autonom.
Neuropati Sensorik :
Penderita kehilangan rasa nyeri, sehingga tidak menyadari kakinya mengalami
cedera/lecet. Disamping itu juga penderita mengalami kehilangan sensasi terhadap
tekanan dan kemampuan proprioseptif. Adapun sumber cedera diantaranya pemakaian
sepatu yang ketat, benda asing didalam sepatu, luka bakar dikaki.
Neuropati Motorik :
Menimbulkan deformitas seperti clow toes, hammering, dan hallux rigidus pada jari kaki,
akibatnya terjadi perubahan titik tumpu kaki sehingga menyebabkan peningkatan tekanan
secara terus menerus pada daerah kaput metatarsal pada saat berdiri atau berjalan lama
kelamaan terjadi penipisan bantalan lemak, kerusakan kulit, lalu berakhir dengan ulkus.
Disamping itu adanya keterbatasan gerak sendi akibat glycosylated joint capsule collagen
serta deformitas lainnya seperti hammer toes, charcots foot ( neuro osteo arthropathy ) ,
sehingga metatarsal dan tulang-tulang dipergelangan kaki membentuk konfiguransi
rocker bottom, hal ini menyebabkan tekanan berat badan tertumpu pada daerah
permukaan plantar dari arkus sehingga mudah terjadi ulkus.
Neuropati Autonom ( autosimpatektomi) :
Menimbulkan produksi keringat berkurang, kulit kering berkerak dan pecah-pecah,
merupakan tempat masuknya kuman.
Paronikia,
memungkinkan
masuknya
kuman
patogen.
Karena
pasien
tidak
memperhatikan hal itu infeksi dapat berkembang dan meluas kedalam jaringan yang lebih dalam
tanpa diketahui sendiri oleh pasien.
2.3. Proses Infeksi Kaki Diabetes
Awalnya adalah trauma minor dikulit, diikuti oleh pada awalnya kolonisasi flora normal
yang ada dikulit kemudian kolonisasi kuman patogen. Untuk menentukan apakah luka di koloni
oleh kuman flora normal yang berada di kulit atau di sekitar luka ataukah oleh kuman patogen
maka biakan kuman yang diambil dari spesimen jaringan dalam adalah sangat esensial. Kultur
dari jaringan permukaan memiliki nilai yang kurang dibandingkan kultur jaringan dalam. Biakan
kuman dari jaringan dalam lebih bisa dipercaya untuk mengetahui kuman patogen yang
sebenarnya, sehingga cukupan antimikrobanya bisa lebih tepat. Sedangkan pengambilan biakan
jaringan dari permukaan disamping kumannya polimikroba, juga lebih banyak patogen, sehingga
cendrung overuse antimicroba yang akan bisa mencetuskan problem baru.
2.4. Prevalensi Kuman Patogen Pada Infeksi Kaki Diabetes
Kebanyakan infeksi kaki diabetes adalah polimikroba ( lebih dari 3 kuman ) yaitu gram (+),
gram (-), aerob dan anaerob, karena itu biakan kuman aerob dan anaerob harus dikerjakan.
Prevalensi kuman patogen menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa rumah sakit di
luar negeri menunjukan hasil yang berbeda-beda. Viswanathan (2002) melaporkan diantara
kuman-kuman patogen tersebut adalah 66,8 % kuman aerob,33,2 % kuman anaerob, sedangkan
Gibbons (1995) melaporkan
Enterobacteriaceae
48
Staphylococus Sp
18.2
Streptococcus Sp
16.5
Pseudomonas Sp
17
69.4
30.6
Viswanathan (2002) juga melaporkan bahwa semakin tinggi derajat wagner semakin tinggi
prevalensi kuman an aerob sedangkan healing time lebih lama pada infeksi karena kuman an
aerob daripada aerob. Infeksi kaki diabetes umumnya lebih berat dan sulit diobati dibandingkan
dengan non DM karena beberapa faktor :
1. Adanya gangguan sirkulasi mikrovaskular.
2. Neuropati.
3. Perubahan Anatomi.
4. Penurunan Imunitas.
III.
Gangren Diabetik
Menurut Jarret dan Kein (1975), Levin dan ONeal (1997), WHO (1985), Zimmet dan King
(1985) yang dikutip dari Heyder (1992) kejadian gangren diabetik pada dasarnya dipengaruhi
oleh faktor-faktor yang dapat digolongkan sebagai berikut :
Faktor Aterogen
Termasuk kolesterol frigliserida, hipertensi, aktivitas tubuh atau olah raga dan kebiasaan
merokok semaunya berperan dalam proses terbentuknya trombus.
Faktor DM
Antara lain lama menderita DM, kadar gula darah dan faktor pengendalian atau kontrol
DM, keadaan ini berpengaruh terhadap proses terjadinya angiopati.
3.2
Sampai saat ini telah disepakati secara internasional berdasarkan kriteria WHO diagnosis
DM berdasarkan kadar glukosa darah yaitu ;
Disamping pengukuran kadar glukosa darah, maka perlu diketahui pula keadaan terkendalinya
DM, karna pengelolaan penderita DM memberi tekanan yang lebih besar pada pengendalian
jangka panjang kadar glukosa darah untuk mencegah atau menghambat komplikasi komplikasi
DM. Diantara parameter yang dipakai, penetapan kadar hemoglobin yang terglikosilasi ( Hb A1c
) paling berguna karena mencerminkan rata-rata kadar glukosa darah selama 8 10 minggu
terakhir, dan rentang nilai normal berkisar 5,7 8 %.
Neuropati
Sebanyak 50 60 % penderita DM mengalami neuropati perifir, dan lebih dari 80% pada
penderita dengan kelainan kaki. Dengan demikian terdapat hubungan langsung antara neuropati
dan kejadian ulkus dikaki. Neuropati memungkinkan adanya tekanan berulang pada kaki tanpa
disadari penderita, sampai akhirnya menimbulkan ulkus. Deformitas struktural dan mobilitas
sendi yang terbatas, meningkatkan tekanan pada plantar dan sering kali menghasilkan
pembentukan callus. Jika callus menetap atau tekanan tidak dihilangkan oleh karena neuropati,
ulkus mungkin akan terjadi sehingga menetapkan titik mana yang kehilangan sensasi merupakan
hal yang penting.
Iskemia
Iskemia merupakan pertimbangan yang paling mendasar bagi ahli bedah vaskuler bila
berhadapan dengan penderita kaki diabetes. Terdapat tiga prinsip dasar yang dipakai sebagai
pertimbangan yaitu :
1. Semua ulkus diabetikum dikaki hendaknya dilakukan evaluasi terhadap
komponen iskemia.
2. Koreksi terhadap iskemia akan bisa memperbaiki penyembuhan ulkus.
3. Kapan saja bila memungkinkan, hendaknya direncanakan untuk membuat normal
kembali sirkulasi dan tekanan arteri didaerah iskemia, melalui rekonstruksi arteri.
Mengidentifikasi adanya iskemia pada pasien kaki diabetik dapat lebih sulit daripada yang
diperkirakan karena diabetesnya sendiri menutupi iskemianya. Keadaan-keadaan berikut dapat
menyulitkan diantaranya :
2. A-V Shunting ;
Dapat membatasi timbulnya pucat dan dingin, kaki bisa saja terasa hangat dan
berwarna merah dengan capillary refill normal walaupun sebenarnya sudah terjadi
insufisiensi aliran darah.
Iskemia mencerminkan adanya kelainan atau gangguan daripada integritas vaskular. Integritas
vaskular adalah keutuhan pembuluh darah baik anatomi maupun fungsinya. Integritas vaskular
tampaknya memegang peranan penting dalam kejadian dan meluasnya gangren diabetik. Dasardasar pemeriksaan integritas vaskular adalah :
a.
Anamnesis
1.
Claudicatio Intermittens
Adalah rasa sakit yang khas yaitu dirasakan sakit waktu berjalan dan hilang selama
istirahat, namun bila berjalan lagi pada jarak tertentu yang umumnya tetap maka sakit
mulai timbul lagi dan keluhan ini berkurang atau hilang beberapa menit setelah
istirahat. Letak keluhan ini dapat memperkirakan kemungkinan letak kelainan arteri.
2. Rest Pain
Bila penyumbatan arteri makin hebat, maka penderita akan mengeluh sakit meskipun
sedang dalam keadaan istirahat. Keluhan sakit dirasakan terutama didaerah distal
biasanya jari-jari dan kaki.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
2. Palpasi
1. Ankle Pressure
Merupakan tekanan sisbolik pada a. dorsalis pedis atau a. tibialis posterior. Caranya
mudah dengan memakai manset, tetapi kurang peka. Critical Limb Ischemia adalah
bila rest pain yang menetap selama lebih dari dua minggu dan atau ulkus atau
gangren pada kaki atau jari disertai tekanan sistolik kaki kurang dari 50 mm Hg.
Yaitu suatu perbandingan antara tekanan sistolik di kaki dan lengan atas. Normalnya
adalah tekanan darah di kaki lebih tinggi atau sama dengan lengan atas ( 1 ). Index
< 0,8 sudah menunjukan adanya insufisiensi atau sumbatan arteri di kaki, makin
rendah index makin berat sumbatannya. Index < 0,5 menunjukkan iskemia berat.
Tetapi ABI tidak dapat dipercaya, apabila ada kalsifikasi dinding pembuluh darah,
sehingga kelenturan dinding arteri hilang dan akan menaikkan tekanan darah melebihi
tekanan yang sebenarnya.
Dengan memakai manset kecil yang dipasang di ibu jari atau jari lainnya bila ibu jari
kaki teramputasi / gangren, toe pressure lebih dapat dipercaya karena arteri pada
daerah ini kurang mengalami kalsifikasi.
4. Tekanan Segmental
Informasi hasil pengukuran tekanan sistolik beberapa tempat ditungkai seperti paha
atas, atas lutut, bawah lutut, dan pada sendi kaki dapat memperkirakan lokasi
sumbatan arteri. Pada pengukuran semua tingkat probe dopler diletakkan diatas a.
dorsalis pedis atau tibialis posterior, Normal perbedaan tekanan antara dua tingkat
tidak lebih dari 20 30 mm Hg, bila lebih dari
30 mm Hg menunjukkan adanya
pulse
volume waveform atau transcutaneous oxygen toe pressure lebih dapat dipercaya untuk menilai
adanya sumbatan arteri.
d. Arteriografi
Merupakan prosedur diagnostik yang invasif dengan kemungkinan terjadi komplikasi berupa
perdarahan atau infeksi, tetapi menjadi Gold Standard pada pemeriksaan vaskular karena
akan memberikan informasi mengenai ada tidaknya sumbatan, luas sumbatan, serta kolateral.
Arteriografi dengan teknik pilihan Intra Arterial Digital Subtraction Anteriografi (IADSA).
Dengan teknik ini mampu memvisualisasikan runoff distal lebih akurat dibandingkan teknik
standar. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal dapat terjadi komplikasi Transient Contrast
Medium Induced Renal Failure resiko ini dapat dikurangi dengan hidrasi adeknat pre
arteriografi dan penberian osmotik diuretik.
Indikasi Arteriogarafi adalah :
1. Rest Pain.
2. Hasil pemeriksaan non invasif abnormal.
3. Ulkus dan infeksi yang sukar sembuh.
4. Gangren disebelah distal.
5. Terabanya pulsasi a. dorsalis pedis tergantung dari keadaan a. poplitae, adanya
kolateral, dan tingginya tekanan arteriola kaki, maka arteriografi diajukan secara
rutin pada gangren diabetikum ada atau tidak pulsasi a. darsalis pedis.
6. Ada rencana melakukan revaskularisasi.
Menilai beratnya iskemia menjadi sulit pada kaki dibetes dengan ulkus dan infeksi. Kesulitannya
adalah :
1. Dengan pemeriksaan klinis standard seperti palpasi pulsasi distal, evaluasi
perubahan fropi kulit dan rubor, menjadi sulit karena adanya oedema dan eritema.
2. Adanya pulsasi a. dorsalis pedis tidak dapat menyingkirkan kemungkinan iskemia
akibat timbulnya sistim kolateral.
INFEKSI
Infeksi kaki DM umumnya lebih berat dan lebih sulit diobati daripada non DM karena :
1. Gangguan sirkulasi Mikrovaskuler
2. Neuropati
3. Perubahan anatomis
4. Penurunan imunitas
Diagnosa adanya infeksi pada ulkus DM berdasarkan kriteria klinik luka dengan sekret purulen,
dan atau 2 tanda-tanda lokal seperti febris, eritema, limfangitis atau limfodenopati, edema,
7 , 11
Seringkali pasien
dengan infeksi berat adalah afebril, leukosit darah normal, tanda-tanda lokal maupun sistemik
minimal.
Tanda-tanda dan gejala sepsis terjadi lambat dan sering kali tidak ada, tetapi pasien
pada suatu waktu ada dalam kondisi buruk yang dapat mengancam jiwa maupun kaki. Satusatunya tanda yang ada adalah heperglikemia yang tidak bisa diterangkan dan tidak terkontrol.
Kurang dari sepertiga pasien menunjukan peningkatan leukosit dan hanya 8% peningkatan suhu
tubuh, oleh karena itu kewaspadaan tetap diperlukan untuk kemungkinan timbulnya infeksi yang
lebih berat.
Infeksi digolongkan dalam :
Ulkus / Gangren.
Pencatatan karakteristik ulkus / gangren merupakan hal yang menentukan, dan sangat penting
untuk :
Oleh karena itu setiap ulkus hendaknya digambar, diukur atau difoto serta dicatat mengenai :
1. Lokasi Ulkus
Lokasi adalah penting didalam menilai penyebab ulkus tersebut;
Ulkus di plantar pedis, karena tekanan berulang dari kaput metatorsal atau
tulang sesamoid yang prominen.
Bau.
3. Menetapkan klasifikasi ulkus atau derajat luas dan beratnya ulkus atau gangren.
Ada beberapa klasifikasi yang mengambarkan tentang derajat luas dan berat ulkus / gangren DM.
a. Klasifikasi Wagner yang di modifikasi
Grade O
Grade I
Grade II A
Grade II B
Grade III A
Grade IV
Grade V
Klasifikasi Wagner agak komplek, tidak mencangkup iskemia, ihtiar pengobatan (initiative
treatment) atau outcome.
b.
Klasifikasi Gibbon 2
Dibagi dalam kategori;
1. Non Limb threatening
Karakteristik Klinik
Karakteristik Pasien
Ulkus superfisial
KU baik
2. Severe Limb-threatening
Karakteristik klinik
Karakteristik pasien
Ulkus dalam
KU kurang baik
Selulitis > 2 cm
Ganguan imonologi
Iskemia jelas
Ada toksisitas sistemik
Klasifikasi ini menggunakan matriks, dimana gradasi luka pada aksis horisontal dan
stadium luka pada aksis vertikal.
Grade
II
Wound penetrating
lesion completely
invalvedg tendon,
to tendon no
epithelized non
capsule,bone, no
ischemia / infection
ischemia / infection
Ischemia / Infection
III
Wound penetrating
To bone no
ischemia/infection
E
B
Infection
Infection
Infection
Infection
Ischemia
Ischemia
Ischemia
Ischemia
D Infection and Ischemia Infection and Ischemia Infection n Ischemia Infection n Ischemia
IV.
1. Debridement.
Merupakan faktor kunci dalam penanganan gangren dibetikum, bertujuan menjaga dan
mempertahankan lingkungan lokal yang dapat merangsang proses penyembuhan luka.
Debridemen yang baik adalah mengangkat semua benda asing dan jaringan nekrotik yang
terinfeksi maupun yang avaskuler sampai kejaringan yang sehat. Hal ini sangat esensial
untuk penyembuhan yang optimal. Debridemen akan mengurangi kolonisasi bakteri didaerah
luka, hal ini penting oleh karena protease yang berasal dari bakteri dapat mengurangi dan
menghambat
faktor
pertumbuhan
dan
penyembuhan
jaringan.
Debridement
juga
memungkinkan visualisasi area ulkus lebih baik, sehingga staging ulkus lebih akurat.
2. Off - Loading
Adalah Eliminisasi titik-titik tekanan abnormal agar penyembuhan cepat dan mencegah
rekurensi. Memindahkan tekanan pada ulkus dengan cara mengistirahatkan dan elevasi kaki
hendaknya dimulai sesegera mungkin. Idealnya pasien tidak menumpu berat badannya
dengan menggunakan kruk, walker, kursi roda. Bila tetap menumpu berat badan, maka alas
kaki harus diganti sandal atau sepatu khusus. Pada saat dimana terdapat tulang-tulang
prominen seperti kaput metatarsal, tulang sesamoid, bunion, hammertoe, diperlukan
intervensi bedah lebih awal untuk mengoreksi diformitas.
3. Pemberantasan Infeksi
Kebanyakan infeksi adalah polimikroba, karena itu kultur kuman aerob dan anaerob
harus dikerjakan. Terapi awal dimulai dengan antibiotika spektrum luas. Debridement luka
dan drainase pus mutlak dikerjakan. Pada ulkus yang dalam dimana tampak atau teraba
tulang maka 85% terjadi osteomyelitis, dan untuk mengevaluasi ada tidaknya serta luasnya
osteomielitis
pencitraan yang lain seperti leukosit scan, MRI, CT scan. Bila terdapat osteomielitis,
diperlukan debridement yang agresif dimana semua tulang yang terinfeksi dan yang
menonjol tanpa ada jaringan penutup harus diangkat. Dengan melakukan reseksi tulangtulang yang terinfeksi diyakini dapat mengurangi lamanya penggunaan antibiotika dan masa
rawat dirumah sakit.
1. Memperhatikan faktor lokal seperti iskemia, jaringan nekrose, hematom dan dead space,
akan memberikan respon jelek.
2. Infeksi ringan bisa peroral atau rawat jalan, tetapi infeksi berat (ada demam, selulitis,
gengren, osteomyelitis) diberikan intravena dan dirawat di rumah sakit.
3.
Pada awal terapi seleksi antibiotika secara empiris, diberikan secara kombinasi,
hendaknya memiliki spektrum luas mencakup terutama untuk streptokokus dan
stafilokokus. Antibiotika tersebut diantaranya : 8
Cephalexin.
Levofloxasin.
Ofloxasin.
Amikasin + piperacillin
Ampisilin-sulbactam + Piperacillin
Ampisilin-sulbactam + Cefoperazone
Ofloxacillin + Cefotaxime
12
4. Durasi pemberian, bila infeksi ringan diberikan selama 1 - 2 minggu ; infeksi berat
diberikan lebih dari 6 minggu.
5. Terapi definitif disesuaikan berdasarkan hasil kultur dan test kepekaan kuman serta
respon klinik.
OSTEOMIELITIS
Diagnosis dan penanganan osteomielitis yang tidak adekuat, meningkatkan risiko amputasi,
kekambuhan, penggunaan antibiotika berkepanjangan dan masa rawat yang lebih lama. Oleh
karena itu diagnosis awal dan akurat sangat diperlukan. Beberapa pedoman yang dianjurkan
sebagai langkah-langkah diagnotik dan terapi osteomielitis adalah :
2, 4, 10
1. Periksa secara teliti ukuran dan dalamnya ulkus, apakah tampak atau teraba tulang bila
perlu dengan melakukan probing ke tulang atau sendi. Probing mempunyai nilai
prediktive terhadap kejadian osteomielitis, ulkus yang dalam dan teraba tulang 80%
terjadi osteomielitis.
2. Melakukan pemeriksaan radiologi secara rutin pada foto polos, kelainan tidak terlihat
dalam periode 10 - 20 hari setelah infeksi. Beberapa pemeriksaan lainya mempunyai
sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi seperti :
99 m
4.
Perawatan Luka.
Setiap melakukan perawatan luka harus diawali dengan debridemen yang adekuat,
setelah itu
menggantikan kedudukan debridement. Tujuan yang ingin dicapai dari pembalutan luka
adalah memberikan suasana lingkungan yang hangat, basah, dan bebas dari kontaminasi
luar. 2, 4, 10
Setelah luka bersih kasa polos dibasahi dengan larutan garam fisiologis atau saline
atau antiseptik isotonik, dipakai sebagai pembalut. Beberapa pembalut tertutup seperti
hidrokoloid, alginat, hidropilik, film, bisa dipakai tetapi tidak selalu cocok untuk
berbagai situasi.
Elevasi tungkai atau dengan elastik stoking untuk mengurangi edema karena edema
merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap perfusi jaringan.
luka
dengan
keras,dapat
merusak
jaringan
dan
pembalut
tertutup
akan
film,
hydrokoloid
sebagai
Bila ulkus telah sembuh, konsultasi ke ahli podiatrik atau ortotik untuk modifikasi
alas kaki yang sesuai.
Pada kasus-kasus dimana dengan terapi standar, memberikan respon yang jelek, ulkus menjadi
kronik dan tidak sembuh sembuh, maka dapat dipertimbangkan jenis terapi berikut :
1. Oksigen Hiperbarik.
Hasil penelitian
4, 20
21
penyembuhan luka ini juga sering dipakai dalam pengembangan obat baru yang
dapat mencegah Hipoksia dengan pemberian zat pembawa oksigen. Telah
disintesis senyawa kombinasi oksigen klorida yang nontoksik dalam bentuk obat
generik tetrachlorodecaoxide (TCDO) dengan nama dagang Oxoferin.
22
2. Bioengineered tissue.
Suatu material pengganti skin graft yang dibuat dari pembiakan fibroblas yang
diambil dari kulit ari bayi dan teranyam pada polygalactic acid mesh. 8
Memahami pola iskemia tungkai bawah pada pasien DM, merupakan hal
yang sangat mendasar sebelum melakukan revaskularisasi. Tetapi ada miskonsepsi yang
dianut secara luas bahwa komplikasi DM itu mengenai pembuluh darah kecil sehingga
proses patologi berupa oklusi itu bersifat tidak dapat dikoreksi (uncorectable).
Miskonsepsi ini yang menjadi penghalang usaha-usaha untuk mengevaluasi maupun
mengoreksi iskemia.
Irwin dkk pada spesimen amputasi kaki DM menunjukan tidak cukup bukti adanya
oklusi mikrovaskuler, tetapi ada kelainan anatomi dan fungsional mikro sirkulasi berupa
penebalan membrana basalis kapiler, tetapi bukan suatu lesi oklusi. Kelainan ini
menyebabkan ketidak seimbangan nutrisi dan gangguan hemostasis seluler. Hal ini
memberi kontribusi kejadian ulkus dan penurunan kemampuan melawan infeksi. Karena
pola anatomi dari atherosklerosis tungkai bawah pasien DM adalah unik yaitu oklusi luas
pada level cruris, dan relatif bebas pada level pedis, hal ini mendorong perkembangan
teknik revaskularisasi bypass graft infra maleoral atau pedal bypass. Trend saat ini adalah
bypass graft ke distal oleh karena langsung memberikan kelangsungan sirkulasi pedis. 2
Tindakan pedal / distal bypass graft memberikan angka mortalitas perioperatif
1%, angka patensi 2 tahun 72% unluk long bypass / femoro-distal dan 82% short
bypass / popliteo-distal , walaupun overall patensi 5 tahun turun menjadi 63%, tetapi
limb salvage 5 tahun mencapai 81%. 24
Apabila melalui evaluasi klinis, pemeriksaan non invasif maupun invasif
terbukti kuat bahwa iskemia memberi kontribusi timbulnya ulkus atau gangren dan
infeksi, maka revaskularisasi dilakukan lebih agresif, karena dapat menurunkan angka
amputasi baik mayor maupun minor. 2, 6
WOOND HELING
Penyebab ulserasi
x Vascular (vena, arteri, limfatik, vaskulitis)
x neuropatik (misalnya, diabetes, spina bifida, kusta)
x metabolik (misalnya, diabetes, asam urat)
x penyakit jaringan ikat (misalnya, rheumatoid arthritis,
skleroderma, lupus eritematosus sistemik)
x Pioderma gangrenosum (sering refleksi dari gangguan sistemik)
x penyakit hematologis (gangguan sel darah merah (misalnya,
penyakit sel sabit); gangguan sel darah putih (misalnya,
leukemia); gangguan trombosit (misalnya, trombositosis))
x Dysproteinaemias (misalnya, krioglobulinemia, amiloidosis)
x Immunodeficiency (misalnya, HIV, terapi imunosupresif)
x neoplastik (misalnya, karsinoma sel basal, sel skuamosa
karsinoma, penyakit metastasis)
x Menular (bakteri, jamur, virus)
x Panniculitis (misalnya, nekrobiosis lipoidika)
x Trauma (misalnya, tekanan ulkus, kerusakan radiasi)
x iatrogenik (misalnya, obat-obatan)
x tiruan (merugikan diri, "dermatitis artefakta")
x Lainnya (misalnya, sarcoidosis)
Hal ini penting bahwa proses normal untuk mengembangkan hipotesis diagnostik diikuti
sebelum mencoba untuk mengobati luka . Sebuah riwayat klinis rinci harus mencakup informasi
pada durasi ulkus , ulkus sebelumnya , riwayat trauma , riwayat keluarga ulserasi , karakteristik
ulkus ( lama , nyeri ,bau , dan eksudat atau discharge) , suhu ekstremitas , yang mendasari
kondisi medis ( misalnya , diabetes mellitus , penyakit penyakit pembuluh darah , penyakit
jantung iskemik , cerebrovascular kecelakaan , neuropati , penyakit jaringan ikat ( seperti
rheumatoid arthritis ) , varises , trombosis vena dalam ) ,vena sebelumnya atau arteri operasi ,
merokok , obat-obatan , dan alergi terhadap obat dan dressing . investigasi yang tepat harus
dilakukan .
Faktor local
x darah yang tidak memadai
Faktor sistemik
x Memajukan usia dan imobilitas umum
persediaan
x Obesitas
x merokok
x Miskin bedah
x Malnutrisi
aposisi
x Luka dehiscence
x Kehadiran asing
x obat imunosupresan ,
reaksi tubuh
kortikosteroid , antikoagulan
x kehadiran Lanjutan
mikroorganisme
x Infeksi
( malacoplakia )
menilai luka
Ukuran luka
Ukuran luka harus dinilai pada presentasi pertama dan secara teratur setelahnya . Garis besar
margin luka harus ditelusuri ke asetat lembar dan transparan luas permukaan diperkirakan :
dalam luka yang sekitar melingkar , kalikan diameter terpanjang dalam satu pesawat dengan
diameter terpanjang di pesawat di sudut kanan ; di tidak teratur berbentuk luka , menambah
jumlah kotak yang ada di margin garis luka dari grid asetat tracing . Metode ini adalah yang
paling sederhana , tetapi harus mengakui bahwa mereka tidak tepat . Namun, mereka
menyediakan sarana yang berkembang dari waktu ke waktu untuk luka penutupan dapat
diidentifikasi . Posisi pasien , kelengkungan tubuh , atau meruncing dari anggota badan akan
mempengaruhi akurasi teknik ini .
Tepi luka
Meskipun tidak diagnostik , pemeriksaan tepi luka dapat membantu untuk mengidentifikasi
etiologi dalam konteks sejarah luka . Misalnya , borok kaki vena umumnya memiliki lembut
miring tepi, ulkus arteri sering muncul baik batas-batasnya dan " Menekan keluar , " dan
digulung atau tepi everted harus menaikkan kecurigaan keganasan . Biopsi harus diambil dari
setiap luka yang mencurigakan .
Lama luka
Lama dari luka dapat membantu diagnosis ; ulkus kaki diabetik
sering muncul di bidang distribusi tekanan abnormal yang timbul
dari struktur kaki. Ulserasi vena terjadi terutama di daerah gaiter kaki
. Nonhealing bisul , kadang-kadang dalam lama yang tidak biasa , harus
pertimbangan terjadi keganasan.
luka decubitus
Jaringan granulasi yang sehat adalah merah muda dalam warna dan merupakan indikator
penyembuhan . Granulasi yang tidak sehat adalah merah berwarna gelap , sering berdarah pada
kontak , dan mungkin menunjukkan adanya luka
infeksi . Luka tersebut harus dibiakkan dan dirawat di terang hasil mikrobiologi . Granulasi
kelebihan atau overgranulation juga dapat dikaitkan dengan infeksi atau nonhealing luka . Ini
sering menanggapi kauter sederhana
dengan perak nitrat atau dengan topikal diterapkan persiapan steroid .
Luka kronis dapat ditutupi oleh mengkilap putih atau kuning jaringan fibrinous . Jaringan
iniavaskular , dan penyembuhan akan dilanjutkan hanya jika dibersihkan . Hal ini dapat
dilakukan dengan pisau bedah di samping tempat tidur . Jenis jaringan pada dasar luka akan
memberikan
informasi yang berguna berkaitan dengan harapan total waktu penyembuhan
dan risiko komplikasi .
Buat tabel
BUAT TABEL
Jenis debridement
Tajam -Pada Samping tempat tidur ( menggunakan pisau bedah atau kuret )
Bedah -Dalam Teater operasi
Autolytic -Facilitation Mekanisme tubuh sendiri dari debridement
dengan dressing yang tepat
biologis - Terapi -Larval ( belatung )
enzimatik -Tidak Banyak digunakan ; pepaya ( pepaya ) atau pisang kulit digunakan dalam
negara berkembang
mekanis -Dressing -Wettodry ( tidak banyak digunakan di Inggris )
kedalaman
Metode yang akurat untuk mengukur kedalaman luka tidak praktis atau tersedia dalam praktek
klinis rutin . Namun, perkiraan pengukuran kedalaman terbesar harus diambil untuk menilai luka
kemajuan . Merusak dari tepi luka harus diidentifikasi dengan pemeriksaan digital atau
penggunaan probe . The kedalaman dan luasnya sinus dan fistula harus diidentifikasi . Daerah
merusak dan sinus harus dikemas dengan tepat berpakaian untuk memfasilitasi penyembuhan .
merusak luka dan sinus dengan leher sempit yang sulit untuk berpakaian mungkin setuju untuk
diletakkan terbuka di samping tempat tidur untuk memfasilitasi drainase dan berpakaian . Luka
dikaitkan dengan beberapa sinus atau fistula harus dirujuk untuk intervensi bedah spesialis .
kulit sekitarnya
Selulitis berhubungan dengan luka harus diobati dengan antibiotik sistemik . Perubahan
eczematous mungkin memerlukan pengobatan dengan ampuh persiapan steroid topikal .
Maserasi dari kulit sekitarnya sering merupakan tanda ketidakmampuan untuk berpakaian
mengontrol eksudat luka , yang mungkin menanggapi lebih perubahan rias sering atau perubahan
dalam jenis saus . belulang sekitarnya dan kadang-kadang meliputi ulkus kaki neuropatik
( misalnya , pada pasien diabetes ) harus debridement untuk ( a) memvisualisasikan luka , ( b )
menghilangkan sumber potensial infeksi ,
dan ( c ) menghapus daerah dekat dengan subjek luka ke normal
Tekanan yang lain akan menyebabkan pembesaran luka .
Hal ini dapat dilakukan di samping tempat tidur .
Infeksi
Cultur bakteriologi ditunjukkan hanya jika tanda-tanda klinis infeksi adalah tanda-tanda
pengendalian infeksi ada atau jika ( seperti tahan methicillin
staphylococcus aureus ( MRSA ) ) perlu dipertimbangkan .
tanda-tanda klasik infeksi yaitu panas , kemerahan , bengkak , dan nyeri .
Tanda-tanda tambahan dari infeksi luka meliputi peningkatan eksudat ,
penyembuhan tertunda , contact bleeding , bau , dan abnormal
jaringan granulasi . Pengobatan dengan antimikroba harus
dipandu oleh hasil mikrobiologi dan pola resistensi lokal .
Nyeri
Nyeri adalah karakteristik banyak penyembuhan dan nonhealing luka . Nyeri dapat disebabkan
oleh nociceptive dan
rangsangan neuropatik . Nyeri konstan mungkin timbul sebagai akibat dari yang mendasari
kondisi , seperti iskemia , neuropati , edema jaringan ,
kerusakan kronis jaringan ( misalnya , lipodermatosclerosis ) ,
infeksi , jaringan parut atau ( misalnya , atrophie blanche ) . The
sifat dan jenis nyeri harus diidentifikasi dan diobati
tepat . Alat penilaian nyeri dapat membantu untuk menilai
sifat dan keparahan nyeri . Dengan nyeri bandel , atau nyeri yang
sulit untuk mengontrol , mempertimbangkan rujukan ke tim nyeri lokal