Anda di halaman 1dari 12

MODUL 2

VOLUME LALU LINTAS SIMPANG

2.1 TUJUAN
Pencacahan volume lalu lintas (counting) dilakukan untuk mendapatkan jumlah
kendaraan dan atau pejalan kaki yang melewati suatu titik pada jalan, memasuki suatu
persimpangan, atau menggunakan suatu fasilitas atau bagian jalan tertentu seperti lajur jalan,
daerah penyebrangan atau daerah pejalan kaki. Pencacahan (counting) ini mengambil
sampel dari volume lalu lintas yang sesunguhnya. Periode pengambilan sampel dapat
bervariasi mulai dari menit, jam, hari, satu minggu atau lebih.

2.2 PERALATAN
o
o
o

Counter
Jam Tangan
Kertas, Alat tulis dan Meja Tulis

2.3 DASAR TEORI


Pada dasarnya ada dua metode dasar yang dipakai dalam pencacahan, yaitu cara
mekanis dan manual.
Cara Mekanis
Peralatan canggih seperti kamera dapat dipakai untuk mendapatkan data untuk
periode singkat (per-jam atau kurang). Pada umumnya pencacahan dengan alat otomatis
dilakukan pada lokasi lokasi tertentu untuk mendapatkan data harian sampai mingguan.
Jenisnya portabel maupun permanen (fixed). Stasiun pencacahan permanen berfungsi untuk
medapatkan data volume lalu lintas secara menerus.
Pencacahan otomatis diperlukan apabila diinginkan perolehan data secara terus
menerus 12 jam dari suatu lokasi. Cara pencacahan seperti ini dilakukan untuk kebutuhan
data sederhana (antara lain tanpa klasifikasi kendaraan, arah pergerakan, gerakan memutar,

pejalan kaki, dan penggunaan lahan). Pada keadaan tertentu pencacahan dengan klasifikasi
arah gerakan bahkan penggunaan lajur dapat, dilakukan secara mekanis.
Pada umumnya pencacahan otomatis dilakukan untuk :
1.

Penentuan pola volume lalu lintas per jam (misalnya untuk penentuan jam puncak)

2.

Penentuan variasi harian atau musiman dan kecenderungan pertumbuhan.

3.

Memperkirakan volume lalu lintas tahunan (dilakukan pada perhitungan perancangan


perkerasan).

Alat alat hitung mekanis portable


a.

Junior : alat pencacah secara menerus, dengan dial pembaca dan digerakkan oleh tenaga
baterai.

b.

Period Counter : alat yang dilengkapi dengan pengatur waktu yang dapat diatur untuk
mulai beroperasi pada jam atau saat tertentu dengan periode pencacahan yang lamanya
dapat diatur pula.

c.

Senior Counter : alat yang dilengkapi dengan jam, counter yang dapat di-reset, alat
cetak (stamping/punching machine atau counter pens), segulung pita kertas atau circular
chart dan baterai.
Ketiga alat tersebut menggunakan selang penumatic di jalan raya, di mana kendaraan

yang menghasilkan impuls udara yang diterima dan dikirimkan ke alat pencacah tersebut.
Pencacah mencatat satu kendaraan untuk tiap dua impuls. Penempatan selang perlu
diperhatikan yaitu perlu tempat untuk meletakkan alat pencatat (recorder), jauh dari jalur
membelok misalnya harus 30 meter dari persimpangan, tanjakan atau turunan, di permukaan
jalan yang tidak berlubang serta kecil kemungkinan kendaraan akan parkir. Jika ada
konstuksi median, maka harus dilakukan pencacahan untuk masing - masing arah.
Alat alat hitung mekanis permanen
Alat hitung permanen atau semi permanen dapat dilengkapi dengan berbagai macam
alat sensor antara lain road tubes, electric contact plates, photocells, radar, magnetic,
ultrasonic dan infrasonic detector, induction loops. Beberapa instalasi permanen antara

hanya memliki sensor pada alat hitungnya, sedangkan impuls impuls hasil penginderaan
ditransmisikan ke suatu lokasi lainnya untuk dicatat. Transmisi impuls impuls tersebut
dilakukan melalui kabel telepon, radio, atau media lainnya tergntung dari kebutuhan, jenis
alat yang dimiliki dan biaya. Sistem sistem yang lain menggunakan alat perekam yang
terpisah, dan setelah pencacahan akan dimabil dan dibawa ke pusat data.
Jenis jenis detektor lainnya antara lain :
1.

Electric Contact : alat ini menggunakan lempengan baja yang diilengkapi dengan karet
dan baja elastis. Tipe ini dapat dipakai untuk menghitungkan volume kendaraan per
lajur.

2.

Photo Electric : Peralatan ini mendeteksi objek atau kendaraan saat objek tersebut
melewati suatu daerah antara sumber sinar dengan suatu photocell. Alat ini sistemnya
sederhana dan dapat diandalkan terbatas penggunaan hanya pada jalan dengan volume
rendah (di bawah 1000 kendaraan/jam) karena adanya masalah ketepatan dan
ketidakmampuannya untuk memisahkan volume per lajur.

3.

Radar : Peralatan elektronik ini mendeteksi kendaraan yang lewat berdasarkan atas
perbedaan frekuensi gelombang yang diterima dengan yang dikirim. Radar cukup akurat
dan dapat diandalkan, namun memerlukan biaya awal dan pemeliharan yang lebih tinggi
dibanding peralatan lain.

4.

Magnetic : Magnetic berfungsi dengan cara mencatat sinyal atau impuls yang
ditimbulkan oleh kendaraan yang melewati suatu daerah medan magnet. Gangguan pada
alat ini dapat ditimbulkan oleh adanya medan listrik di sekitarnya, tangki bawah tanah,
kabel, dan sebagainya.

5.

Induction Loop : Loop adalah variasi lain dari detector tipe magnetic. Peralatan ini
berfungsi berdasarkan perubahan induktansi elektrik yang terjadi pada kumparan
berbentuk persegi yang ditanam di bawah permukaan perkerasan, untuk mendeteksi
kendaraan yang lewar.

6.

Ultrasonic : Detektor ini menggunakan gelombang ultrasonic yang dibangkitkan oleh


diafragma yang bergetar

Cara Manual

Pada cara ini, satu atau lebih petugas pencatat ditempatkan pada lokasi yang
ditentukan untuk memantau dan mencatat informasi terperinci tentang :
1. Volume kendaraan sesuai klasifikasi kendaraan (truk berdasarkan ukuran, berat, dimensi,
jumlah gandar, bus, mobil penumpang, sepeda motor, sepeda)
2. Pergerakan berbelok pada persimpangan atau jalan biasa.
3. Arah pergerakan.
4. Plat nomor kendaraan.
5. Pergerakan pejalan kaki berdasarkan arah pada daerah penyebrangan atau daerah pejalan
kaki dengan berdasarkan penggolongan usia.
6. Daerah penguasaan jalan dan panjang antrian.
7. Okupansi kendaraan.
8. Kepatuhan pada rambu lalu lintas atau alat pengukur.

2.4 PROSEDUR
Prosedur pencacahan manual
Pada dasarnya, pencacahan manual memerlukan satu petugas pencatat yang memberi
tanda lidi (tally marks) pada formulir, setiap kali menghirung. Pada volume persimpangan
yang sedarhana, semua pergerakan termasuk klasifikasi kendaraan dapat ditangani oleh satu
orang petugas. Pemantauan juga dapat mencakup pergerakan menyebrang jalan oleh pejalan
kaki, yang diklasifikasikan lebih lanjut berdasarkan usianya. Pada keadaan volume yang
sangat rendah , data pelanggaran lalu lintas juga dapat dicatat.
Satu petugas dapat menangani 6 12 pergerakan berbelok tergantung dari tingkat
keserentakan dari arus dan volume. Dengan demikian, suatu persimpangan lokal lokal atau
pesimpangan lokal kolektor dapat ditangani oleh satu petugas.
Pada persimpangan dengan volume besar, terutama persimpangan dengan lampu lalu lintas,
umunya diperlukan 2 atau lebih petugas untuk menghitung pergerakan kendaraan.
Penggolongan jenis kendaraan dalam pencatatan harus dilakukan, berdasarkan
jumlah sumbu roda atau berat kendaraan, yang telah ditetapkan oleh beberapa institusi

pengelola jalan raya. Tingkat pengklasifikasian truk dialakukan berkaitan dengan tujuan
studi. Diluar klasifikasi untuk tujuan khusus, seperti untuk tujuan konstruksi jalan atau
desain jembatan, penggabungan truk ringan dan pick up dalam kategori kendaraan
penumpang sudah cukup memadai ditinjau dari sudut pandang analisa kapasitas dan arus
lalu lintas. Kendaraan-kendaraan tersebut memiliki karakteristik kinerja yang sama dengan
kendaraan penumpang. Metode yang lebih sederhana dapat dilakukan dengan memisahkan
kendaraan penumpang dengan truk berdasarkan atas jumlah rodanya. (lebih dari 4 roda
merupakan kendaraan truk, kendaraan dengan 4 roda atau kurang sebagai kendaraan
penumpang).
Untuk pencacahan pada persimpangan selain data pencacahan lalu lintas, geometric,
juga diperlukan data lampu lalu lintas yaitu fase-fase lalu lintas dan lamanya masing-masing
lampu untuk setiap fase tersebut.
Periode Pencacahan
Pada umumnya, pencacahan di daerah urban dilakukan pada senin jam sibuk pagi
atau jumat jam sibuk sore, memperlihatkan volume lalu-lintas yang lebi tinggi dari
biasanya.
Pencacahan manual dilakukan selama satu atau dua jam pada waktu puncak pagi
hari, dan waktu puncak sore hari pada hari-hari kerja. Periode yang umum antara pukul
07.00 09.00 dan 16.00 18.00, dengan interval pencacahan setiap 15 menit. Penelitian
tentang kapsitas jalan raya membuktikan bahwa interval 15 menit tidak cukup untuk
mendapatkan factor jam puncak, tetapi pada interval 5 menit ternyata dapat memperoleh
hasil yang lebih baik. Pada pencacahan untuk pengaturan lampu lalu lintas, interval yang
dianjurkan dihitung berdasarkan atas siklus lampu lalu lintas, sehingga diperoleh factor jam
puncak dan factor beban.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk melakukan kegiatan pencacahan :
o Faktor Alokasi : daerah sekitar sekolah, rumah sakit, atau pabrik yang seringkali memiliki
jam sibuk tidak sama dengan jam sibuk jalan regular.

o Pencacahan untuk mencatat klasifikasi truk (ukuran dan berat) seringkali dilakukan
dengan periode pencacahan 12 samp[ai 16 jam.
o Pencacahan sebikanya tidak dilakukan pada saat liburan, atau sehari sebelum atau sehari
sesudah hari libur.
o Perubahan cuaca yang dapat mempengaruhi arus lalu-lintas, sebaiknya dihindari.
o Faktor musim juga harus dipertimbangkan, terutama yang berkaitan dengan kegiatan
rekreasi.
o Faktor hari-hari besar atau hari raya.
o Situasi-situasi tertentu seperti adanya pemogokan, kerusuhan, resesi ekonomi, krisis
energy, perbaikan jalan atau jembatan pada jalan-jalan parallel
Jika pencacahan harus dilakukan pada saat dimana situasi kurang normal, maka perlu
dilakukan pencatatan tentang gangguan atau factor tersebut.

2.5 PENGOLAHAN DATA


Tempat dan Waktu Survey
Survey dilaksanakan pada hari Sabtu, 24 November 2007 di Depok. Pengukuran volume
lalu lintas simpang dilakukan di persimpangan (pertigaan) Margonda-Siliwangi
dilaksanakan pada pukul 11.00-13.00 WIB.

Kelas Kendaraan
Klasifikasi kendaraan bermotor dibagi menjadi 9 kelompok, yaitu :

yang

1.

Sedan, jeep, minibus, combi, pick up, dsb.

2.

Angkutan umum kecil, seperti angkot.

3.

Bus kecil, seperti metro mini, kopaja, dsb.

4.

Bus besar, seperti PPD, patas AC, dsb.

5.

Truk kecil, truk tangki 2 as

6.

Truk besar 3 as

7.

Trailer, truk > 3 as

8.

Motor

9.

Kendaraan tak bermotor, seperti gerobak, sepeda, pejalan kaki, dsb.

Dalam pemasukan data ke dalam program KAJI, kelompok 1&2 digolongkan sebagai Light
Vehicles, kelompok 3 s/d 7 digolongkan sebagai Heavy Vehicles, kelompok 8 sebagai
Motorcycle, dan kelompok 9 sebagai Unmotorised Vehicles.
2.5.1 Peta Situasi Simpang

Lokasi
Survey

2.5.2 Gambar Geometrik Simpang

Ke arah
UI

Ke arah
Citayem
Ke arah
Depok II
U

Gambar Geometrik SimpangMargonda-Siliwangi (tidak berskala)

2.5.3 Rekapitulasi Hasil Pengukuran Volume Simpang

N
o

Wak
tu

Sedan/Mini
Bus

Angkot

Bus

Truk

Kiri

Lurus

Kiri

Luru
s

Kiri

Luru
s

Kiri

Luru
s

11.15

20

74

42

100

13

11.30

34

100

51

109

15

11.45

31

91

55

107

21

12.00

27

108

62

102

19

12.15

23

92

55

93

11

12.30

27

80

62

108

11

12.45

39

114

66

87

18

Motor
Kiri

52
11
5
16
6
22
5
27
7
32
3
38
0

Kend
tak
Bermot
or

Luru
s

Kiri

Luru
s

259

305

283

292

269

263

311

13.00

40

118

46

83

18

44
4

318

2.5.4 Hasil Perhitungan Kinerja Simpang


Dari data survey volume ruas (8x15 menit), dicari interval 1 jam yang memiliki volume
kendaraan teringgi.
Jalur
N2 NLu
N3 NKi
S2 SLu
S3 SKa
E1 EKa
E3 Eki

Light
Vehicles

Heavy
Vehicles

Motorcycle
s

802

73

1161

361

29

1424

818

40

1460

165

37

901

495

21

353

160

25

766

Dengan menggunakan software KAJI, diperoleh hasil perhitungan berikut:

Jalur

Traffic
Flow,
Q(pcu/h)

N2 N-Lu
N3 N-Ki
S2 S-Lu
S3 S-Ka
E1 E-Ka
E3 E-ki

1361
0
1454
393
593
0

Kapasita
s
Kendaraa
n,
C(pcu/h)
1059
0
2124
1352
611
0

DS
(Q/C)

Total
Delay (s)

1.285
0
0.685
0.291
0.971
0

778527
0
27883
13893
54820
0

2.6 ANALISA
2.6.1 Analisa Percobaan
Percobaan dilakukan pada persimpangan Margonda-Siliwangi oleh 3 kelompok
secara bersamaan. Setiap kelompok melakukan pencatatan volume lalu lintas setiap kaki

simpang (pertigaan). Pelaksanaannya sama seperti pengukuran volume lalu lintas ruas yaitu,
praktikan mengukur jumlah kendaraan (dibagi berdasarkan tipenya) yang lewat di jalan
tersebut selama 8x15 menit.
Data hasil raktikum merupakan data gabungan dari 3 kelompok praktikan tersebut.

2.6.2 Analisa Hasil KAJI


Dari hasil perhitungan kinerja operasional simpang dengan menggunakan bantuan program
KAJI didapatkan parameter-parameter kinerja simpang sebagai berikut :
A. Kaki Simpang Utara (N) dari arah Jakarta
o

Arah Lurus (N LU)


Arus Lalu Lintas ( V ) : 1361 smp/jam
Kapasitas (Capacity) : 1059 smp/jam
Derajat Kejenuhan : 1,285
Total Delay :778527 s

Arah Belok Kiri (N Ki)


Tidak dihitung karena merupakan LTOR

B. Kaki Simpang Selatan (S) dari arah Citayem


o Arah Lurus (S Lu)
Arus Lalu Lintas ( V ) : 1454 smp/jam
Kapasitas (Capacity) : 2124 smp/jam
Derajat Kejenuhan : 0,685

Total Delay : 27883 s

o Arah Belok Kanan (S Ka)


Arus Lalu Lintas ( V ) : 393 smp/jam
Kapasitas (Capacity) : 1352 smp/jam
Derajat Kejenuhan : 0,291
Total Delay : 13893 s

C. Kaki SimpangTimur (E) dari arah jalan Siliwangi


o Arah Belok Kanan (E Ka)
Arus Lalu Lintas ( V ) : 593 smp/jam
Kapasitas (Capacity) : 611 smp/jam
Derajat Kejenuhan : 0,971
Total Delay : 54820 s
o Arah Belok Kiri (E Ki)
Tidak dihitung karena merupakan LTOR

2.7 KESIMPULAN

Dari hasil perhitungan KAJI, dapat kita ketahui bahwa Level of Service simpang ini
adalah F, dimana V/C ratio >1, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaturan lalu lintas di
simpang tersebut masih belum mampu menanggulangi kemacetan, beberapa solusi yang bisa
digunakan untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan mengurangi/membatasi arus lalu
lintas ataupun menaikkan kapasitas simpangnya.

Anda mungkin juga menyukai